Pdt. Johan Gofur
Nats : Kis 2:42-47
Petobat-petobat
baru di perjanjian baru memecahkan roti di rumah ibadat dan di rumah-rumah. Ini
yang disebut kelompok kecil. Di Tiongkok ada gereja keluarga dimana tiap
pemimpinnya dapat memimpin 10.000 orang. Para
pemimpin dibantu oleh PKS (Pemimpin Kelompok Sel). Dari kelompok-kelompok sel
berkembang kekristenan sehingga jumlah orang Kristen di Tiongkok ada sekitar
100 juta orang (belum 10% dari 1,3 miliar orang). Ini merupakan perkembangan
tercepat di diunia.
Pdt
Johan Gofur juga menerapkan komsel ini di Gereja Kristes Baptis Jakarta (GKBJ)
saat melayani sebagai gembala sidang di sana
tahun 1991. Lalu saat melanjutkan sekolah theologia, Pdt Johan membuat skripsi
bagaimana memulai gereja sel. Buku yang ada saat itu hanya dari Merry Go
yang masih terlalu teoritis. Sayangnya
di GKBJ saat itu , Komsel tidak berhasil dikembangkan. Mimpi Pdt Johan untuk
memulai Komsel baru terealisasi saat meninggalkan GKBJ dan ke Singapura. Disana
Komsel berkembang. Dari tidak ada orang setelah 7 tahun ada 500 orang.
Sebenarnya
metode ini diberkati pada gereja mula-mula. Lalu dipakai terlebih dahulu oleh
gereja karismatik (tidak pada gereja Injili) sehingga menimbulkan kesan yang keliru
bahwa metode ini untuk gereja karismatik.
Gereja
Sel tidak sama dengan Persekutuan Rumah Tangga (kelompok sel dalam gereja).
Seperti pada gereja Injili ada pembagian wilayah. Pada persekutuan RT ajak
tetangga-tetangga dan nanti ada Hamba Tuhan datang. Mula-mula ramai tetapi
lama-lama tidak ada yang datang kecuali tuan rumah.
GKJ
Tambora saat ini menerapkan metode ini. Sehingga menjadi gereja sel yang agak
maju dan cepat bertumbuh. Gereja ini yang paling cepat bertumbuh dari
gereja-gereja injili. Komsel efektfi dalam penggembalaan karena dibagi
kelompoik. Terdapat 2 versi komsel yakni :
1.
5 x 5 yang
berasal dari Pdt. Dr. Paul Yonggi Cho, namun diawal abad 21 mengalami stagnasi.
Strukturnya terdiri dari 5 susun yakni Gembala Sidang
(GS) – Gembala Wilayah (GW) – Kepala Wilayah (KW) – Kepala Kelompok (KPS) –
Jemaat. Jemaat satu kelompok maksimum 15 orang. Jika sudah giat dilakukan, maka
orang baru di gereja jadih rebutan diantara kelompok yang ada. Kelompok dibagi
berdasarkan umur & jenis kelamin (misal : ortu, pemuda, remaja,
profesional, pria dan wanita). Bila jumlahnya sudah 15+1 orang maka sel dipecah
jadi 8 + 8. Ketuanya PKS dan wakil PKS lama menjadi PKS baru. Sehinga PKS semula pimpin 8 orang dan
wakilnya pimpin 8 orang lagi. Berkembangnya cepat. Tapi lama-lama frustasi
PKSnya karena setelah bertumbuh jumlah tinggal 8 dari 16. Karena setelah 16 ,
kepala wilayah instruksikan untuk pecah. Jadi PKS tidak mau tambah lagi setelah 15.
Metode ini dpakai oleh Gereja-gereja di Korea terus di Indonesia
diikuti Bethany,
Abba Love. Terbukti berkembang. Tapi secara alami frutasi. Pertemuan 1 minggu 1
kali waktunya ½ - 2jam. Disini saling perhatian. Bila ada anggota sakit, PKS
bawa 1-2 anggota bersukyang sakit. Juga bila ada yang pindah rumah tidak pernah
lagi perlu pendeta. Juga melayani pengusiran setan, buang berhala. PKS sudah
dilatih untuk itu (PKS dilatih seperti gembala kecil). Hal ini berbeda karena biasanya
Pdt yang diandalkan (juga lebih diandalkan dibanding Ev atau majelis). Kelompok
Wilayah juga orang awam seperti PKS (bukan Hamba Tuhan). Dia menangani 5 PKS
sehingga 1 KW ada sekitar 80 jemaat. Sedangkan 1 GW menangani 5 KW sehingga
terdapat sekitar 400 jemaat. Gembala Wilayah ada 2 , 1 awam dan 1 Hamba Tuhan.
Awam biasanya panatua. 1 Gembala Sidang (GS) menangani GW. Jika anggota ada masalah tidak langsung ke GS
karena bisa-bisa GS mati berdiri kalau semua anggota bermasalah. Jemaat
bermasalah ke PKS. PKS bermasalah ke KW. KW ketemu PKS 1 minggu 1 x waktunya
½-1 jam. Waktunya bisa lunch time, setelah makan siang langusng komsel, berikan
bimbingan dan doa syafaat. 1/1 jam doa bersama dan ½ jam untuk kasih support.
KW report ke GS bila ada masalah-masalah sangat serius. Baru ke GW terus ke GS.
GS bolah adakan pengumuman ke jemaat. Tapi sebelumnya berikan pengarahan ke GS
yang harus tangkap visi, baru GW transfer ke KW selanjutnya ke PKS dan jemaat.
Sehingga GS 2 x sampaikan visi (ke GW dan jemaat). Ini populer tahun 70an
selama 30 tahun. Tapi masalahnya , kelompok yang sudah akur disuruh ‘cerai’.
Tidak mudah untuk bina hubungan baru.
2.
G-12 (government
of 12). Bagaimana memimpin 12 orang.
G-12 mulai tahun 90an sehingga sekarang sudah berjalan
belasan tahun. Dimulai dari pendeta asal Kolombia yang tidak berbahasa Inggris
tapi bisa bahasa Spanyol. Dia dapat visi dari Tuhan dan terus mendoakannya.
Jemaatnya berkembang dari 70 jadi 200 tidak sampai 3 bulan. Dia minta lagi
3.000 dan dia menerapkan metode 5x5. Dia juga akhirnya mengalami stagnasi dalam
komsel. Lalu dia diberi visi 12 yang disebut G-12 seperti 12 suku Israel. Dari 12
muncul lagi 12 orang lain dan seterusnya. G-12 bukan metode,ia merupakan visi,
strategi. PKS ditraining untuk mengatasi jemaat yang sakit, menangkan jiwa, PI
pribadi, usir setan sehingga pendeta tidak banyak involve seperti Pdt Johan
sehingga akhirnya pimpin orang tua (ada 11 komsel). Tetapi yang pimpin tetap
orang lain. Jadi pendeta agak nganggur. Jadi tidak heran bila jemaat pindah
sudah 2 bulan, pendeta tidak tahu. PKS jadi seperti wakil GS. Sekarang ada
kehangatan dalam persekutuan. Dalam komsel ada 3 istilah strong, permanent dan
long term relationship (hanya maut yang bisa pisahkan). Jadi bila jemaat
bertambah bisa digembalakan. Berbeda dengan gereja tradisional, besuk dari pk
16-22 hanya bisa jangkau 3 orang.
Bagaimana
memulai komsel untuk gereja injili / tradisional karena komsel dianggap
karismatik. Karena mereka yan gmulai dulu G-12 strategy yang sangat membantu
pertumbuhan gereja. 4 Strategi dalam G-12 yakni win (menangkan jiwa), consolidate, disciple dan
send (mengutus). Perlu mengutus karena bila saya percaya pada Tuhan, tapi tidak
pernah menangkah jiwa bagaimana? G-12 tidak istilah tidak tahu bagaimana
menangkan jiwa. Bahkan dari kecil sudah dilatih jadi PKS. Seperti anak Pdt.
Johan. Bila teman tidak datang, ditelepon. Hidup, gaya, perhatian impartasi (tidak
dibuat-buat). Diharapkan jadi tidak perlu didorong. Otomatis karena waktu jadi
anggota sel, diperhatikan dan dilayani PKS sehingga dia lakukan dengan penuh
komitmen dan cinta Tuhan sehingga ingin menangkan jiwa sebanyak-banyaknya.
Berapapun harga yang harus dibayar. Yang repot di Singapura ada yang terbeban
melayani pelacur. Akhirnya mereka dibuat pelayanan sosial untuk pekerjakan
mereka di Singapura dan mereka digaji. Setelah menangkan jiwa lalu konsolidasi.
Karena kalau dikasih pendeta semua jiwa baru, maka pendeta bisa mati berdiri.
Setelah menangkan jiwa (melahirkan) lalu jadi Bapa – Ibu rohani sehngga dia
perlu diperhatikan iman rohani. Terus masuk tahap 3 melatihnya jadi murid
(disciple). Disini harus ada bahan yang
ditentukan.
Terdapat
3 tahap encounter yaitu pre-encounter, encounter dan post encounter. Pada
pre-encounter, setelah menangkan jiwa masuk ke persekutuan dan jelaskan tentang
4 hal (keselamatan, Alkitab, ibadah,??). Dilakukan 1 to 1. Bisa sambil makan,
sehingga jemaat tidak terbeban. Waktu harus diatur dengan bijaksana supaya
tidak masalah di keluarga.
Pada
tahap encouter, lakukan retreat, bahannya seperti katekisasi. Di gereja Pdt
Johan ada 10 pelajaran. 3 hari dan 2 malam di hotel bintang 3 Singapura. 1 orang
bayar 140 Sin$. Yang bayar PKS atau anggota kelompok sel yang bertanggung jawab
agar masuk encounter. Setelah pembinaan (bukan hanya pengetahuan / knowledge)
lalu baptisan. Setelah 10 pelajaran termasuk katekisasi, bila mau lahir baru
buat surat
pernyataan mau dibaptis.
Setelah
itu selang 1 minggu masuk ke post encounter, dimana ada 10 pelajaran juga yang
dilakukan di gereja (tentang iman, kesetiaan, komitmen, menyelesaikan bad habit
setelah lahir baru / bagaimana menghadapi percobaan) yang dikupas secara
detail. Setelah post encounter 80% an peserta bereskan dendam, kepahitan, benci
karena dibantu oleh counsellor yang terlatih. Sehingga yang ingin cerai minta
ampun dengan Tuhan dan pasangan dan diberkati. Biasanya orang Tionghoa tidak
mau kasih tahu bila salah. Ini adalah tipuan Iblis sehingga perlu pertolongan
Tuhan melalui Roh Kudus. Jadi bukan knowledge saja. Karena makin pintar makin
berdosa karena makin pandai kritik orang lain. Setelah itu diutus ke luar jadi
pemenang jiwa lalu keempat strategi terulang lagi sehingga gereja bertumbuh
secara multiplikasi.
Gereja
tumbuh secara alami, akhirnya balik ke kelompok kecil. Karena 50 an orang juga
sulit digembalakan / diperhatikan. Kelompok sel efektif selain penggembalaan
juga pemberdayaan sumber. Disini tidak ada yang nganggur. Semua punya
kesempatan jadi PKS. Sangat efektif menjangkau jiwa baru, setelah win ,
konsolidasi baru jadi murid. Biasanya di gereja tradisional, baru tobat
berapi-api. Biasanya setelah api mulai padam baru dipercik lagi sehingga sulit
membangkitkan semangatnya. Pada kelompok sel ini, pria dan wanita dipisah
supaya homogen. Jadi ada sel ibu-ibu, bapak-bapak. Sel ibu saat anak sekolah,
sel bapa setelah pulang kerja.
Untuk
pembinaan jiwa perlu 9 bulan. Pre encounter 4 bulan. Anggota komsel yang
melanggar ditegor seperti pinjam uang. Yang mau pinjamkan uang kasih ke
diakonia untuk disalurkan ke anggota yang mau pinjam sehingga ada perhatian
dari gereja.
G-12
pakai network. Misal X network ada 12. Masing-masing ada bawahan lagi sehingga
di generasi ketiga ada 144 orang. Terus generasi keempat ada 1728 orang. Bila
ada 4 network maka ada 4 x 1728 orang. Sedangkan Hamba Tuhan yang diperlukan
hanya 10-12 orang saja. Komsel dimulai dengan transfer visi terlebih dahulu,
setelah semuanya setuju baru latih PKS.