Ev. Panghulu
Luk 24:1-12; 1 Kor
15:51-58
Di dalam kehidupan,
mengiring Tuhan sebagai orang percaya mendatangkan sukacita bagi kita
anak-anakNya. Namun dalam pemeliharaan Tuhan, tidak selalu jalan yang dilalui
indah atau jalan yang tidak ada hambatan. Ada permasalahan dan pergumulan dalam
hari-hari yang kita lewati. Namun yang pasti , Penebus kita hidup dan Ia pegang
hari esok. Dalam Luk 24:1-12 , Lukas menceritakan pergumulan para murid saat
itu yang menghadapi kematian dari pemimpinnya yaitu Yesus Kristus sendiri.
Begitu banyak yang berkecamuk dalam pikiran mereka sebelum mereka datang ke
kubur Yesus pagi itu. Apa yang diharapkan dari Yesus tidak sepenuhnya terwujud
dalam pikiran mereka. Dalam ajaran rabi yang mereka dengar, Mesias akan datang
menegakkan kerajaanNya. Namun justru mereka menemukan, yang akan menegakkan
kerajaan malah mati. Pemahaman itu tergambar jelas dalam pemikiran para murid
saat Yesus bangkit dari antara orang mati dan naik ke surga, mereka bertanya, “Kapan
Tuhan menengakkan kerajaanNya?” Mereka merempahi tubuh Yesus sebagai ucapan
terima kasih. Dalam keadaaan demikian, mereka tidak tahu berbuat apa dan mereka
kehilangan harapan. Dalam keadaan termangu-mangu, mereka melihat kubur Yesus
kosong. Lukas menjelaskan bahwa dua orang malaikat menjumpai mereka dan
bertanya, “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup di antara orang mati? Ia tidak
ada di sini Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakanNya kepadamu sewaktu
Ia masih di Galilea”. Kesaksian kebangkitan pertama kali dijumpai kaum perempuan.
Inilah kejujuran para penulis Injil saat menceritakannya. Kaum liberal bertanya
apakah betul Injil menceritakan sebenarnya? Para penulis PB menyatakan Injil
sebagaimana adanya. Kalau seandainya kepercayaan akan kebangkitan merupakan
rekayasa murid, maka penulis Injil tidak akan menuliskan kelemahan sewaktu
membangun kerajaan. Misal : Matius bila tahu Yesus tidak bangkit dan bertekad
meneruskan ajaran Yesus yang sudah disampaikan, maka saya jadi Matius akan
menyingkirkan kelemahan yang ada saat itu agar ajaran yang ditegakkan berdiri
teguh. Tetapi keyakinan akan Kristus yang bangkit membuat penulis Injil
mengemukakan apa adanya. Saksi dari kebangkitan Kristus adalah
perempuan-perempuan. Padahal saat itu , kesaksian perempuan di pengadilan tidak
sah. Namun Injil mengemukakan kepada kita, bahwa kebangkitan Kristus disaksikan
perempuan, baru kemudian menampakkan diri kepada Kefas dan 500 murid yang
lainnya. Ketika malaikat menyampaikan pesan kepada perempuan-perempuan apa yang
diajarkan Kristus yang kemudian diteruskan kepada para rasul dan pengikut
Kristus. Saat itu ada yang tidak percaya pada kebangkitan Kristus.
Seringkali dalam
kehidupan kita, ketika masalah hadir membuat kita tidak menyadari bahwa Allah
itu hidup. Kita sering berpikir masalah itu lebih besar dari Allah . Kita
diliputi kekuatiran dan kebingungan. Kita berusaha mencari jalan keluar atau
pasrah dalam keadaan yang tertimpa pada kita. Kita melihat para perempuan dalam
keadaan takut, kehilangan dan sedih. Mereka lupa apa yang telah dikatakan
Juruselamat kepada mereka. Lukas mengulangi pesan kematian Yesus Kristus 3
kali. Setelah mengikuti Juruselamat begitu lama mereka masih belum memahaminya.
Setelah kebangkitan, mereka baru menyadari perkataan Juruselamat. Dalam
kehidupan kita, saat kita ikut Yesus pertama kali, mengenal gereja, kadang
tidak setiap kita tidak memberi respon yang baik terhadap kebenaran Firman
Allah. Kesadaran akan Allah yang hidup dalam hidup kita tidak bangkit dalam
kehidupan kita setiap hari. Perjumpaan pribadi dengan Allah begitu minim. Hal
tersebut dikatakan permasalahan begitu mendera kehidupan kita. Kesadaran bahwa
Allah itu hidup dan pegang hari esok, hilang dari kehidupan kita. Kita lebih
disibukkan pada aktifitas yang dilakukan, tanpa mengalami sentuhan pribadi dari
Tuhan.
Saat bicara
Penebusku hidup, bagaimana kehidupan kita setiap hari dibawa kepada kesadaran
bahwa Allah telah bangkit 2.000 tahun juga Allah yang menyatakan diri kepada
kita. Kesadaran bahwa Penebus kita hidup dan hadir dalam momen-momen yang sulit
dalam kehidupan kita. Melalui kehadiran momen yang sulit, Allah berbicara
kepada kita. CS Lewis dalam bukunya Problem
of Faith ,mengatakan bahwa Allah berbisik dalam hati kita. Allah berbicara
kepada setiap kita dan Ia berteriak dalam penderitaan kita. Penderitaan
merupakan momen yang sulit adalah megapon Allah bagi dunia ini. Kalau kehidupan
itu baik-baik saja, tidak mungkin kita melihat kehadiran Tuhan begitu nyata.
Kita begitu nyaman dalam comfort zone
kita dan sulit melihat sentuhan pribadi Allah dalam hidup kita. Murid-murid
mengalami momen sulit dalam kehidupan yaitu bagaimana Allah membuat mereka
paham akan peran dalam hidup mereka. Socrates, seorang filsuf, berkata bahwa
kehidupan yang tak teruji bukanlah kehidupan yang patut dijalani. Seorang yang
tidak mengenal Tuhan dalam kehidupan ada ujian yang hadir. Kalau tidak ada
ujian, kehidupan tidak layak dijalani.
John Owen dalam
bukunya mengenai pencobaan mengatakan , ada 2 jenis pencobaan yaitu pencobaan
yang berasal dari Allah (ujian) dan pencobaan yang dibuat Si Jahat agar manusia
jauh dari Allah. Ujian yang Allah ijinkan terjadi dalam hidup melalui momen
yang sulit tujuannya untuk menolong setiap kita mengetahui apakah kita sehat
dalam kehidupan rohani. Salah satu contoh : Abraham, setelah lama menantikan
anak begitu lama, suatu hari Allah berfirman kepadanya untuk membawa anaknya,
Ishak, untuk dipersembahkan di Gunung Moria. Saat itu iman Abraham diuji.
Mungkin Abraham bertanya apa yang akan dilakukan Allah kepada Ishak, bukankah
Ia berfirman keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan pasir di laut.
Tetapi saat ia diuji, Abraham taat. Ia mengorbankan anaknya sampai Tuhan
berfirman kepadanya untuk mengganti sang korban. Kita bisa melihat ketaatan
Abraham. Ketika ujian diberikan dalam kehidupan, ia didapati taat di hadapan
Allah.
Contoh lainnya :
Hizkia pada awalnya seorang raja yang takut akan Tuhan dalam kehidupannya. Ia
mengadakan reformasi luar biasa di Israel. Paskah yang sudah lama tidak
diadakan, diadakan kembali pada zamannya. Suatu hari, nabi Yesaya bin Amos
mendapat firman Tuhan yang mengatakan, “Aku akan mengumpulkan Hizkia bersama
leluhurnya.” Dan hal ini disampaikan ke Hizkia. Saat sakit parah ia menghadap
ke dinding dan berkata, “Tuhan tidakkah Engkau lihat segala sesuatu yang telah
kuperbuat untukMu.” Firman Tuhan datang kembali kepada Yesaya. Tuhan
menambahkan umur Hizkia lima belas tahun lagi. Pada 2 Taw 32 dicatat ketika
ujian terjadi dalam hidup Hizkia, dan ia disembuhkan dari penyakitnya, umurnya
diperpanjang 15 tahun, suatu hari ia menyombongkan diri kepada orang Babel
dengan menunjukkan perkakas bait Allah dan kerajaan. Ia mulai sombong dengan
apa yang ia punya. Lalu Yesaya datang dan bertanya siapa yang datang. Dikatakan
orang Babel. Semuanya telah ditunjukkan kepada orang Babel. Firman TUhan, “Semua
barang dan perkakas yang ada di sini akan dibawa ke Babel.” Namun hal itu tidak
terjadi dalam zaman Hizkia, melainkan pada keturunan berikutnya. Hizkia berkata
dalam hatinya, asal itu tidak terjadi dalam zamanku, ya sudah. Kesehatan rohani
Hizkia dapat dilihat. Ketika ujian Tuhan
diberikan dalam hidup orang percaya, ini menolong kita mengetahui kehidupan
rohani. Saat hadapi ujian, apakah kita siap atau lari? Apakah masa sulit
dalam hidup dilihat sebagai kesempatan untuk semakin mengenal Allah atau
bertanya mengapa ini harus terjadi. Hal tersebut membawa kesadaran akan Allah
dalam hidup kita.
Bagaimana kita
dibawa kepada kesadaran bahwa Penebus kita hidup melalui kehadirannya dalam
hidup kita. Kesadaran hadir melalui kehadiran Allah dalam hidup kita. Ketika
malaikat mengingatkan tentang Yesus yang sudah bangkit, bagaimana Yesus yang
bangkit memberi harapan baru bagi murid-murid perempuan saat itu. Alkitab
mengatakan, maka teringatlah mereka akan apa yang diakatan Yesus. Mata mereka
terbuka terhadap kebenaran. Kebenaran yang sudah mereka dengar, membawa makna
baru kepada mereka. Kesadaran akan Allah yang hidup tidak pernah akan hadir
dalam hidup kita, bila Allah tidak di bawah dalam hidup. Kehidupan kita
ditranformasi melalui pendengaran akan Firman. Pdt Stephen Tong dibawa dari
kecil ke gereja untuk mendengar firman Tuhan. Ia berkata, “Pikiranku dipenuhi
kebenaran.”Saat ini, kebiasaan mendengar melalui kebenaran sudah memudar.
Ketika kebenaran tidak sesuai dengan hati, maka saat khotbah memilih tidur.
Ketika ditegur, kita bersikeras untuk tidak mendengarkan. Rom 10:17, iman
timbul dari pendengaran, pendengaran akan Firman Kristus. Transformasi
dikerjakan melalui penyerapan kebenaran. Seperti spon yang dalam keadaan kering
di masukkan ke dalam air, mampu serap air sesuai kapasatisnya, transformasi
kebenaran juga demikian. Bagaimana kita menyerap kebenaran firman Allah yang
disampaikan? Sekarang bukan hanya mendengar, menyerap tapi juga berpegang
teguh. Menanamkan tekad dalam diri untuk mengikuti firman. Ini tanggung jawab
kita. Kalau firman berkata harus mengampuni, maka kita harus ampuni. Tetapi
dalam hidup banyak kompromi dilakukan, kerinduan untuk tinggal dalam Kristus,
jauh. Saat permasalahan kehidupan terjadi, kita lebih percaya hal tahyul
daripada kebenaran firman Tuhan. Ada peristiwa yang terjadi dalam suatu
keluarga. Di asrama tempatnya tinggal, banyak hantu gentayangan dan anak ini
sering diikuti. Orang tuanya sudah kenal Kristus. Mereka khawatir dan sang mama
mencari orang pintar yang kemudian berkata, “Anak ibu ada beberapa roh jahat
yang mengikutinya kemana-mana. Maka anak itu harus beli jeruk nipis, bawang,
ikat dalam satu kantong letakkan di bawah bantal tempat tidur supaya setan
lari.” Ibu ini kemudian mendesak agar anaknya melakukannyam padahal ia oOrang
yang sudah kenal kebenaran. Ketika khawatir, selalu mencari jalan pintas. Hal
ini tidak benar, jangan cari orang pintar! Berpegang teguh pada kebenaran,
nyatakan dalam hati. Seberapa rindu aku mengasihi Penebusku yang hidup. Dengan
melakukan kebenaran firmanNya. Kesadaran
akan Penebus yang hidup harus dibangun melalui momen yang sulit yang Tuhan
ijinkan terjadi dalam hidup kita. Kebenaran Allah yang sanggup mentransormasi
diri sehingga momen pertemuan pribadi dengan Allah. Penebusku hidup ada hari
esok, Penebusku hidup dia jamin hari esok. Kebenaran merupakan jaminan dalam
hidup sampai kita kembali kepada Bapa.
No comments:
Post a Comment