Wednesday, December 26, 2018

Janji yang Tak Dilupakan

Ev. Susan Kwok

Galatia 4:4  Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.

Pendahuluan

              Galatia 4:4  Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Perempuan yang dimaksud pada ayat tersebut adalah Maria. Maria adalah seorang anak Tuhan yang baik dan mendengarkan firman Tuhan (hukum Taurat)  maka ia seorang ibu yang luar biasa dan dipilih Tuhan di tengah segala kelebihan dan kekurangannya untuk melahirkan seorang Juruselamat (Yesus Kristus) yang merupakan perwujudan janji Allah pada ratusan tahun sebelumnya. Saat Rasul Paulus memberikan surat ke jemaat Galatia, janji Tuhan sudah digenapi. Tetapi mengapa Rasul Paulus perlu mengingatkan kembali? Spirit (semangat) zaman ini terus berkembang ke arah semakin buruk. Dunia menjadi satu arena perang yang luar biasa bagi orang – orang percaya sehingga hidup beriman di zaman sekarang menjadi semakin sulit.

2 Tanda Semangat Zaman

1.     Mental yang lembek, tidak tekun, tidak bisa menyelesaikan sesuatu sampai tuntas (tidak tahan banting/susah).

Orang sering menyebutnya jalan pintas. Dalam segala segi kehidupan orang senang dengan jalan pintas, dan hal ini berbahaya sekali. Mereka tidak suka mengikuti proses padahal Tuhan sering, mau dan penting berbicara lewat proses. Ada proses yang pendek dan panjang. Ada proses yang tingkat kesulitannya sedang dan ada juga yang sangat susah. Namun Tuhan ingin mengajar anak-anak Tuhan lewat proses sehingga memunculkan sesosok pribadi yang tahan banting, kuat dan sabar. Seorang pribadi yang teguh dalam pendirian, tegas, tidak main-main saat bicara tentang iman. Itu sebabnya saat pertama kita percaya kepada Tuhan Kristus, kita mengikrarkan diri sebagai orang Kristen. Ini baru titik awal dari proses yang panjang (bukan akhir dari segala-galanya). Orang yang saat ini bertobat, 20 tahun lagi akan menjadi apa?
Saya rada alergi dalam mengundang artis-artis muda  yang bertobat untuk bersaksi di gereja-gereja. Karena sejak masih muda, saat praktek 1 tahun di suatu gereja, ada gereja yang sangat bangga bisa mengundang seorang artis (begitu diheboh-hebohkan). Semua orang membicarakannya. Untuk melihat kemurnian iman seseorang memang membutuhkan waktu yang panjang. Ternyata ia berbalik lagi setelah 30 tahun menjadi Kristen! Siapa yang menyangka setelah 30 tahun mengikut Tuhan, diundang memberi kesaksian dan menyanyi untuk Tuhan di gereja, ia kembali lagi ke agamanya semula? Karena itu proses yang baru akan berhenti waktu manusia meninggal. Itu arena peperangan kita sampai Tuhan menjemput kembali.  Ada pepatah Indonesia : harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Darimana orang tahu nama seseorang itu harum atau tidak? Yaitu saat ia berada di titik akhir proses hidup di dunia ini. Jadi jangan terlalu iri, heboh, terpesona dengan seseorang karena jangan lupa semua orang masih dalam proses dan perlu membuktikan diri di dalamnya.

2.     Banyak anak Tuhan melihat dunia saat ini adalah sorga.

Dunia itu bukan lagi tempat tujuan karena kita sebenarnya adalah musafir. Kita seorang yang sedang berkelana di tengah dunia ini. Kita tidak berasal dari dunia walau kita hidup di tengahnya. Kita seorang yang terus berjalan dalam iman kita, dan tidak pernah boleh melihat dunia ini sebagai tujuan terakhir walau kita berada di tengah-tengah dunia ini (walau spirit dunia ini seperti itu). Dunia tidak lagi dilihat sebagai arena perang, tetapi dunia seringkali akhirnya seperti sorga di mana mereka ingin mendapatkan dan berada di tempat itu.
Kita dapat melihat contoh betapa spirit zaman ini masuk dalam aspek kekristenan seperti lagu. Zaman dulu (zaman reformasi) banyak lagu bagus dikarang. Mereka melihat dunia ini sebagai arena peperangan sehingga mereka menciptakan berdasarkan sejarah bangsa Israel yang banyak berperang lalu mereka mengambilnya untuk mengarang banyak lagu. Contoh lirik bait pertama lagu Dunia yang Fana Bukan Rumahku (This World Is Not My Home oleh Albert E. Brumley pada tahun 1937) :
Dunia yang fana bukanlah rumahku. Hartaku di sana seb'rang langit biru
Malaikat melambai di pintu yang cerlang. Dalam dunia yang glap 'ku tak lagi senang.
Zaman sekarang tidak ada lagu seperti itu. Ada juga satu lagu yang sangat saya senang, baik kata-kata maupun ritme marsnya yakni  Maju Laskar Kristen (Onward Christian Soldiers oleh Arthur Sullivan, 1871) yang liriknya sbb :
Maju laskar Kristen, maju t'rus berprang,
Salib panji kita slalu di depan. Yesus yang memimpin umatNya menang,
Perang dengan apa? Perang dengan dunia ini dengan segala spiritnya.
Sekarang tidak ada lagu seperti ini. Coba kita awasi sejenak. Saya pilih dan lihat-lihat apakah ada lagu zaman sekarang yang mencerminkan bahwa dunia ini adalah arena peperangan. Saya baru mendapat satu lagu. Kukalahkan musuh dan melompat tembok, haleluya-heleluya. Saat di arena perang berarti hidup dan mati dipertaruhkan, waktunya sangat sempit. Kalau salah menembak maka kita yang akan ditembak. Salah untuk susun strategi maka kita akan hancur. Arena peperangan  bukan arena yang gembira dan santai. Tapi lagu ini iramanya gembira. Semangat apa itu?

Sekilas Surat Galatia

Spirit (semangat , roh) zaman ini masuk tanpa disadari membuat kita tidak lagi waspada, kritis dan sadar , bahwa saat ini adalah saat genting. Spirit ini membuat kita bodoh, lamban, ikut arus, tidak menjadi orang Kristen yang brilian. Sehingga Rasul Paulus minimal 2 kali mengatakan kepada jemaat Galatia, “Hai kamu jemaat yang bodoh!” Apakah jemaat Galatia tidak bisa baca-nulis? Tidak!. Apakah disebut bodoh karena ekonomi lemah? Bukan! Banyak orang kaya, pintar, pejabat dan pemikir di sana. Tetapi mengapa Rasul Paulus menyebut jemaat Galatia bodoh?

a.   Pada pasal 1 dan 3  Rasul Paulus merasa marah dan sedih karena orang Galatia melepaskan sesuatu yang terpenting  dalam hidupnya demi sesuatu yang dianggapnya penting padahal tidak penting yaitu iman kepada Yesus Kristus.
              Itu sebabnya Rasul Paulus berkata, Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,  yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (Roma 1:6-7). Jadi jemaat Galatia cepat sekali berbalik dari hal yang penting (iman kepada Kristus) yang diajarkan dan mengikut allah dan injil yang lain, memelihara hal-hal yang dianggap penting , semua dikerjakan seolah-olah tidak mengenal Kristus (seolah-olah berada dalam kuk hukum Taurat yang tidak boleh melakukan ini-itu). Kebodohan seperti ini membuat Rasul Paulus marah kepada  jemaat Galatia. Rasul Paulus jarang menyebut suatu jemaat dengan julukan “bodoh”. Mungkin ini baru satu-satunya. Bodoh karena hal yang berharga dilepaskan dan digantikan dengan hal-hal yang tidak berharga. Mereka menyia-nyiakan iman dan pengorbanan Kristus seperti apa yang sudah diberitakan oleh hamba-hamba Tuhan kepada mereka. Betapa orang Galatia yang menerima begitu banyak anugerah Tuhan, tetapi mereka melepas iman dan mencampur-adukkan dengan hal-hal yang tidak benar. Walaupun kita menyebut mereka murtad tapi kita bisa sebut mereka sinkretis (bercampur yakni  percaya Tuhan tetapi juga percaya yang lain-lain). Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. (Galatia 4:10). Apa maksudnya? Rasul Paulus sedang mengingatkan mereka bahwa kamu lebih percaya kepada tahayul. Coba kita menilik diri kita sendiri sebagai orang Kristen, masih tidak kita memelihara hari-hari tertentu? Dengan 1.001 macam alasan, ada yang selalu mencoba membenarkan diri sebenarnya hanya karena ingin memelihara hari-hari tertentu
Suatu hari saya pergi ke Monas. Hari itu entah mengapa, orang dunia mungkin mengatakan saya sial sekali. Waktu itu, saya dan mu-shi mau pergi ke Monas. Kami suka berjalan kaki keliling-keliling di sana. Waktu mau naik mobil, sandal saya putus. Akhirnya saya berkata kepada mu-shi ,”Hayo mu-shi mampir dahulu untuk membeli sandal”. Karena hari masih siang dan terang, mu-shi mengusulkan,”Hari masih terang, panas juga di Monas. Kita mampir dulu ke Pasar Baru. Nanti beli sandalnya jangan yang macam-macam, tetapi beli saja yang bagusan.” Maka kami pergi ke Pasar Baru dan membeli sandal yang bagusan. Lalu pk 16.30 kami balik ke Monas dan kemudian  jalan-jalan dengan sandal baru. Monas sebenarnya bersih tapi karena saya tidak melihat ada setumpuk kotoran anjing maka saya menginjaknya. Saya baru tahu setelah mencium ada bau. Ya ampun, sandal baru saya! Saya kesal sekali tapi tidak tahu harus kesal kepada siapa? Saya tidak tahu siapa yang punya anjing. Alternatif yang saya hadapi untuk sandal yang baru dibeli tersebut : ditinggalkan  atau ditenteng lalu dicuci. Akhirnya saya menetapkan hati untuk meninggalkannya  karena saya tidak membawa plastik kresek juga. Sepanjang jalan saya ngomel. Siapa sih yang mengira Monas menjadi tempat buang kotoran anjing. Mu-shi berkata, “Bisa jadi anjing liar bukan anjing peliharaan!” Akhirnya saya berkata,”Olah raga tetap jalan” akhirnya saya berjalan  tanpa alas kaki. Ini kejadian pertama.
Kejadian kedua, pada tahun 1998 sesudah kerusuhan saya pergi dengan naik kendaraan dari Jakarta ke Bengkulu selama beberapa puluh jam. Di tengah jalan sekitar pk 23 saya merasa ingin buang air kecil namun tidak ada toilet umum. Kemudian terlihat ada kampung kecil sehingga  saya ketok pintu untuk permisi buang air kecil. Yang empunya menjelaskan,”Di sini orang tidak pakai kamar mandi.” Lalu saya diantar ke belakang yang gelap. Saya pikir dia akan antar ke kamar mandi. Ternyata saya diantar ke kebon dengan banyak pohon keladi yang daunnya lebar-lebar. Saya diajarkan, “Petik daun keladi untuk tatakan. Nanti kalau buang air besar, buang daun keladi. Tetapi kalau buang air kecil, daun keladinya dibuang ke tempat sampah”. Akhirnya tidak jadi dan saya pikir nanti akan mencari pom bensin. Lalu saya jalan mau pulang, namun dalam perjalanan itu saya menginjak lagi hal yang sama. Tetapi yang jelas, itu kotoran manusia! Bagaimana perasaan saya hari itu?  Kondisi saat itu sudah malam dan saya merasa jijik sekali! Contoh pertama untuk kiasan. Banyak orang setiap kali mau buang hajat di kampung berbicara ke tanah atau tanaman,”Permisi ya saya mau ….” Saya berkata ke mu-shi, “Kalau begitu caranya, tidak perlu permisi. Apa gunanya takut kepada mereka semua tapi buat susah orang!” Ada juga yang suka melihat hari (hari ini bagus dan tidak bagus). Darimana kita tahu hari ini bagus atau tidak? Kalau kita tidak melakukannya di dalam iman kepada Tuhan sebenarnya kita sedang mendua hati.

b.  Dalam pasal 2 dan 4, Rasul Paulus mulai membeberkan letak kesalahan (seharusnya kamu begini-begitu). Rasul Paulus menunjukkan pembelaan , tantangan dan keberatan. Ia memberikan kesaksian pribadi dan bukti dari Alkitab.
Rasul Paulus beragumentasi kepada mereka. Apa yang kamu lakukan salah. Seharusnya kamu begini dan begitu pada pasal 2 dan 4. Pada perikop terakhir, Rasul Paulus mengimbau agar mereka bertobat dan kembali pada jalan Tuhan. Salah satu hal yang diingatkan kembali dalam pembelaan iman Rasul Paulus untuk jemaat Galatia ini adalah yang dikatakan Rasul Paulus pada pasal 4:4. Rasul Paulus mengingatkan bahwa setelah genap waktunya Allah mengutus anakNya. “Allah sangat menepati janji dan tepat waktu. Itu yang Rasul Paulus ingin sampaikan kepada mereka. Karena Allah pencipta atas waktu dan ia berkuasa kapan, di mana dan bagaimana. Itulah Allahmu. Allah yang menentukan bukan kamu yang tentukan. JanjiNya yang sudah ratusan tahun digenapiNya pada waktunya, tepat pada waktunya.” Baca lagi Alkitab apakah kamu lupa peristiwa di mana malaikat menceritakan tentang kelahiran Kristus di kota Betlehem oleh Maria. Apakah kamu lupa Tuhan melakukan segala sesuatu tepat pada waktunya? Ia tidak pernah lebih cepat (instan) atau lambat dari proses (selalu tepat). Ia memakai proses, tetapi Ia tahu kapan, di mana dan bagaimana untuk melakukan segala sesuatu.

3 Nilai Ketepatan Waktu Allah

1.     Nilai historis (sejarah) yang sangat tepat waktu.
Waktu lahir, Yesus Kristus ada di zaman di mana orang Israel di bawah pemintahan Romawi. Mengapa Allah memilih zaman di mana Israel sedang ditindas oleh orang Romawi? Karena Allah tahu, orang Romawi sangat mementingkan infrastruktur dan administrasi yang rapi di dalam kerajaannya untuk menunjang kekuatannya. Ia membangun banyak jalan agar bisa memantau kalau ada pemberontakan – pemberontakan kecil di daerah Israel. Ia membuat administrasi negara yang rapi. Itu sebabnya Kaisar Agustus melakukan sensus semua penduduk karena ia mau tahu di mana kekuatan dan kelemahan daerah-daerah kekuasaannya. Justru di masa itu, Kristus lahir dan memiliki banyak keuntungan untuk menggenapakan rencana Allah. Allah memakai masa itu dengan tepat untuk menyelesaikan janjiNya.
Orang Majus bisa datang karena infrastruktur yang cukup baik. Yusuf bisa meninggalkan kota Betlehem , lari dari kemarahan Raja Herodes ke Mesir karena infrastruktur yang baik. Tersebarnya berita kelahiran Yesus di Betlehem bisa dengan cepat sampai ke Palestina karena ada infrastruktur yang baik. Mengapa ini bisa dicatat dalam sensus sejarah orang Romawi? Karena administrasi negara mereka baik  bahwa di masa Raja Agustus ada sensus dan sensus itu membuat Yusuf dan Maria harus kembali ke Betlehem dan di Betlehem Yesus lahir.  Semua itu punya nilai sejarah. Tuhan tidak sembarangan. Sama seperti Tuhan tidak sembarangan menaruh kita di tengah zaman ini. Minimal di kota Jakarta yang bisa merasakan waktu Jokowi jadi gubernur dibandingkan zaman Foke, sekarang bisa merasakan bagaimana saat A Hok dan Anis jadi gubernur, merasakan saat Jokowi dan SBY jadi presiden. Semua kita alami saat ini. Dulu kita dengar di desa-desa banyak gereja ditutup, tetapi sekarang ini di kota besar kita alami. Itu proses  yang  tidak pernah lepas dari Tuhan maunya apa.

2.     Nilai budaya
Saat Yesus lahir , ada satu bahasa yang ditentukan sebagai bahasa Yunani pasaran yang digunakan di masyarakat (bukan bahasa yang digunakan oleh filsuf). Itu sebabnya semua orang bisa membicarakan dan mengerti dengan baik perihal kelahiran Yesus Kristus (tidak ada yang tidak tahu karena bahasanya sama). Para gembala yang ‘bodoh’ (dianggap begitu oleh orang-orang lain) mengerti. Elizabeth mengerti, Maria mengerti. Mereka semua walau pun status sosial yang berbeda tapi punya satu bahasa yang sama yang membuat mereka mengerti berita kelahiran Kristus . Semua Tuhan pakai agar semua orang bisa mengerti.

3. Nilai Teologis.
Nilai ini jelas diberikan pada masa yang sulit, Allah berjanji, menguatkan jemaatnya dengan suatu keyakinan,”Aku tidak akan meninggalkan engkau di masa sulit. Justru di masa sulit Aku menggenapkan janjiKu. Aku tidak akan meninggalkan engkau.” Di tengah-tengah masa kesulitan politik dan juga di tengah masa kesulitan-kesulitan rohani. Kesulitan rohani karena sejak zaman Malaekhi hingga malaikat memberitakan kepada para gembala ada rasa sunyi selama 400 tahun. Itu masa kelam dan sunyi. Masa di mana Allah tidak bicara satu kata pun kepada umatNya. Seolah-olah Allah membiarkan. Selama 400 tahun tidak ada kata (firman). Seperti orang berjalan di tengah malam, tetapi tidak ada pelita dan api yang menuntun. Secara rohani, itulah kegelapan bangsa Israel. Tetapi di tengah kegelapan itu, Allah datang memberikan satu kegenapan (Kristus Sang Mesias yang dijanjikan). Jadi saat Rasul Paulus mengingatkan jemaat Galatia,“Setelah genap waktunya, Allah mengutus anakNya.” Inilah kebenaran yang kamu tukar dengan kebenaran yang sebenarnya bukan kebenaran (kamu bodoh sekali). Itu yang Rasul Paulus sedang ingatkan jemaat Galatia.

Dari sini kita bisa belajar. Allah bukan hanya tepat waktu tetapi Allah juga menciptakan kita dalam waktu yang terbatas. Kita diberi waktu yang sama tapi tidak terbatas. Semua diberi 24 jam/hari. Dan semuanya itu terbatas karena satu hari akan meninggal (kecuali Henokh dan Nabi Elia). Waktu kita terbatas dan semua itu sama. Kalau begitu apa yang bisa kita pelajari? Allah yang tidak terbatas itu membatasi diriNya dalam waktu, menepati janjiNya di dalam waktu, menciptakan manusia di dalam waktu. Ia meminta manusia bisa bertanggung jawab di dalam waktu. Allah rindu manusia pandai mengisi waktu. Jangan membuang dan menyia-nyiakan waktu.
Saya dan mu-shi beberapa kali menyampaikan apa yang pernah kita dengar dan baca. Pdt. Stephen Tong pernah berkata,”Waktu itu adalah teman yang paling setia tetapi hakim yang paling bengis”. Hakim yang paling kejam adalah waktu. Mengapa waktu adalah teman yang paling setia? Sejak kita lahir di dunia ini, dialah yang  menemani sampai kita mati. Kalau kita menanam yang baik, maka kita akan menabur yang baik. Itu akan terlihat di dalam waktu. Waktu yang akan membuktikan siapa kita. Tidak perlu bela diri. Proses itu yang akan membuktikan siapa kita. Waktu adalah teman tetapi ia adalah juga hakim yang kejam. Kalau kita tidak menggunakan waktu dengan baik maka ia akan memperlihatkan kepada kita dan dunia siapa kita sebenarnya. Dari kita dituntut pertanggungjawaban waktu. Pandai-pandailah mengisi waktu dan bertanggung jawab untuk melakukan segala sesuatu di dalam waktu kita  yang terbatas.

Mari kita memberikan waktu yang terbaik untuk Tuhan. Allah sudah memberikan waktu yang terbaik buat kita, tidak pernah terlalu cepat atau lama dan tidak pernah Dia lupa. Kita juga harus belajar memberi waktu yang terbaik. Bagaimana melakukannya?
-        Berilah waktu untuk Tuhan dan untuk  membaca firman Tuhan pada saat otak kita masih segar , bukan pada sisa kelelahan (seharian sudah lelah sehingga tak bisa berpikir lagi). Jangan baca Alkitab saat mata berkunang-kunang karena terlalu lelah, jadi jangan waktu itu yang diberikan ke Tuhan tetapi gunakanlah waktu yang paling segar dan jernih. Baru kita bisa membaca dan menerima dengan otak yang jelas.
-        Memberikan masa di mana tenaga kita dan otak kita itu masih kuat. Saya tidak mengatakan yang sudah tua tidak perlu. Ini tidak bicara tentang masalah muda dan tua. Selama kita masih bisa berpikir, punya tenaga , maka berikan kepada Tuhan sesuai dengan apa yang ada saat ini. Jangan menjadi orang Kristen yang manja dan merasa tidak bisa apa-apa. Lama-lama benar-benar tidak bisa apa-apa karena terlalu mensugesti diri seperti itu. Seharusnya bisa sesuai dengan kemampuan, tenaga dan otak saat itu. Mungkin tubuh kita lemah tidak bisa apa-apa tapi otak kita masih sehat dan segar. Kita masih bisa melakukan sesuatu dengan otak kita. Kita jangan menjadi orang yang terlalu banyak berkilah dibalik 1.001 alasan yang intinya malas, tidak mau berbuat sesuatu. Mari berhenti untuk hal itu karena kita tidak bisa menjadi maju kalau terus seperti itu. Kekristenan hanya jadi omong kosong kalau masing-masing pribadi orang Kristen tidak tahu celah di mana dia bisa beranjak dan berjalan . Karena Tuhan kasih kita kemampuan untuk itu. Saya rindu jemaat GKKK Mangga Besar (termasuk yang punya kesulitan hidup ,tantangan kerja) pasti ada celah (sesuatu) yang bisa kita kerjakan. Kalau kita bicara tentang memberikan waktu yang terbaik untuk Tuhan. Karena itu mari kita maju bersama-sama supaya jangan sampai ada  orang yang menganggap kita bodoh seperti kata-kata Rasul Paulus yang sedih dan marah kepada jemaat Galatia.

Kesimpulan

Pada Galatia pasal 1 dan 3 menampakkan kemarahan dan kesedihan Rasul Paulus terhadap “kebodohan” jemaat Galatia karena melepaskan iman kepada Kristus dan menggantinya dengan mencari hal-hal yang duniawi. Sedangkan pasal 2 dan 4 bersifat apologetis, Rasul Paulus membela iman, menunjukkan kesalahan cara pandang orang Galatia, memberi bukti pengalaman pribadi dan bukti dari Alkitab serta menghimbau mereka untuk kembali pada iman di dalam Kristus.
Pada Galatia 4:4 diperlihatkan bahwa Allah pencipta waktu, berkuasa untuk menetapkan waktu yang paling tepat untuk bertindak, terutama masalah karya keselamatan. Ada nilai : historis, budaya dan teologis. Allah menepati janji yang diucapkan, digenapi oleh waktu. Manusia harus : pandai / bijak mengisi waktu, bertanggung jawab dan memberikan waktu yang terbaik untuk Tuhan.


No comments:

Post a Comment