Pdt. Samuel Budi Prasetya
2 Kor 2:12-17
Mengapa orang yang jadi Kristen dan melayani Tuhan
disebut sebagai pelayan Tuhan? Saat kita mendengar kata pelayan, itu merupakan
pekerjaan yang rendah. Sehingga tidak ada seorang pun didorong punya cita-cita
jadi pelayan. Tetapi firman Allah mengatakan, orang-orang yang hidup sebagai
murid Kristus ketika ia mengerjakan pekerjaan yang mulia bagi Tuhan disebut
Pelayan Tuhan. Dunia menganggap hal itu terlalu rendah atau remeh. Tetapi justru
Yesus memilih kata itu untuk menggambarkan misi Allah yang besar. Oleh karena
itu, melayani Tuhan merupakan pekerjaan tugas yang mulia yang dicontohkan Tuhan
Yesus sendiri, dari sorga yang begitu mulia, turun menjadi rupa Hamba. Ia tidak
melayani manusia dengan segala kemuliaan dan kebesaranNya, Ia datang ke dunia
sebagai seorang pelayan / hamba. Jadi berbicara tentang pelayanan, kita
bercermin kepada Yesus. Ia merendahkan diri sedemikian rupa. Sebab itulah Yesus
berkata, Aku datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Jadi setiap
orang yang percaya Yesus dan mau bekerja untuk Tuhan, ia adalah pelayanNya.
Hidup kekristenan tidak saja untuk menikmati
berkat-berkat Allah, tetapi kita dipanggil menjadi orang percaya dan menjadi
pelayanNya. Itu artinya kita menjadi murid Kristus yang mau melayani orang
lain. Hidup kita menjadi hidup yang berarti saat kita melayani sesama. Dalam
perdagangan, orang mau memberi pelayanan terbaik untuk konsumen. Berbeda dengan
pemahaman Kristen, bukan sekedar untuk melayani orang lain, tetapi itu adalah
panggilan hidup sebagai orang Kristen. Sehingga ketika kita tidak melayani ,
kita menyangkal identitas sebagai orang Kristen. Sebab teladan kita adalah
Yesus Kristus sendiri yang datang untuk melayani. Alkitab memberikan contoh
pelayan Tuhan yang bagus sekali, yakni Rasul Paulus. Ia memiliki pengalaman
hidup yang begitu lengkap. Ia seorang pelayan Tuhan sejati. Sejak ia menjadi
seorang pelayan Tuhan, ia tidak pernah berkata-kata untuk mundur, berpindah
atau meninggalkan pelayanan. Ada sesuatu rahasia besar dalam diriNya. Sehingga
ia mengerti betul, bagaimana menjadi pelayan Tuhan yang setia. Dalam seluruh
surat Rasul Paulus, terlihat betapa hebatnya pengertian tentang melayani.
Rahasia yang Dapat Diteladani dari Pelayanan Rasul
Paulus
1.
Rasul Paulus memahami pelayanan adalah semata-mata
anugerah Tuhan. Anugerah Tuhan
artinya sesuatu yang diterima dari Tuhan ketika ia sendiri tidak layak untuk
menerimanya. Saulus (nama Paulus sebelum bertobat) memiliki latar belakang yang
begitu jahat. Banyak orang meragukan ketika ia bertobat. Banyak orang takut
bergaul dengan dia setelah ia bertobat. Orang tidak percaya, orang seperti dia
, sungguh-sungguh jadi murid Yesus. Dia dulu mengejar dan membunuh pengikut
Yesus. Bagaimana mungkin sekarang ia menjadi pelayan Yesus yang setia?
Kesimpulannya, apakah betul-betul pelayanannya karena ia sendiri? Tidak
mungkin, karena ia mengejar dan membunuh pengikut Yesus sehingga tidak mungkin
ada sedikitpun minat ia untuk menjadi pelayan Yesus. Ia menjadi Rasul bukan
karena keinginannya tetapi anugerah Tuhan. Kalau orang menjadi pelayan Tuhan
karena keinginan sendiri patut dipertanyakan. Ada orang yang ingin melayani,
itu keinginan yang baik. Tetapi belum tentu, ia sungguh-sungguh dapat menjadi
pelayan Kristus yang baik. Maka orang yang pernah mengalami panggilan Tuhan, ia
harus menguji berulang kali terlebih dahulu, apakah ia dipanggil Tuhan untuk
melayani. Setelah peristiwa dalam perjalanan Paulus dari Yerusalem ke Damsyik,
di tengah jalan ia mendapat penglihatan dan panggilan Yesus Kristus. Setelah
pertobatannya, Paulus tidak segera jadi pelayan Tuhan. Ia harus menguji
panggilan itu selama 3,5 tahun dan menyendiri di Arab : apakah panggilan
Kristus atau dorongan sendiri. Jadi melayani Tuhan bukan dimulai dari dirinya
sendiri. Tetapi inisiatifnya dari Allah yang memanggilnya melayani. Jika
berasal dari diri sendiri, maka ujung dari pelayanan isinya hanya keluh kesah.
Sehingga ketika ia menghadapi kesulitan dalam pelayanan dan tidak dipuji, maka
ia akan tersinggung. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ada hal yang sama
seperti itu. Ada orang yang sengaja dinikahkan. Orang seperti ini hidupnya
Nampak baik-baik saja. Tetapi karena terpaksa untuk kawin untuk orang yang
tidak ia sukai, maka ke depannya ia akan berkeluh kesah bila ada yang tidak ia
suka. Itulah sebabnya, dalam ayat 12 , Rasul Paulus mengatakan Tuhan telah
membukakan jalan untuknya di sana. Paulus menyadari betul, ia berkeinginan
untuk melayani di suatu kota. Ia ingin pergi ke kota lain, tetapi ia terhambat
/ sulit masuk kota itu, dan Tuhan
mengarahkan ke tempat yang lain. Sebaliknya, Paulus merasa tidak ingin pergi ke
suatu tempat namun sepertinya Tuhan membuka jalan. Jika ia melayani karena
keinginan sendiri, ia protes mengapa ia tidak boleh pergi ke sini tidak ke
sana? Orang seperti ini seringkali mengeluh, mengapa tidak boleh melakukan ini-itu?
Paulus melihat dengan kerendahan hati, karena Tuhan mau dia di sana bukan di
sini. Maka orang yang melayani dengan kemauan sendiri akan tinggi hati, tetapi
kalau tahu itu panggilan Tuhan ia akan menjadi rendah hati. Ada seorang
usahawan terkenal. Ia berkata frustasi betul, mengapa saya tidak berhasil
padahal punya pengalaman dan ahli dalam bidangnya. Sepertinya, apa yang
dikerjakan dan dirintis buntu di sana – sini dan tidak bisa meneruskan. Tetapi
sebaliknya, sepertinya Tuhan menuntun saya melakukan bidang yang sebetulnya
saya tidak suka. Saya bilang, berhenti merasa hebat di suatu bidang. Pernahkah
berpikir Tuhan memberikan pengalaman baru? Mungkin saja, Tuhan mau
mempersiapkannya karena bidang lain akan habis? Maka di sinilah benturan
kehendak diri sendiri dan kehendak Tuhan. Seorang pelayan Tuhan harus belajar
menerima dengan kerendahan hati, apa yang menjadi kehendak Tuhan. Persoalan
keluarga seringkali timbul , saat merasa tidak suka karena pasangan tidak ideal
seperti yang saya mau. Itulah awal dari persoalan rumah tangga yang sangat
berat. Keinginan manusiawi berbeda dengan yang Tuhan kehendaki. Semua dipakai
Tuhan dengan kondisi masing-masing, itulah kehendak Tuhan. Melayani Tuhan
adalah anugerah TUhan. Tidak ada yang bisa protes mengapa ia begitu, saya
begini. Mengapa harus diberi 3, 5 talenta saya hanya 1 talenta. Tuhan punya
rencana untuk pribadi demi pribadi. Karena itu layanilah TUhan dan bekerjalah
untuk TUhan masing-masing. Biarlah kita menjadi anugerah bagi Tuhan dan menjadi
kekhususan. Tuhan menganugerahkan setiap gereja dengan kekhususan
masing-masing. Ada gereja yang dengan pelayanan khusus, berbeda dengan yang
lain.
2.
Rasul Paulus selalu memikirkan keharuman pelayanan. Pada ayat 14.
Paulus membayangkan ketika mengatakan “jalan kemenangan”, ia sedang
terkesan dengan arak-arakan karnaval. Biasanya jendral yang menang perang
dihargai dengan arak-arakan yang besar dan disambut rakyat di kiri kanannya.
Barisan paling depan adalah Parlemen. Barisan di belakangnya para pemusik.
Berikutnya, para tawanan yang dikalahkan dan siap dihukum mati. Baru jendral
yang menaiki kudanya. Di belakang jendral, ada prajurit yang lain. Di
belakangnya , imam-imam yang membawa dupa yang digoyang sehingga timbul
keharuman. Itulah yang menginspirasi Paulus untuk mengatakan jalan
kemenangannya. Paulus mengatakan jendral yang besar itulah Yesus Kristus
sendiri yang dihormati begitu tinggi sekali. Kita adalah prajurit yang bersama
dengan jendral itu. Juga disambut dengan dupa yang harum itu. Tetapi dupa yang
seharusnya berbau harum itu direspon dengan cara yang berbeda. Bagi orang yang
memperoleh kemenangan, bau dupa adalah bau yang harum yang memberi semangat
mereka. Tetapi bau yang harum itu bagi tawanan itu bau busuk yang mematikan.
Sebab mereka berada dalam arak-akan yang masuk kota untuk dihukum mati. Paulus
berkata,”Kami ini adalah orang yang berada dalam jalan kemenangan yang
menyebarkan bau yang harum itu.” Jadi pelayanan itu adalah pelayanan di mana
kita berada menebarkan baru harum. Di manapun kita berada , harus bisa
menghidupkan orang yang lemah dan putus asa (yang lemah dikuatkan). Para
pelayan Tuhan di manapun berada tidak membuat orang jengkel tapi membuat orang
semangat. Sebagai pengikut Kristus di mana pun kita berada, kita memberi dan
membangun semangat orang lain. Supaya di manapun kita berada, orang mengenal
kita sebagai pengikut Kristus. Seorang ibu yang sederhana suatu saat naik
kendaraan umum. Ada ibu-ibu yang lain dan tidak terlalu penuh. Ia mencoba
mendengar apa yang dipercakapkan ibu-ibu itu. Intinya : perasaan putus asa karena
keadaan yang dihadapi. Ibu ini senyum-senyum mendengarkan dan lama-lama ikut
bicara. Ia mulai menjelaskan dasar iman Kristen walau tidak menyebut istilah
Kristen. Ibu ini sengaja tidak berhenti, tapi menemani ibu-ibu itu sampai
mereka turun satu per satu. Ketika ia tinggal sendirian, akhirnya supir
bertanya , “Ibu sebenarnya ingin turun di mana?” Ibu itu berkata, “Bapa
ujungnya dimana, saya berhenti di situ.” Sebelum ia turun, supir bertanya, “Ibu
orang Kristen ya?” Ibu bertanya, “Bagaimana bapak tahu?” “Saya mendengarkan
ibu-ibu bercakap dan ibu ikut. Dari situlah saya mengerti, pasti ibu orang
Kristen”, jawab supir. Itulah menebarkan bau harum. Apa yang dikerjakan
memperkenalkan kasih kristus. Oleh karena itu jika kita hidup, menjadi berkat
dan menolong orang lain, disitulah Kristus dipermuliakan. Hari ini kita
memperingati hari ayah yang muncul setelah hari ibu. Hari ibu diperingati 1909.
1 tahun kemudian ada usulan untuk menjadikan hari ayah tahun 1910. Yang
mengusulkan Sonora Smartdoc. Anak gadis ini mengagumi papanya yang single parent karena istrinya sudah
meninggal. Ayahnya William Jacksonsmart, adalah veteran perang sipil Amerika. Ia
menjadi ayah yang berani, tidak egois tetapi seorang ayah yang penuh kasih.
Sehingga hari ulang tahunnya dijadikan hari ayah. Tetapi karena pendeta terlalu
sibuk , dimundurkan ke minggu ketiga Juni, maka sejak itu minggu ketiga juni
dijadikan hari ayah yang berlaku internasional yang dipakai untuk memberi penghargaan dan
hormat bagi ayah. Jika dari seorang ibu, anak belajar apa arti air mata,
pengharapan, daya tahan dan penderitaan, tetapi dari seorang ayah anak belajar
tanggung jawab, keputusan, kehidupan dan harga diri. Jikalau seorang anak
kehilangan ayahnya maka anak ini sulit bertanggung jawab, mengambil keputusan,
menghadapi kesulitan dan harga diri. Anak membutuhkan figure ayah yang baik.
Sebaliknya, seorang anak kehilangan figure ibu, maka anak ini bersikap keras
dan tidak punya hati lembut menghargai orang lain. Anak tidak bisa belajar apa
arti tetesan air mata, daya tahan dalam penderitaan, ia tidak bisa belajar
pengharapan kekal. Baik ayah dan ibu memberikan sumbangsih begitu besar kepada
anak. Kalau kita bisa jadi figure baik untuk anak, itulah juga menyebar
keharuman yang menghidupkan.
3.
Dari Rasul Paulus kita belajar mengenai arti kemurnian. Paulus mengerti betul, melayani merupakan tugas yang
tidak ringan, karena melayani bisa masuk keinginan diri sendiri yang berhimpit
dengan keinginan Tuhan. Sehingga orang sulit membedakan, apa ini ambisi pribadi
atau kehendak Tuhan. Rasul Paulus ingin
melayani Tuhan dengan keinginan hati dan tidak mencari keuntungan. Sehingga
Rasul Paulus tidak goyah dan berkata, “Sebetulnya aku punya hak untuk menerima
itu tetapi aku tidak menerimanya.” Itulah pelayanan yang indah, bila dilakukan
dengan hati yang penuh kemurnian. Jika hati murni, ia tidak pernah jengkel
terhadap reaksi apa pun sekalipun saat melayani, “sepi” dengan pujian. Ketika
melayani tidak ada ucapan terima kasih, tidak pernah tersinggung. Seperti ibu
yang bekerja di rumah dengan pekerjaan
yang rutin dan membosankan, tetapi apakah ada ucapan terima kasih yang
diberikan oleh keluarga? Tetapi ia akan tetap melakukan dengan sukacita. Karena
ia lakukan itu dengan kemurnian hatinya. Tidak ada sesuatu yang menggoyahkan
dia. Rasul Paulus tidak pernah goyah bahkan walau orang menyalahkan dia. Kita
harus berhati-hati, karena sering karena pengalaman banyak, senioritas sudah
semakin tinggi pengalaman nasional dan internasional, pekerjaan hebat, tetapi
bila direndahkan kita tidak menjadi tersinggung. Disitulah ujian kemurnian.
Apakah kita tersinggung, ngambek tidak mau meneruskan pelayanan? Ada respon
pujian terima kasih atau tidak kita tetap melakukannya. Mari kita melakukan
Tuhan yang setia itu, karena kita meneladaniNya. Anugerah Tuhan memilih kita untuk
melayani Yesus, sehingga biarkan Tuhan buka jalan seperti yang Ia kehendaki dan
dimanapun kita berada menebarkan keharuman agar nama Kristus dikenal.
Kita boleh bersedih dalam sehari kalau hari itu tidak
menebarkan keharuman Kristus. Tetapi tidak perlu bersedih kalau hari itu tidak
ada uang di kantong. Artinya kenapa kita
tidak bersedih di hari itu karena kita tidak bersaksi dan mayoritas hanya
karena uang, seharusnya kita bersedih karena injil belum diberitakan. Mari kita
melayani dengan kemurnian hati kita. Itu membuat kita tetap stabil, tidak
tergoyahkan apapun karena hati kita murni. Selamat menjadi orang tua dan
selamat menjadi pelayan TUhan. Tuhan memberikati kita. Amin
No comments:
Post a Comment