Wednesday, December 26, 2018

EL-ROI (Allah yang Melihat)

Ev. Mulyani Gulo

Kejadian 16:1-13
1  Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.
2  Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
3  Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu,  —  yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan  — , lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.
4   Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.
5  Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: "Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau."
6  Kata Abram kepada Sarai: "Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.
7   Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur.
8  Katanya: "Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?" Jawabnya: "Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku."
9  Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya."
10   Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya."
11  Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.
12  Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya."
13  Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: "Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?"

Lonely (Kesepian)

Apakah pernah mengalami perasaan sedih? Perasaan sedih adalah sebuah perasaan yang sepi sekali pun berada di tengah-tengah keramaian. Ada yang merasa sendiri, tidak ada yang peduli, menghiraukan, sama sekali tidak ada yang tahu apa yang dirasakannya. Saat itulah orang berada dalam kondisi kesepian (lonely). Akhir-akhir ini ada banyak orang yang merasa kesepian. Banyak orang merasa stress namun menyimpannya sendiri. Saya pribadi memberikan conselling di Mal Season City Jakarta Barat setiap hari Kamis. Di zaman ini orang bergebu-gebu mencari segala sesuatu di dalam dunia, sesungguhnya jiwa manusia merasa semakin sepi (banyak yang lonely).

Kesepian di Tengah Keramaian

Ada orang yang merasa sepi di tengah – tengah keramaian (dia merasa sendirian walau ada banyak orang). Ciri-ciri orang yang merasa kesepian di tengah keramaian :
a.     Orang-orang di sekitarnya tertawa lepas, sedangkan ia tertawa setengah hati.
b.    Orang lain semua tersenyum lebar (dari dalam hati). Saya belajar psikologi pastoral dan counselling. Saya bisa melihat dari wajah orang, apakah orang tertawa atau tersenyum dari hati atau setengah hati. Kalau ia melakukannya dari hati , maka senyumnya lebar. Kalau lagi sedih hatinya, ia akan menyapa dengan kurang bersemangat (setengah hati).
Ironisnya orang seperti ini walau berada di tengah keramaian merasa sepi. Lebih ironis lagi ada banyak orang yang tidak peduli dengan orang lain dan perasaan orang lain, sekalipun bersama-sama (duduk dan diam bersama-sama)  dan kelihatannya bahagia. Maka tidak jarang dalam perkumplulan orang banyak, sesungguhnya berkumpul orang-orang yang kesepian dan pura-pura bahagia. Mudah-mudahan di dalam setiap ibadah, kita tidak menjadi bagian dari orang banyak yang sebenarnya sedang merasa kesepian.

Kesepian di Tengah Kesendirian

              Lebih ironisnya lagi , ketika ia merasa di tengah orang banyak orang merasa kesepian dan tak satu pun orang lainnya yang peduli. Hari-hari ini banyak orang merasa EGP (emang gue pikirin, kamu mau apa memang gue pikirin? Yang penting gue senang). Saya baru mengajar kemarin tentang “Saya Murid Yesus”. Ada 2 dimensi arah dalam ibadah  yakni  arah vertikal (kepada Tuhan) dan arah horizontal. Saat beribadah lebih banyak arah yang vertical (yang penting memuji Tuhan seperti dengan menyanyi lagu “Suci, Suci, Suci”) setelah selesai langsung pulang, tidak peduli dengan yang lain (dengan orang-orang yang berada di kiri-kanan saja tidak mau menyapa). Betapa ‘garing’-nya. Maka banyak orang berkumpul yang merupakan perkumpulan orang kesepian. Yang kedua, situasi yang dihadapi oleh orang yang kesepian adalah kesepiaan di tengah-tengah kesendirian. Ini  yang lebih bahaya. Kalau tidak bisa mengendalikan diri, maka ini bisa mengakibatkan orang bunuh diri. Sudah banyak orang yang bunuh diri karena kesepian. Di lingkungan orang banyak, tidak ada yang peduli dan peka dengan hatinya, sehingga dia menjadi sendiri dan  akhirnya banyak orang gantung diri dan bunuh diri. Banyak artis dan orang kaya yang mengakhiri hidupnya karena merasa kesepian.
              Salah satu personel SHINee, Jonghyun ditemukan tak sadarkan diri di apartemen sewaannya pada 18 Desember 2017 lalu. Namun sayang, nyawanya tak tertolong lagi saat ia dilarikan ke rumah sakit. Dari hasil penyelidikan, Jonghyun tewas akibat menghirup gas karbon monoksida. Cara ini banyak digunakan oleh warga Korea Selatan untuk mengakhiri hidupnya. Sebelum memutuskan bunuh diri, Jonghyun menuliskan surat kepada sahabatnya, penyanyi Nine dari grup idola Dear Cloud. Melalui surat tersebut, Jonghyun mengungkapkan dirinya sedang mengalami masa yang berat hingga membuatnya depresi dan memilih mengakhiri hidup untuk menghilangkan kesedihan dan penderitaan. "Diri saya hancur dari dalam. Depresi perlahan menggiring saya dan telah melahap saya. Saya tidak dapat mengatasinya," tulis Jonghyun. Rupanya kesepiaan ini dituangkan dalam lagu ciptaannya , salah satunya berjudul “Lonely”. Tidak ada menyangka selama ini di balik canda, senyum dan tawanya  yang ia tunjukkan di hadapan penggemarnya, ternyata dirinya merasa depresi dan kesepiaan yang kerap dituangkan dalam lagunya. Ia disoraki dan ditepuki banyak orang namun sebenarnya hatinya kesepian.

Mengapa Orang Merasa Kesepian?

Orang merasa kesepian karena dia menanggung bebannya sendirian, tidak ada teman yang bisa mendengarnya. Bahkan mungkin tidak ada yang tahu beban dan persoalannya, karena dia menyimpannya sendirian. Tidak ada teman yang bisa mendengarnya, bahkan mungkin ada yang tahu persoalan atau beban yang dialaminya tetapi tidak ada yang peduli. Tidak ada yang mau mendengarnya, tidak ada yang mau menolongnya, tidak ada yang mengerti isi hatinya bahkan tidak ada yang memberinya jalan keluar dari persoalannya.

Saya berharap hal itu tidak ada dalam gereja dan rumah kita. Sebenarnya kita banyak mengalami luka. Orang yang merasa kesepian, maka tidak jarang anak tidak betah di rumah dan mencari kesenangan di luar? Karena di sana ada jiwa yang hilang. Di dalam rumah tidak ada yang mau mendengarkan dan tidak ada yang mau tahu walau berkumpul. Tidak jarang, suami hanya mencari kesenangan sendiri karena di dalam rumah tidak ada yang peduli  dan tidak ada yang mau tahu akan isi hatinya. Istri mencari kesenangan sendiri karena kesepiaan. Walau ramai  keluarga tidak jarang kumpul tetapi tidak ada yang tahu satu dengan yang lain apa yang menjadi pergumulan satu dengan lain. Saat berkumpul tapi sibuk dengan diri sendiri.

Hagar Sedang Sendirian dan Kesepian, Tidak Ada yang Peduli

              Hagar sedang merasa sendirian, sedih dan kesepian. Ia merasakan kesepian yang sangat. Tidak ada yang peduli dan mencari tahu tentang Hagar. Ia berjalan sendirian. Tidak ada yang mau tahu dan memberi jalan keluar. Hagar menanggung bebannya sendiri. Masalah ini sebenarnya bermula ketika Sarai “mengawinkan” suaminya (Abram) dengan Hagar. Sarai tidak sabar menanti janji Tuhan, proses yang dikerjakan Tuhan sehingga ia mengambil jalan pintas. Ketika kita mencari jalan keluar sendiri dan tidak menunggu kehendak Allah (jalan yang dirancang Allah), malah menghasilkan persoalan yang lain. Kemudian Abram mengikuti, tetapi efeknya sangat besar. Hagar tidak pernah berharap apalagi bermimpi menjadi istri tuannya. Ia hanya seorang hamba (budak). Tetapi Sarai melakukan itu dan Abram setuju, sehingga terjadi perkawinan itu. Tetapi karena satu kalimat bahwa Hagar ketika tahu bahwa ia mengandung maka ia memandang rendah nyonyanya. Ini titik persoalannya. Maka Sarai menjadi marah besar. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, hukum antara tuan dan budak pada waktu itu, rasanya mustahil (tidak masuk akal) kalau Hagar berlaku kasar , berlebihan dan tidak sopan kepada Sarai. Karena saat itu, seorang tuan atau nyonya punya hak 100% atas budaknya. Ia bisa memperlakukan apa saja karena ia punya hak. Ia bisa mengusir budak-nya dan apa saja. Maka logikanya adalah kalau Hagar berlaku tidak sopan dan berlebihan terhadap Sarai, berarti ia sedang melakukan tindakan bunuh diri. Ia tahu apa efeknya.
              Kalau kita bisa gambarkan, Hagar merasa dibutuhkan, karena Sarai dan Abram  sedang menunggu anak dan merasa percaya diri. Tetapi yang terjadi sebenarnya Sarai mulai cemburu terhadap Hagar. Itu memancing dia bertindak berlebihan. Kejadian 16:6b dikatakan Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya. Bukan hanya itu. Kalau didramatisir, yang memulai adalah Sarai tapi yang marah-marah adalah Sarai juga. Ia bahkan mengatakan ke Abram, "Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau." (ayat 5). Dia bahkan membawa-bawa nama Tuhan. Sarai kalau diibaratkan dalam lagu,  “Engkau yang memulai kau yang mengakhiri. Kau yang memberi, kau yang marah-marah.” Memang banyaknya wanita seperti itu. Di rumah ada hukum suami-istri, salah satunya, “Istri selalu benar sekali pun salah dan suami selalu salah sekali pun benar.” Itu hukum yang tidak tertulis tapi itu salah satu hukum dalam hubungan suami-istri. Sarai yang memulai tetapi menyalahkan Abram.
              Efeknya apa? Yang menjadi korban adalah Hagar. Dikatakan,”ia menyiksa” (=menindas).Sarai sengaja menyiksa dan membuat Hagar tertekan, supaya Hagar tidak tahan. Coba kita bayangkan kesedihan hati Hagar dan kondisi psikisnya. Ia tidak pernah meminta dan mengajukan dirinya, ia hanya ingin menolong atas dasar permintaan tuan dan nyonyanya, tetapi saat mulai mengandung dan perutnya besar, nyonyanya marah-marah kepadanya dan menyiksa dirinya sedemikian rupa. Bahkan Abram yang menjadi ayah kandung dari anak di dalam perutnya tidak membela dia sedikitpun sehingga ia melarikan diri. Bisa dibayangkan betapa sedihnya Hagar. Saya yakin Hagar itu seorang perempuan dan ia menangis. Saat ia pergi tidak ada yang menahannya. Mungkin ia berharap Abram menahannya (mungkin lewat pintu belakang). Tidak ada yang tahu, tahan dan peduli, ia pergi dengan bercucuran air mata. Ia membawa perutnya yang sudah besar. Itu adalah anak kandung dari Abram. Ia tidak pernah menginginkannya karena ia hanya mencoba membantu tuannya tapi pada akhirnya ia pergi. Mungkin kalau ibu-ibu di sini yang mengalaminya sudah histeris. Dalam kondisi sedemikian Malaikat TUHAN langsung datang. Di saat Hagar sedang benar-benar sedih menghadapi semuanya sendiri, tidak ada peduli, yang mau tahu, membiarkan ia menghadapi kesulitan sendiri pada saat itu Malaikat TUHAN datang.
              Malaitkat Tuhan berkata, "Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya." "Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya." Malaikat Tuhan menyapa dan memberikan dia jawabannya di tengah-tengah kesendiriannya. Itulah sebabnya Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: "Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?" (Kejadian 16:12) Dia melihat sampai ke dalam. Ia melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain. Ia mengerti sesuatu di hati orang-orang, ia peduli untuk sesuatu yang tidak dipedulikan orang lain. Tetapi justru dalam keadaan seperti itu, Allah yang EL-ROI itu datang secara langsung menyapanya dan memberikan dia jawaban

El-Roi (Allah yang Melihat)

Allah melihat segala sesuatunya. Tidak ada yang tersembunyi apa pun  yang kita rasakan Allah melihat, bahkan yang tidak bisa dilihat manusia sekalipun. Allah melihat sampai ke dalam lubuk hati kita, segala sesuatu apa yang kita rasakan dan alami, sekali pun orang lain tidak ada yang mau peduli , mau tahu dan melihat. Tetapi ada satu pribadi yang melihat dan memahami sampai ke lubuk hati kita, dialah El Roi. El Roi = Allah yang melihat seluruh isi hati kita. Apa yang kita rasakan, bahkan sekalipun itu sesuatu yang tidak bisa katakan dalam mulut kita. Bahkan sesusatu di dalam diri kita yang kita sendiri tidak tahu, sesuatu yang tidak kita tahan. Ada saatnya. Ada titik tertentu, ketika kita memiliki banyak beban yang datang silih berganti sampai kita tidak tahu apa yang menjadi persoalan kita. Pernah merasakannya? Kalau masalah datang dan ditumpuk sehingga kita merasa galau , tidak menentu , hampa dan stress dan orang bertanya ada apa dengan diri kita? Kita berkata,”Masalah kita apa ya?” karena terlalu banyaknya dan bertumpuk-tumpuk. Kalau kondisi seperti ini jangan dibiarkan. Ibarat aliran listrik, kondisinya sudah mendekati korslet. Semakin lama masalah semakin bertumpuk dan tidak dimengerti masalahnya, ujung dan awal masalahnya tidak dimengerti, maka hal ini sudah mendekati korslet maka lama-lama bisa komat-kamit sendiri (omong-omong sendiri) maka perlu konseling. Bahkan Allah yang El Roy bisa melihat sampai ke dalam hati kita. Bahkan yang tidak bisa kita lihat di dalam diri kita pun Allah yang El Roy bisa melihat. Oleh karena itu ketika engkau sedang merasakan  tidak ada yang peduli, tidak ada yang mau cari tahu, tidak ada yang mau tahu, jangan pernah merasa sedih karena Allah bersama denganmu. Saat-saat menyakitkan itu, Hagar disapa oleh Malaikat Tuhan. Tetapi bukan berarti bahwa  kita tidak mau peduli dengan orang-orang yang berada di kiri-kanan kita. Ada 2 dimensi arah : vertical dan hizontal. Dalam perkumpulan umat Tuhan, banyak yang hanya melihat yang atas saja (vertical). Tidak selalu Allah seperti menyapa saja (langsung datang Malaikat Tuhan) tetapi Tuhan juga bisa memakai kita semua untuk melihat, untuk peduli dengan orang yang berada di sekitar kita.
Anak-anak Tuhan  yang benar-benar anak Tuhan mengenal kedua arah  ini : vertical dan horiozontal. Sekarang setelah selesai ibadah di gereja dan setelah mendengar firman Tuhan dan memuji Tuhan langsung pulang. Kita tidak bisa mengerti dan peduli dengan orang itu kalau kita tidak berkomunikasi dengannya.
Beberapa waktu lalu  di salah satu lingkungan sekolah teologia di luar Jakarta dan Pulau Jawa, ada sebuah keluarga yang tinggal di sana dan  menjaga lingkungan sekolah teologia tersebut. Suatu ketika anak laki-laki dari bapak yang menjaga sekolah ini, kurang lebih kelas 2 SMA  ditemukan gantung diri di kamar mandi di lingkungan sekolah teologia sehingga membuat gempar di sana. Tidak ada yang peduli. Setelah kematian anak itu, banyak yang ditanya. “Bagaimana gelagatnya akhir-akhir ini?” Ada mahasiswa yang menjawab,”Dia kelihatannya murung”. Tetapi tidak ada yang bertanya mengapa ia murung. Itulah dunia hari orang berpusat pada diri sendiri. Padahal kita semua membutuhkan sapaan dan dukungan orang lain. Ironis bukan?
              Ada juga seorang ibu rumah tangga yang tinggal di rumah mertua. 2 tahun setelah pernikahan, suaminya ada main dengan perempuan lain dan menjadi kasar sekali. Istrinya coba bertahan. Istrinya ini adalah seorang guru Sekolah Minggu. Oleh mertuanya ia cukup disiksa dan dijadikan tukang cuci. Papa mertuanya sakit sehingga ia harus menjaga papa mertuanya. Suaminya punya toko tetapi tidak memberi uang lagi ke istrinya dan berharap semua baik-baik saja. Bagaimana keadaan hati perempuan itu?  Terkadang setelah selesai cuci di rumah mertunya ,ia mencuri-curi waktu untuk mencuci baju di rumah orang lain supaya mendapat penghasilan. Suatu kali saya bertanya tentang bagaimana pernikahannya. Rupanya sudah 15 tahun pernikahan berjalan, ia tetap bertahan sampai anak-anaknya lulus kuliah. “Bagaimana kamu bisa bertahan?” saya bertanya. Ia menjawab,”Ada Tuhan Yesus temani saya!”. Ia tetap bertahan menjadi guru Sekolah Minggu. Yang lebih ironis, hamba Tuhannya juga tidak tahu dan bahkan tidak pernah tanya mengapa suaminya tidak pernah ke gereja. Bahkan anaknya yang kedua tidak pergi ke gereja dan tidak ada yang menanyakannya. Sampai hari ini tidak ada yang bertanya. Saya bertanya kepadanya, “Ada apa dengan engkau? Bagaimana engkau bisa bertahan?” Jawabannya, “Ada Tuhan Yesus yang menemani saya.” Hari ini apakah kita sedang merasa tertekan, sendiri, tersiksa, dibuang , ada dalam keadaan tidak dianggap , tidak dihormati dan tidak lagi dihargai, dipedulikan, tidak ada yang mau membela dan mau tahu dengan hidup kita, mungkin hari ini kita berada di ujung putus asa, tetapi Tuhan berkata, “Engkau punya Allah yang El Roi.” Saat-saat seperti  itu, Allah begitu dekat dan Ia sedang menyapa kita, “Aku mendengar ceritamu.”.

Penutup

Allah yang mampu melihat apa yang tidak dilihat manusia, melihat apa yang tidak terkatakan. Bahkan mampu melihat sampai ke dalam lubuk hati kita melebihi dari kita melihat diri kita sendiri. DIA MELIHAT, DIA MENDENGAR dan  DIA MEMBERI JAWABAN..!! Sebagaimana Hagar bertemu El-Roi. Di tengah keputusaasaan Hagar bangkit kembali. Ia turut kepada kehendak Tuhan untuk kembali kepada tuannya. Siang ini kita belajar tentang Allah  yang melihat sampai ke dalam lubuk hati kita. Sesungguhnya kita tidak sendiri karena ada Allah bersama saya. Datanglah kepada Allah dan berserulah : “Ya Allah, Ya Allah. Dengankanlah”. Tetapi sebagai anak-anak Tuhan, yang mengenal kasih Allah dan satu dengan lain, jangan menjadi jemaat yang egois. Jangan sampai   perkumpulan ibadah kita menjadi perkumpulan orang-orang  yang kesepian dan kurang bahagia. Mari kita menjadi bagian dari hidup yang lain. Peduli kepada keadaan orang lain. Supaya kita tumbuh bersama dan bergandengan tangan di tengah hidup. Kalau yang lain tidak peduli, ada Allah yang El Roi.


No comments:

Post a Comment