Ev. Stephanie
1 Pet 2:11-17
Ada 2 orang sahabat
. Otong dan Oyong, yang bersahabat dari kecil dan berasal dari Indonesia. Mereka
melanjutkan pendidikan ke Amerika. Oyong bisa bahasa Inggris sedangkan Otong
tidak bisa-bisa belajar sehingga Oyong merasa cape menjadi penterjemah Otong.
Otong tidak mau kalah, “Saya tidak mau belajar Inggris, karena bisa kena
penyakit jantung.” Oyong bingung apa hubungannya. Otong berargumentasi, ”Saya melakukan
5 penelitian. Pertama saya meneliti orang Jepang yang paling sedikit makanan
berlemak dan paling sedikit terkena penyakit jantung. Kedua, saya meneliti orang
Meksiko yang senang makanan berlemak, tapi jumlah yang terkena sakit jantung
lebih sedikit dibanding orang AS yang kena. Ketiga, orang Afrika yang suka
minum alkohol, namun lebih sedikit yang kena sakit jantung. Keempat orang Italia
yang juga sedikit minum alkohol dan sedikit yang kena jantung. Kelima, orang
Jerman, paling banyak makan berlemak dan minum alkohol tetapi jumlah yang
terkena penyakit jantung jumlahnya lebih sedikit dari orang AS yang kena.
Karena orang AS tiap hari ngomong pakai bahasa Inggris sehingga kena penyakit
jantung!” Oyong kesal,”Dasar saja malas belajar bahasa Inggris!” Otong kembali
menyanggah,”AS kan negara bebas, boleh belajar Inggris atau tidak.” Oyong malas
berdebat lagi. Otong adalah perantau dari Indonesia. Seandainya, ia belajar
bahasa Inggris dan ikut peraturan di AS, tetapi ia tidak mau belajar. Ia malas.
Orang percaya (Kristen)
adalah pendatang / perantau di dunia ini. Rasul Petrus mengatakan mereka
tinggal di dunia tapi tidak boleh hidup dengan kedagingan mereka yang dahulu.
Kita memang orang-orang bebas. Ayat 16 mengatakan, kita orang merdeka. Tetapi
tidak sekedar merdeka saja (tidak ada yang mau jadi budak), bertindak apa yang
mau dan tidak bertindak apa yang tidak mau. Mereka punya kebebasan ikut aturan
atau tidak. Indonesia adalah bangsa merdeka sehingga banyak orang Indonesia
yang merasa bebas dan sering melanggar peraturan. Banyak orang yang berani melawan
arus lalu lintas, lampu merah diterobos, naik di trotoar. Itu bebas menurut
dunia. Orang Kristen memang sudah bebas merdeka, tetapi tetap menjadi hamba
Allah. Ayat 16 dimulai dari orang merdeka dan diakhiri dengan hamba Allah.
Walau bebas merdeka, tetapi tetap hamba Allah. Sekalipun bebas dosa, tetapi
bukan berarti bebas berbuat dosa lagi. Kita memang bebas jadi orang berdosa
tapi nantinya harus pertanggungjawabkan hidup kepada Allah. Jangan gunakan
anggota tubuh untuk diri sendiri tapi untuk kemuliaan Allah. Sebagai perantau
di dunia, kita hidup harus tetap memuliakan Allah.
Saya senang melihat
film kekaisaran Tiongkok jaman dulu karena saya senang belajar bahasa dan
budayanya. Permaisuri dulu punya banyak dayang. 1 orang punya minimal 4 orang
dayang di antaranya ada 1 yang jadi kepercayaannya. Meskipun ia dijahati
majikan tetap melakukan apa yang majikannya mau. Kalau punya majikan yang baik,
ia penuh suka cita melakukannya. Walau majikan jahat, si dayang tetap harus melakukan
kemauan si majikan. Itu ketaatan dari seorang dayang (budak) terhadap
majikannya. Disuruh bunuh diripun harus mau. Orang Kristen adalah hamba Allah.
Tetapi ketaatan yang diminta Allah bukan karena sekedar kita takut kepada
Allah, tetapi karena ucapan syukur kita kepada Allah. Ayat 13, tunduklah karena
Allah. Artinya, kita diminta taat, hormat kepada Allah dengan ucapan syukur
karena kita orang berdosa yang telah ditebus dengan darahNya yang mahal. Kalau
budak menyerahkan diri karena takut, tetapi kita sudah merasakan penebusan.
Bukankah kita harus melakukannya dengan lebih sungguh dan semangat karena kita
sudah melaksanakan anugerah Tuhan.
Ada 4 cara praktis
yang diajarkan Rasul Petrus tentang bagaimana menjadi saksi di tengah orang
yang tidak percaya, sebagai orang merdeka tetapi tetap melakukan kehendak
Allah, cara melakukan kehendak Allah dalam hidup :
1.
Hormatilah semua orang. Kita sangat mudah menghormati orang yang punya
otoritas atau orang yang menguntungkan kita. Tetapi Rasul Petrus berkata, “Hormati
semua orang.” artinya sebagai anak Tuhan kita menghormati orang tanpa kecuali
termasuk bawahan kita, orang tidak percaya, orang yang menyebalkan. Kita mudah
memberi julukan pada orang-orang yang menyebalkan padahal itu dilarang Tuhan
karena akan merendahkan orang tersebut padahal semua orang ciptaan Tuhan. Kita
tidak boleh merendahkannya.
2.
Mengasihi saudara-saudari di dalam Tuhan. Dalam jemaat di gereja dengan jumlah jemaat besar
atau kecil belum tentu bisa saling mengasihi. Tetapi Petrus minta kita untuk
saling mengasihi. Kasih ibarat semen yang merekatkan bata satu dengan yang lain
membentuk dinding yang kokoh. Hal ini berarti jemaat Tuhan saling menolong.
3.
Takutlah akan Allah dan
4.
Hormatilah raja.
PL sering
mengkaitkan Allah dengan raja. Kel 22:28 bagaimana Allah dikaitkan dengan raja,
Juga 1 Raj 21:10, Ams 24:21. Allah memberi otoritas kepada raja-raja untuk
membuat peraturan (juga untuk pemimpin di kantor). Petrus ingin menegaskan
setiap orang percaya bukanlah hamba raja. Kita dari sekarang adalah hamba Allah
sehingga tidak boleh korbankan iman kita mengikuti kebijakan yang bertentangan
dengan iman. Misal : jangan ikuti kebijakan untuk buka toko hari minggu karena
kita harus ibadah kepada Tuhan. Kis 5:29, Petrus mengatakan kita harus taat
kepada Allah daripada kepada manusia. Tuhan Yesus mengatakan, janganlah takut
kepada orang yang bisa membinasakan tubuh tapi tidak bisa membinasakan jiwa.
Baik Petrus maupun Tuhan Yesus tegas mengatakan ketaatan kepada raja jangan
mengurangi (mengorbankan) iman kita kepada Tuhan. Kita dipanggil untuk menjadi
saksi Tuhan. Kita dipanggil menjadi anak Tuhan bukan menikmati kemerdekaan dari
dosa saja, tetapi dipanggil menjadi saksi Tuhan untuk membawa orang yang belum
percaya. Ayat 12, orang-orang itu melihat kita dan memuliakan Tuhan. Ada seorang
wartawan yang mewawancarai alm. Gus Dur, “Perkembangan politik Indonesia sudah
sejauh mana?” Gus Dur menjawab, “wakil rakyat kita sekarang hebat karena mereka
anti hidup mewah. Mereka sekarang anti makan di restoran” Wartawan berpikir,
ini kemajuan besar, semoga seluruh wakil rakyat anti hidup mewah. Tetapi Gus
Dur bilang,” mereka anti makan di restoran karena anti menyuap diri sendiri.
Karena mereka senang disuap pakai uang.” Hari ini tidak ada lembaga
pemerintahan yang bersih dari tindakan dosa. Bukan saja di Indonesia, tapi juga
di AS. Kita tidak sekedar baca berita / koran, ‘ngomel’ sendiri, karena menjadi
saksi Tuhan berarti taat kepada apa yang digariskan pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan perintah Tuhan. Kita menjadi saksi sehingga yang melihat
diri kita memuliakan Allah. Kalau kelakuan kita sebagai anak Tuhan menunjukkan
hal yang sebaliknya, bagaimana pertanggungjawaban di hadapan TUhan? Ada mobil bahkan
motor yang menempel gambar gereja tertentu besar-besar, tetapi mereka melanggar
peraturan. Ada yang lempar bungkus makanan sembarangan, tabrak lampu merah dll.
Ini tidak menjadi kesaksian, malah jadi sindiran. Di sekolah , peraturan
dikatakan diadakan untuk dilanggar. Kita taat bukan saja karena sekedar otoritas
Allah tetapi karena sungguh sayang mau jadi saksi Tuhan. Kita lakukan hal
kecil, jangan buang sampah sembarangan, jangan menyeberang sembarangan sehingga
sindiran itu hilang. Biarlah kita bisa jadi saksi TUhan dimanapun kita berada.
No comments:
Post a Comment