Pdt. Njoo Moe Fang
1 Pet 2:9; Kis 11:20-26
Pemberitaan
Injil adalah tugas semua orang, bukan
hanya tugas para hamba Tuhan atau majelis saja.
Ada cerita tentang unta dan anaknya yang masih kecil
sedang bercakap-cakap. Anaknya bertanya, “Papa kenapa kita punya punggung yang
menonjol dan keras?” Ayahnya pun menjawab,“Itu untuk menyimpan makan-minum yang
banyak. Kita biasanya tinggal di padang gurun sehingga tidak gampang temukan
makanan dan minuman?” Anaknya kemudian bertanya lagi,”Pa, kenapa kaki kita
begitu panjang?” Ayahnya kembali menjawab “Kita perlu berjalan di padang gurung
sehingga perlu kaki panjang.” “Kenapa bulu mata kita panjang dan lentik? Apakah
untuk bisa berkedip agar menarik perhatian?”tanya Sang Anak lagi. “Bukan, itu
gunanya supaya kita tidak gampang kemasukan pasir di padang gurun. Di padang
gurun banyak pasir dan angin.”jawab Sang Ayah. Terakhir anaknya
bertanya,”Kenapa kita tinggal di kebun binatang dan tidak di padang gurun? Bukankah
kita punya punggung yang menonjol dan keras, bulu mata yang lentik dan panjang,
kaki yang panjang untuk hidup di padang gurun? Semuanya itu tidak berguna di
kebun binantang.” Seperti inilah orang yang punya potensi besar tapi tidak
pernah dipakai. Sebagai anak Tuhan kita punya banyak potensi dari Tuhan. Kita
disiapkan untuk suatu pelayanan yang besar. Tetapi banyak orang Kristen tidak
memakai kuasa dan potensi dari Tuhan. Di tengah tugas yang begitu besar, banyak
orang menyembunyikan diri dan tidak melayani Tuhan. Dunia ini adalah ladang
pekerjaan Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan,”Lihatlah
ladang sudah menguning tetapi sedikit penuainya.”
Peluang
Besar
Kita punya peluang yang besar karena kita hidup di negara dimana banyak orang yang
belum mengenal Tuhan. Bila orang Kristen bersaksi dan memberitakan Injil maka
akan terjadi kebangunan rohani sehingga bangku yang kosong akan terisi. Pada
Kisah Rasul Rasul diberitakan ada orang-orang yang baru bertobat kemudian ada yang
memberitakan injil ke ke sukunya sendiri. Tetapi juga ada orang Siprus dan
Kirene yang mau memberitakan Injil kepada orang lain. Di samping itu karena
penganiayaan, orang-orang percaya tersebar ke berbagai tempat lalu mereka
memberitakan Injil dan Tuhan memberkati mereka sehingga banyak orang bertobat.
Maka terjadi suatu keajaiban, di Antiokhia ada pos penginjilan karena orang
awam. Biasanya saat membuka pos PI, gereja menempatkan hamba Tuhan. Tetapi di
Antokhia , secara pelan dan pasti ada orang menjadi percaya dari penginjilan
jemaat sendiri. Setelah persekutuan berjalan, baru Barnabas diutus ke sana.
Barnabas bersukacita melihatnya, lalu Barnabas memanggil Paulus untuk juga
melayani Antiokhia. Jadi mereka mengembangkan jemaat Antiokhia berdasarkan
pelayanan orang awam dan di Antiokhialah untuk pertama kali orang percaya dinamakan
orang Kristen yang artinya Kristus kecil. Orang di sana melihat , bahwa orang
Kristen seperti Kristus sendiri. Ada peluang
yang besar untuk kita mengabarkan Injil. Kebangunan Rohani tidak tergantung
pada hamba Tuhan. Banyak orang perlu diajak untuk datang kepada Tuhan. Winburn
Chapman mengatakan, “Di Alkitab, dari 40 orang yang menerima kesembuhan dari
Tuhan Yesus, hanya 6 orang yang datang sendiri kepada Yesus. 34 orang lainnya datang
karena diajak dan diantar kepada Tuhan.” Banyak orang menunggu kita
mengajaknya. Apalagi kita tinggal di Indonesia yang masih memiliki
daerah-daerah yang belum atau sulit terjangkau Injil. Di Jawa Barat juga masih
banyak orang yang belum mendengar Yesus sebagai Juru Selamat. Di Asia Tenggara,
Indonesia merupakan negara yang paling banyak penduduknya belum mendengarkan
Injil. Tidak kebetulan kita lahir di Indonesia. Tuhan menunggu kita untuk
bekerja bagi Dia. Ada tempat, di mana ada orang-orang yang hanya bisa dijangkau
kita. Ada banyak orang di rumah tangga atau keluarga besar kita yang belum
menerima Tuhan Yesus. Itulah tugas kita untuk mengabarkan Injil pada mereka.
Ladang sudah menguning namun sedikit penuainya. Kita jangan sekedar berdoa dan menunggu
tapi juga melakukan pengabaran Injil.
Pilihan
Tuhan
Orang yang dipilih adalah orang yang dipercaya. Di
Jakarta, kita baru memilih gubernur yang baru. Yang menang adalah pasangan yang
baru, bukan gubernur yang sekarang. Berarti orang Jakarta, melihat orang yang
baru dipercaya lebih bisa memimpin Jakarta. Kita memilih karena kita percaya
dan berharap. Demikian juga Tuhan terhadap kita. Ada dikatakan di Alkitab, “Kamulah
bangsa yang terpilih.” Kata “kamu” menunjukkan saudara dan saya, tidak menunjuk
pribadi atau kelompok tertentu. Hal ini berbeda dengan sistem Perjanjian Lama
(PL) di mana hanya suku Lewi yang boleh melayani Allah dan seorang imam harus dari
keturunan Harun. Tetapi setelah PL ada perubahan besar. Saudara dan saya (kita)
dipilih menjadi imamat rajani. Artinya kita dipilih karena dilihat bisa dipakai
untuk pekerjaan Tuhan. Memang ada orang yang 100% melayani di gereja, namun hal
itu terkait pekerjaan / jabatan. Tetapi masalah panggilan, pilihan diberikan
kepada orang-orang yang sudah percaya Tuhan. Kalau Allah yang memilih , maka
Allah akan memperlengkapi sehingga kita tidak bisa mengatakan bahwa kita tidak
bisa ngomong dll (Allah melihat kita mampu).
Hal ini terlihat pada Yoh 1:12, setiap
orang yang percaya diberiNya kuasa. Yesus berjanji menyertai kita dalam
pemberitaan Injil. Kita bangsa yang kudus, umat kepunyaanNya sendiri. Kudus
artinya yang berbeda dan khusus. Artinya berbeda dengan orang lain yang tidak
mengenal Tuhan. Kita umat kepercayaanNya sendiri. Kita berbeda karena kepunyaan
Allah sendiri. Ada yang bertanya, “Kenapa saya diberikan beban seperti ini
padahal sudah cape mengurus rumah tangga dan pekerjaan. Masalah gereja, biar
hamba Tuhan yang mengurusi.” Keinginannya, pulang kerja santai melihat TV dan
menghibur diri. Memang kita berbeda, karena kita umat kepunyaanNya yang telah
dibeli oleh Allah. Pilihan karena ada kepercayaan. Tetapi sekaligus dipilih
merupakan tanggung jawab. Calon gubernur yang telah dipilih, ditanya senang
atau lega setelah menang, dijawab,”Memang senang dan lega. Tetapi lebih dari
suatu beban yang berat karena ini suatu pekerjaan dan tanggung jawab yang
besar.” Dipilih bukan hanya untung tapi ada tanggung jawab yang besar. Artinya
kita juga punya tanggung jawab yang besar. Allah tidak pernah salah pilih. Ada
suatu tugas besar untuk kita.
Ketika Tuhan Yesus kembali ke surga, diceritakan malaikat
terheran-heran saat Yesus kembali ke surga dengan 12 murid. Di dalam cerita ,
malaikat bertanya, “Apa tidak keliru, kamu mati di kayu salib, berdarah-darah
susah sekali, sekarag kamu hanya punya 12 murid saja.” Padahal di antaranya ada
1 murid yang mengkhianati dan, 1 menjual kamu. Apa tidak keliru dengan murid
yang biasa, sederhana dan berjumlah 12? Dunia tidak dimenangkan oleh orang
hebat. Kedua belas orang ini saya pilih dan bersamanya untuk memberitakan
Injil.” Hari ini kita dipercayakan Tuhan untuk beritakan Injil.
Praktek
Nyata.
Penginjilan adalah semacam ketrampilan. Untuk menjadi trampil
dalam pekabaran Injil perlu latihan alias dipraktekkan secara nyata (tidak
sekedar teori). Kita harus mengalami sendiri apa artinya mengenal Tuhan. Firman
Tuhan mengatakan, supaya kamu
memberitakan perbuatan Nya yang besar yang memanggil kamu dari kegelapan.
Jadi bukan ceritakan hal yang besar tapi tidak pernah mengalami sendiri.
Kesaksian penginjilan berarti mengalami hidup bersama Tuhan. Itu berarti kita
mengalami, lalu menceritakan kepada orang lain apa yang kita alami. Tidak perlu
teori yang tinggi, kita bersaksi dari kehidupan kita. Penginjilan seperti orang menceritakan kepada
orang lain ada restoran yang baru buka dan enak. Banyak orang Kristen tidak mau
buka mulut tentang Injil yang berharga. Tidak mau bercerita tentang keselamatan
yang gratis. Tapi kalau makan yang enak, langsung ajak orang lain pergi.
Praktek berarti mengalami dan menceritakan pada orang lain.
Beberapa
Macam Penginjilan
1.
Secara sosial. Allah
memanggil kita untuk menjadi garam dan terang dunia , mempengaruhi masyarakat
di mana kita hidup. Artinya memperjuangkan kebenaran dalam masyarakat. Misalnya : ikut berjuang memberantas korupsi.
Cawagub DKI sekarang orang Kristen. Kita harus mendoakannya agar sebagai orang
Kristen dipakai untuk memberantas korupsi. Hal ini tidak gampang, tetapi orang
Kristen dipanggil untuk ikut di dalamnya. Artinya sebagai orang Kristen tidak
hanya ngomel dan kritik tentang pemerintah Indonesia, tetapi aktif membantu
melakukan sesuatu untuk masyarakat dan menghadirkan Kristus.
2.
Melalui
kebaktian. Di gereja-gereja diadakan kebaktian penginjilan , dipersilahkan
mengajak orang baru datang. Memang ada orang yang perlu mendengar khotbah yang
bersemangat dan ditantang untuk menerima Yesus. Kita harus berdoa dan membawa
orang yang belum percaya untuk datang.
3.
Melalui gaya
hidup. Kita menunjukkan kehidupan orang Kristen yang membawa damai. Bila ada
orang bertengkar dan tidak cocok , kita membawa perdamaian kepada mereka.
Biasanya banyak orang TIonghoa yang berprinsip, asal saya berbuat baik agar
mereka melihat Tuhan dalam hidup saya. Gaya ini penting, jangan sampai orang
tidak tahu Kristus hidup di dalam kita. Cara kita menghadapi kesulitan dan
masalah, berbeda dengan orang yang tidak mengenal Tuhan. Termasuk cara kita
sukses mendapat rejeki berbeda dengan orang di luar kita.
4.
Melalui berteman.
Ketiga poin di atas untuk orang banyak, cara ke empat ini pemberitaan Injil
dilakukan melalui satu orang demi satu orang. Ada 3 gereja di tempat saya khotbah yang membuat
program “1 orang bawa 1 orang”. Daripada secara umum memberi kesaksian kepada
dunia, lebih baik khusus 1 orang dan bawa dia. Penginjilan seperti ini, setiap
kita bisa lakukan. Memilih satu orang dari teman, memperhatikan dan membantu
dia, bertanya tentang hal-hal mendalam dalam hidup ini. Tidak hanya bicara
tentang koran dan TV tapi bicara tentang kehidupan. Lalu kita bicara tentang
Yesus yang hidup dalam kita. Kita sabar menunggu waktu Tuhan untuk mereka. Berbeda
dengan orang-orang yang mendekati kita karena mau jual barang kepada kita (ada
maunya). Begitu kenal, bersikap baik, namun ujungnya menawarkan barang. Kalau ditolak
dia terus menawarkan. Setelah 1 -2 kali ditolak mukanya berubah. Itu adalah
orang penjual barang. Penginjilan melalui pertemanan, sekalipun belum siap
terima Tuhan, kita tetap menjadi teman bagi dia. Kita bersabar karena Tuhan
punya waktu sendiri. Kita membangun hubungan baik , bercerita (tidak cukup
hubungan baik, karena banyak orang baik di luar, kita belajar bercerita),
bertanya (kepada orang yang kita Injili). Suatu kali ada seorang jemaat yang
Ikut tur bersama 1 rombongan. Setelah selesai, saat mau berpisah dengan
rombongan tour, hatinya gelisah karena belum memberitakan Injil setelah 1
minggu bersama-sama. Sewaktu tunggu taxi yang jemput pulang, ia bertanya kepada
rekan 1 tour, “Bapak kenal Tuhan Yesus?” Dijawab,”Tahu.” “Apa mau percaya?”tanyanya
lagi. “Ngak pantas, saya ngak pantas. Saya orang jahat.”sahutnya. Ia pun
menjelaskan, “Tidak, Tuhan Yesus mau menjadi Juruselamat kepada sisapa saja
yang percaya.” Rekannya itu tidak percaya, tetapi mobil yang menjemputnya sudah
datang. “Apa kamu pernah ke gereja?”tanyanya dengan cepat. Yang dijawab,“Belum
pernah. Karena tidak pernah ada yang mengajak.” Jemaat itu pun akhirnya berpisah
dengan orang itu. Ada penyesalan dalam hatinya. 1 minggu sudah besama-sama .
Ada orang yang merasa tidak pantas diterima Tuhan, ada orang yang mau ke gereja tapi tidak ada
yang mengajak. Banyak orang yang membutuhkan Tuhan perlu orang lain untuk
mengajak. Pertama kali kita datang sendiri kepada Tuhan. Tetapi mari kita
datang ke salib Tuhan dengan mengajak orang lain. Mari memandang kepada salib sebagai
tujuan kita. Kita bersama-sama mengajak orang lain mengalami kekudusan. Mari
berbagian dalam tugas memberitakan Injil. Allah masih bekerja, dari dulu,
sekarang sampai selamanya. Allah tetap memanggil untuk kita semua.
No comments:
Post a Comment