Ev Stephanie
Ayub 23:10-14 Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia
menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak
menyimpang. Perintah dari bibir-Nya
tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya. Tetapi Ia tidak pernah berubah — siapa dapat
menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga. Karena Ia akan menyelesaikan apa yang
ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya.
Ayub 1:20-21 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak
jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya:
"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga
aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!"
Ada seorang anak
yang saat pulang sekolah menangis dengan kerasnya seakan-akan telah dipukuli
orang. Kemudian ia menghampiri mamanya dan berteriak, “Mama, nilai ujian
akhirnya jelek.” Mamanya terkejut. Bukankah anaknya pintar? Lagipula anak ini
telah belajar dengannya. Mamanya bingung. Dengan terisak anaknya menambahkan, “Saya
hanya mendapat nilai rata-rata 80.” “Kenapa menangis, bukankah seharusnya kamu
mengucap syukur?” kata mamanya. Anak ini
bertambah kencang menangisnya, “Pokoknya saya tidak terima!” Mamanya bingung,
“Ada apa? Coba cerita ke mama.” “Mama, rata-rata nilai Bejo 85. Saya tidak
terima. Ia dulu selalu ranking terakhir , kenapa sekarang ia ranking pertama.
Ma, Bejo punya soalnya sehingga ia bisa dapat 85! Guru sekarang memuji Bejo. Katanya
ada kemajuan. Bejo pasti kasih parsel ke guru, ma!” Akhirnya sang anak berlari
ke kamar dan berteriak, “Semuanya tidak adil!” Secara sadar dan tidak sadar, hidup di dunia bukan saja sulit tapi juga
tidak adil. Mungkin dari kecil, kita mengalami ketidakadilan. Sewaktu di
kantor kita juga mengalaminya. Ada orang yang berusaha sekuat tenaga, tetapi
yang mendapat kenaikan gaji adalah temannya. Orang ini hanya dapat ucapan
selamat pagi saja, tidak ada penghargaan sama sekali. Ada juga koruptor
mendapat fasilitas kamar ber-AC di penjara sedangkan orang yang mencuri sandal,
mangkok atau semangka, di penjara bertahun-tahun. Bagaimana kita memiliki iman walaupun
dalam kondisi yang tidak adil?
Kita mungkin
dibesarkan dalam kondisi di mana bila kita melakukan sesuatu yang baik
dikatakan, I like it dan diberi
hadiah. Kalau kita melakukan kesalahan, “Awas ya kalau lakukan sekali lagi,
saya pukul kamu!” Itu yang menjadi pola pikir jaman sekarang. Seharusnya orang yang
bekerja yang mendapat uang dan posisi, namun hal sebaliknya bisa terjadi. Hidup
ini tidak adil. Inilah yang dialami oleh Ayub. Pada Ayub pasal 1 dikatakan Ayub
adalah orang yang saleh, jujur dan takut akan Allah. Ayub orang yang
benar-benar berkenan di hadapan Tuhan. Sehingga Tuhan berkata, ialah hambaKu.
Tetapi meskipun demikian, Ayub tidak bebas dari kesulitan dan perlakuan tidak
adil. Menjadi orang percaya, tidak menjamin kita bebas dari kesulitan dan
penderitaan. Kadang Tuhan mengijinkan kesulitan terjadi dalam kehidupan orang
percaya. Tetapi mari kita belajar dari Ayub, bagaimana ia menghadapi
ketidakadilan dan kesulitan dalam kehidupannya walau dikatakan ia berkenan di
hadapan Allah.
Prinsip hidup Ayub, semua yang dimiliki adalah titipan Tuhan.
Dari lahir sampai mati semuanya adalah titipan dari Tuhan. Kalau kita dititipi
(dipinjamin) barang, dan pada waktu yang menitip mengambil kembali, kita akan
mengatakan terima kasih sudah dipinjami. Inilah yang menjadi prinsip hidup
Ayub, semua yang dia punya kepunyaan Tuhan. Tetapi setan melihatnya secara berbeda
sehingga ia berani mencobai Ayub. Setan mempunyai pikiran, “Ayub adalah orang
taat karena Tuhan selalu melindunginya. Coba kalau semuanya diambil, pasti ia
menutup pintu hatinya.” Ayub dikatakan sebagai orang yang terkaya, artinya
benar-benar di posisi pertama dalam kekayaan yang dihitung dari jumlah hewan.
Kekayaannya kemudian diserang dan
diambil iblis sehingga ia tidak punya apa-apa. Ini bukan terjadi dalam waktu lama,
namun dalam sekejap dan berurutan. Waktu orang pertama belum selesai memberi laporan,
orang kedua sudah datang menyampaikan berita yang lain dan seterusnya. Kalau
Ayub hidup di jaman sekarang, mungkin ia sudah loncat dari gedung tinggi. Tetapi
Ayub tidak begitu.
Saat Ayub mengalami
kehilangan bertubi-tubi ia melakukan 5 tindakan. Pada ayat 1:20, ada 5 kata
kerja. Waktu Ayub mendengar anak-anaknya meninggal, maka Ayub berdiri dan mengoyakkan pakaiannya. Ia menyatakan dirinya benar-benar berduka
cita. Ia juga mencukur kepalanya. Rambut adalah lambing kemuliaan pribadi.
Sehingga waktu mencukur, ia
mengatakan saya tidak punya apa-apa lagi, kosong dan hampa. Sesudah itu, Ayub
jatuh, bersujud. Ia tidak mengatakan,
“Tuhan Engkau jahat. Awas ya!” Tetapi ia menyembah. Ayub benar-benar jatuh
tersungkur di hadapan Tuhan. Ia tidak marah kepada Tuhan dan mengutuki Tuhan
tetapi menyembah Tuhan dan memujiNya.
Ia mengatakan, “dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku dengan
telanjang pula aku kembali . Tuhan yang memberi dan mengambil. Terpujilah
Tuhan.” Waktu saya dilahirkan telanjang dan nanti waktu pulang ke rumah Bapa,
tidak membawa apa-apa juga. Semuanya titipan Allah. Pinjaman Allah. Kemurahan
Allah. Setiap langkah hidupku adalah belas kasihan Tuhan. Sehingga waktu Tuhan
ambil semua, Ayub katakan, “Terpujilah Tuhan. Tuhan terima kasih, sudah meminjami
semua. HakMulah mengambil semuanya. Aku tidak bisa menahan apa-apa daripadaMu.”
Prinsip Ayub, semuanya milik dan anugerah dari Tuhan. Anak saya adalah
kepercayaan Tuhan. Kambing domba saya juga titipan Tuhan. Hamba-hambaku
kepunyaanMu. Uang, mobil, pekerjaan, semuanya punya Tuhan. Jangan bilang itu kepunyaan
saya. Yang jadi masalah bukan saat kita mengendarai mobil, tapi saat mobil mengendalikan
kita. Sehingga saat kehilangan mobil, kita stress. Orang yang bunuh diri, orang
yang dikendalikan segala sesuatu bukan sebaliknya.
Ayub adalah orang yang beriman. Hal ini nyata pada pasal 23-24. Ia beriman kepada
siapa? Kita suka hal yang nampak di mata, senang yang bisa dipegang dan
didengar. Semua yang kita rasakan, menyukakan kita. Ada yang bilang, supaya
dikatakan hebat, mengatakan bahwa ia mendengar suara Tuhan. Ini bukan dasar
kepercayaan kepada Tuhan. Intinya adalah perjalanan hidup kita tidak sekedar nampak
pada mata atau bisa dirasakan, namun perjalanan iman bersama Tuhan. Semua teman
Ayub menjelekkan Ayub. Ia bilang Ayub berdosa sehingga dikatakan budukan
seperti sekarang. Pasal 23-24 Ayub menyatakan rasa syukurnya kepada Tuhan. Pasal
23:8-10 Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke
barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling
ke selatan, aku tidak melihat Dia.
Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul
seperti emas. Di tengah ketidakadilan dan cemoohan temannya, Ia mencari
Allah. Walau tidak kelihatan mata, ia percaya Tuhan ada dan Tuhan mengerti
jalan hidup Ayub. Di ayat 11, waktu kita tidak lihat Tuhan, yakinlah Tuhan ada.
Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah
dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.
Tuhan tahu dan ia ingin kita tetap melakukan kebenaran firmanNya. Sekalipun ada
masalah dan penderitaan, kita tetap berjalan di jalan Tuhan.
Ayub percaya pada Tuhan yang berdaulat. Iman yang tidak luntur. Saat sedang menghadapi masalah,
kita senang bila ada teman di samping kita. Apalagi kalau kita tahu, orangnya
punya kemampuan menyelesaikan masalah. Apapun yang terjadi dalam kehidupan
manusia bukanlah suratan takdir. Kita menolak , “jangan ini atau jangan itu yang sifatnya tahayul”.
Ayat 13-14, apapun yang terjadi dalam hidup manusia sudah ditetapkan Tuhan.
Tidak ada nasib, surat takdir / tangan , semua yang terjadi merupakan ketetapan
Tuhan. Sekalipun itu hal buruk , bukan namanya sedang sial. Kita tidak percaya.
Ayat 14 , Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan padaku. Tuhan bukan kasih
ketetapan lalu mau enak-enak saja.
Tetapi Ia membantu kita menyelesaikan semuanya. Ini berita bahagia, yang
luar biasa. Menghadapi kesulitan dan ketidakadilan, ada Tuhan yang menuntun dan
menyelesaikan semuanya. Betapa bahagianya kita sebagai anak Tuhan. Punya Allah
yang peduli dalam berbagai hal yang kecil dalam kehidupan kita. Ayub percaya
Tuhan akan selesaikan semuanya. Iman Ayub membawa pada sesuatu yang
menyenangkan. Pasal 42, Ayub menemukan
sesuatu yang indah dan baik, Tuhanlah yang membantu menyelesaikan semuanya
yakni Ayub mendapat perkenanan Tuhan. Tuhan menyebut hambaKu sebanyak 4 kali.
Di pasal 1 Tuhan menyebut Ayub, hambaKu. Kita dapat hak istimewa, mendapat
gelar “hambaKu”. Sekalipun Ayub mengalami penderitaan yang panjang, ia dapat
gelar hambaKu. Yang kedua, relasi Ayub dengan rekan-rekannya dipulihkan. Teman
Ayub memfitnah Ayub melakukan dosa. Tetapi Tuhan menyatakan, Ayublah yang benar
dan mereka lah yang salah. Mereka diminta mempersembahkan korban dan Ayub
berdoa untuk mereka. Relasi mereka dipulihkan. Yang ketiga, relasi Ayub pun
dipulihkan. Borok-boroknya hilang. Semua hal yang dulu hilang dikembalikan.
Setelah melewati penderitaan yang panjang dan mendapat perlakuan yang tidak
adil. Kita tidak tahu apa yang Tuhan sediakan dibalik sana. Kita tidak bisa
melihat apa jadinya kondisi kita. Ayub tidak akan tahu akan sembuh dan
dikembalikan dua kali lipat miliknya yang hilang. Ada 1 lagu yang saya ingat , Banyak yang akan terjadi dalam hidupku ini.
Kutahu siapa yang berkuasa melakukan semua. Apapun yang terjadi, aku percaya
Tuhanlah yang berkuasa. Tuhanlah yang memegang hari esok. Biarlah lagu ini
mengingatkan kita, apa pun yang terjadi di depan sana, Tuhanlah yang memegang
kita. Yang keempat, kemenangan rohani.
Di pasal 1 dan 2, setan benci pada Ayub. Di pasal 42 tidak ada cerita tentang
setan. Semua pikirannya kalah. Apapun yang terjadi Tuhan ijinkan. saat berhasil
ada kemenangan rohani. Maka percayalah dan berimanlah kepada Tuhan, apapun yang
terjadi untuk kemenangan rohani kita. Roma 8:28. Waktu dikatakan, Allah turut
bekerja, maka ada kutipan dari Yohan Chang, Allah itu turut bekerja artinya
Allah yang tahu, hadir dan aktif bekerja. Kata segala sesuatu artinya tidak ada
yang tersembunyi di hadapan Allah. Ada ajaran yang mengatakan , mengapa orang
Kristen menderita? Kenapa Allah tidak tahu kita menderita? Ini ajaran yang
salah, karena Alkitab mengatakan segala sesuatu (dari yang kecil sampai paling
besar) Tuhan tahu. Walaupun ada hal buruk semuanya mendatangkan kebaikan bagi
kita. Semuanya mendatangkan yang baik bukan yang buruk. Semua orang berusaha
menyingkirkan Yusuf, tetapi Kej 50 mengatakan, meskipun kamu memikirkan yang jahat tapi Tuhan merancangkan untuk kebaikan.
Masalah : kita sering jadi orang yang sok sibuk. Kita menjadi orang yang tidak
sabaran. Seorang anak waktu diajak jalan sangat senang. Ia tanya, berapa lama
lagi kita sampai?. Mamanya bilang , kamu tidur dulu nanti sampai. Sang anak
terus tidur dan bangun kembali sambil bertanya, masih lama? Anak ini tahu
mamanya mulai jengkel, pertanyaannya diganti, “Ma, kalau sampai sana saya umur
berapa kok lama amat.” Kita seringkali tidak sabaran. Waktu hadapi kesulitan,
kita bertanya, Tuhan berapa lama lagi. Kita sadar dalam tuntutan Tuhan. Tuhan tahu
dan berdaulat! Sehingga tidak perlu bertanya, berapa lama lagi. Karena semua
yang terjadi untuk mendatangkan kebaikan. TUhan baik setiap waktu (all the
time). Susah senang Tuhan baik.
No comments:
Post a Comment