Sunday, October 28, 2012

Kelompok Kecil



Asri Sinaga MTh, Emaus Center – STT Amanat Agung


Deskripsi Modul
1.       The Chronicle of Christian Smallgroups
Konsep kelompok kecil (KK), bagaimana sampai kita bisa mengenal KK saat ini, apa yang dibutuhkan untuk memulai kelompok kecil atau untuk menghidupkan kembali kelompok kecil.
2.       The power of relationship
Hal yang kuat terbangun dalam kelompok kecil yang membuat kelompok kecil itu unit dibanding kelompok besar adalah relasi, bagaimana mengelola orang supaya relasi yang terbangun adalah yang relasi yang memberikan ruang untuk belajar.
3.       The power of learning power
Kekuatan belajar secara group, yang tidak dimiliki ketika kita belajar sendiri atau belajar sendiri dalam konteks kelompok besar, berbagai disain belajar yang bisa dilakukan dalam kelompok termasuk bagaimana memimpin diskusi yang efektif sehingga setiap pertemuan bisa menjadi pertemuan yang membelajarkan bagi semua anggotanya. (tidak ada centralisasi, learning together semuanya aktif, dinamika)

Kelompok Kecil identik dengan KTB?
-          Mungkin 20 tahun yang lalu, bahkan 10 tahun yang lalu, kebanyakan gereja (tradisional) hanya melihat kelompok kecil ini sebagai programnya anak muda.
-          Kelompok kecil itu hanya bisa dilakukan di tingkat komisi : komisi remaja, pemuda, dan di antara guru-guru sekolah minggu. Tidak pernah terpikirkan oleh penatua-penatua untuk mengadakan kelompok kecil di tengah jemaat yang heterogen dengan berbagai umur, latar belakang pendidikan dan ekonomi.
-          Pada era tahun 80an, kita ingat pelayanan kampus sangat kuat di Indonesia bersamaan dengan munculnya lembaga-lembaga non gerejawi yang melayani kelompok-kelompok khusus.
-          Pelayanan kampus menggunakan strategi kelompok kecil untuk melakukan PI, pembinaan, pemuridan, bahkan untuk melipatgandakan.
-          Sebenarnya bukan hanya di Indonesia, ketika itu di Amerika campus crusade, dan IVCF sangat kuat sekali membina mahasiswa dan alumni dalam bentuk kelompok kecil. Di sinilah sebenarnya gereja mengenal “kelompok kecil” yang ketika itu kita kenal sebagai KTB.
-          Ketika mahasiswa-mahasiswa itu menjadi alumni, lalu mereka masuk gereja lagi, mereka juga ingin memulai KTB di gereja. Dimulai dari remaja dan pemuda. Gereja banyak mencurigai kegiatan kelompok ini, karena pola kelompok kecilyang dibawa adalah KK yang berjenjang, menekankan knowledge dan lebih berfungsi mengajar.
-          KTB yang ada di remaja dan pemuda dibanyak gereja juga tidak tumbuh subr, kalaupuan ada, sifatnya eksklusif, atau salah satu bentuk atau program.
-          Umumnya gereja-gereja injili atau gereja tradisional hanya mengenal bentuk KK yang seperti ditumbuhsuburkan oleh pelayanan kampus yaitu yang berjenjang, tertutup dan menekankan pengajaran. Dan itu sulit dilakukan di jemaat umum
-          Tapi jemaat tahu dan mengerti bahwa mereka butuh kelompok yang lebih kecil dimana mereka bisa belajar lebih efektif ketimbang dengar khotbah saja. AKhirnya yang bertahan adalah bentuk persekutuan wilayah, atau PA wilayah, dimana 10-20 orang berkumpul, alurnya masih menekankan 1 orang yang banyak berbicara yaitu membawakan renungan, walau ditutup dengan tanya jawab.
-          Sebenarnya itu hanya pengecilan ukuran kumpulan orang dalam ibadah besar, dipecah jadi kelompok-kelompok kecil, tapi polanya tetap sama, ada sentra 1 orang yang menjadi sumber utama. Sedangkan dalam belajar kelompok bukan itu; ada komitmen, ada kooperasi, ada kontribusi setiap orang yang datang, ada pertukaran dan transmisi pengetahuan, ada relasi dan lain sebagainya.

Kelompok Kecil untuk Jemaat
-          Dalam 5 tahun terakir ini banyak gereja mulai mengaktifkan kembali KK tapi kali ini KK di tengah jemaat. Karena teknologi, membuat dunia ini semakin datar dan sempit maka kegerakan kelompok kecil yang terjadi di Amerika juga sudah sampai ke Indonesia. Angin willowcreek dan Sadleback sudah sampai di Jakarta.
-          Informasi tentang mereka banyak dan mudah didapat.
-          Banyak gereja mulai sudah mencoba indahnya kelompok kecil dengan purpose driven yang sudah diterjemahkan oleh LPMI. Pertemuan beberapa kali DOP membuat banyak gereja menggeliat, mereka heran kok orang banyak yang mau ikut.  Tapi setelah itu, bingung juga mau apa?
-          Ada yang masih kuat, membuat bahan sendiri, tapi susah payah menyusunnya karena kurangnya SDM.
-          Ada yang tetap bertemu, tapi mengubah pola menjadi “kelompok sharing”, yang kelamaan membuat anggotanya bosan. (KK penting menekankan perubahan pola pikir).
-          Ada juga yang mencoba bertahan dengan cara membuat bahan dari khotbah yang ada di hari minggu, yang sifatnya lebih aplikatif dan sharing bagaimana khotbah itu bisa berbicara dalam hidup. (meskipun hanya bahas khotbah minggu, tetapi tetap harus ada topic)

Kita harus bisa keluar dari pikiran tentang KK sebaga KTB
-          Ada salah kaprah pandangan orang tentang KK, bahwa KK itu KTB dan KTB itu pemuridan. Sehingga kalau orang tidak pernah ikut KTB, berarti tiak jadi murid Kristus.
-          KK sebagai pemuridan bukan satu-satunya bentuk. Bahkan pemuridan itu tidak selalu harus dalam bentuk KK, walaupun KK memang bentuk yang sangat efektif untuk melakukan pemuridan.
-          Model KTB yang sifatnya tertutup, berjenjang, menekankan pengajaran memang sulit kita pisahkan dari konsep kelompok kecil Kelamahan kita adalah kita senang meniru, biasanya yang meniru itu memang lebih hebat dari yang ditirunya.

Apakah yang dimaksud Kelompok Kecil ?
-          Kita harus belajar menarik prinsip, bukan menjiplak bentuk. Karena bentuk bisa berbeda-beda tapi prinsipnya sama.
-          Bagian ALkitab yang sering dipakai untuk memperlihatkan pola kelompok kecil adalah Kisah para rasul 2:41-47.

Kisah Para Rasul 2:21-47
Orang-orang yang baru percaya ini memberi diri mereka masuk dalam suatu realita komunitas yang baru, komunitas yang lama sudah menolak mereka, dan mereka terkumpul dalam komunitas yang baru dengan kepercayaan yang baru dan tradisi yang baru. Dalam tulisan Lukas ini kita menemukan 3 prinsip penting dalam kehidupan komunitas yang baru ini :
1.       Adanya pola relasi : mereka berkumpul dan memecah roti
-          Ini adalah suatu relasi atau kumpulan orang yang menjadi keluarga yang baru, yang memang bukan berdasarkan hubungan biologis, tapi karena iman yang sama.
-          Kedalaman relasi ini ditandai dengan gaya hidup yang membuat orang terheran-heran; mereka saling memberi harta milik mereka dan membagi-bagikan.
-          Makan bersama adalah tanda bahwa ini bukan Cuma kumpulan yang membagi informasi semacam kumpulan belajar, tapi lebih dari itu. Dalam relasi itu ada komitmen yang mengikat setiap orang untuk komunitas.
2.       Ada pola pertumbuhan : mereka bertekun dalam pengajaran
-          Mereka bukan hanya berkumpul dan memiliki gaya hidup tersendiri, tapi dalam hidup berkomunitas yang di dalamnya mereka bertekun dalam pengajaran, mereka mengalami perubahan.
-          Perubahan mereka terjadi dalam komitmen mereka kepada Kristus. (Mat 28:19-20 murid-guru)
-          Menjadi murid Kristus berarti membawa orang kepada Kristus dan hidup semakin serupa Kristus sehingga ketika orang melihatnya, orang tahu atau mengidentifikasikan dirinya dengan Kristus.
3.       Ada pola misi : mereka bertambah
-          Sebagai result dari kehidupan berkomunitas mereka yang berpusatkan pada Kristus, Allah menambahkan jumlah kepada mereka.
-          Orang tertarik dengan apa yang mereka lakukan, dan mereka pun menjangkau orang-orang di sekeliling mereka, kawan, saudara, keluarga, mendengar cerita tentang Tuhan Yesus. (cirri hidup orang Kristen adalah memilik fellowship / relasi yang kuat)

Hidup berkelompok justru berkembang pada masa penganiayaan jemaat mula-mula
-          Ketika tahun 313 kaisar Konstantin melegalkan kekristenan menjadi state religion, kekristenan menjadi kekuatan yang besar yang terbangun dalam organisasi yang hirarkis dan kuat.
-          Sementara Gereja membangun wibawa dalam doktrin dan liturgy yang megah, kehidupan komunitas yang menekankan pada relasi, pertumbuhan dan misi, sedikit demi sedikit terkikis.
-          Pada saat reformasi lah kehidupan berkomunitas kembali muncul. Martin Luther berkhotbah tentang the priesthood of believer. Memang dia tidak bicara small group, tapi dia membuka jalan untuk kembali orang Kristen mengalami hidup berkomunikasi yang saling mendorong keyakinan iman.
-          John Wesley di tahun 1700 membangun semacam struktur kelompok kecil untuk menjangkau orang-orang yang baru percaya. Dia sadar ibadah minggu saja tidak cukup membuat orang bertumbuh kehidupan kerohaniannya, jadi dia membangun kelas-kelas untuk orang secara khusus belajar Alkitab.
-          Tahun 1987 sebuah kegerakan dimulai di Cambridge University, dimana sekompok mahasiswa berkumpul dan berdoa dan belajar Alkitab bersama.
-          Kumpulan ini terus bertumbuh, sampai di Amerika kita mengenal Campus Crusade dan Intervarsity Christian Fellowship yang metode utamanya adalah bibls study dalam kelompok kecil.
-          Ketika model kelompok kecil ini semakin berkembang, di era 70 an beberapa orang Indonesia yang pulang dari belajar di luar negeri mulai memperkenalkan kelompok kecil ini di kampus-kampus
-          Sementara gereja masih menggunakan kelas-kelas yang sifatnya berjenjang seperti sekolah minggu di berbagai kategori  : sekolah minggu, komisi remaja, pemuda dan lansia.
-          Kelompok kecil model inilah yang kita tiru di jemaat dan kita kenal sampai sekarang
-          Masalahnya sebagai peniru kita susah keluar dari apa yang kita tiru. Sementara di belahan Amerika, orang mulai sadar bahwa pola pembinaan yang mereka lakukan tidak membuat orang bertumbuh dan menjadi aktif dalam kehidupan kekristenan mereka.
-          Gereja hanya menghasilkan penonton-penonton saja. DItambah lagi mereka sadar bahwa kehidupan berkomunitas mereka juga ternyata sudah semakin terkikis dengan pola pembinaan yang terkotak-kotak.

Kelompok Kecil adalah suatu metode, yang bentuknya bisa berbagai rupa
-          Yang harus kita mengerti adalah kelompok kecil adalah metode yang di dalamnya memungkinkan adanya relasi, pertumbuhan rohani, dan misi yang dilakukan bersama sehingga seseorang dapat secara aktif membangun dirinya dalam kelompok itu.
-          Dalam pemikiran ini, maka kelompok kecil itu bisa berbagai macam bentuknya tergantung konteks gereja, visi misi gereja dan komitmen bersama. Sehingga bentuknya bisa bermacam-macam, paling tidak dari berbagai kelompok yang ada saya bisa memberikan beberapa contoh jenis kelompok kecil. :
-          Bible Study Group
Suatu kelompok yang lebih memfokuskan kepada pencapaian pemahaman dan pengertian dari materi-materi yang telah tersusun baik menurut pasal ALkitab ataupun buku panduan tertentu. Kelompok ini akan menghabiskan lebih banyak waktunya dalam pembahasan, diskusi, penelusuran pada Studi Alkitab.
-          Care group atau nurture group
Kelompok ini lebih memfokuskan kepada aplikasi dan pelajaran Firman Tuhan yang dapat memperkaya hidup mereka dalam menghadapi  keseharian. Porsi yang lebih besar diberikan untuk men-sharingkan apa yang mereka alami dalam kebenaran firman yang mereka pelajari. Kalau pelajaran ALkitab nya hanya memngambil waktu 15-25 menit maka selebihnya adalah waktu untuk pembukaan / bertukar pikiran dan pengalaman.
-          Ministry Group
Kelompok yang menekankan kepada bentuk-bentuk pelayanan tertentu. Ketika mereka bertemu, mereka membahas firman Tuhan untuk dikaitkan langsung pada pelayananan yang dilakukan baik dalam hal konsep, skill, pengembangan pelayanan dan lainnya
-          Discipleship group  
Kelompok ini biasanya mengkombinasikan penekanan antara 3 group sebelumnya sehingga di dalam kelompok ini secara seimbang terjadi penekanan akan studi firman, persekutuan dan juga pelayanan. DI dalam kelompok ini terjadi pemahaman ALkitab yang mendalam tapi juga penekanan pada persekutuan dan relasi yang diwujudkan juga dalam bentuk-bentuk pelayanan bersama. Banyak pakar mengusulkan kelompok ini cocok untuk orang-orang yang baru percaya dan belum punya pengalaman di group.
-          Support Group (kesulitan hal ini dikarenakan di Indonesia punya rasa malu yg besar)
Kelompok ini terdiri dari orang-orang dengan kebutuhan khusus dijadikan dalam satu kelompok untuk menolong mereka dalam melalui masa-masa krisis. Kadang orang membutuhkan pertolongan khsusu karena terikat oleh ikatan-ikatan tertentu seperti : rokok, pornografi, kemarahan, alcohol, judi dan sebagainya. Atau seseorang juga bisa melalui masa krisis karena kesulitan-kesulitan hidup yang tiba-tiba muncul karena : kehilangan, sakit keras, perubahan karir, dan lain sebagainya.
-          Master Teacher model
Suatu kelompok khusus berbentuk kelas dengan dipimpin orang yang memang memiliki gift untuk mengajar seperti pendeta dan rohaniawan. Kelompok ini bukan berarti menekankan model khotbah atau seminar, tapi tetap memakai dinamika kelompok yang dipimpin oleh seseorang yang memang ahli dalam membelajarkan.

Sebelum memulai kelompok kecil anda harus menetapkan beberapa batasan, kelompok seperti apa yang ingin anda mulai?
-          Apakah kelompok yang homogeny atau heterogen?
-          Intergenerasi atau tidak?
-          Dimana dilakukan pertemuannya?
-          Apa panduan / disain belajar yang akan dipakai?
-          Apakah yang mau ditekankan dalam model kelompok kecil yang akan dibangun? (porsi & tujuannya)



open









content through experience
---------------
---------------
content through knowledge

Ministry
PA






close


-          Memulai suatu kelompok kecil membutuhkan perubahan paradigma. Tapi sebenarnya yang harus berubah paradigmanya bukan Cuma orangnya, tapi gereja secara kooperatif juga harus berubah.
-          Membangun kelompk kecil jemaat, memerlukan perubah struktur juga di dalam gereja (tidak usah study banding)

Pertanyaan Penting :
Apakah anda ingin menjadi gereja dengan sistem kelompok kecil atau gereja yang memiliki program kelompok kecil (kelompok kecil hanya system support).

Yang terpenting : pemimpin (orang yang lebih bertanggungjawab, dewasa, kepemimpinan)

The Power of Relationship
Astri Sinaga MTh, Kelas Emaus Jakarta

-          Salah satu ciri masyarakat kota adalah individualism. Orang hanya melihat dirinya sebagai individu yang tidak punya keterkaitan dengan orang lain.
-          Padahal hidup kekristenan kita adalah satu pakat “Aku, Tuhan dan orang lain” Artinya hubungan kita dengan Allah adalah satu paket dengan hubungan kita dengan orang lain. Sehingga orang Kristen tidak boeh berpikir bahwa “it’s all about me and my God” tapi mulailah berpikir dalam paradigm “Me, God and Others.”
-          Implikasi : orang Kristen merasa tidak perlu bersekutu. Dia pikir cukup saja ke gereja, cukup saat teduh pribadi, cukup doa pribadi, dan orang lain punya urusannya sendiri. Padahal, persekutuan adalah suatu ciri khas orang Kristen. Bahkan bisa dikatakan sebuah stigma.

Kehidupan bersekutu atau berkomunitas adalah ciri khas orang Kristen :
-          Kita diselamatkan untuk memiliki persekutuan di dalam Kristus dan juga pada saat yang sama memiliki persekutuan dengan orang-orang seiman.
-          “bersekutu” itu sendiri punya makna yang luas; bersekutu bukan sekedar “besama”. Tiap hari kita bersama-sama dengan orang lain, di bis, di sekolah, di gereja -> tapi belum tentu bersekutu.

Kisah Para Rasul 2:41-47 Menggambarkan mereka adalah orang-orang yang terkoneksi.
Bagaimanakah pola hidup mereka yang terkoneksi?
1.       Berada di dalam persekutuan dengan Kristus
-          Artinya dikumpulkan di dalam identitas yang sama, yaitu : dipanggil oleh Kristus dan di dalam Kristus. Sehingga kita memiliki identitas yang sama yaitu : dipanggil Kristus, oleh Kristus dan di dalam Kristus.
-          Persekutuan di dalam Kristus berarti meruntuhkan segala tembok-tembok yang dapat memisahkan. Orang yang memiliki identitas Kristus akan mudah untuk bersama.
2.       Bersekutu berarti saling berbagi (tempat praktek untuk berbagi kasih)
-          Kata “saling” berarti mutual, tidak ada yang hanya memberi, atau hanya menerima saja. Tapi “saling berbagi”
-          Apa yang kita “bagikan”? Apakah yang bisa kita beri? Mungkin kita sering berpikir “saya bisa kasih apa?” jemaat mula-mula memang berbagi harta, jadi tidak ada yang miskin sekali, tapi diberi menurut kebutuhan masing-masing.
-          1 Kor 1:5 : kita kaya dalam segala hal “perkataan, pengetahuan, kesaksian tentang Kristus”
-          Setiap orang Kristen pasti memiliki sesuatu yang dapat dibagi; itulah yang disebut “karunia”
-          Kita tidak akan kekurangan karunia. Jadi bukan hanya materi.
-          Kalau kita tidak memiliki hubungan maka kita tidak akan memberi (talenta, perhatian, telinga, antusias, semangat, waktu)
-          Bertumbuh arahnya bukan kepada diri saja tetapi kepada sesama.

Prinsip Tubuh Kristus
Setiap anggotanya memiliki peran dan kontirbusi terhadap komunitas (pola KK pasti bisa dilakukan)
Apa saja yang bisa kita bagi?
-          Fil 2:1-4 -> ada penghiburan kasih, persekutuan roh, kasih mesra, belas kasihan -> ini semua sifatnya relational dan mutual.
-          Kata-kata ini melukiskan hubungan di antara anak-anak Tuhan yang lahir dari pengenalan akan Kristus; Kristus yang juga penuh penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra, belas kasihan.

Level komunikasi verbal :
1.       Cliché. Contoh : apa kabar? Pasti jawabannya : baik
2.       Fakta dan laporan : semua orang bisa katakana
3.       Pendapat pribadi dan penilaian pribadi
4.       Perasaan (menyangkut hati)
5.       Kebenaran yang maksimal
-          Komunikasi yang dalam adalah ketika anda bisa mengatakan kebenaran yang paling maksimal.
-          Kita harus bisa menyampaikan kebenaran maksimal, bukan sebuah cliché.
-          Orang yang di dalam Kristus harusnya mengalami saling menghibur, kasih mesra dsb
-          Tembok-tembok kita banyak : kecurigaan, apriori, persepsi kita tentang orang lain, kesombongan kita dsb
-          Komunitas di dalam Kristus harusnya meruntuhkan semua itu.

7 prinsip dalam hidup komunitas Kristen (Dietrich Boenhoeffer)
-          Menjaga lidah, tidak membicarakan hal yang tidak patut tentang orang lain, apapun “kemasannya” (jangan ngomongin orang yang tidak ada)
-          Kerendahan hati, dengan melihat semua sama di hadapan Tuhan sebagai orang berdosa.
-          Mendengar dengan panjang sabar, akan membuat kita mengerti kebutuhan orang lain. KK latihan untuk mendengar, menghargai serta bersabar. Buletin sebisanya ada kesaksian.
-          Selalu siap / available untuk kebutuhan orang lain
-          Menanggung beban orang yang lebih lemah dan sabar kalau orang itu menyalahgunakan (karena sama posisinya bukan lebih hebat)
-          Menyatakan kebenaran firman Tuhan
-          Christian authority dinyatakan dalam pelayanan, bukan tertuju pada orang yang melakukan pelayanannya. Di dalam komunitas pasti ada aturan ada sistem, ada kepengurusan , ada otoritas.
(semakin banyak otoritas harus dinyatakan dalam bentuk pelayanan)

-          Hidup bersekutu kita adalah sesuatu yang harus diupayakan! Harus ada kesadaran dari tiap individu untuk memelihara persekutuan ini, tanpa kecuali. Bukan sekedar supaya kita bisa senang bersama-sama, tapi kalaupun konflik kita bisa menyelesaikannya dengan baik, waktu berdebat, berdebat dengan bijak, waktu berargumentasi , berargumentasi dengan sabar. Itu sebabnya fondasi dari persekutuan ini tidak lain dari kasih.
-          Kristus pada masa akhir hidupnya di dunia memberi perintah “kasihlah sesamamu, seperti aku mengasihi kamu”
-          Harus kita akui kadang kita merasa mengasihi Tuhan itu lebih mudah daripada mengasihi orang di samping kita. Urusan beribadah kepada Tuhan, taat padaNya, mengasihi Dia, kita pikir lebih mudah. Kalau sudah berhubungan dengan orang lain, itu lebih susah, kita berhadapan dengan kebohongannya, kekerasan hatinya, ketertutupannya, keegoisannya dan lainnya.
-          Padahal kedua hal ini tidak bisa dipisahkan , ekspresi kita mengasihi Allah terungkap dengan bagaimana kita mengasihi orang lain.
-          Bagaimana mungkin kita menyatakan kasih kita kalau kita tidak terlibat dalam relasi?
-          Bagaimana mungkin kita menyatakan kasih kita kalau hubungan kita hanya sampai pada hubungan “cliché”?
-          Persekutuan kita bukan muncul begitu saja.
-          Harus ada usaha. Setiap orang yang sudah mengalami kasih Kristus harusnya mengerti konsistensinya adalah mengasihi sesama.
-          Bentuk kelompok kecil, jangan seperti menggelindingkan bola tetapi harus ada pertumbuhan
-          Relasi sering membuat orang enggan masuk kelompok kecil, padahal sebenarnya justru di dalam relasi inilah terjadi hal yang sangat besar dalam pembelajaran kita.
-          Bahkan manusia tidak didisain untuk belajar sendiri, tapi manusia sebenarnya justru bisa belajar maksimal ketika ada di tengah atau terkait dengan orang lain.

Beberapa alasan yang sering dikemukakan orang yang enggan masuk ke dalam kelompok kecil :
-          Saya sibuk… ikut kelompok kecil itu buang waktu saya
-          Ah belajar kan tidak harus di kelompok kecil, dengar khotbah dan seminar saja sudah cukup
-          Saya lebih senang baca buku sendiri
-          Saya tidak tertarik yang begitu-begituan
Sementara konsep persekutuan itu secara ALkitabiah menekankan relasi, memberi dan perubahan, maka sebenarnya hal ini sangat bertentangan dengan kultur dunia kita, yang menyebabkan pada dasarnya kita ini memang susah berkomunitas.
Kultur itu adalah kultur individualism (kultur manusia berdosa).

Bagaimana kultur individualisme dalam diri kita?
-          Pada dasarnya kita ini dalam berelasi lebih menekankan segala sesuatu “for my benefit”
-          Dalam relasi kita selalu mengatakan “I’m in charge”
-          Dalam relasi kita akan akan mengatakan:”I have a right to…”
-          Dalam relasi sering muncul rasa persaingan.

-          Perlu upaya yang besar untuk membangun komunitas. Komunitas tidak muncul begitu saja. Benar Tuhan yang menambahkan , tapi kita sebagai pribadi yang hidup menjadi bagian komunitas harus terus berupaya untuk membangunnya. Karena di dalam komunitas inilah atau di dalam persekutuan inilah konteks belajar terjadi.
-          Apakah yang harus kita upayakan sebagai pemimpin atau fasilitator untuk membangun kelompok yang memiliki relasi yang sehat dan membuat orang bisa belajar?
-          Kita harus dulu mengerti bahwa proses terjadinya sesuatu kelompok tidak begitu saja,

Ada 3 tahapan yang dilalui :
1.       Tahap pertemuan
-          Bagi banyak orang menghadiri suatu kelompok kecil untuk pertama kali adalah pengalaman yang tidak nyaman.
-          Dalam tahap ini orang datang ke pertemuan KK hanya sebagai suatu pertemuan, bukan sebagai suatu kelompok di mana dia merasa bagian di dalmnya. Jadi dalam kelompok ini mereka bisa saja datang secara regular, diskusi, belajar bersama, tapi kalau pemimpinnya diam-diam saja, maka kelompok itu juga diam-diam saja dan tidak datang.
-          Ciri khasnya kelompok seperti ini tidak tahan lama-lama, begitu selesai, semua langsung pulang. Hampir semua kelompok akan melalui fase ini, walaupun ada yang bertahun-tahun masih terus dalam fase yang sama.
2.       Fase Komitmen
-          Tahap ini adalah ketika kelompok ini sudah memiliki komitmen satu dengan yang lainnya. Anggota-anggota kelompok sudah bergerak lebih dekat dari sebelumnya dalam relasi yang lebih akrab. Setiaporang sudah mulai menunjukkan perhatiannya pada orang lain dan dapat mengungkapkan bukan hanya pendapat dan fakta tapi juga apa yang dirasakan.
-          Pada tahap ini orang tidak mau cepat-cepat pulang. Bahkan setelah bahan pelajaran selesai, doa tutup, mereka masih ngobrol, bahkan melanjutkan dengan kegiatan yang lain.
3.       Fase Memiliki
-          Kelompok yang bisa bergerak sampai ke tahap memiliki ini sudah melihat anggota kelompok lainnya seperti keluarga. Mereka menunjukkan perhatiannya seakan kepada keluarga sendiri.
-          Mereka yang sebelumnya meiburkan KK ketika liburan natal, sekarang justru pergi jalan-jalan bersama. Dalam fase ini seseorang berani mengungkapkan pergumulan dan dosanya secara terbuka, tanpa kuatir karena percaya anggota lainnya akan menolong.
-          Dalam tahap ini semua orang tau cerita masing-masing orang lain.

Apa yang bisa kita lakukan dalam tahap pertemuan?
-          Memimpin dengan baik. Pertemuan yang baik akan melibatkan semua orang sehingga setiap orang tidak ada yang merasa terabaikan.
-          Berikan setiap orang kesempatan berkontribusi. Setiap anggota berkontribusi dalam kelompok, sebenarnya tingkat kepemilikannya terhadap kelompok itu juga bertambah.
-          Saling mendoakan. Doa-doa pribadi (sesuatu yang sangat pribadi dan sedang digumulkan) akan mempererat

Apa yang dapat dilakukan dalam tahap komitmen?
-          Lakukan aktifitas santai di luar pertemuan rutin KK
-          Bila groupnya lebih dari 10 orang, dalam pertemuan tertentu bagi lagi dalam group yang lebih kecil sehingga setiap orang punya kesempatan bicara.

Apa yang dapat kita lakukan supaya kelompok kita bergerak menuju tahap memiliki?
-          Berbagi cerita hidup. Buat permainan ‘kursi panas’ pada pertemuan tertentu diundi siapa yang akan duduk di kursi panas, cerita hidupnya yang anggota lain tidak tahu sebelumnya, setiap orang boleh bertanya, tarik pelajaran. Kegiatan ini memang bisa membuat beberapa orang  tidak nyaman, sehingga perlu cara yang lebih fleksibel, tidak memaksa, buat senyaman mungkin.
-          Lakukan retreat KK. Hanya kelompok anda sendiri. Di gadser kami buatkan disain retreat spiritual untuk setiap kelompok, tanpa pembicara, hanya mereka saja, untuk 1 malam 2 hari.






MENUMBUHKAN KEINGINAN BERUBAH
Astri Sinaga

-          Melaunching sebuah gerakan KK  memang bukan hal yang mudah dan sudah pasti tidak bisa dikerjakan sendiri. Tidak cukup hanya konsep yang bagus, kita perlu orang lain atau tim yang solid yang mengerjakan dan mengimplementasikan konsep tersebut.

-          Orang sulit berubah kalau dia merasa tidak ada urgency nya atau tidak ada kepentingannya untuk berubah
-          Formulasi terjadinya suatu perubahan adalah :
-          (A+B+C) > D = perubahan
-          A -> ketidakpuasan yang kuat terhadap situasi saat ini
-          B ->kesadaran akan kondisi yang lebih baik
-          C -> pengetahuan untuk memulai suatu perubahan
-          D -> kemungkinan kerugian yang didapat karena perubahan

-          Resistensi sangat mungkin terjadi ketika kita ingin mengimplementasikan KK. Resistensi orang bisa dalam bentuk aktif : mencari-cari kesalahan, membesar-besarkan kekurangannya, bahkan menjelek-jelekkan dan menyebarkannya dalam bentuk gossip.
-          Tapi bisa juga resistensi ini dilakukan dengan pasif; nampaknya tidak menolak bahkan setuju, tapi tidak mau terlibat jauh, cenderung hanya melihat dan menunggu kegagalan terjadi.
-          Untuk menentukan bagaimana menimbulkan kebutuhan supaya orang mau berubah kita juga harus bisa membaca dimana tingkat kebutuhan jemaat kita. Tingkat kebutuhan jemaat bisa dilihat sebagai berikut :
·         Tidak ada kebutuhan, puas (khotbah)
·         Sedikit rasa butuh (berdialog dan temukan “key person” + study banding)
·         Ada kebutuhan, tapi tidak yakin (cari informasi sebanyak-banyaknya)
·         Ada kebutuhan dan siap berubah

Musuh dari rasa butuh adalah rasa puas
Semakin kita merasa puas diri semakin kita sulit melihat  perubahan. Sumber-sumber kepuasan yang menghambat rasa butuh :
-          Tidak ada krisis
-          Terlalu banyak materi yang dimilki : gedung bagus, uang banyak. Kalau gedung bagus, maka jemaat akan berpikir ‘everything is well’
-          Tuntutan rendah
-          Tidak ada feedback dari sumber luar
-          Masukan yang jujur dianggap kritik dan harus dimatikan
-          Terlalu banyak “happy talk” dari pemimpin
-          Romantika masa lalu







THE POWER OF LEARNING TOGETHER
Astri SInaga Mth, Emaus Center – STT Amanat Agung

Belajar dalam Kelompok
-          Belajar dalam kelompok tidak pernah dimaksudkan untuk menggantikan pola belajar individu, melainkan sebagai alternative.
-          Tapi banyak penelitian telah membuktikan bahwa belajar kelompok memberikan dampak yang besar dalam proses pembelajaran individu dan memiliki sejumlah keuntungan dibanding belajar individu.
-          Keuntungan yang utama adalah pada aspek kooperatif yang dapat terbantu pengembangannya lewat belajar kelompok
-          Setiap peserta akan memperkaya proses belajar dalam kelompok , baik dalam aspek kognisi, afeksi maupun kehidupan komunalnya.
-          Belajar dalam kelompok akan memberikan kesempatan setiap orang melakukan apa yang dipelajarinya sehingga pembelajaran bukan hanya sekedar menambah ilmu, tapi membangun kehidupan spritualitas jemaat yang sehat.

Mengembangkan Efektifitas dalam Kelompok
Ada beberapa hal yang harus ada untuk terciptanya sebuah kelompok yang efektif :
·         Peserta harus dapat bekerja sama
·         Kerjasama bukanlah sesuatu yang “given” melainkan sesuatu yang harus diupayakan
·         Ada beberapa ketrampilan yang perlu dimiliki seseorang untuk bisa belajar dalam kelompok
1.       Ketrampilan berbagi dan berpartisipasi
-          Seringkali orang dewasa pun susah dan miskin dalam hal ketrampilan berbagi. Ketrampilan berbagi harus dimulai dengan kesadaran bahwa ada orang lain yang sama pentingnya.
-          Seringkali ditemui bahwa ada peserta yang sulit untuk berpartisipasi di dalam kelompok karena merasa malu dan tidak kooperatif.
-          Pada kenyataannya memang ada tipe pembelajar  yang introvert dan cenderung ‘avoidant’ dan tidak suka berpikir bersama.
-          Seorang fasilitator harus dapat menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk seorang yang kurang trampil dalam berbagi menjadi lebih baik dalam bergai dan berpartisipasi.
2.       Ketrampilan komunikasi
Ketrampilang komunikasi penting sekali untuk mengemukakan ide-ide dalam kelompok. Sering ditemui bahwa peserta sulit mengemukakan idenya kepada orang lain secara efektif.
3.       Ketrampilan mendengar yang aktif
Kita sering menemui ada peserta dalam kelompok yang hanya menunggu gilirannya bicara tanpa mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Targetnya hanyalah untuk menyampaikan apa yang ingin ia katakan tanpa lebih dulu mendengarkan.

-          Penting sekali untuk seorang fasilitator mengenal pesertanya : siapa yang pemalu, siapa yang pemberani, siapa yang talkative, siapa yang sering berpikir berbeda, siapa yang berpikir sangat logic, siapa yang emosional, siapa yang selalu ingin berbagi cerita hidupnya.
-          Tugas fasilitator adalah mengelola kelompok menjadi kondusif untuk setiap peserta bicara dengan aman, mengemukakan pendapat, bertanya, menjelaskan, sehingga setiap peserta bisa saling membelajarkan. Fasilitator tidak menjadi center.
-          Fasilitator perlu memperhatikan struktur kelompok. Berbeda tapi tidak terlalu jauh mis : tinggi + rendah. Tinggi + sedang -> memberi dan menerima. Sedang + rendah -> memberi dan menerima.
-          Struktur kelompok yang salah pada umumnya : tinggi + tinggi -> merasa tidak perlu, rendah + rendah -> tidak mampu.
-          Meskipun metode kelompok ini dapat menjadi kekuatan dalam proses belajar, tapi metode ini juga memiliki sejumlah ketidakuntungan.
-          Ketidakuntungan metode ini justru terletak pada sifat kooperatifnya kerja kelompok itu.Sering ditemukan bahwa peserta tidak mengembankan belajar mandiri malah dapat menimbulkan ketergantungan pada anggota-anggota yang dominan. Atau di lain pihak ada anggota-anggota tertentu yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam kerja kelompok.

Hal yang harus dikembangkan oleh seorang fasilitator dalam kelompok :
-          Mental model : we all are learners as well as teachers.
-          Mengenali dan mengelola kelompok dengan berbagai pola pikir yang berbeda sehingga perbedaan itu justru akan memperkaya.
-          Suasana belajar yang kondusif : rasa aman, nyaman, tidak takut salah, saling menghargai dan bebas.

Salah satu kekuatan dalam belajar berkelompok adalah “diskusi”
-          Diskusi adalah model belajar yang sifatnya persuasive, bukan sekedar meletakkan pikiran pada orang lain yang sering dilakukan dalam pembelajaran satu arah. Di dalamnya ada banyak upaya persuasive setiap orang dalam berpendapat untuk belajar. Mengarahkan jawaban dengan pertanyaan-pertanyaan, tahan diri untuk memberi jawaban.
-          Sebenarnya sebagai orang Kristen, kita juga harus menjadi orang yang punya influence  dalam hidup orang. Demikian juga dalam diskusi kita memberikan influence bukan pemaksaan.
-          Diskusi dalam group dapat menjadi tempat yang baik untuk orang bertanya, meragukan pemahaman lama, dan mengaduk kembali menjadi pemikiran baru. Itulah yang disebut oleh EM Griffith sebagai “melting”, melting ini adalah pra-kondisi seserang untuk bisa berubah.
-          Diskusi mungkin tempat yang sulit untuk orang dibentuk baik opininya maupun karakternya. Orang  bisa merasa “kalah, merasa terpojokkan , merasa tersingkir, bila kita tidak peka terhadap setting dan anggota kita.

Ketrampilan memimpin diskusi
-          Ketrampilan yang paling utama dalam memimpin diskusi adalah ‘mengajukan pertanyaan’
-          Pertanyaan yang tepat akan membuat diskusi dapat dimulai dan tetap berjalan
-          Pertanyaan-pertanyaan yang berbeda akan menghasilkan tanggapan dengan pikiran yang berbeda-beda juga. Jadi kita harus tahu bagaimana membuat pertanyaan dankapan pertanyaan itu diberikan.

Ada 4 jenis pertanyaan :
1.       Pertanyaan Fakta
-          Pertanyaan ini menuntut jawaban yang bersifat informasi, yang seringkali informasi itu sebenarnya adalah sesuatu yang sudah diketahui oleh peserta.
-          Pertanyaan factual adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang benar dan mutlak. Biasanya pertanyaan factual tidak menolong banyak untuk membuat diskusi berjalan, karena sifat jawabannya yang hanya satu yang benar. Tapi bukannya tidak berguna.
-          Bacalah Kisah Para Rasul 13-14. Identifikasi kota-kota yang dikunjungi Paulus secara kronologis, siapakah karakter yang muncul di setiap kota, dan apa peran karakter tersebut dalam perjalanan misi Paulus
-          Lihat 2 Kor 8:1-15. Apakah yang Paulus katakana tentang jemaat Makedonia dalam usaha mereka membantu gereja Yerusalem ? (1-5).
2.       Pertanyaan Analisis
-          Pertanyaan  ini terkait dengan informasi tertentu untuk dianalisa dan diambil kesimpulan
-          Pemimpin mengajak peserta melangkah lebih jauh dari sekedar pertanyaan factual, untuk memikirkannya lebih lanjut apa arti fakta tersebut
-          Peserta akan diajak untuk berpikir aktif dengan melihat bahwa melihat fakta saja tidak cukup. Mereka harus mengambil kesimpulan berdasarkan fakta yang mereka peroleh.
-          Pertanyaan analisis umumna lebih sulit dijawab daripada pertanyaan fakta. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab juga perlu lebih panjang. Kadang kita harus menunggu peserta untuk mengumpulkan (loading) data yang dimilikinya, jangan diputus proses berpikir mereka.
-          Apakah yang Paulus katakana tentang jemaat Makedonia dalam usaha mereka membantu gereja Yerusalem? (1-5)
-          Apa kesimpulan anda tentang orang Makedonia dari sebutan Paulus kepada mereka sebagai orang yang sangat “miskin tapi kaya dalam kemurahan”?
3.       Pertanyaan Produktif
·         Pertanyaan ini tidak mencari satu jawaban yang paling benar melainkan sesuatu yang terbuka. Peserta akan dituntut menjawab dengan masing-masing jawaban berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Jadi mereka diminta untuk mengahasilkan jawaban-jawaban yang unik dan original. Tidak ada jaaban benar dan salah dalam pertanyaan ini. Contoh : dalam hal apakah gereja saat ini juga seperti orang-orang yang Paulus ungkapkan kepada Korintus Apakah peran Gereja di Indonesia dalam mendidik bangsa?
4.       Pertanyaan Evaluatif (bisa teringat masa lalu. Bersifat personal dan menyatakan nilai seseorang. Harus hati2)
-          Pertanyaan evaluative akan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab berdasarkan nilai yang dia miliki. Jadi inipun tidak membutuhkan satu jawaban yang pasti benar, karena sifatnya yang open-ended questions. Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan suatu nilai / standard untuk menilai apakah sesuatu baik atau tidak. Contoh : menurut anda, apakah yang harus kita lakukan supaya pemulihan Tuhan dapat kita alami?
-          Pertanyaan evaluative sebenarnya pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab , kita harus memberikan waktu yang cukup untuk peserta didik menjawab pertanyaan ini.
-          Dari jawaban-jawaban yang muncul akan memperlihatkan standard atau nilai yang bekerja dalam diri seseorang, yang bahkan tidak disadari. Tapi diskusi dengan pertanyaan ini akan memberikan kesempatan untuk mengevaluasi kembali nilai yang dimiliki seseorang.
Beberapa Teknik Memimpin Diskusi
-          Memimpin diskusi nampaknya mudah, bahkan sering orang beranggapan lebih mudah dari menyajikan materi atau lecturing.
-          Anggapan ini karena adanya dimensi spontanitas yang kuat di dalam suatu diskusi. Tapi sebenarnya spontanitas itu bisa terjadi karena pemimpinnya memiliki alur diskusi yang sudah dipersiapkan dengan ketat.


Memulai diskusi :
-          Diskusi dapat dimulai dengan beberapa metode atau cara. Yang paling umum adalah memulainya dengan pertanyaan factual.
-          Pertanyaan factual resikonya kecil, biasanya orang nyaman-nyaman saja dengan pertanyaan factual. Tapi bisa juga dengan pertanyaan yang lebih provokatif. Dibuka dengan pertanyaan evaluative, misalnya : menurut anda apa problem terbesar yang dihadapi gereja saat ini berkaitan dengan kepemimpinan?
-          Bisa diberi opsi jika semuanya diam.

Mempertahankan intensitas diskusi :
Diam <-> bertanya <->  menyimpulkan <-> Diam

Melakukan prompting questions (ketika peserta tidak bisa jawab)
-          Ketika peserta diam dan tidak bisa menjawab pertanyaan anda, maka anda perlu melakukan prompting question yaitu pertanyaan yang akan memberikan petunjuk atau clue terhadap pertanyaan sebelumnya.
-          Contoh : apakah yang Allah lakukan kepada orang Israel untuk memulihkan bangsa ini? Mengapa ia mau melakukan hal tersebut (ay 2,3 dan 6). Petunjuk : ada berapa kata kerja dalam ayat 2-3 yang dilakukan oleh Allah dalam upaya memulihkan umatNya? Disusul pertanyaan : menurut anda apa arti dari masing-masing kata tersebut?
-          Probing questions adalah pertanyaan yang sifatnya menyelidiki lebih jauh. Ketika peserta bisa jawab, kita harus menggali lebihdalam.
-          Pertanyaan ini diberikan ketika pemimpin ingin membawa peserta berpikir lebih mendalam tentang hal yang dibahas atau tentang pertanyaan sebelumnya.
-          Contoh : apakah artinya “menyembuhkan orang-orang yang patah hati?” (ayat 3). Apakah yang menyebabkan bangsa Israel menjadi patah hati? APa yang terjadi pada orang Israel yang patah hati itu (untuk gali lebih dalam)?
-          Hal yang harus diberikan adalah pertanyaan prompting dan probing bagi fasilitator. Intinya ibarat peluru bagi fasilitator. Disini dituntut menyediakan tool yang lengkap.

Membuat konklusi
Dari waktu ke waktu penting bagi pemimpin diskusi untuk membuat konklusi atau kejelasan untuk membuat peserta selalu terjaga dengan alur diskusi. Kadnag pada akhir diskusi, tidak ada kesepakatan, dan orang-orang masih berbeda pendapat dan issue yang dibahas mungkin belum selesai. Bagaimanapun juga penting sekali membawa peserta diskusi memiliki sense bahwa diskusi itu akan segera berakhir.
-          Kita sering kuatir kalau jemaat bertanya yang “aneh-aneh”, padahal itu adalah resiko belajar.
-          Belajar berkelompok akan mengundang pertanyaan. Tidak bertanya tidak belajar
-          Membendung pertanyaan-pertanyaan sama juga menggembok proses belajar. Pertanyaan aneh adalah konsekuensi pembelajaran.

Memang ada berbaga motivasi orang bertanya yakni supaya orang tahu dia tahu, ingin menguji, tidak tahu dan ingin tahu.
Urutan porsi terbesar dalam :
Bible Study Group : Studi ALkitab, diskusi aplikasi, fellowship-worship
Care group : Diskusi aplikasi, Studi Alkitab , fellowship-worship
Ministry group  aplikasi untuk pelayanan, studi ALkitab, fellowship-worship
Discipleship Group : porsi hampir sama diskusi aplikasi-studi ALkitab – fellowship-worship

Belajar kelompok dengan life expedition
-          Jalannya pembelajaran dalam kelompok seperti yang terlihat dalam buku Life Expedition adalah terdiri dari 4 tahap : kompas, jelajah, teropong dan lentera
-          Buku panduan akan memperkaya fasilitator dalam memimpin kelompoknya sehingga interaksi antar anggota kelompok dan dengan multimedia yang ada dapat berjalan maksimal setiap tahapannya.

-          Di dalam buku panduan, sudah disediakan promting question dan probing question untuk menolong fasilitator dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Jadi mungkin dalam KK ini, yang perlu anda lakukan adalah “how to keep the ball rolling”.
-          Sebagai fasilitator anda harus menjaga supaya bola itu bergulir dan akhirnya anda membawa kelompok sesuai dengan peta life expedition dalam tiap topicnya.
-          Bahkan berguirnya tetap dengan energy, dinamika dan excitenment yang tetap terjaga.

How to keep the ball rolling
1.       Jangan memberikan penilaian (judgment)
Selalu ingat bahwa setiap orang punya potensi untuk berkontribusi dalam jawaban dan pertanyaan bagi proses belajar. Kalau ada pertanyaan yang menurut anda sudah keluar topic, maka dengan lembut anda harus bisa mengalihkan pertanyaan orang itu kepada hal yang lain.
2.       Jangan berkhotbah
Khotbah-khotbah yang dilakukan dalam kelompok kecil biasanya terjadi karena fasilitator ingin mengemukakan pemikirannya sendiri, dan tidak terbuka.
3.       Selalu siap dengan persiapan yang terdepan
Kalau anda tidak siap anda akan mudah tersesat oleh berbagai diskusi. Atau tidak bisa mendengar dengan baik, karena anda sibuk dalam pikiran anda bagaimana menjawab pertanyaan yang berikutnya.
4.       Ciptakan suasana selalu gembira
Suasana gembira akan memperlancar proses belajar. Gembira tidak berarti selau tertawa, tapi sukacita: ada kerelaan mendengar, tidak takut dinilai, dan tidak kuatir terlihat bodoh.
5.       Ciptakan partisipasi yang imbang
Pastikan semua orang punya kesempatan untuk berkontribusi.
-          Progresi pidato : A -> B->C
-          Progresi Diksusi :                 A -> B , C dan D. B -> E, F. C -> G, H, D -> I , J.
-          Usahakan 1 topik selesai. Ciptakan kurikulum yang menjemaat.

Mempertahankan kelompok kecil
-          Semua harus terkoneksi
-          Tugas tim kerja adalah “membakar”
-          Ibarat api unggun
-          Tim kerja terlibat menjadi fasilitator termasuk pendeta (gembala sidang)

Rencana Kerja Pengembangan Kelompok Kecil

Life Expedition :
Goal : menemukan hidup lebih bermakna, peserta dapat memaknai setiap tahap hidup, peristiwa hidup, dirinya dan komunitasnya

Natur kelompok :
-          Terbuka , tapi mengupayakan komitmen
-          Intergenerasi dengan range usia 20-25 tahun
-          Khusus remaja akan melakukan KK sendiri dengan usia kelompoknya
-          Pertemuan dilakukan 1 x seminggu atau 2x seminggu
-          Kelompok kecil yang menekankan fellowship, belajar dan latihan melayani (discipleship)

-          Jangan berani melangkah jika belum matang karena melibatkan banyak orang.
-          Dibutuhkan flesibilitas tingkat tinggi untuk jemaat yang bervariasi. Standar : karakter baik, keluarga baik, pelayanan makin baik.
-          Harus dibuat berjenjang karena hidup kita terus berjenjang
-          Tim fasilitator harus memikirkan bahan selanjutnya
-          Harus dipikirkan setiap minggu harus ada yang baru berkaitan dengan kelompok kecil – dibutuhkan tim kreatif / tim acara.
-          Harus melibatkan gembala sidang.

Natur fasilitator
-          Direkrut oleh tim kerja yang mengenal jemaat
-          Sudah melayani minimal 5 tahun
-          Memiliki kedewasaan dan kepemimpinan rohani
-          Mau belajar
-          rela

1.       Controlling system.
-          Wilayah KK : pemetaan wilayah (apa siapa saja dan siapa pemimpinnya), networking wilayah
-          Peserta KK : form evaluasi untuk mengetahui perkembangan KK (paham/semangat tidak)
-          Fasilitator KK : surat gembala , apresiasi (card, gift)
2.       Spiritual Enrichment and Empowering
-          Konsultasi (YM, email, website)
-          Pertemuan fasilitator untuk pengayaan rohani
-          Pertemuan fasilitator untuk pengembangan skill (hermeneutic sederhana, pimpin diskusi)
3.       Ibadah Raya
-           Untuk menyatukan visi
-          Membangun komunitas yang sehat
-          Melibatkan kk sebagai pelayan
-          Mengajak orang baru yang belum masuk KK
-          3x dalam setahun
-          Setiap anggota komsel terlibat, bukan berpusat pada sesuatu yang central. Untuk menunjukkan bahwa mereka bagian dari jemaat besar. Masuk bidang pembinaan.
4.       Literatur
-          News Letter : 2 bulan sekali, updating KK/berita KK
-          Dokumentasi : pengelolaan data/filing, distribusi bahan

5.       Alat Bantu Belajar
-          Buku life expedition 52 pelajaran dibagi dalam 4 bab : untuk peserta KK dan fasilitator KK
-          Multimedia : untuk fasilitator dan peserta KK
-          Buku panduan fasilitator : untuk fasilitator

Rancangan multimedia untuk fasilitator
Contoh : 34. Komitmen seorang pelayan. Dalam konteks Paulus, arti prajurit dijelaskan dengan pengertian “Herald”. Herald adalah seorang yang hanya mendengarkan kata komandannya. Dan dialah yang akan menjadi utusan yang menyampaikan keputusan atau perintah. Tentu ini adalah sebuah kepercayaan besar dan menuntut ketaatan yang total untuk dapat menyampaikan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Berita itu pastilah sangat penting karena berkenaan dengan strategi untuk mencapai kemenangan. Maka tidak heran jika Paulus mengatakan bahwa dia adalah orang yang berjuang dan tidak memusingkan diri soal-soal penghidupannya. Hal ini tidak berarti Paulus mengajarkan bahwa kita tidak perlu memikirkan hal0halyang berkaitan dengan penghiduapn seperti rumah, makan, keluarga dan kebutuhan lainnya. Tapi fokus Paulus dalam ajaran ii adlah bagaimana sebuah pelayanan menuntut keseriusan, totalitas dan komitmen yang tinggi dalam menjalankannya.

Rancangan multimedia untuk peserta KK
Contoh: kejujuran : menampilkan gelas dengan air enggan berbagai kondisi untuk menggambarkan pergumulan kejujuran seseorang. A. gelas dengan air beriak. B. gelas dengan air kotor. C. gelas retak.
Kejujuran adlah hal sudah semakin langka di jaman ini. Hati manusia terlalu gelap untuk bisa bersikap jujur. Jujur itu membutuhkan kemurnian hati dan kejernihan pikiran. Kejujuran itu mahal harganya. Ada kejujuran yang diupayakan dengan keras namun dibalas dengan pengkhianatan. Pernahkah anda memiliki pengalaman seperti ini?


No comments:

Post a Comment