Kesetiaan dan
kelemahlembutan adalah bagian dari buah Roh, sebagaimana dicatat dalam Gal.
5:22. Ada
berapa buah Roh? Sembilan ya: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Mari kita
baca terlebih dahulu bagian Alkitab yang akan mendasari pelajaran kita pada
malam hari ini. Demi pemahaman konteks, kita akan membaca keseluruhan perikop:
ayat 16-26. Saya akan membaca ayat genap, saudara-saudari ayat yang ganjil,
kemudian ayat 22 yang menjadi fokus kita, akan kita baca bersama-sama.
Saya tidak tahu bagaimana pembahasan
mengenai topik buah Roh dalam kesempatan-kesempatan terdahulu, karena itu saya
akan mulai dengan pembahasan sedikit mengenai buah Roh sebelum kita masuk lebih
spesifik ke dalam dua unsur buah Roh yang menjadi tema kita, yaitu kesetiaan
dan kelemahlembutan.
Yang pertama, menarik sekali, dalam Alkitab disebut buah Roh, bukan
buah-buah. Apa artinya? Artinya ialah, buah Roh, yang sembilan itu, kasih,
sukacita, dan sebagainya, adalah satu paket, satu kesatuan.
Yang kedua, harus dibedakan antara buah Roh dengan karunia Roh. Karunia
Roh, sebagaimana disebutkan dalam 1Kor. 12-14, seperti bernubuat, berbahasa lidah, menasihati,
menghibur, mengajar, dan lain sebagainya, adalah kelebihan tertentu yang
dipercayakan Tuhan kepada manusia-manusia yang percaya kepada-Nya secara khusus
dan berbeda-beda bagi tiap pribadi, untuk membangun jemaat. Sedangkan buah Roh
adalah sesuatu yang mestinya ada dalam diri setiap orang percaya. Jadi, tidak semua orang Kristen mendapat
karunia berbahasa lidah. Tidak semua punya karunia bernubuat,
tetapi semua orang
Kristen mestinya menghasilkan buah Roh.
Yang ketiga, penggunaan kata “buah” menunjukkan bahwa buah Roh adalah
sesuatu yang mestinya muncul secara alami/natural. Sama seperti buah muncul
secara alami dari tanaman.
Yang keempat, dalam Galatia 5:16-26 yang
sudah kita baca bersama-sama tadi, buah Roh dikontraskan dengan
perbuatan-perbuatan daging. Sama seperti perbuatan-perbuatan cemar, seperti:
percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh
pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya, keluar secara alami
dari hati yang penuh kedagingan, demikian juga buah Roh mestinya keluar secara
alami dari kehidupan yang dipenuhi, dipimpin oleh Roh.
Satu paket, mestinya ada dalam diri
setiap orang
percaya, muncul secara alami dari kehidupan yang dipenuhi, dipimpin oleh Roh.
Satu
lagi, setelah kesembilan unsur buah Roh itu disebutkan dalam ayat 23, ada
kalimat apa? Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Kalau bicara mengenai
hukum dalam surat Galatia,
secara otomatis acuan kita tertuju kepada hukum Taurat. Sebab tema utama surat Galatia
memang mengenai Injil Kasih Karunia dan Hukum Taurat. Apa yang dimaksud Paulus di sini dengan
kalimat “tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”? Hukum Taurat, sebagaimana
dijelaskan Paulus dalam bagian sebelumnya di surat Galatia,
diberikan untuk membatasi dosa, mencegah manusia dari kejatuhan ke dalam dosa
yang lebih dalam lagi. Tetapi kalau seseorang sudah dipenuhi buah Roh dan
kesembilan unsurnya itu, sesungguhnya ia tidak perlu dibatasi oleh hukum Taurat
lagi. Ia sudah melampaui hukum tersebut. Karena ketika seseorang hidup dalam
Roh dan dipenuhi oleh buah Roh, sebenarnya secara prinsip, ia sudah memenuhi
segala tuntutan hukum tersebut.
Sekarang kita masuk ke dalam
pembahasan dua unsur buah Roh yang menjadi tema kita pada malam hari ini.
Kesetiaan dan kelemahlembutan.
Pertama,
kesetiaan. Apa yang dimaksud dengan kesetiaan di sini? Kesetiaan di sini
maksudnya ialah sesuatu yang menjadikan seseorang dapat dipercaya, atau dapat
diandalkan. Dapat dipercaya, dapat diandalkan.
Kata
yang sama muncul dalam Luk. 16:10-12. Mari kita lihat bersama-sama. Setia dalam
perkara-perkara kecil. Dapat dipercaya, dapat diandalkan. 1Tim. 1:12, di sana Paulus mengatakan, dia bersyukur kepada Yesus
Kristus, karena Ia menganggapnya setia dan mempercayakan pelayanan ini
kepadaku. Setia, karenanya dipercayakan pelayanan oleh Tuhan.
Mengapa
kita harus setia? Atau mengapa hidup dalam Roh, dalam Tuhan, seharusnya
membuahkan kesetiaan? Karena Alkitab bersaksi bahwa Allah sendiri adalah Allah
yang setia. Mzm. 33:4. Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu
dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan
kesetiaan. Allah kita setia, dapat dipercaya, dapat diandalkan dalam segala
karya-Nya, pekerjaan-Nya.
Kemudian
1Kor. 1:9, Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus
Kristus, Tuhan kita, adalah setia. Apa maksud setia di sini? Kalau kita
perhatikan ayat-ayat sebelumnya, terutama ayat 8, maka jelas bagi kita bahwa
kesetiaan Allah di sini maksudnya ialah bahwa Allah yang sudah memberi kita
anugerah keselamatan cuma-cuma di dalam Kristus Yesus itu, akan meneguhkan iman
kita sampai pada waktu Kristus Yesus datang kedua kalinya. Ini adalah mengenai
kesetiaan Allah dalam karya keselamatan-Nya. Ia yang sudah memulai anugerah
karya keselamatan-Nya dalam diri kita itu, pasti akan meneguhkan-Nya hingga
akhir zaman. Sehingga kita semua orang-orang percaya pasti selamat. Karena
keselamatan itu dari Allah ya, kalau karena usaha manusia kan tidak pasti. Manusia kan selalu berubah. Tapi kalau dari Allah,
pasti ya.
Kesetiaan
Allah juga dinyatakan dalam 1Kor. 10:13. Tahu ya ayat ini, pencobaan-pencobaan
yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia. Sebab Allah adalah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu
dicobai melampaui kekuatanmu. Ya, karena Allah setia menggenggam kita dalam
keselamatan yang sudah dikerjakan-Nya dalam diri kita, maka Ia tidak akan
membiarkan kita dicobai melebihi kekuatan kita.
Ibr.
10:23, Marilah kita berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita,
sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Ya, Allah setia pada
perjanjian-perjanjian-Nya, karena itu kita dapat berpegang teguh pada pengakuan
tentang pengharapan kita. Pengharapan kita akan sorga, akan kedatangan Kristus
yang kedua kali, akan kemenangan, upah di sorga, dan sebagainya.
Terakhir,
1Yoh. 1:9. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga
Ia akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Allah
setia, setia pada janji-Nya, bahwa Ia akan mengampuni anak-anak-Nya yang sungguh-sungguh
bertobat.
Allah
kita adalah Allah yang setia. Karena itu manusia yang hidup di dalam-Nya,
seharusnya juga menghasilkan buah kesetiaan dalam hidupnya.
Kesetiaan
juga menjelaskan karakter orang-orang
yang siap mati demi iman mereka kepada Kristus. Why. 2:10, Hendaklah engkau
setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Setia
sampai mati. Nasihat untuk setia sampai mati ini ditujukan rasul Yohanes untuk
jemaat di Smirna ya. Dan pada waktu-waktu berikutnya, memang jemaat Smirna
mengalami penganiayaan. Pada suatu ketika, tempat kediaman uskup di Smirna,
namanya Polycarpus, didatangi oleh pasukan
Romawi. Mereka mencari Polycarpus. Polycarpus
segera menemui mereka, dan meminta waktu dua jam, untuk mendoakan semua orang yang ia kenal dan
pernah temui, yang dia ingat. Takjub melihat ketenangan dan aura sang uskup
mungkin, para pasukan memberinya izin. Dua jam berlalu, dan Polycarpus kini
dibawa ke arena, untuk dibakar hidup-hidup di hadapan massa. Ia diikat pada kayu, diberdirikan, dan
di bawah kakinya sudah disiapkan kayu-kayu, yang segera disiram dengan bahan
bakar oleh pasukan Romawi.
Seorang
prajurit sudah membawa obor yang menyala, siap dihunjamkan ke tumpukan kayu di
bawah kaki Polycarpus, dan sang kaisar Romawi
bertanya, ajalmu segera tiba, maukah engkau menyangkali imanmu? Pada saat
itulah muncul kalimat Polycarpus yang terkenal dalam sejarah gereja. Demikian
katanya, “Selama 60 tahun aku melayani Dia, dan Dia tidak pernah berbuat satu
kesalahan pun pada-Ku, dan Dia tidak pernah sekalipun mengecewakanku, masakan
aku menyangkali-Nya pada saat terakhirku?”
Maka
obor pun diletakkan di atas tumpukan kayu, dan nyala api segera merambat ke
tubuh Polycarpus. Menurut legenda, api
tersebut tidak membakar tubuhnya, mengelilingi tubuhnya, tetapi tidak
membakarnya, sampai kaisar menyuruh seorang prajurit untuk menikam tubuhnya
dengan tombak. Polycarpus mati. Tapi
keberanian yang ditunjukkannya memberi inspirasi bagi martir-martir Kristen
yang mengikutinya. Setia sampai mati.
Adakah kita yang di sini
memiliki kesetiaan? Setia pada hal-hal kecil. Setia pada pelayanan yang
dipercayakan kepada kita di gereja. Setia pada segala sesuatu yang dipercayakan
Tuhan dalam kehidupan kita. Setia pada iman kita, sampai mati. Dapat dipercaya,
dapat diandalkan. Itulah salah satu unsur buah Roh yang seharusnya ada dalam
diri setiap orang yang hidup dalam Roh.
Yang
kedua, kelemahlembutan. Apa yang
dimaksud dengan kelemahlembutan di sini? Kelemahlembutan adalah karakter yang
dimiliki oleh seseorang yang sangat dapat mengendalikan dirinya sendiri,
sehingga ia selalu marah pada saat yang tepat, dan sebaliknya, tidak pernah
marah pada saat yang salah.
Dalam
Alkitab, ada tiga contoh situasi di mana kelemahlembutan menjadi syarat utama
dalam menghadapinya.
Dalam Gal. 6:1, kalau
seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus
memimpin orang
itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut. Bimbingan kepada orang yang
jatuh dalam dosa, harus dilakukan dalam kelemahlembutan.
Kemudian
2Tim. 2:25, dalam menghadapi orang
yang suka melawan, kelemahlembutan adalah syarat. Bukan dibalas dengan sikap
yang melawan juga.
Kemudian
dalam mempertahankan iman, 1Pet. 3:15-16. Pertanggungjawaban, pembelaan iman
harus dilakukan dengan sikap penuh kelemahlembutan.
Siapa
lagi sosok ideal untuk memahami kelemahlembutan yang ideal selain Yesus
sendiri? Dalam Mat. 11:29, Yesus berkata: “Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah
lembut dan rendah hati.” Belajarlah kelemahlembutan dari Yesus.
Yesus
selalu marah pada saat yang tepat. Ia marah ketika bait Allah yang seharusnya
menjadi tempat beribadah dijadikan tempat mencari untung lewat cara-cara kotor.
Ia marah kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menyelewengkan
arti agama yang sejati. Ia marah kepada pekerjaan Iblis. Tapi terhadap orang-orang yang
sungguh-sungguh mencari Allah, Yesus menunjukkan kelemahlembutan, kasih, dan
belas kasihan yang luar biasa.
Kelemahlembutan,
belas kasihan, kesederhanaan, kerendahan hati, sering dipahami dunia sebagai
tanda kelemahan. Tidak heran kalau banyak orang
sulit menerima bahwa Yesus adalah Raja, termasuk/bahkan terutama orang-orang Yahudi.
Padahal sebenarnya dalam kelemahlembutan-Nya, kesederhanaan, dan
kerendahan-Nya, nyata kebesaran-Nya.
Yesus
datang ke dunia sebagai Raja, dan membawa kerajaan Allah bersama-Nya. Ia
memanggil orang-orang
untuk menjadi warga-warga Kerajaan Allah. Matius 5-7, khotbah di bukit, sering
disebut sebagai landasan etis/prinsip etika bagi warga-warga Kerajaan Allah.
Kita
lihat di Matius 4:23. Khotbah di bukit dimulai dengan dua belas ucapan bahagia
berbahagialah orang
yang, karena mereka akan.. Karakter-karakter yang disebutkan di dalamnya, ialah
karakter-karakter para warga Kerajaan Allah. Kerajaan yang dibawa, ditawarkan,
dan diwartakan oleh Yesus. Salah satunya adalah lemah lembut. Mat. 5:5: Berbahagialah
orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi (Mat. 5:5).
Kepada
orang yang
lemah lembut, Yesus menjanjikan kepemilikan atas bumi. “Memiliki”, biasa
diterjemahkan juga “mewarisi”. Kata “mewarisi” biasa dikaitkan dengan hak
memasuki Tanah Perjanjian, seperti nyata dalam kitab-kitab Taurat. Tapi
memiliki/mewarisi bumi di sini ternyata bukan mengacu kepada kitab-kitab
Taurat. Perhatikan referensi di bawah. Ayat mana yang diacu? Mazmur 37:11.
Dalam Mazmur 37, tiga kali disebutkan frasa “memiliki bumi” selain dalam ayat
11, yaitu ayat 9 dan 29. Dan pada zaman Tuhan Yesus, Mazmur 37 ini dipakai orang-orang Yahudi
sebagai nyanyian pengharapan akan zaman baru, zaman pemerintahan Allah di bawah
Mesias sebagai Raja. Jadi apa artinya? Mewarisi bumi berarti memperoleh tempat
dalam langit dan bumi yang baru, sorga yang kekal, Firdaus yang dicipta ulang. Orang-orang yang lemah
lembut akan mewarisinya.
Apakah
kita termasuk orang-orang
yang demikian? Jika ya, berbahagialah, sebab kitalah yang mewarisi bumi yang
baru itu. Jika tidak, mari kita terus mohon karya Roh Kudus di dalam hati kita,
melembutkan dan menjadikan kita orang-orang
yang penuh dengan kelemahlembutan.
Setia.
Dapat dipercaya, dapat diandalkan. Setia pada iman kita. Lemah lembut. Marah
pada waktu yang tepat. Bersama dengan kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, dan penguasaan diri adalah satu paket buah Roh
yang secara alami mestinya terpancar dari kehidupan orang yang hidup dalam Roh. Amin.
No comments:
Post a Comment