Ev Pangsuri,
Ibr 3:13 Tetapi
nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan
"hari ini," supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar
hatinya karena tipu daya dosa.
Fil 2:1 Jadi
karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh,
ada kasih mesra dan belas kasihan,
Ibr 10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat.
Gal 6:1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan
melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke
jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya
kamu juga jangan kena pencobaan.
Kata
‘nasehat’ banyak muncul di Alkitab seperti tema khotbah kali ini “Nasehatilah Seorang akan yang Lain”. Kenapa
kata “nasehat” diulang-ulang? Karena penting! Penting untuk hidup dan iman
kita. Kalau ada yang menasehati pasti ada yang dinasehat, ada yang salah, ada
yang diperbaiki. Jadi kita tidak diajarkan untuk diam bila ada orang salah.
Kita tidak jadi penonton waktu melihat orang salah. Kita tidak jadi orang pasif
waktu melihat orang melakukan pelanggaran. Kalau kipas angin (atau TV, AC dll) rusak,
kita tidak akan membuangnya, melainkan akan dibetulkan. Demikian juga dengan
kehidupan berjemaat anak-anak TUhan, kita saling membangun satu dengan lain. Salah
satu bentuk pilar Kerajaan Allah adalah nasehat.
Kata
‘nasehat’ diulang-ulang dalam Alkitab dan menjadi bagian dalam kehidupan
anak-anak Tuhan. Namun tidak semua orang suka dengan kata “nasehat”. Dengan
alasan apapun, banyak orang menghindari saat bertemu kata ini. Mungkin selama
hidupnya, seseorang pernah disalahartikan. Ia tidak melakukan apa-apa, tetapi
orang menyalahkan dia. Mungkin waktu kecil ia mengalami KDRT (kekerasan dalam
rumah tangga). Saat orang mau menasehati, ia sudah buat benteng agar orang
tidak bisa dekat. Jadi ia tidak pernah suka dengan nasehat. Waktu saya mengajar
di sekolah, saat seorang anak dipanggil guru BP dan teman2 SMA-nya suka ngomong
: “Nah lho, buat salah lho. Dipanggil lho.” Padahal tidak ada yang salah. Anak
itu dipanggil diajak ngomong, berbagi/sharing dalam sesuatu. Tetapi ada sebuah
cap: yang namanya nasehat berarti saya jelek, berbuat dosa, dibongkar. Atau ada
juga orang yang sok kenal sok akrab. Waktu dekat, langsung cecar kasih tahu
ini-itu. Semua dilihatnya negative dan salah. Ada juga yang tidak suka nasehat
karena tidak suka digurui. Digurui itu seperti menganggapnya bodoh. Ada orang
yang tidak suka kata nasehat karena sungkan. Ini adalah ‘hopeng’ saya. Merokok
sedikit y sudahlah, tidak apalah. Daripada hubungan tidak enak. lalu ada pula
orang bebal dimana tidak menyukai dan menggubris nasehat. Dan banyak alasan
lainnya dimana orang tidak suka dengan kata ‘nasehat’.
Tapi
tanpa mengabaikan semua itu, Alkitab selalu menekankan nasehat itu penting
sekali bagi orang-orang Kristen. Surat Ibrani: ‘nasehatilah seorang akan yang
lain, mumpung ada hari ini.’ Ibr. 10: ‘Kamu lakukan ini semakin giat setiap
hari.’ Kayaknya simple. Tetapi banyak orang Kristen gagal melakukannya. Saat
kita diberi kepercayaan untuk memberi nasehat kepada seseorang, entah di tempat
kerja , atau di gereja, sering kita berpikir: wah bakal musuhan nih, kalau diberitahu. Tidak
perlu jadi musuhan, kita bisa melakukannya dengan cara yang indah dan bisa diterima.
Minggu
lalu kita sudah mendengar tentang “menegur”. Sedikit berbeda antara nasehat dan
menegur. Alkitab menggunakan kata yang beda. Menegur: ada dosa yang perlu
dikasih tahu secara prbadi. Untuk menegur, Yesus katakan ditegur empat mata,
bila tidak bawa orang lain (saksi), jika masih tidak mau lalu bawa ke jemaat (umum).
Menegur itu bersifat pribadi dan ada dosa, tetapi nasehat lebih bersifat umum
dan tidak harus ada dosa di dalamnya. Saat kita diam tenang, bisa ada orang
datang menasehati.
3 prinsip dalam Alkitab
tentang saling menasehati :
1.
Menasehati berdasarkan kebenaran Alkitab.
Di dalam
Kristus ada nasehat. Di dalam kebenaran Kristus ada saling menasehati. Tidak
dengan maksud jahat. Bukan dengan benci atau cari masalah. Nasehat juga bukan
saling menghakimi. Juga bukan karena posisi. Bukan karena seorang jadi pengurus,
hamba Tuhan baru orang bisa menasehati. Semua orang Kristen itu saling
menasehati satu dengan yang lain. Yang paling penting, nasehat bisa diterima
kalau ada teladan. Teladan adalah kebenaran yang dihidupi. 1 Kor 4:16-17 Paulus
mengatakan: Sebab itu aku menasihatkan
kamu: turutilah teladanku! Justru
itulah sebabnya aku mengirimkan kepadamu Timotius, yang adalah anakku yang
kekasih dan yang setia dalam Tuhan. Ia akan memperingatkan kamu akan hidup yang
kuturuti dalam Kristus Yesus, seperti yang kuajarkan di mana-mana dalam setiap
jemaat. Kalau orang memberi nasehat jangan narkoba , tapi ia sendiri
narkoba, maka apa arti nasehatnya? Kalau mau nasehati orang, kita bercermin
apakah sudah melakukan hal itu. Apakah kita lebih benar. Dari menasehati diri
sendiri (self-exhort) kepada yang lainnya (exhorting others). Kalau kita tidak
punya kebenaran Tuhan lalu nasehati orang, itu omong kosong. Kita harus nasehati
berdasarkan kebenarana Alkitab,
2. Menasehati
melibatkan semua orang Kristen.
Dari
kecil sampai tua. Semua orang yang hidup saling menasehati. Kita boleh katakan
kata yang dititipkan Tuhan kepada seseorang. Tetapi kalau itu kepentingan
pribadi mengkritik, hal ini tidak boleh. Nanti jadinya kacau. Paulus mengatakan,
sebuah gereja seharusnya ada tertib jemaat. Anak kecil misalnya saat berusia 7
tahun tapi suka nyontek, tidak boleh menegur orang tua (penatua) yang kelupaan
silent hp nya lalu teleponnya bunyi saat kebaktian. Anak kecil sebaiknya nasehati
anak yang lebih kecil. Nasehat anak kecil ke orang tua yang sudah ubanan, tidak
akan mempan. Dalam kerajaan Allah tetap ada urutan kedudukan. Yesus duduk di
singgasana raja, itu tidak bisa ditawar. Waktu di surga, ada mahkota kemuliaan
yang berbeda antara orang Kristen satu dengan yang lainnya. TIdak mungkin orang
Kristen yang rajin pelayanan rewardnya sama dengan orang malas-malasan Artinya
nasehat itu memang melibatkan orang Kristen tetapi ada caranya. Yang bagus: yang lebih tua bicara ke yang lebih muda.
Hal ini tidak mutlak tapi sangat membantu. Seperti Paulus menasehati Timotius.
Bukan saja lebih tua tapi juga lebih benar (lebih rohani). Kalau ada saudara
seiman yang melakukan pelanggaran, yang lebih rohani tolong dia. Ini menjadi
bagian kita. Melibatkan semua orang tapi ada cara yang berhikmat.
3. Menasehati
untuk tujuan pembangunan tubuh Kristus.
Ibr 3:13
nasehatilah orang akan yang lainnya setiap hari (daily). Seperti makan. Doa Bapa Kami : berikanlah makanan kami
secukupnya daily. Setiap orang Kristen berbagian membangun tubuh Kristus
Kerajaan Allah. Tubuh ini ada kekebalan di dalamnya. Kerjanya selaras, sinergi.
Saling support. Pada waktu saya menggerakan tangan berputar-putar, dalam otak
selaras dengan gerakan tangan. Tidak mungkin di otaknya meminta gerakan putar,
di tangan berpotongan. Kalau luka, otak perintahkan darah putih untuk pulihkan
ke tangan yang luka dengan cepat. Ibr 3:13 Nasehat bisa membuat kita tidak
jatuh dalam dosa. Penulis Ibrani sedang mempertentangkan antara nasehat yang akan
membuat kekebalan terhadap dosa yang masuk. Ada kuman yang namanya dosa mau
masuk, dijaga oleh nasehat. Bayangkan bila ada jemaat yang dinasehati ingin
pergi ke saksi Yehova, maka ia tidak pergi. Tapi kalau que sera sera, mau
rokok, zina, terserah , maka iblis akan masuk. Penting sekali sebagai tubuh
Kristus, kita tutup pintu dosa dengan saling menasehati. Bukan cari kesalahan,
kritik, tetapi mengasihi ia, untuk kemuliaan Yesus.
Kalau kita sayang
dengan sahabat, saat ia ingin pergi ke tempat salah, kita akan menariknya. Ini
sahabat. Kita saudara seiman. Nasehat itu kekuatan gereja. Butuh hikmat untuk
nasehat diterima. Nasehati yang dilandasi oleh kasih bisa diterima. Nasehat
bukan tentang berdebat. Tetapi tentang hati saya, Tuhan dan kamu. Nasehat itu tentang
Kerajaan Allah.
Berikut kesaksian
singkat. Sewaktu saya selesai praktek kerja nyata, masih muda belia di Surabaya
saat praktek 2 bulan. Di hari perpisahan. Ada seorang ibu-ibu. Agak pendek,
hitam, bersahaja, sederhana. Ia tarik saya dan berkata, ‘Kalau nanti Tuhan
pakai kamu, kamu jangan sombong ya.’ Saya tanya, ‘Tante, kenapa berkata seperti
itu?’ Dia menjawab, ‘Tante lihat, Tuhan akan pakai kamu. Tetapi tante lihat
banyak pendeta dan penginjil yang jatuh dalam dosa kesombongan. Kamu jangan
seperti itu.’ Saya bilang, ‘Saya terima kasih sekali untuk nasehatnya.’ Nasehat
itu tidak pernah saya lupa sampai hari ini dan seumur hidup saya tidak akan
lupa nasehatnya. Suatu hari, kalau kita
keluarkan kalimat tepat, tempat yang tepat dan saat yang tepat kepada
seseorang, ia tidak akan melupakannya.
No comments:
Post a Comment