Ev. Lidya Cong
Ibrani 11:24-27 Karena iman maka Musa, setelah dewasa,
menolak disebut anak puteri Firaun,
karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada
untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus
sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab
pandangannya ia arahkan kepada upah.
Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka
raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.
Kis 7:20-23 Pada waktu itulah Musa lahir dan ia elok di
mata Allah. Tiga bulan lamanya ia diasuh di rumah ayahnya. Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun
memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri. Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang
Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya. Pada waktu ia berumur empat puluh tahun,
timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu
orang-orang Israel.
Saat membicarakan
tokoh-tokoh iman, kita merasa sangat kagum, karena mereka memang orang luar
biasa, di atas rata-rata normal tapi bukan orang abnormal. Di atas rata-rata
dalam hal imannya kepada Kristus. Mereka orang biasa, punya iman luar biasa dan
membuat orang lain kagum pada mereka. Pada surat Ibr 11:38 tertulis dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka
mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah
gunung. Dunia tidak layak bagi mereka, karena dalam dunia terdapat banyak
orang yang jiwanya kerdil, penuh iri hati, kebencian dan dendam. Sedangkan
tokoh iman seperti Abraham, Ishak, Yakub, Elia dsbnya berjiwa besar. Mereka melakukan
perkara melampaui akal sehat dengan keberanian luar biasa. Musa dengan
tongkatnya membelah Laut Merah sementara tentara Firaun mengejarnya di
belakang. Daniel karena imannya kepada Tuhan menutup mulut singa padahal singa
tersebut sudah beberapa hari tidak makan. Ketiga teman Daniel memilih taat
kepada Tuhan daripada menyembah patung dan akhirnya dimasukkan ke dapur api
yang menyala namun tidak hangus terbakar. Elia berhasil menurunkan hujan
setelah 3 tahun tidak turun bahkan tidak mendung sedikitpun. Dengan iman Elia
menurunkan api dari langit membakar korban persembahan. Iman tokoh Alkitab merupakan
teladan yang ditinggalkan bagi kita.
Tokoh-tokoh iman
dapat melakukan demikian, karena pandangan mereka melampaui alam semesta ini.
Mereka melihat apa yang tidak kelihatan seperti yang tertulis pada 2 Kor 4:28 Sebab
kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena
yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Yang kelihatan itu dunia dengan segala isinya. Kalau pada malam hari, kita naik
apartemen lantai atas, maka kita melihat kota Jakarta gelap namun di mana-mana
ada lampu warna-warni yang memukau. Dunia dengan segala kemewahan bisa
menyesatkan pandangan mata kita. Atau justru sebaliknya, dari sisi gelap kita
melihat pemukiman yang kumuh, bangunan di pinggir bantalan kali yang terus
menerus dilanda banjir, kolong-kolong jembatan atau gunungan sampah, pandangan
yang demikian membuat kita prihatin. Dunia dengan segala isinya suatu hari akan
lenyap, tidak ada yang kekal. Kalau pandangan diarahkan pada dunia ini, kita
akan kecewa. Karena yang tidak kelihatan dengan mata jasmani adalah sorga yang
kekal. Indah ribuan kali dibanding dunia yang kita tinggali ini. Di sana
listriknya tidak pernah mati, tempat satu-satunya yang jadi harapan, idaman
bagi orang percaya.
Musa saat lahir,
orang Isreal bekerja sebagai budak. Mereka tertindas, tetapi ayah-ibu Musa
punya iman yang luar biasa. Ibr 11:23 Karena
iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang
tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak
takut akan perintah raja. Padahal
waktu itu raja Mesir mengeluarkan perintah untuk membunuh bayi laki-laki Isreal
yang dilahirkan. Karena orang Mesir takut orang Israel jumlahnya semakin banyak
melebihi jumlah orang Mesir dan kemudian memberontak. Tetapi iman ayah-ibu Musa
membuat Musa selamat. Musa menerima ajaran warisan iman dari orang tuanya. Iman
orang tua dalam keluarga adalah dasar yang sangat penting dan bisa ditularkan /
diajarkan kepada anak. Menjadi ortu yang saleh penting sekali karena ortu adalah teladan bagi anak-anak.
Anak-anak akan melihat apa yang dilakukan ortunya. TIap sore orang tua bisa mengumpulkan
anak-anaknya lalu menceritakan Alkitab kepada mereka. Ajak anak sejak usia
sedini mungkin untuk mengerti ajaran Firman Tuhan. Sejak dini sedapat mungkin diajarkan
Firman Tuhan. Karena kalau usia sudah lebih dari 10 tahun sulit untuk
diajarkan. Waktu untuk mengajar mereka sangat singkat. Anak di kelas 5 SD,
sudah banyak PR dan mau melakukan ini-itu sehingga tidak bisa berkumpul bersama
lagi. Musa memiliki iman yang diwariskan orang tua kandungnya yang mengajarinya
Firman Tuhan. Ada penafsir yang mengatakan, waktu ibu Musa memberikan ASI
sekaligus menurunkan imannya yang membentuk karakter Musa. Ketika dijemput ibu
angkatnya dan dibawa ke istana Firaun. Ia hidup sebagai calon putra mahkota
Mesir karena raja Mesir tidak punya anak. Ia mendapat berbagai macam fasilitas,
sekolah yang paling top di istana, menerima kekayaan yang pantas bagi seorang
calon raja, kedudukan dan kekuasaan. Kis 7:22 Musa dididik orang Mesir dan ia
berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya. Kalau Musa berbicara maka bawahannya
langsung taat. Ia memiliki segala-galanya, tetapi karena iman (Kis 7:23) ia
mengunjungi orang Israel. Karena iman ia rela berjuang dengan meninggalkan
semua fasilitas. Setelah ia sadar, bahwa ia orang Israel, seharusnya ia tidak
ada di istana tapi bersama saudara-saudaranya yang teraniaya di luar sana. Ibr
11:24, karena iman Musa setelah dewasa menolak disebut anak putri Firaun. Ia
menolak semua fasilitas, harta kekayaan, kedudukan bahkan mahkota yang tersedia
baginya. Karena ia percaya pada TUhan, beriman bahwa ialah umat Allah. Ia rela
menjadi budak yang melakukan kerja paksa. Seorang calon putra mahkota melepas
haknya jadi rakyat biasa, bahkan kaum budak yang rendah, hina, tidak punya hak
apa-apa, artinya dari atas turun ke bawah. Orang yang normal berusaha
mati-matian meraih jenjang yang tinggi, sekolah yang top, bersaing mati-matian
dengan segala cara untuk meraih kedudukan tinggi. Tetapi Musa justru karena
imannya meninggalkan segala-galanya.
Raja Inggris, Edward
VIII, karena cintanya kepada orang biasa (Wallis Simpson) rela meninggalkan
tahta. Orang menganggapnya tidak normal. Warren Buffet yang dikatakan orang
paling kaya di muka bumi rela menyumbangkan 99% hartanya untuk kemanusiaan. Ia
punya 50an lebih perusahaan , tidak pernah bawa HP, tidak pernah pakai komputer,
hidup dengan sangat sederhana, menyetir sendiri, tidak ada bodyguard, tinggal di rumah sederhana dengan 3 kamar yang
ditinggali selama 50 tahun. Ia berbicara ke mahasiswa tentang konsepnya hidup
secukupnya dan selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki. Semboyannya, jangan
suka pamer tapi jadilah diri sendiri.
Pada Ibr 11:26 Musa menganggap penghinaan karena Kristus sebagai
kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia
arahkan kepada upah. Untuk imannya Musa rela berkorban sedemikian rupa. Paulus dalam
Fil 3:8 mengatakan, Malahan segala
sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih
mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu
dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, Paulus memiliki
pendidikan yang sangat tinggi, kedudukan cukup terhormat karena pembela agama
Israel, berkobar-kobar dalam membunuh orang Kristen yang menodai agama Yahudi
saat itu, tetapi setelah mengenal Yesus, ia menganggapnya sampah. Jangan sampai
kita mengorbankan iman kita karena kekuasaan, kedudukan, harta dan cinta.
Jangan menjual iman, menyangkal Yesus hanya karena kesenangan dunia sementara.
Jangan kompromi dengan dosa untuk kedudukan dan uang. Biarlah kita belajar
seperti Musa karena imannya mencampakkan dunia ini.
Bagaimana dengan
hidup kita? Kita harus memelihara iman dengan sungguh-sungguh. Dalam pergaulan,
dan kehidupan, kita jangan mengorbankan iman karena kesenangan sesaat. Musa
karena imannya menerima upah atau pahala daripada menikmati kesenangan karena
dosa. Karena pandangannya diharapkan jauh di atas awan yaitu kerajaan surga.
Upah sorgawi bukan duniawi. Yang duniawi semuanya sementara dan akan lenyap.
Mungkin dalam hidup Musa tidak pernah menikmati kesenangan duniawi, kecuali
waktu ia tinggal di istana Firaun. Bahkan ia bekerja keras melawan Firaun
dengan 10 bala, lalu memimpin orang Yahudi di padang gurun Sinai. Ini bukan hal
yang mudah, karena sifat/karakter bangsa
Israel keras kepala, tidak mudah diatur, mengulangi kesalahan dan membuat orang
marah. Tetapi dengan kesabaran luar biasa, Musa menggembalakan mereka.
Betapapun susah ia tetap bertahan. Kita hidup di dunia yang tidak pernah
lancar. Pasti banyak kesulitan, apalagi orang Kristen yang hidup dengan standar
Firman TUhan. Tuntutan Alkitab : hidup kudus dan menang dari godaan setan,
mengarahkan kepada pandangan surgawi, mengatasi kesulitan tanpa jual iman dan mengarahkan
pandangan pada kekekalan. Pandangan
kepada TUhan berarti jangan karena hal kecil, ngambek dan tidak senang hati.
Atau kita tidak setia dalam melayani. Bawa jiwa baru 1-2 kali ditolak lalu putus
asa. Yang membuat Musa bertahan adalah pandangan surgawi. Hidup dalam keluarga
kita dan pekerjaan mungkin tidak lancar, tetapi iman terhadap Kristus tidak
boleh goyah. Kita harus bertahan. Mungkin sulit bekerja sama dengan rekan
seiman dan ingin tinggalkan pelayanan. Ingatlah pelayanan itu pekerjaan Tuhan, upahnya bukan duniawi
tetapi surga yang mulia. Mahkota surgawi yang disediakan. Sudahkah letakkan
dasar iman di dalam keluarga (anak cucu,
adik-kakak kita)? Kita setia dengan iman atau kompromi terhadap dosa? Iman
harus melintasi dunia. Pandangan diarahkan kepada hal yang kekal.
No comments:
Post a Comment