Wednesday, December 26, 2018

Yahwe / Yehova Rohi (Tuhan adalah Gembalaku)

Pdt.  Hery Kwok

Yoh 10:11,14,15
11  Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
14  Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku
15  sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
1 Samuel 17:33-36
33  Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."
34  Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,
35  maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.
36  Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."
Maz 23:1-6
1   Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
2  Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
3  Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
4  Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
5  Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
6  Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Pendahuluan

Saat bepergian dengan pesawat terbang , ada 2 momen yang saya takuti yakni saat pesawat tinggal landas (take-off) dan saat pesawat akan mendarat (landing). Karena saat itu kemampuan pilot untuk mengemudikan pesawat sangat penting. Kalau sampai ia salah dan gagal , mungkin pesawatnya akan naik sedikit lalu terjatuh kembali menghantam bumi sehingga seluruh penumpang bisa menemui ajal dan membayangkan peristiwa ini tentu sangat mengerikan. Demikian juga dengan saat mendarat, pilot menurunkan roda lalu pesawat dapat mendarat dengan mulus, maka hati kita terasa sangat senang. Penumpang sering memberi penilaian tentang keahlian pilotnya. Ada yang mengatakan kalau menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia pesawat mendarat secara halus sedangkan kalau naik pesawat Lion Air maka harus siap-siap karena mendaratnya  geradak-geruduk. Jadi hal ini tergantung kemampuan pilotnya. Kalau pilotnya bisa membawa pesawat mendarat dengan baik , maka pendaratannya terasa bagus sekali.
              Ketakutan tidak membuat saya bangkit berdiri dan berjalan  menghampiri ruang kemudi pilot , lalu menggedor pintunya agar ia keluar dan bertemu saya serta meyakinkan saya bahwa ia dapat membawa saya terbang sampai ke tempat tujuan. Ketakutan saya menjadi ketakutan sendiri dan membuat saya tetap duduk di bangku meskipun saya mendengar saat sang pilot (kapten di pesawat) membuat pengumuman yang menyebutkan  namanya dan menyambut para penumpang di pesawat. Ketakutan tidak membuat saya menjadi orang yang akhirnya merepotkan pilot itu dengan mencoba bertemu dengannya dan mengajukan pertanyaan yang harus dijawabnya dengan sebuah keyakinan bahwa ia sanggup menerbangkan pesawat sampai ke tempat tujuan. Karena saya tahu bahwa kelebihan dan kelemahan dia tidak membuat saya bisa selamat atau tidak kalau bukan Tuhan yang menolong. Mengapa? Karena bisa saja pilot itu gagal atau berhasil namun peran Allah tetaplah menjadi peran terpenting. Saat saya mempercayakan diri saya pada pilot yang bisa gagal atau berhasil, berarti saya harus belajar mempercayakan. Kalau tidak, saya bisa menjadi orang yang merepotkan dan membuat penerbangan itu menjadi susah karena saya tidak akan bisa merasa tenang selama di pesawat.
              Tema hari ini diambil dari tulisan Raja Daud tatkala dia berbicara tentang Tuhan adalah Gembalaku (Yehova Rohi). Berbicara tentang Yehova Rohi berarti kita sedang berbicara tentang salah nama Allah seperti juga nama-nama Allah lainnya yang telah kita pelajari berminggu-minggu  lalu (hampir sebulan setengah kita belajar nama-nama Allah).  Nama-nama Allah yang membuktikan diriNya dengan segala karakterNya seharusnya membantu kita semakin bertumbuh mengenal Dia dengan baik dan semakin membawa kita untuk memiliki hidup yang sungguh-sungguh bergantung kepadaNya.

Nama-Nama Allah

              Minggu waktu lalu kita belajar tentang nama Allah : El Shaddai.  Waktu itu Ev. Ronny Sofian berbicara tentang Tuhan yang Maha Kuasa. Apakah Tuhan yang Maha Kuasa membawa kita mempunyai kedamaian dan keberanian untuk menghadapi hidup karena kita mempercayai Allah yang Maha Kuasa? Waktu kita berbicara Allah yang bernama Adonai (Tuhan yang berdaulat) apakah kita benar-benar merasa kedaulatan Dia sungguh-sungguh menguasai seluruh perjalanan saya sehingga tidak ada item dalam hidup saya yang terlepas di dalam kedaulatanNya? Kalau kita sungguh-sungguh meyakini perkara Dia Allah yang berdaulat sesungguhnya kita mempunyai kepastian hidup dalam dunia ini. Sewaktu kita belajar tentang nama Allah Yehova Jireh diuraikan bagaimana Dialah Tuhan yang menyediakan.
Nama-nama Allah yang sedemikian agung mencerminkan karakter dan sifat-sifatNya. Apakah hal ini membawa perubahan dalam pemahaman rohani kita dengan Dia yang membawa kita sungguh-sungguh mengalami pertumbuhan iman dengan Dia atau tidak? Kalau kita berada di tataran kognitif saja berarti kita hanya mengetahui namaNya bahwa Dia Allah Maha Kuasa. Tetapi waktu kita tidak hidup mempercayai , itu perkara yang berbeda dan kita hanya menjadi orang Kristen yang ada dalam kehidupan yang tidak berbeda dengan orang-orang di dunia.
Dalam perumpamaan tentang penabur (Mat 13:3-37; Mrk 4:3-20), Tuhan Yesus menyebutkan ada beberapa tipe hati manusia. Kalau hati kita seperti tanah di pinggir jalan, maka saat kita duduk dan hadir di gereja, maka benih firman yang ditaburkan tidak akan pernah ada di dalam hati kita. Apalagi bila kita mendengarnya sambil main handphone atau games, maka benih (firman) itu akan hilang dalam kehidupan kita. Saat pulang dari beribadah kita tidak akan pernah mengalami perubahan dan merasakan bahwa aku benar-benar mengenal Allahku dan aku siap menghadapi satu minggu ke depan dalam segala perjalanan kesulitan atau kesukaan dalam kekuatan firman. Hal inilah membawa kita mempelajari apa yang disampaikan oleh Daud.

Memiliki Relasi dengan Allah

Raja Daud seorang sungguh-sungguh mempunyai relasi dengan Allah secara baik. Di dalam relasi itulah, ia menulis suatu puisi yang sungguh-sungguh menjadi banyak berkat bagi orang-orang dalam perjalanan hidup mereka di zaman ini. Mazmur 23 bukanlah mazmur yang asing, bahkan orang Kristen KTP-pun tahu tentang Mazmur 23 ini. Kristen KTP adalah orang Kristen datang karena kewajiban (datang ibadah namun tidak mau bertumbuh) yang perjalanan hidupnya tidak mempunyai kecintaan terhadap perkara-perkara rohani dengan kata lain orang Kristen yang jauh dari Firman.  Mazmur 23 juga dikenal oleh orang-orang Kristen itu.
Sewaktu saya pelayanan ke penjara, saya bertanya, “Pak, apakah bapak tahu Mazmur 23?” “Oh tahu. Itu mazmur Daud. Tuhan adalah gembalaku.” Jawabnya. “Bapak sudah berapa lama berada di penjara ini?” tanya saya lagi. Dia menjawab lagi,“Wah saya cukup lama di sini yakni 6 tahun. Ini adalah yang ketiga.” Hal ini berarti ia sudah 3 kali masuk ke penjara dan saat saya bertemu dengannya adalah untuk yang ketiga kalinya dan sudah berjalan selama 6 tahun (saya tidak menanyakan periode yang pertama dan kedua). Artinya orang Kristen KTP pun tahu mazmur 23. Tetapi sesungguhnya kalau kita menghayati Mazmur 23 kita menemukan mutiara rohani yang hebat yang Raja Daud sampaikan sebagai suatu catatan imannya dengan Tuhannya.

Tuhan adalah Gembala yang Baik

Dalam Mazmur 23, Raja Daud menyatakan bahwa Tuhan adalah gembalaku. Ia mencoba menggambarkan Tuhan yang disembah dan dipercayanya sebagai gembala. Dalam 1 Samuel 17:33-36 yang kita baca, Daud memberikan argumen kepada Saul yang meragukan dia untuk berperang melawan Goliat (ayat 33  Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."). Dengan kata lain Raja Saul menyatakan bahwa Daud tidak akan menang melawan Goliat yang membuat Raja Saul dan prajuritnya takut sehingga tidak berani bergerak. Alasannya Goliat sejak muda telah menjadi prajurit sehingga ia adalah seorang yang terlatih. Ia pandai berperang dan memainkan seluruh alat perang dengan hebat sedangkan tubuh Daud tidak besar dengan muka yang kemerah-kemerahan. Secara penampilan fisik Daud tidak masuk hitungan. Itu sebabnya tidak heran keluar dari mulut Saul suatu kebimbangan , “Apa benar engkau bisa melawan Goliat”. Perkataan Saul itu bukanlah perkataan yang membangkitkan semangat atau memberikan motivasi kekuatan tetapi perkataan itu sesungguhnya meruntuhkan hati bagi yang mendengarnya.  Bila orang tua berkata kepadamu, “Kamu anak yang tidak bisa berubah. Kamu anak yang tidak tahu diri” maka kata-kata itu akan membekas dalam hati anak-anak. Dan anak-anak akan menyimpan bahwa ia anak yang tidak tahu diri dan tidak berguna. Perkataan-perkataan seperti itu bisa melukai hati anak sedemikan lama. Kalau ia tidak dipulihkan dan dilayani secara baik maka ia akan menjadi anak yang menyimpan rasa yang tidak baik.
Pada waktu Saul berkata,”Engkau tidak mampu sesungguhnya karena lawanmu, Goliat, adalah seorang yang sedari muda menjadi prajurit. Engkau apa di hadapannya?” Tetapi dalam kitab Samuel, penulis mencatat kalimat yang hebat yang keluar dari mulut seorang Daud. Ia menggambarkan dirinya sebagai seorang gembala. Gembala terhadap domba-domba milik orang tuanya. Waktu Isai mempercayakan dia untuk menggembalakan domba-dombanya, Daud melakukannya dengan baik. Ia katakana kepada Saul” Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.  Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." Kalimat dalam ucapan Daud adalah kalimat yang ingin menggambarkan peran Daud sebagai gembala yang tidak akan berhenti sampai ia mengambil kembali domba yang direbut oleh binatang buas. Bagi Daud, peran gembala adalah peran yang nyata. Bagi Daud kehadiran gembala untuk domba-dombanya akan dirasakan oleh para dombanya. Domba-dombanya akan merasakan keteduhan ,  ketenangan dan kesejahteraan karena peran dari gembala itu. Karena itulah waktu ia mencoba menyampaikan kepada Raja Saul, “ Dulu aku ini gembala dan sekarang pun aku gembala. Waktu menggembalakan gembala aku tidak akan pernah takut kepada binatang buas. Bahkan binatang buas itu akan mati di dalam tanganku.”
Waktu ia memberikan gambaran tentang gembala itu, sekarang Daud mencoba memasukkan nya ke dalam Mazmur 23. Dia berkata,”Tuhan adalah gembalaku.” Perkataan ini adalah perkataan yang sangat indah bagi Daud. Karena ia memahami peran gembala dan bagaimana kondisi domba. Ia mengerti apa yang akan dikerjakan oleh gembala dan apa yang akan dinikmati oleh domba. Karena itulah di dalam ayat-ayat 2 sampai 6a. ia memberikan kepada kita bahwa gembala itu akan menjadi gembala yang menyediakan rumput bagi domba-dombanya.  Maka ungkapan Yehova Rohi, Allah yang menyediakan rumput bagiku. Dialah Tuhan gembalaku. Kalau kita membaca ayat ini, saya tidak akan mengkonsentraikan pada peran  gembala, karena peran gembala sudah jelas. Ia akan membuat domba-dombanya berbaring dan  makan rumput yang begitu enak. Domba-dombanya akan dibimbing ke mata air yang menyegarkan jiwanya. Domba-dombanya   akan dibawa ke jalan yang benar.  Domba-dombanya itu meskipun berjalan dalam lembah yang sulit (tidak pernah memberi rasa aman bagi orang yang melewati , tetapi Dia akan menyertainya dan  memberikan penghiburan bagi domba-dombaNya yang mengalami satu kehidupan perilaku yang tidak baik. GadaNya akan menertibkan dia. Tongkatnya akan mendisiplikan dia kalau ia tidak sesuai dengan arahan Sang Gembala. Semuanya itu digambarkan secara jelas dan sederhana oleh Daud.

Kesukaan Domba Mendengar Suara Gembalanya

Yang ingin diangkat dalam tema Yehova Rohi adalah bagaimana hubungan gembala dengan domba-dombanya. Relasi domba dengan gembalanya. Rasul Yohanes mencatat perkataan Yesus pada Yoh 10:11,14,15.  Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;  Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku  sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Pada ayat-ayat ini  ada hal yang sangat menarik sewaktu Ia menyampaikan relasi antara gembala dan domba bahwa gembala dan domba mempunyai relasi yang sangat intim di mana waktu gembala berbicara maka domba akan mendengar. Sehingga Tuhan Yesus berkata,”Seperti domba mendengarkan gembala seperti itulah hubungan antara Aku dengan Bapa”. Ia menggambarkan hubungan gembala dengan domba seperti hubungan antara Dia dengan Bapa-Nya . Suatu kedekatan yang luar biasa. Suatu keintiman yang begitu indah yang disampaikan oleh Daud di dalam kehidupan rohaninya dengan Tuhan. Sehingga pada waktu ia mengemukakan dalam Mazmur 23:1 bahwa Tuhan adalah Gembalaku, dia sedang menyatakan kepada kita yang membacanya bagaimana Tuhan di dalam relasi denganku , benar-benar seperti gembala yang berbicara dan domba mendengarnya. Kesukaan gembala mengajar dan kesukaan domba mendengar. Kesukaan seperti inilah yang digambarkan dalam keintiman ayat ke-6 terakhir mengatakan “aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.
Kalau kita mengatakan bahwa Dia adalah Yehova Rohi (Allah Gembalaku) tetapi kita tidak mempunyai kesukaan mendengar suaraNya maka kita bukanlah domba yang baik. Kalau kita mengatakan Dia adalah Tuhan Gembalaku , jangan kita hanya memberikan penekanan pada rumput yang hijau , mata air yang segar dan  penolong dalam kesulitan. Memang tidak salah mengimani ayat-ayat itu, tetapi ayat-ayat itu tidak terlepas dari pernyataan awalnya bahwa aku dengan gembala memiliki relasi yang baik. Kalau kita dan Allah memiliki relasi yang baik maka kita tidak perlu memusingkan apakah Dia akan menyediakan rumput yang hijau karena itu pasti. Engkau tidak usah memusingkan apakah Dia akan memberikan air karena bagi Dia kebutuhan domba adalah kebutuhan yang Dia pahami dengan baik. Gembala yang baik adalah peka dan gembala yang baik mampu menjaga domba-dombanya. Tetapi gembala dan domba memiliki hubungan yang kuat di mana domba mendengarkan apa yang gembala sampaikan dan gembala senang mengajar domba-dombanya. Allah senang mengajar kita karena itu Dia memberi firmanNya. Dan firmanNya itu cukup bagi kita. FirmanNya itu akan membawa kita untuk mengenalNya dengan baik.
Sehingga injil Yohanes menutup bahwa seluruh yang aku tulis ini cukup untuk membawa engkau mengenal Gembala yang baik sehingga engkau mengenal apa yang menjadi kehendak gembala. Waktu Rasul Yohanes mencatat perkataan Tuhan Yesus ,”Gembala dengan domba saling mempunyai relasi. Domba mendengarkan suara gembala seperti Bapa dan Aku” (Yesus mendengarkan apa yang Bapa mau). Itu sebabnya saat hadir di muka bumi, Dia mengerti tujuan hidupNya. Dia tahu apa yang Dia kerjakan. Dia mengerti apa yang harus Dia lakukan. Mengapa? Karena kata Yesus, “Aku mengenal Bapa-Ku dan BapaKu maunya apa Aku mengerti dan BapaKu minta apa , Aku tahu. Apa yang Dia minta dan suruh, Aku  lakukan.” Karena apa? Karena Aku mengasihi Bapa dan Bapa mengasihi Aku. Sewaktu Allah menjadi gembalamu tetapi engkau menjadi domba yang tidak mendengar maka engkau akan mengalami kesulitan untuk memahami apa yang gembala sedang kerjakan dalam hidupmu.
Saya cukup tertarik sewaktu kitab Kejadian mencatat kejatuhan manusia dalam dosa. Pada Kejadian 3:8, waktu Tuhan Allah berjalan-jalan di Taman Eden, manusia mendengar dan menjadi takut. Ada relasi antara Adam dan Hawa dengan Penciptanya sehingga mereka mendengar suara langkah Penciptanya, mereka sadar bahwa Penciptanya ada. Apakah kita bisa mendengar langkah-langkah Tuhan, apakah kita bisa mendengar derap kaki Dia dalam perjalanan di dunia yang bising ini? Kedekatan itu membawa engkau bisa menangkap langkah kaki Tuhan. Itu cerita dan kalimat yang hebat.
Saya pernah bertanya kepada seorang siswa sekolah,”Kamu sebenarnya kalau malam di kamarmu belajar atau tidak? Karena PR-mu tidak karu-karuan.” “Belajarlah Pak!” jawabnya. “Belajarnya berapa lama?” tanya saya lagi. “Ya.. dikasih mama sih 2 jam. Tetapi saya belajar tidak lebih dari 10 menit!” jawabnya lagi. “Lha, yang 2 jam kurang 10 menit lagi kamu ngapain?” saya kembali bertanya. “Ya .. saya main” jawabnya. “Memang mamamu tidak pernah datang ke kamarmu?” “Pernah sih Pak. Tapi saya tahu, waktu mama datang bersuara kletek-kletek, dia pasti ke kamar saya.” Dalam hati saya berkata,”Hebat juga. Anak ini dapat mendengar kaki mamanya.” “Mamamu pakai bakiak atau pakai kelom sehingga berbunyi?” “Tidak! Tapi bunyi jalannya ketahuan. Mama tipenya tidak mengangkat kaki terlalu tinggi. Sehinga berbunyi Set..set…. Nah itu mama. Kalau mbok lain lagi” Anak ini hebat juga, langkah kaki orang dia mengerti. Mengapa? Karena di rumah dia mengenal. Jadi waktu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa dan sewaktu Tuhan berjalan-jalan, dikatakan dalam kitab Suci mereka takut. Mereka sadar kalau Allah hadir. Mereka mengenal Allah ada sehingga mereka gemetar. Kalau engkau berbuat dosa dan tidak gemetar karena engkau tidak sadar bahwa Dia hadir. Engkau berbohong di kantor dan tidak merasa bahwa engkau tidak memiliki damai sejahtera yang hilang, karena engkau tidak menyadari bahwa Ia hadir. Itu sebabnya gembala dan domba menjadi bagian yang sangat penting yang diungkapkan oleh Daud untuk menunjukkan tentang keintiman relasinya.
Hari ini kita belajar tentang Yehova Rohi, belajar tentang bagaimana Daud menjadikan Allah gembala. Gembala yang mempunyai peran total dalam hidupnya. Yesus berkata dalam kitab Yohanes,”Kalau firmanKu ada di dalam kamu, maka kita bisa menangkap channel dan kehendak Allah karena Allah memakai firmanNya sebagai sarana untuk Dia berkomunikasi.

Penutup                                                                                                                               

Suatu kali waktu baru bergabung dengan GKKK Mangga Besar, saya dan shi-mu mengalami titik jenuh dengan kondisi jemaat di sini. Saat mengalami kejenuhan ini pada awalnya kami bergumul apakah kami mau keluar atau tidak, salah masuk atau tidak, meneruskan pelayanan di tempat ini atau tidak. Titik jenuh ini membuat saya dan shi-mu terus bergumul untuk melayani Tuhan. Saya tidak pernah mau di suatu tempat yang jemaatnya tidak mau maju. Kalau tempat itu tidak mau maju untuk apa kami sampai tua dan beruban di tempat ini? Hal ini yang kami sampaikan ke jemaat di sini. Saat kami sedang bergumul, Sinode GKKK mengadakan pembinaan untuk para rohaniawan. Dalam salah satu sesi pembinaan, diadakan semacam doa hening bagi setiap peserta. Dalam doa selama 1 jam tersebut, para hamba Tuhan diminta untuk berdoa. Jangan berpikir bahwa hamba Tuhan yang biasa memimpin doa bisa berdoa selama itu. Saya berpikir doa selama sejam untuk apa? Dosen SAAT (Pdt. Rahmiaty) yang memimpin sesi ini tidak karu-karuan. Setiap peserta pun kemudian memilih sendiri tempatnya. Apa yang mau didoakan? Doa untuk bangsa tidak lebih dari 1 menit saja. Betul tidak? Kalau doa untuk pribadi bisa 10 menit, lebih panjang. Doa penginjilan 2-3 menit masih bisa. Jadi untuk apa? Saya duduk di bagian pojok yang menghadap Jl. Raya S Parman.
Akhirnya doa saya selesai dan saya melihat lalu lintas di jalanan saja. Jakarta yang sedang macet dapat dilihat dari lantai 16. Saya tidak punya hal-hal lain kecuali termenung. Saya melihat-lihat  hamba Tuhan lain apakah mereka berdoa dengan kusyuk. Iri juga kalau melihat hamba Tuhan berdoa dengan kusyuk. Saya melihat ada hamba Tuhan yang masih memejamkan matanya, tidak tahu apakah ia sedang berdoa atau tidur karena keduanya sangat dekat. Karena saya tidak bisa berdoa selama itu, saya diam saja. Saya sampai bergumul. “Tuhan tolong! Kalau begini terus selama satu jam, saya merasa tersiksa. Jadi Tuhan saya harus apa?” Waktu saya duduk dan melihat ke jalan raya, di sebelah Mal Central Park  ada Mal Taman Anggrek. Setelah direnovasi gedung luar Mal Taman Anggrek menampilkan cahaya yang sangat terang. Waktu cahayanya berganti-ganti redup dan terang, saya terhenyak. Karena cahaya lampu itu bisa menjangkau Gedung Telkom di seberang sana. Cahaya lampunya hebat sekali, terang sekali. Sewaktu melihat terang itu, saya teringat firman Tuhan yang berkata,”Aku adalah terang dunia”. Sewaktu mengingat perkataanNya, saya teringat bahwa yang bisa menerangi manusia itu hanyalah Tuhan dan bukan saya. Jadi kamu tidak boleh kalah karena Aku yang menerangi dunia ini.   Firman Tuhan ini bagus sekali. Tuhan mengingatkan dan menyadarkan saya. Tuhan seolah-olah berkata,”Kalau engkau melayani dengan gagahmu maka engkau akan jatuh. Kalau engkau melayani dengan kekuatanmu, engkau akan merasa jenuh. Kalau engkau melayani dengan kekuatan Aku, maka Aku yang akan menerangi!” Hari itu saya seakan disiram dengan kekuatan yang baru karena waktu itu ada firman yang Dia taruh dalam hati saya. Kalau kita mengatakan bahwa Dia Jehova Rohi, maka kita akan memiliki kecintaan dalam membaca Kitab Suci dengan tekun. Kita sungguh-sungguh dengan antusias merenungkan firmanNya dengan baik. Kita akan sungguh-sungguh mengalami firmanNya dalam hidup. Kita akan sungguh-sungguh semangat beribadah dan mendengarkan firmanNya. Mari kita pikirkan karakteristik Allah di dalam namaNya  Jehova Rohi (Dia Allah Gembala). Kalau Dia gembala , mari kita menjadi domba yang sejati yang siap dan mau mendengar suara Sang Gembala.

No comments:

Post a Comment