Pdt.
Stephen Tong
(BAB III dari buku Ujian, Pencobaan &
Kemenangan, Seri Pembinaan Iman Kristen, Penerbit Momentum)
Pengkhotbah 3:8-11
3:8
ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang,
ada waktu untuk damai.
3:9
Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
3:10
Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk
melelahkan dirinya.
3:11
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang
dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Apakah yang menjadi manfaat atau
keuntungan dari seseorang yang telah bekerja dengan berjerih payah? Setelah
manusia berkeringat, berjerih lelah, berletih lesu, apakah yang bisa
diperolehnya? Jawabnya ada pada bagian Alkitab di atas. Di dalam terjemahan
lain dikatakan : “Allah memberikan ujian yang begitu pahit, atau jerih payah
yang begitu berat kepada umat manusia. Tetapi kemudian Ia akan memberikan
keindahan pada waktunya, dan manusia tidak bisa mengerti dan menyelami
pekerjaan yang Allah lakukan dari awal sampai akhir.”
Inilah
pengertian firman Tuhan yang penting sekali berkenaan dengan paradoks kehidupan
manusia. Dunia ini penuh dengan jerih payah, ujian dan tanggung jawab yang
berat. Semua ini ditetapkan oleh Allah dan hanya untuk manusia. Tidak ada
binatang yang mempunyai tanggung-jawab yang lebih berat dari manusia. Tidak ada
mahluk yang harus bekerja sedemikian berat untuk bisa mendapatkan makanan.
Tetapi, mengapa Allah memperkenankan manusia boleh sedemikian berjerih payah?
Banyak
orang miskin yang iri hati dan cemburu kepada orang kaya. Tetapi silahkan
lihat, betapa besar kesulitan dan berapa berat pekerjaan yang harus dilakukan
oleh orang-orang kaya itu. Konglomerat-konglomerat besar terkadang harus
bekerja begitu berat. Terkadang mereka harus berada di kantor sampai pukul
sebelas malam. Saya pernah berpikir, kalau saya sampai seperti mereka, meskipun
kaya mungkin saya akan lebih cepat mati.
Ketika
seorang pengusaha besar Jakarta ikut dengan saya dalam program penginjilan ke
Rusia, dalam dua hari saja fax yang ia terima sudah enam meter panjangnya, dan
ia harus menyelesaikan setiap masalah yang timbul itu satu per satu. Untuk
mendapatkan kesempatan pelayanan dua hari saja, kesibukan yang harus dia
selesaikan sedemikian padat. Setelah itu ia masih harus mengirimkan fax kembali
untuk menyelesaikan masalahnya.
Apakah
seorang yang kaya atau seorang yang berkedudukan tinggi bisa nikmat karena
tidak perlu bekerja berjerih lelah? Tidak! Apakah seorang yang mulia seperti
raja atau presiden tidak peru bekerja
berjerih paya penuh ketegangan? Tidak! Chao En Lai, mantan perdana menteri
Cina, dalam satu setengah tahun rambutunya menjadi putih. Bill Clinton,
presiden Amerika Serikat, setelah satu tahun menjadi presiden wajahnya terlihat
menjadi begitu tua. Ketika ia baru memasuki White House (kantor kepresidenan
AS, yang secara hurufiah berarti “Rumah Putih”), rambutnya hitam. Tetapi
setahun kemudian, rumahnya tetap putih, rambutnya juga menjadi putih. Seorang
missionari pernah berkata kepada saya : “Aduh betapa pekerjaan yang sangat
malang.” Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang menakutkan sekali. Terkadang saya
berpikir, apa dosanya sampai ia
dijadikan presiden? Banyak orang yang ingin mendapatkan kedudukan yang tinggi,
tetapi setelah duduk, baru Saudara tahu betapa beratnya pekerjaan itu. Yang
berjerih paya bukan hanya tukang batu, tetapi juga mereka yang duduk di kantor.
Ketika
masih muda saya tidak terlalu mengerti. Bagi saya, Raja Salomo itu tahu apa?
Bukankah ia cuma duduk saja di takhta, perintah sini perintah situ. Rektor saya
mengatakan, “Jangan pikir oang yang berpangkat tinggi tidak berjerih paya.
Orang yang berjerih lelah dengan tangan, malamnya bisa tidur enak. Tetapi orang
yang harus memikirkan begitu banyak hal, berjerih payah secara otak, malamnya
malah tidak bisa tidur.” Apakah Saudara pikir yang bekerja bersusah paya
hanyalah tukang batu? Tidak! Dunia ini penuh dengan orang-orang yang saling iri
hat, kita selalu merasa lebih nikmat kalau bisa menjadi seperti orang lain.
Benarkah demikian? Tidak! Tuhan mengatakan, “Engkau tidak mengerti jerih-lelah
yang Aku taruh di pundakmu, untuk menguji engkau.”
Satu
kali ketika saya berada di Jakarta saya katakan, “Hai saudara-saudara pemilik
tanah yang begitu luas, janganlah mengira itu adalah tanah milik Saudara. Satu
hari kelak tanah itu akan dijual dan dijual lagi.” Sebenarnya seluruh luas
tanah selalu sama dari sejak Adam. Yang terjadi hanyalah saling menjual tanah,
sehingga hanya berganti kepemilikan secara sementara saja. Pada akhirnya yang
betul-betul menjadi hak milik Saudara tinggal kuburan Saudara saja. Itupun
masih diinjak-injak orang dan di dalamnya Saudara hidup bersama cacing-cacing
yang menggerogoti Saudara tanpa Saudara bisa berbuat apa-apa. Jadi apa
sebenarnya yang Saudara dapatkan darihasil jerih-lelah Saudara? Setelah hidup
dengan ujian yang begitu besar, pekerjaan yang begitu berjerih lelah, apa yang
diperoleh? Jawaban dari Pengkhotbah:
Allah menciptakan segala sesuatu baik pada
waktunya, Allah memberikan kekekalan di dalam hati manusia
Namun manusia tetap tidak
mengerti segala sesuatu yang dikerjakan dari awal sampai akhir.
Ayat
dalam kitab Pengkhotbah di atas telah membingungkan saya sejak saya berusia 17
tahun. Sampai usia 57 tahun saya masih memikirkan ayat ini. Allah menciptakan
segala sesuatu dengan baik. Dan setelah semua itu diciptakan, Allah menciptakan
manusia yang lebih baik lagi. Hal ini membuat saya bingung. Mengapa manusia
dikatakan lebih baik? Karena di dalam manusia ada satu unsur yang tidak
terdapat di dalam ciptaan baik yang lainnya, yaitu sifat kekekalan.
Semua
dicipta di dalam kurun waktu, ada waktu ini ada waktu itu, dan semuanya ada di
dalam waktu. Tetapi, kemudian diciptakan satu makhluk yang di dalamnya terdapat
kekekalan yang melampaui waktu. Dalam hal ini kita melihat bahwa mansia berbeda
dari segala mahkhluk. Segala makhluk muncul di suatu waktu, dan akan berakhir pada
waktu yang tertentu pla. Makhluk-mkhlk lain mempunyai waktu yang tertentu pula.
Makhluk-makhluk lain mempunyai waktu permulaan di saat kelahirannya, dan waktu
akir di dalam kematiannya. Jangka waktu hidupnya sangatlah singkat. Mereka
berada di dalam waktu dan berada di bawah batasan waktu. Kemudian Tuhan
menciptakan manusia, yang berbeda dari semua makhluk yang lain karena memiliki
unsur kekekalan di dalamnya. Maka di dalam alam semesta, manusia menjadi
outsider (tidak termasuk di dalam kelompok tertentu), observer (peneliti dan
penyidik) dan thinker (pemikir). Inilah perbedaan manusia dengan semua makhluk.
Semua makhluk yang lain berada di alam dan merupakan bagian dari alam. Mereka
mencari makan dari alam, memuaskan diri di dalam alam dan berakhir hanya di
dalam alam. Tetapi manusia memiliki bagian supra-alam, yang menjadikan manusia
sebagai pemikir yang mempertanyakan “mengapa saya di sini?”
Binatang
suatu saat akan mati, manusia suatu saat juga akan mati. Tetapi, manusia bisa
mempertanyakan “setelah mati saya akan kemana?” Tidak ada binatang yang
bertanya setelah mati akan ke mana, hanya manusia yang berpikir seperti itu.
Setelah berpikir, manusia akan mulai menyelidiki dan kemudian akan mulai
memisahkan antara “aku” dan yang “bukan aku”, sehingga dimengerti adanya
pembedaan antara Allah, aku dan alam. Di bawah saya ada alam, di atas saya ada
Allah, dan di dala saya ada aku. Maka, secara vertikal saya berada di bawah
Allah di atas alam, dan secara horizontal saya berada di antara Allah dan
setan, antara baik dan jahat, antara hidup dan mati, antara firman dan
interpretasi yang tidak bertanggung jawab. Di dalam keadaan seperti inilah,
keberadaan krusial (crucial existence) menjadi status manusia. Bagi saya,
sungguh suatu pilihan yang krusial untuk kita bisa mempelajari firman Tuhan
secara seksama dan ketat. Waktu-waktu studi seperti ini merupakan momen-momen
yang membentuk iman Kristen Saudara menjadi mahir di dalam mengerti prinsip
total firman Tuhan.
Jikalau
“aku” melampaui “alam”, mengapa alam harus menjadi tujuan hidupku? Apakah saya
akan hidup dan mati hanya untuk mencari uang? Apakah saya harus bekerja
setengah mati hanya untuk mencari materi? Apakah saya harus mengusahakan segala
sesuatu yang akhirnya tidak bisa saya bawa ke dalam kekekalan dengan penuh
jerih paya, dan kemudian saya harus dikubur di bawah tanah? Apakah yang menjadi
upah bagi pekerjaan yang dikerjakan manusia dengan penuh jerih-payah?
Pertanyaan-pertanyaan ini telah merangsang pikiran saya, sehingga menyebabkan
saya berpikir terus-menerus. Apa gunanya kita berjerih paya sedemikian berat
hanya untuk mendapatkan sebuah peti dan tanah 2x1 meter? Itukah arti hidup?
Tetapi
Allah menyatakan bahwa setelah semua selesai diciptakan, Allah memberikan
kekekalan di dalam hati manusia. Berarti di dalam diri kita manusia, ada
sesuatu yang sama sekali berlainan daripada makhluk lainnya. Hal inilah yang
menjadikan kita tidak habis-habisnya berpikir dan ini pula yang menjadikan kita
tidak rela digeser oleh waktu dan sejarah. Kita mau melihat ke depan dan kita
mau lihat ke belakang. Inilah kekekalan! Melihat ke depan, itulah pengharapan
kita; melihat ke belakang, itulah ingatan kita. Manusia mempunya sejarah karena
manusia tidak mau momen-momen yang penting dan bermakna digeser oleh proses
waktu. Kita mempelajari sejarah karena kita mengetahi bahwa di dalam sejarah
ada prinsip-prinsip pendidikan yang penting untuk kita melangsungkan hidup.
Kita mempelajari kegagalan dan kesuksesan dari sejarah karena kita adalah
makhluk yang berproses belajar. Saya pernah bertanya dalam hati, mengapa hanya
ada manusia di dalam sejarah? Mengapa tidak ada ilmu sejarah domba atau sejarah
kambing? Puji Tuhan kalau mereka tidak mempunyai sejarah. Kalau mereka pun
punya sejarah yang harus kita pelajari, kita sulit lulus SD. Mereka berbedda
daripada manusia.
Manusia
secara individu (individually speaking) adalah makhluk yang sangat berharga,
kita diberikan kekekalan, sehingga kita adalah makhluk hidup yang berkekalan.
Secara kolektif (collective speaking) kita adalah satu kelompok makhluk yaitu
manusia, yang mewakili Allah untuk mengurus seluruh alam semesta. Allah berkata
kepada Adam dan Hawa untuk mengatur alam semesta dan menguasai seluruh binatang
dan alam. Manusia mempunyai tugas yang sangat luar biasa : kita adalah manager of
the universe (pengelola alam semesta). Maka, jika untuk kepentingan materi
orang membakar hutan yang mengakibatkan lebih dari 23 juta orang terancam
penyakit paru-paru, orang-orang itu harus dihukum secara keras oleh Tuhan.
Jangan pikir bahwa keuntungan yang didapat dari hutan itu dapat menutup
kecelakaan yang dialami oleh berjuta manusia.
Ujian
dan Pencobaan : Keharus dan Maksudnya.
Adam
dan Hawa diletakkan di taman Eden. Dan berkenaan dengan hal ini ada beberapa
hal yang perlu kita pikirkan secara lebih tuntas.
Pertanyaan 1 : Mengapa di taman Eden
harus ada pohon terlarang?
Mengapa
di taman Eden Tuhan menyediakan pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat?
Bukankah jika pohon tersebut tidak ada, kita tidak perlu repot? Pertanyaan dan
kalimat seperti ini sering muncul dalam pikiran manusia yang sudah jatuh ke
dalam dosa. Inilah pertanyaan-pertanyaan yang menyatakan betapa bodohnya kita (band Rm 1:21-23). Manusia
beranggapan bahwa jika pohon itu tidak ada, manusia tidak bisa berbuat dosa dan
pasti akan tetap suci. Kalau tidak ada pencobaan tentunya manusia akan
sempurna, sehingga sepertinya Tuhan begitu bodoh meletakkan pohon itu di sana.
Pertanyaan 2 : Mengapa Pintu Sorga bisa
kebobolan ular?
Mengapa
Tuhan tidak membuat pintu yang rapat sehingga ular tidak bisa masuk untuk
mencobai manusia? Mengapa Tuhan membiarkan setan bisa menyusup masuk ke dalam
taman Eden? Bukankah kalau setan tidak bisa masuk manusia tidak mungkin bisa
jatuh ke dalam dosa, karena pasti tidak ada pencobaan?
Pertanyaan 3 : Mengapa Tuhan memberikan
kebebasan memilih?
Mengapa
Tuhan memberikan kebebasan kepada Adam dan Hawa, sehingga di antara firman
Tuhan dan perkataan setan ia boleh melakukan pilihan? Seharusnya manusia jangan
diberi kebebasan memilih. Kalau Tuhan tidak memberikan kebebasan memilih ,
tentunya tidak ada kemungkinan Adam salah pilih dan jatuh ke dalam dosa. Pasti
semuanya akan beres.
Semua
ini merupakan pikiran manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Kita akan melihat
bahwa ketiga pokok di atas merupakan suatu keharusan mutlak! Harus ada pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat; harus ada ular yang dipakai ole
setan untuk menguji; dan harus ada kebebasan bagi Adam untuk memilih , karena
semuanya itu adalah cara dan tujuan rencana Allah mencipta manusia. Masalah ini
adalah masalah kedaulatan Allah yang memang demikian, sehinggda berada di luar
bijaksana dan keputusan manusia. Tetapi apa maksud dari semua ini?
Maksud
I : Kemenangan
Begitu
banyak orang Kristen yang “sok tahu” dan merasa lebih pandai dari Tuhan, yang
setelah menjadi Kristen dan menikah, ingin membuat keluarganya menjadi taman
Eden yang di dalamnya tidak ada pohon pengetahuan tentang baik dan jahat dan
tidak ada ularnya. Banyak orang Kristen bodoh yang mau membesarkan anak-anaknya
di dalam satu lingkungan yang paling sempurna aman, tanpa kemungkinan adanya
ujian dan pencobaan sama sekali. Tetapi anak Kristen yang dibesarkan di dalam
lingkungan keluarga yang seperti itu justru berada di dalam situasi yang paling
berbayaha! Sekali mereka keluar ke masyarakat, langsung akan jatuh dan gagal.
Seorang
kepala sekolah pernah berkata kepada saya sambil bercucuran air mata : “Anak
saya begitu baik, ia saya didik dengan begitu baik. Kini setelah menikah saya
baru tahu dia begitu mudah ditipu oleh istrinya. Istrinya justru anak orang
Kristen yang tidak benar hidupnya.” Ketika saya tanya mengapa anak itu mau
menikah dengan wanita seperti itu, ia menjawab bahwa anaknya tidak tahu kalau orang Kristen bisa
sedemikian jahat. Ia baru tahu kalau ada yang namanya Kristen tetapi hidupnya
bobrok luar biasa. Ketika kita melihat orang senyum-senyum , kita anggap ia
pasti orang baik. Itu bodoh! Saya tegur kepala sekolah itu, justru karena ia
menciptakan satu lingkungan yang terlalu indah maka anaknya dapat menjadi begitu
bodoh, menganggap semua orang itu begitu baik, sehingga akhirnya tertipu. Ia
mengatakan : “Ya mungkin begitu.” Saya katakan, “Bukan mungkin, tetapi pasti!
Banyak
keluarga Kristen yang karena memberikan lingkungan yang terlalu aman dan
terlalu baik, tidak pernah memberikan wawasan yang lebih luas kepada anak-anak
mereka, sehingga ketika anak itu keluar ia langsung bisa ditipu, diperkosa,
atau dijadikan korban orang-orang jahat di luar. Mereka tidak pernah tahu bahwa
ada ular dan ada pohon. Ada orang tua yang memaksa anaknya utnuk berdoa dan
ikut kebaktian, supaya dilihat orang luar bahwa keluarga ini adalah keluarga
Kristen yang baik. Akhirnya ketika dewasa, anak ini menjadi sangat benci kepada
Kekristenan. Banyak remaja dan pemuda yang anti Kristen karena dibesarkan dalam
keluarga Kristen yang memaksa dia menjadi “sok rohani”. Kita seringkali
menciptakan satu lingkungan yang begitu indah, begitu aman, tidak ada ular dan
tidak ada kebebasan pilihan. Keadaan sedemikian hanyalah merupakan suatu
pemaksaan, menjadikannya satu tindakan mekanis yang palsu. Maka saya melihat
akan keharusan adanya pohon, ular, dan pilihan bebas manusia.
Ketika
pada usia 29 tahun saya berkhotbah di Hongkong 65 kali dalam 27 hari,
menyambung khotbah saya di Taiwan 226 kali selama 62 hari, saya berada di dalam
keadaan yang sangat lelah. Seorang pendeta tua yang adalah pemimpin senior
ingin berbicara dengan saya, sehingga saya tak mampu menolak. Kami berbicara
selama dua jam, dalam keadaaan saya yang sudah begitu lelah. Ia mulai menanyakan
bagaimana prinsip mendidik anak menurut saya. Saya menjawab bahwa mendidik anak
ya apa adanya saja, tidak perlu berpura-pura, agar anak-anak mengerti realita
yang sesungguhnya. Kalau saya berbeda pendapat dengan isteri saya, anak-anak
saya juga tahu, sehingga suatu saat kalau mereka menikah lalu ada perbedaan
pendapat, mereka tidak terkejut dan sudah mengerti bahwa hal seperti itu adalah
hal yang biasa. Tetapi yang paling
penting adalah bagaimana setelah terjadinya perbedaan pendapat itu kita bisa
menyelesaikannya dengan cara Kristen. Lalu ia mengatakan bahwa cara dia
mendidik anak sangat berbeda. Saya bertanya bagaimana cara dia mendidik,
sehingga saya bisa belajar. Ia mengatakan, bahwa dunia ini sudah sangat rusak,
maka kita harus hati-hati agar anak kita tidak tercemar oleh dunia (sampai di
sini saya setuju). Itu sebabnya, demi kehati-hatian ini ia memiliki cara
khusus, yaitu setiap hari surat kabar yang datang ia baca terlebih dahulu dan
semua yang jelek digunting. Semua berita perkosaan, perzinahan, penipuan,
perampokan dan yang sejenisnya dipotong. Hanya sisa yang baik saya yang ia
berikan ke anaknya. Jadi, setelah surat kabar itu sudah penuh dengan
lubang-lubang, baru diberikan kepada anaknya. Bagi saya cara ini lucu sekali.
Itu namanya Holy Paper (Istilah ini bisa dimenerti sebagai “Koran Suci” tetapi
juga bisa dimengerti sebagai “Koran Lubang”) karena banyak lubangnya. Bagi
saya, kalau anak-anak setiap hari menemukan bahwa korannya penuh lubang dan
setiap hari lubangnya berbeda, pasti ia tertarik untuk ke tetangga dan mau
mengetahui apa yang ada di lubang itu. Anak itu akan terangsang untuk mencari
dan memperhatikan beriita-berita paling buruk yang tidak ada di rumahnya, dan dari tetangga ia baru tahu
bahwa berita yang ada di lubang itu adalah berita-berita perkosaan, perzinahan,
perampokan dll. Itulah yang menarik baginya! Akhirnya, yang tidak lubang tidak
dia baca, dan dia khusus hanya akan memperhatikan bagian-bagian yang lubang
saja. Saya bukannya mendukung untuk kita atau anak kita membeli buku porno,
tetapi biarkan surat kabar surat kabar yang ada itu dalam keadaan utuh Biarkan
yang menjadi fakta dunia mereka mengetahuinya. Inilah dunia kita yang riil.
Kita memang tidak mau anak kita dicemarkan, tetapi jangan sampai kita
menciptakan lingkungan yang terindah bagi anak kita, jangan sampai ia dimanja
hingga menjadi rusak lebih dari anak orang lain tanpa Saudara sendiri
menyadarinya.
Tuhan
tidak demikian. Setelah mencipta Adam dan Hawa, Ia meletakkan mereka di taman
Eden dan langsung memperkenankan setan menguji mereka. Ujian, pencobaan, dan
kemenangan! Kemenangan baru bisa dikatakan menang setelah adanya pencobaan dan
ujian. Kemenangan sangatlah penting, sehingga ujian dan pencobaan juga sangat
diperlukan. Maka, uian dan pencobaan adalah kebutuhan yang mutlak (the absolute
necessity) bagi keberadaan dan kemenangan manusia.
Ibu
saya mengatakan : “Stephen, saya bukan hanya harus menjadi ibumu tetapi juga
harus menjadi ayahmu, karena ayah sudah meninggalkan kamu ketika kamu berusia 3
tahun. Itu sebabna aku berusaha menanamkan iman yang kuat ke dalam dirimu,
sehingga ketika engkau besar aku tidak perlu kuatir jika engkau pergi kemanapun
juga, karena aku tahu engkau sudah dibekali dengan iman yang menuntut engkau
bertanggung jawab kepada Tuhan.” Itulah yang sudah saya warisi dari ibu saya,
demikian pula saya wariskan kepada anak-anak saya. Saya tidak memaksakan iman
kepada mereka. Kalau perlu sampai kita harus berdebat, sehingga kita bisa
menemukan sesuatu di dalam kebenaran firman. Setelah dia beriman, saya tidak
takut dia pergi kemanapun juga. Saya hanya bisa berdoa untuk dia dan tidak
merasa perlu lagi terlalu banyak mengatur. Biarlah dia bebas. Kebebasan itu
perlu, ujian itu perlu. Namun demikian , tidak ada paksaan dan dia sendiri
harus bertanggung jawab. Terkadang saya melihat ibu-ibu yang memberikan
kemanjaan kepada anaknya dengan anggapan itu adalah proteksi. Tetapi, proteksi
yang berlebihan (over-protection) akan menjadi kemanjaan yang menghancurkan.
Terlalu memelihara anak anan jatuh kepada keadaan yang fatal.
Ada
orang tua yang ketika bayinya yang tidur, di depan kamarnya ditulisi : “Bayi
sedang tidur. Harap tenang!” Akibatnya, bayi itu tidur begitu tenang, tidak ada
gangguan , sampai satu kali ada anjing menggonggong keras dan dia langsung sakit
jantung. Itulah pendidikan yang salah!
Saya dilahirkan di zaman perang Jepang. Ini merupakan satu latihan yang Tuhan
berikan kepada saya, maka sekarang saya tidak mudah diganggu oleh berbagai
situasi. Sejak usia 3 tahun saya sudah tidak memiliki ayah, dan sejak usia 15
tahun sudah tidak pernah minta uang satu rupiahpun dari ibu saya. Saya harus
bekerja berat dan membanting tulang
untuk mencukupi keperluan saya. Setiap minggu harus belajara sekitar 40 jam dan
harus mengajar 80 jam. Setiap hari harus bekerja keras berjam-jam, diperas,
ditindas, diuji oleh Tuhan, sebelum akhirnya bisa menjadi manusia seperti ini.
Banyak orang yang begitu memperhatikan saya meminta saya untuk beristirahat,
karena mereka anggap saya terlalu lelah. Saya seringkali menganggap mereka
terlalu memanjakan saya, saya terus-menerus diminta untuk tidur. Memang
sekarang saya sudah semakin tua dan mulai perlu ada waktu untuk beristirahat,
tetapi kalau mungkin saya masih ingin terus bekerja. Seringkali Saudara ingin
menjadi orang Kristen yang naik limousine ke Surga, ingin menjadi orang Kristen
yang doa apa saja akan dituruti oleh Tuhan. Itu bukan Tuhan, itu adalah
pembantu Saudara! Seringkali kita berdalih di belakang doa : “Allah, Engkau
Maha Kuasa, maka pasti Engkau mampu mengerjakan apa yang aku minta ini.” Itu
adalah sifat memperalat kemahakuasaan Alla huntuk menjjadikan Allah pembantu
Saudara. Itukah doa? Itu adalah manipulasi! Seringkali ketika Saudara mendengar
pendeta-pendeta yang mengajar seperti itu, Ssaudara ‘amin, amin’ terus, tidak
lagi secara ketat memperhatikan apa yang diajarkan oleh firman Tuhan. Saat
seperti itu Saudara sedang jauh dari Firmah Tuhan dan prinsip-prinsip yang
ditegaskan oleh Alkitab secara keseluruhan. Sudah terlalu jauh Saudara salah
mengerti Alkitab, dan kesalahmengertian itu telah menjauhkan Saudara dari
firman. Saudara perlu kembali! Reformed berarti kembali; kembali kepada
kebenaran Alkitab yang seketat mungkin.
Manusia
diuji dan dicoba dengan segala jerih-payah untuk mencapai satu tujuan yang
khusus. Tuhan membiarkan adanya pohon, adanya ular, dan adanya kebebasan
memilih. Ini memang berbahaya, tetapi semua itu ada bukan tanpa maksud. Semua
itu harus ada karena di belakang bahaya itu ada bahagia yang besar. Salahnya,
seringkali manusia mau bahagia, tetapi tidak mau bahaya. Ketika orang berjudi,
maunya memang tetapi tidak mau masuk penjara; kalau berzinah maunya kenikmatan
tetapi tidak mau keluarga kita dihancurkan oleh perempuan itu, atau diri kita
dihancurkan oleh penyakit kelamin.
Allah
memberikan kebebasan. Bukankah ini bahaya Ya, tetapi di belakang bahaya ada
bahagia. Orang pandai pasti lebih bahaya daripada orang bodoh. Namun, apakah
itu berarti kita kemudian berdoa agar kita jadi orang bodoh saja, dan semua
anak kita lebih baik jadi anak bodoh saja? Tidak! Perempuan yang cantik pasti
lebih bahaya daripada yang jelek. Tetapi, apakah itu berarti kita kemudian
berdoa ketika menikah kita diberi isteri yang sangat jelek agar ketika
melihatnya semua orang menjadi ketakutan, sehingga tidak membahayakan diri
kita? Tidak! Pisau yang tajam pasti lebih berbahaya daripada pisau yang tumpul.
Tetapi, apakah itu membuat kita lebih baik membeli pisau yang tumpul saja?
Tidak! Orang pandai pasti lebih bahagia daripada orang yang bodoh, demikian
pula wanita yang cantik lebih bahagian daripada wanita yang jelek. Bahagia,
tetapi juga bahaya. Seringkali kita mau bahagianya tetapi menolak bahayanya.
Itu mustahil! Jika kita mengerti konsep-konsep ini dengan baik, seumur hidup
kita akan lebih stabil dan lebih mengerti dengan tepat realita dan maksud
penciptaan Allah atas diri kita, sehingga kita tidak mudah dikacaukan oleh
berbagai gejala di dunia ini.
Perlu
adanya pohon, ular, dan kebebasan pilihan. Tuhan memasukkan hal ini karena jika
tidak ada ujian tidak akan ada bahagia, meskipun ujian itu sendiri mengandung
bahaya. Kalau tidak ada ujian, tidak ada pencobaan, dan tidak adakebebasan, mustahil ada kemungkinan kemenangan. Demi agar
kita bisa menang, perlu dan harus ada ujian, harus ada pencobaan. Ujian dan
pencobaan merupakan keharusan mutlak. Tanpa ujian dan pencobaan dunia ini
kehilangan makna.
Mungkin
Saudara tidak menyukai ujian dan pencobaan karena ujian dan pencobaan
mengandung bahaya, dan Saudara tidak menyukai bahaya ini. Semua manusia yang
tidak pernah mau bahaya tidak akan pernah maju! Orang yang selalu takut, akan
terus tinggal di kamar. Ketika ia mau menjadi pahlawan, hanya bisa menjadi
pahlawan kamar. Orang yang berani pergi ke tempat yang penuh bahaya dan
berhasil melewatinya dengan kemenangan , mendapatkan kebahagiaan.
Tuhan
tidak mencipta manusia seperti boneka. Manusia tidak dicipta sebagai robot atau
mesin. Tuhan justru memberikan kebebasan kepada Saudara, bahkan sampai bisa
memberontak melawanNya. Manusia dicipta dengan diberi kuasa pemberontakan
terhadap Allah, sehingga bisa mengatakan tidak setuju kepadaNya. Selama 33
tahun lebih saya menjadi dosen, saya tidak menghina pertanyaan murid-murid
saya. Kalau murid saya tidak setuju pada saya, saya tidak akan marah. Kalau
kita saja diberi hak untuk tidak setuju pada Allah, bagaimana kita boleh marah
terhadap orang lain yang tidak setuju dengan kita. Hanya dosen yang tidak beres
yang takut diawan oleh muridnya !
Asal saja jangan orang itu kurang ajar kepada Tuhan, merupakan hak dia untuk
tidak setuju dengan saya. Jika saudara melawan saya tetapi sangat cinta dan
taat kepada Tuhan, saya setuju. Kalau cinta dan taat pada saya, tetapi kurang
ajar terhadap Tuhan, saya tidak setuju. Saya tidak pernah menuntut semua orang
untuk setuju kepada say, karena Tuhan pun memberikan hak kepada kita untuk
tidak setuju kepadaNya.
Orang
Ateis dan orang Komunis tidak percaya kepada Allah. Bukan saja demikian, mereka
bahkan menganiaya orang Kristen, menganiaya endeta, memenjarakan para misionari
dll. Tuhan memperbolehkan hal itu terjadi. Tetapi Tuhan berkata,”semakin engkau
menganiaya, gerejaKu semakin berkembang.” Akhirnya yang memeras lelah dan mati, gereja ang diperas makin hari
makin besar. Itulah kekuatan bola yang ada pada gereja. Semakin keras
dibenturkan, semakin tinggi bola itu akan melambung. Komunisme berusaha
menganiaya orang Kristen dengan anggapan mereka bisa membinasakan dan
membersihkan orang Kristen, tetapi justru itulah tanda IQ mereka rendah, karena
sejarah membuktikan bahwa semakin gereja dianiaya semakin gereja berkembang.
Gereja
yang terlalu bebas, tidak ada ujian dan pencobaan, dan tidak pernah dianiaya,
tidak akan pernah berkembang. Sebelum Komunisme masuk RRC, jemaat Katolik
berjumlah sekitar 800 ribu orang dan Protestan sekitar 2 juta. Tetapi setelah
dianiaya oleh Komunisme, sekarang ini di seluruh RRC terdapat 83 juta orang
Kristen! Darimana kita mendapatkan data ini? Bukankah kita tidak bisa membeli
data dan orang Komunis jelas tidak mau memberikan data akurat tentang jumlah orang Kristen di RRC? Tetapi justru
dari penganiayaan seorang hamba Tuhan, seorang anggota polit biro sambil
menganiaya mengatakan : “Kamu tidak boleh memberitakan agama Kristen lagi di negara
ini. Ini negara komunis. Tahu tidak, gara-gara terus ada propaganda Kristen
sekarang orang Kristen sudah 83 juta.” Nah, sekarang kia tahu karena orang
komunis sendiri yang memberitahu. Melalui penganiayaan data itu bocor sendiri.
Tuhan tidak takut ditolak dan dilawan oleh Saudara. Allah justru memberikan
ujian kepada manusia supaya manusia bisa menang, membiarkan adanya pencobaan
supaya manusia bisa mengalahkan setan. Tuhan memberikan kebebasan supaya iman
kita kepada Allah diambil melalui satu kerelaan dan bukan karena pemaksaan.
Maka keberadaan ujian dan pencobaan merupakan suatu keharusan (absolute
neccessity) agar kita menang.
Ketika
Saudara mencintai seorang gadis, jangan Saudara bawa senapan dan paksa dia
menikah dengan Saudara. Itu tidak bisa dibanggakan, karena gadis itu terpaksa
menikah bukan dengan Saudara, tetapi dengan senapan Saudara. Kalau Saudara
mencintai dia, biarkan dia bebas, sehingga kalau dia mau menikah dengan
Saudara, Saudara bisa bangga, karena dia mencintai Saudara dengan kerelaannya.
Seorang presiden bisa lebih bangga dari pada seorang raja, karena dia naik atas
pemilihan seluruh rakyat bukan karena keturunan. Tuhan tidak mau kita memilih
Dia atau taat kepadaNya karena paksaan, atau karena kebetulan dilahirkan di
keluarga majelis, sehingga karena tidak ke sekolah minggu pasti akan dipukul
luar biasa keras; atau karena anak saya
adalah anak pendeta, maka kalau
tidak ikut kebaktian dianggap mempermalukan nama ayah, jadi anak saya ke gereja
supaya ayahnya tidak malu. Saya
memberikan kebebasan kepada anak saya agar mereka bisa mencintai Tuhan berdasarkan kemauannya sendiri, bkan
karena paksaan orang tua.
Allah
tidak membuat taman Eden yang hanya penuh dengan mawar dan malaikat, tetapi di
situ juga ada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, dan ia
membiarkan setan masuk ke dalam ular untuk mencobai dia, sehingga tergoncang
imannya. Inilah cara Allah bekerja! Selama saya mengajar di sekolah teologi,
selalu beberapa jam pertama saya pakai
untuk membuat bingung semua murid yang ikut di kelas saya. Saya goncangkan iman
mereka terlebih dahulu dan baru setelah itu melakukan rekonstruksi, karena saya
tahu begitulah cara Allah mendidik manusia. Manusia yang tidak pernah mengalami
kekacauan , tidak pernah melihat musuh, dan tidak pernah diuji dan dicobai ,
tidak layak hidup besama Tuhan. Sokrates mengerti kalimat di atas. Ia berkata :
“Hidup yang tak teruji adalah hidup yang tak layak dihidupi (unexamined life is
not worth living).” Berani menjadi manusia , berarti harus berani menjadi
manusia yang hidup penuh dengan bahaya. Oleh karena itu, kita harus hidup
berhati-hati.
Tatkala
kita hidup, kita seringkali mau bahagia tetapi tidak mau bahaya, kita mau
kelancaran dan keindahan tetapi tidak mau kesulitan, kita mau lulus tetapi
tidak mau bersusah payah belajar. Itulah yang diajarkan oleh Teologi
Kemakmuran. Semua ajaran Alkitab melawan ajaran Teologi Kemakmuran! Jika mau
menang harus melewati ujian terlebih dahulu; kalau mau lulus harus melewati tes
terlebih dahulu; mau menang harus mengalami pencobaan. Tidak ada jalan lain!
Inilah cara Allah mendidik manusia. Inilah cara Allah mencipta manusia.
Maksud
II : Konsumasi (Penyempurnaan)
Mengapa perlu
ujian? Bukankah ketika Adam dicipta keadaannya sudah sangat baik? Untuk apa
perlu diuji lagi? Adam diuji agar bisa lebih sempurna. Tuhan mencipta manusia
yang sungguh-sungguh sudah sempurna, tetapi yang membutuhkan ujian agar bisa
lebih sempurna lagi. Mari kita menelusuri sifat manusia dan firman Tuhan untuk
mendapat jawaban.
Jikalau
manusia sudah dicipta secara sempurna, mengapa ia masih harus diuji sehingga
mengakibatkan kesempurnaan yang ia miliki itu hancur? Bukankah tadinya sudah
sangat baik, mengapa harus diuji sehingga menjadi hancur dan berdosa? Bukankah
setelah pencobaan ia justru jatuh ke dalam dosa dan kesempurnaannya hilang?
Tidak ! Kesempurnaannya hilang jika orang itu tidak kembali kepada Tuhan Allah
lagi! Kalau ia kembali kepada Allah, maka sekalipun ia berdosa Tuhan berjanji :
“Marilah kita berperkara – firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti
kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yes 1:18). Tidak ada
orang yang sedemikian besar dosanya sampai Tuhan tidak berkuasa untuk
menyelamatkan dia. Tidak ada orang yang hati nurainya menegur dia begitu berat,
sampai tidak ada lagi pengampunan dosa yang bisa menyelamatkan dia.
Kalau
ditanya apakah Allah tahu Adam bisa jatuh ke dalam dosa, jawabnya adalah tahu.
Lalu, mengapa Tuhan membiarkan adanya pencobaan itu? Jawabnya : Harus, mutlak
harus! Manusia tidak dicipta menjadi robot, boneka, atau mesin. Manusia dicipta
untuk melewati pencobaan, melewati ujian; maka mutlak harus ada ujian dan
pencobaan. Kita akan lebih lagi memperjelas dan mengkonfirmasikan pernyataan
ini di bab berikutnya.
Meskipun
ketika dicipta kita sudah sempurna, namun ujian dan pencobaan akan membawa kita
kepada kesempurnaan yang lain lagi. Kesempurnaan apakah itu? Keadaan yang
pertama disebut sebagai : kesempurnaan awal, yaitu kesempurnaan natural atau
kesempurnaan ciptaan. Kesempurnaan ini merupakan kesempurnaan yang dicipta,
yaitu kesempurnaan yang tarafnya berada di dalam ordo creatio. Kesempurnaan ini
juga adala hkesempurnaan natural dan bersifat potensial.
Tetapi
hal ini belum cukup, karena jika kesempurnaan ini tidak melewati ujian dari
Allah dan pencobaan dari setan, maka manusia akan tetap menjadi makhluk yang
berkesempurnaan yang tidak pernah diuji dan dicobai. Kesempurnaan seperti ini
tidak diingin oleh Tuhan, karena ini hanyalah kesempurnaan ciptaan yang baru
bersifat potensial saja, tetapi bukan yang dicapai melalui satu proses.
Sesudah
adanya ujian dan pencobaan, kesempurnaan itu akan menjadi kesempurnaan
konfirmasi; kesempurnaan supranatural, yang melampaui kesempurnaan natural;
kesempurnaan yang telah genap, dan kesempurnaan yang telah dicipta ulang
(recreated perfection). Jadi kita melihat empat hal, yaitu : (1) dari potensi
menjadi konfirmasi; (2) dari natural menjadi supranatural ; (3) dari awal
menjadi genap; dan (4) dari yang dicipta menjadi yang dicipta-ulang (atau
melalui penebusan).
Dari
sini kita melihat bahwa semua ini memerlukan ujian dan pencobaan. Dan semua itu
memerlukan : proses! Sebelum proses bersifat awal, sebuah proses menjadi genap;
sebelum proses natural , sesudah proses menjadi supranatural, dst.
Di
dalam istilah teologi Kristen, harus dibedakan antara konsumsi (consumption)dan
konsumasi (consummation). Kalau ide konsumsi lebih berarti menghabiskan atau
menghanguskan, maka konsumasi justru berarti menyempurnakan dan menggenapkan.
Ketika
seorang bayi dilahirkan dengan potensi yang tinggi sekali, misalnya bayi
Einstein, maka bukankah bayi yang bernama Einstein itu, sampai pada saat
kematiannya masih tetap bernama Einstein? Namun, ketika lahir ia hanya menjadi
Einstein potensial, dan baru pada saat mati menjadi Einstein genap. Jadi, di saat
lahir ia sempurna sebagai potensi dan ketika mati sempurna setelah digarap.
Einstein ketika lahir sempurna sekali, begitu lucu dan halus sekali kulitnya,
tetapi ketika mati kulitnya sudah begitu keriput. Einstein lahir sebagai bayi
yang sempurna , kepalanya lengkap, kaki tangannya juga sempurna, tetapi
kesempurnaan ini bukanlah kesempurnaan seperti yang dimiliki Einstein setelah
mengalami berbagai kesulitan, kegagalan, masalah, dan semua problematika,
sebelum akhirnya ia mencapai satu kesuksesan kesempurnaan sebagai ahli fisika
yang top di dunia. Ketika ia mati, kemahiran dan kematangan otaknya lebih
sempurna dibandingkan dengan ketika ia lahir. Demikian pula ketika Allah
menciptakan Adam dan Hawa. Ketika dicipta, Adam juga adalah manusia sempurna,
tetapi kesempurnaan ini hanyalah kesempurnaan potensial yang belum melewati
ujian dan pencobaan. Ini adalah kesempurnaan yang belum melewati proses.
Di
Alkitab diungkapkan tentang bagaimana burung rajawali melatih anaknya. Ketika
anak itu baru menetas dari telurnya, ia harus mencengkeram erat sangkarnya yang
terletak di puncak gunung yang sangat tinggi, karena angin yang keras bisa
menerbangkannya. Tidak ada kenyamanan di sana. Setelah dia tumbuh dan bulu-bulu
sayapnya penuh, maka ia sudah mempunyai potensi terbang. Namun potensi terbang
ini belum dikonfirmasikan. Itu seperti seorang yang sudah membeli buku
berenang, mempelajari dengan seksama sampai hafal seluruhnya, tetapi belum
pernah masuk ke dalam air. Sama halnya dengan orang yang sekolah teologi,
mendapatkan gelar cum laude, tetapi tidak pernah memberitakan Injil dan
belum pernah membawa orang lain bertobat
dan menjadi Kristen. Itu tidak ada nilai konfirmasinya. Mungkin mereka akan
kalah dengan orang-orang yang belum
pernah sekolah teologi tetapi yang mau rendah hati dan sungguh-sungguh mau taat
kepada Tuhan, memberitakan Injil dan membawa orang bertobat dari dosanya dan
mengenal Tuhan.
Maka,
sekarang induk burung itu mulai melatih anaknya untuk terbang. Anak burung itu
diangkat oleh induknya, diajak terbang di udara yang tinggi, lalu dilepaskan
dan dibiarkan terjun bebas. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, ia akan
dipanggul lagi oleh induknya, dibawa naik lagi ke ketinggian dan dilepas lagi.
Hal itu berulang beberapa kali sambil anak elang ini mulai belajar terbang.
Pada akhirnya, ia pun bisa terbang seperti induknya. Setelah dibawa kembali ke
sarang, anak ini lelah sekali dan mau beristirahat, namun induknya memaksa
untuk dia kembali belajar terbang. Setelah bisa, maka induk elang mulai cukup
jauh meninggalkan anaknya, sehingga anak elang ini harus mulai melihat
sarangnya. Ketika ia melihat sarangnya yang terletak di atas gunung, ia mulai
berusaha untuk terbang naik ke tempat
itu. Maka ia sekarang sudah menang. Adakah orang-orang Kristen yang bersemangat
seperti itu?
Kesimpulannya
: Setelah ujian dan mendapatkan angka yang tinggi itu merupakan satu kemuliaan!
Jika Saudara menganggap diri pandai sebelum ujian, itu hanyalah satu keadaan
yang belum terkonfirmasi. Saudara masih memerlukan ujian.
Sekarang
ini di Indonesia banyak gereja yang pendetanya tidak mau sekolah teologi supaya
tidak pernah tidak lulus. Kalau pernah sekolah teologi pasti ada kemungkin
tidak lulus, tetapi kalau tidak sekolah pasti tidak ada kemungkinan tidak
lulus. Jadi dia merasa dirinya hebat, padahal kesalahan khotbahnya sendiri dia
tidak tahu. Pada saat ini begitu banyak orang Kristen yang sudah ditipu oleh
pengkhotbah – pengkhotbah seperti itu, yang khotbahnya begitu sembaangan. Maafkan jika saya harus
mengatakan hal yang mengakibatkan banyak orang membenci saya. Itu adalah ujian saya dan saya dicipta oleh Tuhan untuk
menghadapi ujian-ujian seperti ini. Saat ini begitu banyak orang Kristen dan
hamba Tuhan yang tidak mau ujian, sehingga akhirnya tidak memiliki kemenangan
konfirmasi. Mereka hanya bisa sombong
dan menganggap diri sudah pandai. Bukan berarti mereka tidak memiliki potensi,
tetapi justru karena mereka tidak mau diuji, tidak mau melewati proses, tidak
mau melewati pencobaan, maka mereka menganggap diri mereka sudah hebat, karena
tidak pernah gagal. Orang yang tidak pernah gagal tidak berarti orang itu
sukses, dan orang yang seringkali gagal tidak berarti orang itu tidak sukses.
Orang yang berkali-kali gagal tetapi terus berjuang sampai pada akhirnya
sukses, maka kesuksesannya itu akan sangat berharga.
Thomas
Alfa Edison yang telah berhasil menemukan lampu, sebelum sukses telah lebih
dari 1.700 kali gagal. Tetapi sekian banyak kegagalan tidak menjadikan ia
berhenti dan putus asa. Ia bukannya menyerah tetapi terus berjuang sampai pada
akhirnya berhasil. Kesuksesan yang telah melewati sekian kali kegagalan
merupakan kesuksesan yang sangat
berharga. Kesuksesan ini adalah kesuksesan yang tidak mau ditakuti-takuti oleh
kegagalan. Inilah harga sebuah kesuksesan.
Seringkali
kita berdoa, “Tuhan, saya mau kalau saya jatuh cinta langsung sukses, supaya
jangan sampai saya gagal dan akhirnya bunuh diri. Nanti nama Tuhan yang buruk,
bukan?” atau “Tuhan, lebih baik saya tidak usah sekolah saja supaya saya tidak
sampai tidak lulus, karena kalau tidak lulus bukankah nanti nama Tuhan yang
jelek.” Alangkah malunya kalau kita tidak pernah tidak lulus karena kita tidak
pernah sekolah.
Maka
sekarang kita mengerti bahwa Tuhan memang mau kita diuji. Tuhan memang mau kita
dicobai oleh setan. Itu berarti Tuhan memang sengaja memperbolehkan setan
mencobai kita. Kita tidak erlu melarikan diri dari fakta. Tuhan memang
mengizinkan setan masuk ke dalam taman Eden. Tuhan juga yang menciptakan pohon
pengetahuan yang baik dan yang jahat. Itu semua memang merupakan satu keharusan
mutlak. Jika tidak , manusia belum pernah mencapai konfirmasi.
Mungkin
timbul pertanyaan : “mengapa Tuhan tidak menciptakan Adam yang sudah
terkonfirmasi sehingga tidak perlu lagi
proses konfirmasi yang sulit ini?” Jawabannya adalah : memang Tuhan mau pakai
cara seperti ini! Bahkan sampai Anak Allah ketika datang ke dunia ini tidak ada
dispensasi sama sekali. Ia tetap harus diuji, harus dicobai, harus menderita,
sebelum pada akhirnya dikonfirmasikan. Tidak ada hak istimewa sama sekali.
Setiap manusia diperlakukan secara sama oleh Allahberdasarkan prinsip total
yang sama. Setiap orang yang hidup di dunia harus diuji dan dicobai.
Lalu
mungkin dipertanyakan, mengapa ada orang yang diuji sedikit, ada yang banyak.
Yang diuji sedikit berarti ia kurang bahagia! Jangan sombong! Orang yang tidak
mengalami kesulitan dan penderitaan, berarti ia juga tidak pernah
sungguh-sungguh bahagia. Ia belum melewati apa-apa. Ia belum mengerti bagaimana
manusia melawan apapun untuk mencapai kemenangan melalui sifat kelimpahan yang
diberikan oleh Tuha. Saya bersyukur kepada Tuhan jika saya diizinkan menjadi anak yatim pada usia 3
tahun, diizinkan mengalami banyak kesulitan sejak kecil. Saya selalu bersyukur
, tidak pernah mengomel dan mempertanyakan kepada Tuhan mengapa saya harus
mengalami semua ini. Sikap demikian adalah sikap yang terlalu cerewet. Kalau
Tuah memberikan kepada kita suatu kesulitan, itu adalah hak istimewa untuk kita
bisa mengalahkannya dan mencapai kemenangan.
Kalau
semangat mengalahkan musuh tidak ada di dalam gereja dan orang Kristen, pasti
orang Kristen dan gereja tidak akan mengalami kebangunan. Gereja berulang kali
memanggil pendeta untuk mengadakan kebangunan rohani, tetapi setelah pendetanya
pergi mereka tidur lagi. Salah satu penyebab Gereja mengalami kebangunan adalah karena gereja itu
berani melewati tantangan yang diijinkan oleh Tuhan. Kalau Tuhan sudah
membangkitkan begitu banyak musuh dan banyak gereja dibakar, bersyukurlah
kepada Tuhan, karena itu membuktikan iman Kristen tidak mungkin dihanguskan.
Orang Kristen boleh ditakut-takuti, tetapi iman Kristen pasti akan menjadi
lebih kuat lagi.
Ujian
dan pencobaan sangat diperlukan. Jika kita tidak terlalu banyak mengalami
ujian, jangan sombong! Itu hanya berarti bahwa iman kita masih terlalu lemah,
sehingga Allah masih memberikan pertolongan untuk tidak memberi ujian yang
terlalu berat bagi kita. Ketika sekarang kita harus mengalami berbagai ujian,
kita tidak perlu takut.
Ketika
catur komputer yang tercanggih di dunia, Deep Blue , akan dipensiunkan, Gary
Kasparov, musuh berbuyutannya justru yang paling tidak setuju, karena dengan
pensiunnya Deep Blue maka ia tidak lagi ada kesempatan untuk mengalahkan musuh
yang dianggap paling kuat tersebut.
Ketika saya melihat semangat seperti ini, saya kagum. Kasparov yang
hanya pemain catur saja memiliki semangat yang tidak mau kalah seperti itu.
Sebaliknya, keadaan kekristenan saat ini begitu parah. Begitu banyak orang
Kristen yang ketika harus menghadapi sedikit kesulitan saja sudah mengomel dan
menangis luar biasa di hadapan Tuhan. Tuhan tidak perlu menyogok Saudara dengan
kenikmatan dan kekayaan, barulah manusia bisa memuji dan menyembah Tuhan.
Di
Surabaya ada seorang pendeta yang menganut Teologi Kemakmuran mengajarkan
jemaatnya yang membawa helm (karena masih naik sepeda motor), untuk mengangkat
helmnya di kebaktian. Ia kemudian berkata bahwa Tuhan akan memberkati dan tahun
depan sudah tidak akan bawa dan pakai
helm lagi, karena Tuhan akan memberi mobil. Jemaat bersorak mengaminkan. Itu ajaran
sesat dan pasti bukan dari Alkitab! Tuhan tidak pernah memberikan janji seperti
itu! Jikalau Tuhan memberikan kekayaan kita harus memuji Tuhan, tetapi jika
Tuhan memberikan kemiskinan , kita tetap harus memuji Tuhan. Jikalau Tuhan
memberikan kesehatan kita harus memuji Tuhan, tetapi ketika Tuhan memberikan
penyakit yang berat, kita pun harus memuji Tuhan.
Pada
tahun 1984, setelah saya berkhotbah dengan bahasa Inggris kepada 22.000 orang
di Manila, saya harus berangkat ke Hong Kong. Pagi harinya kawan saya
menganjurkan untuk saya periksa darah. Ketika saya sudah tiba di Hong Kong, dia
menelpon dan memberitahu bahwa saya terkena penyakit kanker dan usia saya
mungkin hanya tersisa satu tahun saja. Ketika saya mendapat kabar bahwa usia
saya tinggal satu tahun, iman saya sedemikian tenang dan tidak terganggu.
Justru setelah it saya mulai memikirkan bahwa satu tahun itu harus saya pakai
untuk mengerjakan hal-hal yang paling penting, karena setelah itu tidak ada
kesempatan lagi. Ternyata dokter ini bodoh dalam mendiagnosa. Dia kira saya
terkena kanker hati, namun ternyata hanya hepatitis B saja. Tuhan mengijinkan
doker itu bodoh dan salah dalam mendiagnosa
untuk menguji iman saya. Akhirnya, satu bulan kemudian saya kembali ke Manila untuk
berobat, dan disitu ditemukan bahwa saya bukan terkena kanker hati, tetapi
hepatitis B. Tetapi selama satu bulan itu saya sudah membentuk karakter saya
untuk bisa mengerjakan hal-hal yang penting dan tidak mau takluk pada
kesulitan.
Setelah
itu saya mulai mengambil keputusan untuk memulai SPIK (Seminar Pembinaan Iman
Kristen) dan mulai tidak peduli jika diundang oleh gereja-gereja. Saya mulai
menjawab apa yang sebenarnya Tuhan inginkan untuk saya kerjakan dan khotbahkan,
bukan sekedar memenuhi undangan gereja-gereja. Gereja saat itu tidak mau
mengundang saya untuk mengkhotbahkan Allah Tritunggal, karena mereka pikir
pasti tidak ada yang mau hadir. Tetapi ketika saya mulai mengadakan SPIK, yang
hadir untuk tema Allah Tritunggal di Jakarta mencapai 3.800 orang! Banyak
majelis tidak mengerti khotbah apa yang dibutuhkan oleh gereja, mereka hanya
mau orang banyak saja. Mereka hanya memperhatikan apakah kolekte cukup banyak
dan gedung cukup megah saja. Banyak majelis yang tidak peduli kalau gereja
tidak memiliki doktrin yang kuat dan
pengajarannya berantakan. Banyak majelis tidak tahu bahwa orang Kristen harus dicobai dan diuji
agar imannya menjadi kuat. Keadaan
seperti sangat melemahkan gereja. Itu alasan saya harus menegakkan pengajaran
dengan tema-tema yang begitu jarang dibahas secara mendalam dan tuntas oleh
orang lain.
UJIAN
DAN PENCOBAAN : Perbedaannya
Ada empat perbedaan antara ujian dan
pencobaan.
- Perbedaan sumber : ujian dari Allah, pencobaan dari setan
- Perbedaanmotivasi : Ujian bermaksud baik, mau mendekatkan kita kepada Tuhan agar kita hidup dalam kesucian. Pencobaan bermaksud jelek, mau membuat kita meninggalkan Tuhan dan hidup di dalam dosa dan kenajisan.
- Perbedaan tujuan : Ujian bertujuan untuk mengkonfirmasikan kita masuk ke dalam kesempurnaan yang sudah mahir. Pencobaan bertujuan memisahkan kita dari Allah, menjadikankita memihak kepada setan dan memberontak kepada Tuhan.
- Perbedaan fenomena : Ujian dimulai dengan segala kepahitan , kesengsaraan, penderitaan dan diakhiri dengan kemanisan, kebahagiaan, kemenangan, dan keindahan rohani. Pencobaan dimulai dengan keindahan, kecantikan, kenikmatan, dan berakhir dengan kepahitan, penyesalan dan kerusakan.
Inilah perbedaan-perbedaan antara ujian
dan pencobaan yang harus kita sadari. Jika ujian dan pencobaan tidak mungkin tidak
ada, maka kita harus segera bisa melihat perbedaan di antara keduanya.
Manusia
khususnya para gadis, harus berhati-hati jika ada pria yang merayu kalian
dengan kalimat yang begitu manis. Justru pada saat-saat seperti itu kalian
harus lebih berhati-hati. Kalau kalian dengan mudah takluk ke dalam pangkuannya
atau membuka pakaian untuknya, maka kalian akan menyesal tidak habis-habis
seumur hidup. Cara setan merusak manusia adalah dengan cara memberikan
janji-janji manis yang kosong, dengan memberikan interpretasi yang sangat
menyeleweng dari arti firman Tuhan yang sebenarnya. Ketika firman mengatakan
kalau makan buah akan mati, maka setan mengatakan kalau makan buah matanya akan
celik. Setelah Adam celik matanya ia baru tahu kalau ia telanjang, dan begitu
celik justru ia tidak melihat keberadaan setan. Setan sudah melarikan diri.
Untuk apa celik? Celik untuk melihat apa? Bukankah akhirnya hanya melihat
keadaan diri yang memalukan? Setan selalu berusaha memberikan perkataan yang
berlainan dengan firman Tuhan.
Secara
sepintas kelihatannya setan benar, karena pada hari itu Adam sepertinya tidak
mati dan bahkan masih hidup 930 tahun lagi. Inilah gejala yang seringkali
menjadi suatu pengacauan epistemologi (pengertian kebenaran) dan pengacauan
iman keagamaan. Inilah pengacauan keyakinan danpengacauan konsep rohani yang
pertama kali terjadi dalam sejarah. Di dalam dunia ada teori-teori yang benar
tetapi kelihatannya seperti salah, dan ada juga teori-teori yang salah tetapi
kelihatan seperti benar. Ini mulai terjadi sejak Kejadian 3. Tetapi justru
inilah cara Allah membentuk manusia.
DI
tengah-tengah ujian dan pencobaan hanya ada dua macam akibat, yaitu : (1)
kalah, dan akhirnya binasa; atau (2) menang, dan akhirnya mendapatkan hidup
yang terkonfirmasi. Di sini kita mengerti apa yang telah kita pelajari pada
awal tema ini, yait umanusia memang dicipta menjadi pemikir dan penyelidik alam
semesta. Manusia menilai dan mengevaluasi segala sesuatu. Tetapi kekekalan itu
belum dikonfirmasikan. Setelah dikonfrimasikan melalui tindakan penyelamatan,
ia menjadi hidup yang kekal. Inilah yang membedakan iman Kristen dari yang
lainnya. Banyak kepercayaan lain yang mempunyai ide tentang kekekalan dan
percaya adanya pengharapan kekekalan tetapi
sulit sekali mengerti dan mendapatkan hidup yang kekal. Dalam hal ini
pemerintah Indonesia tepat sekali ketika memutuskan bahwa Konfusianisme tidak
boleh disebut agama, karena Konfusianisme
tidak mempunyai ajaran tentang kekekalan. Konfusius tidak mengajarkan di
mana ada kekekalan. Ini berbeda dari Buddhisme. Buddhisme mengenal kekekalan
nirwana. Tetapi di dalam ajaran Kristus
dinyatakan secara tegas, bahwa “barangsiapa yang percaya kepada Kristus
akan mendapatkan hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Ini suatu konfirmasi yang sangat
tegas.
Inilah
manusia! Manusia dicipta dengan unsur kekekalan. Manusia menerima ujian dan
pencobaan untuk meraih suatu konfirmasi melalui keselamatan di dalam Yesus
Kristus, dan pada akhirnya mendapatkan hidup yang kekal. Puji Tuhan! Adakah
ajaran yang lebih besar daripada ajaran ini? Adakah janji yang lebih indah
daripada janji ini? Kalau kita baru menjadi bayi Einstein, maka kita masih
perlu diproses, peru sekolah, peru inovasi dan kreasi, sampai akhirnya mencapai
suatu konfirmasi seturut apa yang telah Tuhan berikan di dalam mencipta kita.
Tetapi itupun belum cukup, karena orang yang mati akibat hasil penemuan
Einstein justru lebih banyak ketimbang yang mendapatkan hasil positif dan
kehidupan. Konfirmasi yang sesungguhnya adalah konfirmasi melalui Yesus
Kristus, yaitu konfirmasi melalui Yesus yang mati dan bangkit bagi kita.
Bersama dengan kematianNya dosa kita diangkut dan diampuni. Bersama dengan
kebangkitanNya kita mendapatkan hidup yang kekal.
UJIAN
DAN PENCOBAAN : Persamaannya
Saudara
adalah manusia yang dicipta untuk diuji dan dicobai. Roh Kudus, tangan Tuhan
sendiri, akan memimpin Saudara untuk melewati ujian dan pencobaan. Darah Yesus,
kuasa Roh Kudus, dan firman, akan memberikan tunjangan untuk Saudara dapat
mengalahkan segala kesulitan, segala ujian dan pencobaan. Firman akan memimpin
Saudara menuju ke akhir dari lorong panjang yang disebut sebagai “lembah
kekelaman” (Mzm 23:1-6). Ujian dan pencobaan memang harus ada, tetapi itu semua
bukan untuk kegagalan melainkan untuk mencapai kemenangan.
Mengapa
Saudara menjadi janda? Mengapa menjadi duda? Mengapa mengalami penyakit?
Mengapa harus mengalami kesulitan yang berat? Itu karena Saudara sedang di
dalam ujian dan pencobaan. Saudara sedang berada di dalam proses. Pada saat itu
Tuhan sedang memproses Saudara. Ketika Tuhan sedang menguji Saudara, saat yang
sama setan sedang menggunakan kesulitan yang Saudara alami untuk mencobai
Saudara. Dengan ini kita mengerti bahwa uian dan pencobaan bisa terjadi pada
peristiwa yang sama.
Itu
bukan berarti Allah bersekongkol dengan setan untuk menganiaya Saudara. Tetapi
Allah menguji Saudara, Ia memperkenankan setan mencobai Saudara untuk membuktikan baha kekuatan yang Ia
berikan kepada Saudara lebih besar daripada semua cobaan yang dikerjakan oleh
setan. Bedanya nanti terlihat melalui apakah seseorang taat sepenuhnya seperti
Ayub, ataukah ia setengah taat seperti isteri Ayub. Ayub dengan tegas
mengatakan,”Allah yang memberi, Allah yang mengambil ; Terpujilah Allah
selama-lamanya” (Ayb 1:21).
Saat
ini ada dua macam oang Kristen. Ada yang seperti Ayub, ada juga yang seperti
isteri Ayub. Ketika Ayub dan isrinya
sama-sama dicobai, sama-sama menalami masalah dan kesulitan, yang satu menang
dan yang satu gagal. Isteri Ayub jusru menganjurkan agar Ayub tidak perlu lagi
percaya Tuhan. Mengapa demikian? Karena iman iseri Ayub adalah iman yang hanya
mengetahui kenikmatan dan tidak mau ada
kesulitan. Pengenalannya hanya kepada Tuhan yang Mahakuasa, Mahakasih dan Maha
pemurah, yang mau menuruti semua permintaannya. Ia beranggapan Tuhan tidak akan
merugikan dia, tidak akan membiarkan setan menguji Ayub dan setan berusaha
sekuat tenaga untuk menghancurkan iman Ayub, baik melalui penyakit maupun
melalui segala kesulitan lainnya. Ayub menegaskan bahwa sekalipun ia harus mati
karena Tuhan, ia tidak akan mundur dan tidak akan menyangkal Tuhan (Ayb
6:8-10). Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut orang-orang yang telah
mengalahkan segala ujian danpencobaan seperti Ayub, akan mempermalukan setan
selama-lamanya. Itulah kalimat-kalimat yang akan memebeikan kekuatan kepada
setiap orang Kristen untuk menyatakan kemenangan Tuhan, dan akan menyebabkan
Tuhan memvonis setan. Tuhan tidak sekongkol dengan setan karena kalimat yang
mengatakan bahwa Tuhan bersekongkol dengan setan juga keluar dari godaan setan.
Ujian dan pencobaan adalah cara untuk membuktikan Saudara bisa menang.
Silahkan
buktikan bahwa Saudara adalah orang Kristen yang bertanggung jawab. Silahkan
bukikan bahwa Saudara memang anak Allah yang sejati. Silahkan buktikan semua
kekuatan yang Allah sudah berikan kepada Saudara. Silahkan buktikan Saudara
telah belajar dari Ayub untuk menjadi anak Allah yang taat.
UJIAN
DAN PENCOBAAN : Akhirnya
Kita
telah mempelajari bagaimana kita dapat menjadi manusia sejati melalui mengerti
status dan tujuan kita yang tepat. Kita dicipta di dalam status antara yang
sangat krusial, dan kita dicipta supaya kita bisa menjadi wakil (representatif)
Tuhan yang memihak Allah dan tidak memihak setan. Itu sebabnya hidup manusia
tidak mudah. Menjadi manusia sangatlah sulit, penuh dengan resiko yangbesar,
penuh dengan tantangan yang menakutkan dan harus menghadapi berbagai bahaya
yang sedemikian berat. Tetapi di dalam semua itu ada bahagia yang sedang
disediakan bagi kita.
Jika
kita tidak mengerti seperti apakah status manusia sebenarnya dan tidak mengerti
bahwa status manusia mempunyai resiko yang begitu besar, maka kita akan
mempergunakan kebebasan yang ada pada kita dengan sembarangan. Kita juga akan
menjadi sembrono di dalam memilih situasi dan kesempatan-kesempatan, yang pada
akhirnya merongrong hidup kita. Kita akan sembarangan menikmati keadaan
seolah-olah kita berotonomi mutlak, sehingga kita tidak lagi bersandar kepada
Tuhan dan pada akhirnya masuk ke dalam jerat setan.
Setan
berusaha menjadikan kita merasa sedemikian mandiri dan sedemikian hebat,
sehingga kita bergantung hanya pada diri sendiri, dan tidak merasa perlu untuk
beriman kepada Tuhan. Namun firman justru akan menjadi pondasi, cahaya,
prinsip, dan titik tolak yang membuat kita menjadi orang beriman dan taat
kepada Tuhan. Sangatlah penting untuk firman menjadi dasar kehidupan kita.
Sangatlah penting reaksi iman yang berdasarkan firman. Sebagai manusia yang
berespon, manusia harus bertanggung jawab kepada Tuhan, karena kita memang
dicipta di dalam status yang sedemikian sulit. Ini adalah fakta yang harus kita
hadapi.
Ketika
Tuhan menguji manusia, membiarkan setan masuk dan mencobai manusia. Ia mau agar
manusia betul-betul taat kepadaNya, sehingga manusia tidak perlu dipaksa untuk
menjadi pengikut Tuhan. Manusia diberi ujian agar manusia bisa dikokohkan, dan
potensi-potensi yang ada sekarang bisa dikonfirmasikan. Itu sebabnya kita telah
membahas bahwa semua potensi kesempurnaan yang ada pada kita perlu
diproses menjadi suatu kesempurnaan yang
terkonfirmasi. Maka berbahagialah orang Kristen yang senantiasa menuntut
khotbah yang bermutu, buku yang bermutu, belajar yang bermutu, dibandingkan
dengan majelis dan pendeta yang tidak pernah lagi belajar dan tidak pernah
menuntut diri untuk maju. Celakalah
orang yang setelah sekolah teologi merasa diri begitu hebat sehingga ia tidak
pernah lagi bertumbuh setelah keluar dari seminari.
Saya
pernah kagum ketika mendengarkan seorang profesor yang sedang menerangkan
tentang bagaimana perak harus dimurnikan sebanyak tujuh kali. Perak yang masih
kotor harus dipanaskan dan dilelehkan. Setelah mencair , maka karena perat
berberat jenis cukup besar, ia akan turun, dan kotoran akan naik ke atas. Saat
itu, kotoran-kotoran yang sudah naik ke atas disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami
pembersihan tahap pertama, maka kembali perak itu dicairkan untuk kedua kalinya
dan disaring kemblai. Hal ini harus dilakukan berulang kali untuk mencapai
tingkat kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni
dan kotoran-kotoran yang halus bisa disisihkan. Kini perak itu bisa begitu
cemerlang bagaikan cermin. Ketika masih kotor sulit untuk bercermin pada perak
tersebut, tetapi setelah tujuh kali dimurnikan, orang yang mengolah dapat
melihat wajahnya sendiri di permukaan perak itu. Maka selesailah pengujian
untuk pemurnian itu, peta dan teladannya sudah terlihat di permukaan perak
tersebut. Puji Tuhan!
Bilakah
kita selesai ujian? Ujian itu baru selesai setelah kita bisa merefleksikan
gambar diriNya di dalam kehidupan kita. Ujian selesai setelah kita bisa
memancarkan peta teladanNya. Berarti saat itulah perak tersebut sudah murni dan
sudah sempurna, sudah dikonfirmasikan kemurniannya. Darimanakah kemurnian perak
ini? Dari dalam perak itu sendiri. Tetapi sebelum dimurnikan, kemurnian perak
itu masih tercampur dengan segala macam kotoran. Saya mendengarkan penjelasan
ini ketika saya masih sangat muda dan saat saya merenungkan perkataan profesor
tersebut, saya menyadari bahwa di dalam diri saya pasti masih juga ada
kotoran-kotoran , ada kerikil-kerikil yang perlu dimurnikan. Itu sebabnya saya
sadar bahwa saya masih perlu diuji oleh
Tuhan.
Tetapi
betapa sulitnya situasi ketika kita harus menghadapi ujian. Beberapa saat
sebelum ujian adalah waktu-waktu yang sangat menegangkan, karena saat itu kita
begitu gentar, takut tidak lulus Sulit untuk seseorang bisa mengatakan :
“Ujilah aku!” Orang yang berani berkata demikian menunjukkan bahwa ia sudah
betul-betul siap. Sedikit sekali orang Kristen yang berani berdoa kepada Tuhan
minta diuji. Saya sendiri gentar untuk berdoa seperti itu, meskipun saya sadar
bahwa ujian merupakan keharusan untuk saya bisa menyatakan kemurnian dan
mencapai kesempurnaan yang tidak pernah saya sadari. Melalui ujian Tuhan
menutup mulut setan dan menyatakan bahwa anak-anak Tuhan beriman kepada Tuhan
bukan karena paksaan, tetapi karena kerelaan.
Seringkali
kita merasa ujian yang Tuhan berikan belum selesai juga. Itu terjadi karena
Tuhan kecewa. Ia belum melihat peta teladanNya muncul dan terpancar di dalam
diri kita. Kita dicipta oleh Tuhan dan mengaku sebagai anak Tuhan, tetapi hidup
kita justru memancarkan kenajisan setan, menyatakan segala ketidakberesan dari
kehidupan yang tidak jujur dan tidak taat kepada Allah. Tuhan melihat bahwa
kita masih perlu diuji dan diuji lagi, agar kemurnian itu semakin bisa nyata.
Dari titik potensi menuju ke titik konfirmasi terdapat proses. Istilah “sedang
diproses” berarti : bersabarlah, jangan mau cepat-cepat selesai. Setiap Minggu,
ketika Saudara ke gereja, Saudara sedang mengalami proses. Ketika Saudara
sakit, itupun suatu proses. Juga di
dalam kegagalan atau ketika Saudara mengalami penipuan, Saudara sedang
diproses.
Mungkin
ketika setiap Minggu ke gereja, Saudara tidak merasa diproses sama sekali. Itu
mungkin terjadi karena Saudara mendengar khotbah-khotbah yang tidak beres.
Akibatnya, Saudara tidak bisa diproses menjadi lebih baik. Kalau Saudara tidak
mau datang ke gereja-gereja yang memiliki khotbah yang bermutu, maka Saudara
sulit diproses. Seringkali Saudara hanya mau mendengarkan khotbah-khotbah tak
bermutu yang hanya mengkhotbahkan khotbah dengan doktrin-doktrin yang tidak
beres. Khotbah semacam itu pasti tidak akan memproses hidup Saudara secara
benar. Akibatnya, Saudara sebenarnya sedang diproses bukan oleh Tuhan. Tuhan mau
Saudara mempunyai iman yang berbobot, memiliki substansi yang berbobot dan
tidak hanya peduli dengan fenomena permukaan yang tidak ada isinya.
Apa
gunanya kita kelihatan hebat tetapi tidak diproses? Apa gunanya kita memiliki
gelar yang tinggi, tetapi tidak ada isi sama sekali? Orang yang mempunyai gelar
tetapi tidak mempunyai bobot adalah orang yang rendah dan sangat memalukan.
Orang yang mempunyai bobot tetapi tidak punya gelar hanya sedikit sayang ,
karena kalau Saudara berbobot tetapi
tidak bergelar, paling jauh Saudara kurang dihormati orang. Namun setelah
Saudara bekerja atau berbicara, orang akan mengerti Saudara betul berbobot atau
tidak. Orang yang bergelar tinggi senantiasa memberikan gagasan, orang berharap
banyak kepadanya. Ketika pada akhirnya bobotnya tidak sedemikian, itu akan
menyebabkan semua orang kecewa berat kepadanya. Maka orang yang bergelar etapi
tidak berbobot itu sangat memalukan.
Yesus
memiliki lebih dari 265 gelar atau sebutan Sebenarnya gelar tertinggi yang
Yesus miliki adalah Anak Allah yang Maha Tinggi, tetapi selama di dunia Ia
tidak pernah memakai gelar itu sembarangan. Ia lebih suka menggunakan gelar
Anak Manusia. Ini satu contoh bagaimana
Yesus diproses. Ia memiliki gelar tinggi, tetapi tidak sembarangan di dalam
mempergunakannya. Ia memakai gelar yang sangat rendah hati.
Tuhan
mau menyempurnakan kita secara konfirmasi di dalam titik konsumsi, di mana kita
akan memancarkan peta dan teladan Allah yang asli dan sempurna. Jika Saudara
mau dikonfirmasikan seperti ini, tidak ada jalan lain kecuali Saudara harus
diproses. Satu pertanyaan : Apakah orang Kristen mau diproses? Mungkin kita
akan menjawab bahwa kita mau diproses tetapi tidak mau proses yang sulit.
Sekarang ini begitu banyak gereja dan pendeta yang sedang menciptakan orang
Kristen instan; semua mau gampang, tidak ada bahan dan isi yang baik. Banyak
pendeta mengaatkan, “Saya tidak perlu baca buku apapun sudah bisa menjadi pendeta. Pendeta-pendeta
ini sedemikian menghina orang yang belajar banyak , dan menganggap diri lebih
jenius daripada orang lain. Sebenarnya, ia sedang menyatakan diri sebagai seorang pendeta
instan yang rendah dan memalukan sekali. Untuk menutupi keadaannya itulah ia
mencoba menyerang mereka yang belajar. Dan akhirnya pendeta sedemikian akan
mencetak anggota yang instan juga.
Saya
tidak seperti itu. Saya ingin Saudara mendengar dengan teliti, berbobot, dan
setahap demi setahap. Tidak ada jalan pintas; tidak ada cara instan. Kita harus
melangkah satu langkah demi satu langkah mengikut Yesus. Setiap tahun saya
masih harus menghabiskan jutaan rupiah untuk membeli buku, mempelajarinya, dan
mengisi diri. Saya masih berada di dalam proses, Sekalipun saya sudah
berkhotbah lebih dari 25 ribu kali, masih saja harus diproses oleh Tuhan.
Sampai suatu saat Ia bisa melihat peta dan teladan diriNya nyata di dalam diri
saya. Saat itulah Ia akan mengatakan puas dan saya bisa menyelesaikan seluruh
ujian yang harus saya lewati. Tidak ada teknologi yang bisa menggantikan proses
Tuhan di dalam menggarap manusia.
Mengapa
di Eropa gereja-gereja yang besar begitu kosong? Dan mengapa rumah-rumah yang
sempit di RRC dipadati lebih dari 100 orang? Masalahnya adalah orang-orang
Kristen di Eropa sedang melarikan diri dari proses, sedangkan orang-orang
Kristen di RRC adalah orang-orang yang sedang beraa di dalam proses. Gereja ini
adalah gereja yang pernah dilatih dan diuji, sedangkan gereja Eropa adalah
gereja yang melarikan diri dari latihan dan ujian. Makin gereja mendapatkan
kebebasan politik dan semkain mendapat kebebasan agama dan kelancaran, makin ia
lolos dari proses. Dampaknya akan menghancurkan gereja itu sendiri. Bukan
berarti kita harus minta pencobaan dan segala kesulitan, tetapi jika Tuhan
memperkenankan hal itu terjadi, marilah kita tidak melarikan diri dan tetap bersyukur
kepada Tuhan, karena itu berarti Tuhan sedang mempersiapkan gereja ini menjadi
gereja yang kuat.
Sejak
1990 hingga sekarang sudah lebih dari 300 gereja yang dibakar. Banyak orang
menganggap ini adalah kecelakaan dan kesuraman gereja, tetapi saya justru tidak
menganggap demikian. Inilah cara Tuhan membentuk gereja di Indonesia. Waktunya
sudah tiba untuk gereja mau diproses lebih berat, agar iman kita lebih
diteguhkan di atas firman.
No comments:
Post a Comment