Saat lulus
ditawarkan Green Ville 500 jemaat atau Cimone 30 orang, Gerundeng 7 orang.
AKhirnya dipilih CImone Tangerang, jadi gembala, semuanya dikerjakan. Ngepel,
bayar listrik. Orang Tangerang pagi ke Jakarta, pulang malam. Diberi pinjam
mobil , sebelumnya pakai motor. Cari jiwa keluar masuk desa. Tahun demi tahun
berkembang. Dari 30 jadi 350 orang, 7 orang jadi 75 orang. Saya sadar karunia
saya penggembalaan atau yang lain. Suatu kali ada yang kirimi saya bacaan,
temukanlah karuniamu. Secara tiba-tiba saya dikirimi. Teman pemuda. Katanya
buku ini bagus sekali, baca. Saya baca. Ada sedikit teologinya. Kebutuhlan
inggris saya lumayan. Ada tes. Saya buat sendiri dan nilai sendiri. AKhirnya
saya tidak sadar, tanya apa jawab saja. Setelah itu saya jumlahkan skornya.
Lalu lihat katolognya. Waktu saya cek, karunia mengajar. Kedua admiistrasi,
leadership manajemen. Selisihnya seidkit dengan penggembalaan. Teaching mencuat
sendiri. Teaching, Shepherding dan administration berbeda. Tetapi skornya
berbeda. Yang teaching tinggi sendiri. Urutan 2, administration dan
shepherding. Ternyata saya tidak sadar saya punya karunia mengajar. Seharusnya
saya mengerjakan itu. Saya renungkan ternyata waktu lulus SMA persembahkan diri
tapi tidak langsung sekolah teologi. LEsin orang 10 orang . Uang pangkal dan
kuliah bayar sendiri. Kira2 semester 6, saya ditawarkan ngajar jadi GSM dan
guru agama di skeolah Kristen. Saya terima, untuk hari tertentu pulang pk14
boleh tidak. Ternyata boleh. Jadi saya naik vespa ke Bandengan. Cepat bisa
ngebut. Dulu tidak pakai helm, dingin. Hany apakai jaket saja. Saya ngajar SM
lalu tawarkan jadi guru agama Kristen. Setelah mengalami pengajaran sekian
tahun, ajar jemaat, ajar ini-itu baru sadar. Selama bertahun2 saya melakukan
kegiatan berkaitan dengan mengajar. Dengan penemuan ini saya melakukan
konfirmasi untuk melakukan pengajaran. Saya berdoa, lalu Tuhan gerakkan sudah
waktunya untuk sekoalh lagu. Cari model guru sekolah yang baik. Saya doakan.
Jalan tidak terbuka. Tidak ada beasiswa. Tapi saya ingat ada yang mau bantu
untuk lulusan SAAT sekolah di Amerika. Yang angkat waktu telepon ia juga.
Padahal 4 tahun lalu. Ia yang angkat telepon. Di sana yang temu tdosen baik,
saya cari sekolah yang bagus. Dosen mengajar luar biasa. Benar2 master. Kalibernya
beraward semua. Ini membua saya sangat antusias. Lalu pulang dari AS melakkan
pembinaan lebih dari pada penggembalaan. Bukan saya tidak suka penggembalaan,
tapi mayor saya teaching ministry. Saya senang sekali tidak pernah merasa cape.
Orang melayani sesuai karunia tidak cape. Diminta ngajar pk 8 -17 tidak ada
capainya. DIundang di STT. Bahannya cari di situs. Saya senang. Saya menemukan
sendiri. Saya sendiri alami, orang melayani sesuai dengan karunia ia akan
melaynaidengan semangat. Bagaimanapun orang, orang sekolah jaman SMA ia disuruh
sekolah apa saja ikut. Sekarang tidak bisa begitu. Sekarang ditanya minatnya.
Kalau sekolah ini, betul tidak sekolahnya. Baru disupport. Sekarang untuk
sekolah tidak boleh sembarang. Setelah cape 4 tahun ternyata bukan bidang.
Mending sekolah sesuai keahlian. Mungkin tidak dapat duit banyak dibanding
orang yang sekolah commerce. Cari uang bukan yang utama. Tetapi lakukan sesuatu
sesuai bidang.
Suatu kali saya
bawakan tema ini di GKY. Setela hitu mereka, muda-mudi datang ke saya menangis
karena sekolah di Yogya tidak sesuai bidang karena disuruh orang tua.
Seharusnya saya ambil bidang ini, sekolah ini tetapi tidak. Minggu lalu saya
berikan teaching orang sekolah di Singapore. Ia pindah jurusan cicinya.
Akhirnya diberikan uang sekolah oleh papanya. Ia tes minat untuk ambil
sekolahnya. Pernah ada GSM setelah ikut seminar, ambil tes. Setelah jadi GSM 20
tahun, umurnya 40 tahun. Dipanggil cici, umur 45 tahun. Ternyata karunianya
penggembalaan. Ia datang. Saya GSM tapi karunia penggembalaan. Kenapa saya
tidak keluar di tes. Hasilnya bagaimana, tidak sesuai? Belum tentu salah. Orang
yang jadi GSM aktif di SM. Belum tentu GSM punya karunia mengajar. Kalau bukan,
bisa diarahkan ke pelayanan yang lain. Seperti cici ini sudah melayani jadi
guru 20 tahun lebih, ternyata karunianya bukan GSM. Ia shepherd. Kalau memang
kita kenal ia, hafal luar biasa. AKhirnya tes lagi lengkap. Ternyata memang ia
punya passion thp anak-anak Kamu lahir dan besar di SM. Telah layani smp
sekarang 20 tahun lebih. Memang punya passion SM, komisi anak. Passion – beban
– kerinduan. Setelah ditest 4 buat profile. Saya bilang, memang kamu punya
passion berkaitan SM tapi tidak mesti jadi guru. Kamu bisa jadi shepherd. Biasa
jadi gembala anak atau gembala bagi guru2? Ia pilih passion bagi guru2, kalau
ada waktu gembalaan jadi anak-anak. Ia jadi passion gembalakan guru2. Penting? DI
sana anak SM 600-700 orang . GSM dan asisten 130 orang. Yang banyak masalah
gurunya. Gurunya tidak komit, kehilangan motivasi, belajar di bajaj, tinggal
besok. Lihat anak SM baru belajar. Siapkan ajaran di Bajaj, tidak kreatif. Cape
ngajar GSM. Jarang GSM digembalakan. SZehingga direkomen, kamu sebagai
supervisor. Jangan terjun jadi GSM. Ternyata ia girang sekali menjabat gembala
bagi GSM. Contoh : waktu salah 1 guru yang rumahnya kebakaran di Tambora 20
menit sudah sampai ke GSM tersebut lebih cepat dari yang lain. Langsung SMS,
rumahnya kebakaran bisa terkumpul Rp 3 juta, selimut dll. Sorenya dibawa untuk
bantu. Hati gembalanya luar biasa. Ia telepon dari gereja ke GSM. Sehingga GSM
tergembala luar biasa. Karena ia sayang teman-temannya. Ia 46-47 orang.
Ternyata. Ia 20 tahun GSM tidak efektif. Kalau ia ngajar anak-anak tidak
dengarkan, tidak bisa manage anak-anak. Kalau dengar monoton. 3 menit ngajar
anak pada ngantuk. Tidak ada ekspresi. Ketawa dan marah tidak kelihatan.
Nadanya datar. Ketakutan tanpa nada tidak ada ekspresi, tidak ada dramatisasi.
Harusnya didramatasi supaya tidak ngajar.
Untuk hidupkan cerita dan bisa nempel pada anaknya. Karunia teaching itu
berbeda. Setiap orang diberi RK masing-masing karunia. Ada belasan karunia
(majornya apa).
BAB 2 Melayani
efektif tidak cukup karunia rohania tapi harus ada passion.
Melayani dengan apa?
Tool saya misal : administration. Talenta : melayani orang. Tool :
kepemimpinan. Karunia rohania menjawab : dengan apa saya melayani. Bicara
passion pertanyaannya : dimana saya seharusnya melayani. Kalau dengan apa,
pertanyaan tool. Kalau pertanyaan dimana, di mana saya seharusnya melayani,
ingin meminta jawaban tentang, tempat atau bidang. Kalau bisa punya karunia
mengajar dari Tuhan, saya tidak bisa mengajar di semua tempat kalau tidak
suka(passion) saya. Dulu saya masih mudaan , saya punya passion dengan remaja.
Umur 30 lebih masih diundang. Tapi setelah satu masa , passion bergeser. Say
aterbeban melayani professional dan pasutri. Profesional sudah lulus kuliah dan
berkarir, membangun rumah tangga, punya masalah2 unik. Sehingga saya sangat
passionate banget melayani kaum muda professional dan pasutri. Sangat terbeban.
Beban saya bergeser, area saya bergeser dari pelayanan pemuda ke bawah sampai
remaja, sekarang bergeeser. Itu bukan karena umur. Ada yang baru lulus SAAT
terbeban melayani lansia (seharusnya usia lanjut = sialan = komisi usia lanjut).
Yang benar usia tengah baya / usia lanjut kalau disingkat tidak enak diganti
lanjut usia. Umur 25 tahun ia melayani die ma-ema dan opa2. Ia ambil tesis S2
untuk melayani lansia. Bukan karena umur saya bergeser buktinya saya masih
tetap professional muda dan pasutri. Padahal saya sudah merit 20 tahun lebih.
Passion tidak hilang karena lihat problem di situ. Dengan berjalannya waktu ,
passion bergeser. Tuhan kasih passion baru. Dulu passionate banget masalah
remaja, langganan Donald Bebek dan Hai. Walau 30 tahun lebih baca, sehingga
istilah prokemnya saya tahu. Baca SMS anak muda sulit karena tidak ada huruf
hidupnya.
Saya pernah coba
khotbah di kalangan remaja di Green Ville , remaja 250 orang, setengah mati.
Sepanjang khotbah semua orang ngomong. Saya tidak tahu mesti gimana. Karena
bukan passion saya. Mengerjakan sesuatu yang bukan bebannya, bagaimana? Jadi passion menjawab
pertanyaan di mana saya melayani TUhan yang bisa tambil beda (make the
difference). Saya bisa khotbah di remaja tetapi tidak make the difference.
Harus siapkan baik-baik, kata awalan , isi dll. Baru mereka bisa bawa pulang.
Saya tidak bisa sembarang. Saya sangat passionate untuk bawa tema, pelayanan
harus sesuai karunia dan passion sehingga melayani penuh dengan sukacita.
Jangan sampai melayani dengan stressed. Kalau bisa pilek, hujan besar, sehingga
bebas dari tugas. Saya pernah melayani sesuatu yang bukan passion saya, datang
ke gereja, rasanya berat seperti ngutang apa. Jemaat saya di kemajelisan, naik
jadi majelis, waktu saya tes untuk tempatkan di mana, 70% bisa ditempatkan
berdasarkan test itu. Setelah 6 bulan, mereka bilang luar biasa happy di tempat
pelayanannya. Kami angkatan ini merasa bersyukur baru kali ini ditaruh pada
tempat dengan passion. Dulu tidak pernah begitu. Ada orang di taruh di depart
PI. Ia datang ke saya. Waktu rapat pertama saya bingung ngomong apa, selama ini
pemimpin koor. Saya juga bingung ditempatkan di sana. Mau ngomong aja saya
bingung. Jadi majelis , ditentukan dengan negosiasi, karena tidak ada yang lain.
TInggal satu lagi, yang tidak datang ditentukan. Mentang2 tidak datang, lalu
ditunjuk. Waktu dibacakan di rapat berikutnya, ketua, wakil dll ibadah dia.
Memang elo disitu, terus ditepuk tangani. Karena ia tidak datang dan bukan
tempat dia. Ia bingung terus ditepuktangani. Siapa suruh tidak datang. Waktu
penempatan pengurus jangan pernah tidak datang Begitu ada yang tidak datang,
ditempatkan di tempat kosong. Di gereja2 begitu.
Tes karunia : (tes
nomor 1 dari 5 tes).
Tes ini diadakan di
sini, mau test lengkap 4 lagi . Baru dianalisa profile orang itu. Tempat yang
tepat ada rekomendasi. Pelayanan di mana. Walau 1 halaman, perlu analisa
beberapa jam. Dicek. Sebelum di print out. Kalau diluaran, anda bisa temukan
macam-macam tes karunia. Tetapi belum pernah lakukan usaha profiling pekerja
Kristus. Ini pertama kali di Indonesia dan dunia (mungkin juga sudah ada).
Untuk di Indonesia baru di lembaga yang saya dirikan tahun 2008. 1 orang bisa 2-3 jam. Tahun lalu saya tiap
hari melakukan hal ini. Pernah di GKY SUlung, hamba Tuhan dan majelis puluhan.
Ketua komisi dan sebagian pengurus inti ditest jumlahnya ratusan. Ingin
melayani secara efektif. Semuanya dikasih profile. Ia sebaiknya melayani di
mana. Di gereja yang kecil kurang orang, taruh tempat yang ada. Supaya melayani
dengan penuh sukacita.
Pengalaman bisa
memberi arah para passion. Tapi karunia rohani menetap. Tool nya tidak
berubah-ubah. Tuhan member pengalaman mengapa kita mengapa mengalaminya. Kita
diajak merefleksi apa yang kita tahu dan suka dalam pelayanan itu juga ada
campur tangan Roh Kudus yang memberi tahu kepada kita. Tetapi kita akhirnya
menyadari. Dari alam unconscious kea lam sadar. Pengalaman tidak sepenuhnya
jadi gantungan. Pekerjaan RK member tahu kita ada passion itu. Sebagian saya
ambil dari resource, saya creat sendiri sebagian. Saya punya asses khusus.
Kadang dengan interview saya tahu passion di mana. Saya tahu passion dengan
bertanya. Lalu cek berapa kali. Lalu disimpulkan. Lihat buku saya : coaching. Ssaya
belajar how to raise question dalam coaching. Bukan karena anda polisi yang
sifatnya investigative yang berbau kecurigaan. Coaching bersifat open. Pure
question. Anak malas berbulan.. Ditanya, kenapa kamu malas. Itu sudah asumsi.
Ditanya , bagaimana kamu selama ini sekolah. Ceritakan dengan koko pengalaman
sekolah. Dari semua yang diceritakan, pelajaran mana yang diminati dan tidak
diminati. DIjawab, saya tidak suka minat matematik. Tidak ditanya, mengapa kamu
jadi malas? Kita harus open question, tidak ada judgement, jangan menghakimi
dia. Pertanyaan terbuka yang benar-benar wide, sehingga ia sadari mengapa ia
tidak suka. Akhirnya ia tanyakan sendiri. Daripada diteriakin. Belajar coaching
belajar ajukan pertanyaan. Orang Indonesia, tidak diajari bertanya, tetapi
mendengar dan ikut. Tetapi harus puny akarunia rohani mendengar. Sehingga tidak
bisa bertanya. Sekarang sudah dipengaruhi barat untuk PD lalu maju ke depan
cerita. Anak sekarang nyerocos terus.
Kalau tidak ada
passion tapi diminta untuk melayani, maka :
1.
Diketahui dulu
passion itu. Baru bisa bilang.
2.
Karena tidak ada
orang, terima saja dulu sampai komisi itu lama-lama berkembang.
Di suatu gereja
idealnya begitu tapi tidak ada orang. Tapi jangka panjang, harus buat cara
rekrut. Datangi bolanya. Harus ada program perekrutan, sehingga tidak ada lagi
istilah tidak ada orang.
Biasanya tidak ada
challenge ke mereka. TIdak ada visinya sehingga malas. Saya masih kuliah, buka
toko dll. Banyak alasan tidak melayani. Masalahnya tidak tertantang. Masih
sibuk begini.
No comments:
Post a Comment