Friday, December 28, 2018

Go, Love and Care





Pdt. Fu Kwet Khiong M.A.

2 Korintus 11:23-25
23  Apakah mereka pelayan Kristus?  —  aku berkata seperti orang gila  —  aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.
24  Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,
25  tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.

Pendahuluan

              2 Korintus 11:23-25 merupakan pengakuan seorang yang dulunya ‘preman’. Dengan posisi hidup manusia lamanya sebagai preman, saya tidak yakin orang berani melempari dia batu atau menyesahnya. Namun setelah Saulus diubahkan oleh Tuhan, justru ia didera, dipukuli dan dilempari batu. Yang mengejutkan saya, mengapa ia tidak mau membalasnya? Bukankah ia begitu garang dan bejat dulunya? Seorang Saulus yang telah berubah , ketika sudah menjadi seorang pelayan Tuhan, ia tidak lagi membalas segala deraan, cercaan dan hinaan. Dulu ia bernama Saulus, tetapi setelah mengalami Tuhan dalam hidupnya, ada sesuatu yang berubah. Ia bukan seorang yang beragama. Ini bedanya orang yang beragama dengan orang yang bertuhan. Bagi orang yang beragama, semakin ia beragama semakin tidak bisa menerima perbedaan. Bagi dia, semua orang harus sama dengannya. Bagi dia, orang yang berbeda dengan dia dari harus dilenyapkan (dianggap kafir). Orang itu tidak layak hidup dan ada di dunia . Tetapi ketika Saulus dijamah oleh Tuhan, ia berkata, “Aku pelayan Kristus. Aku didera, disesah dan dilempari batu.” Tetapi ia tidak membalasnya.
              Berita Natal adalah berita tentang kasih Tuhan yang telah datang ke dalam dunia. Kasih itu begitu luar biasa mengubahkan. Saya tidak mampu memahami kasih Tuhan. Bayangkan : Dia yang suci, kudus, kekal, mulia datang kepada manusia yang berdosa, hina, terbatas dan yang adalah debu. Betapa jauh perbedaan kita dengan Tuhan. Dia suci, kekal, tidak terbatas, mulia tetapi kita berdosa, sementara, terbatas dan hina. Tetapi Ia mau datang kepada kita. Inilah berita Natal , bagaimana kasih Allah yang begitu besar sehingga Ia turun ke dalam dunia untuk menolong kita.

Rasul Paulus yang Hina Dipilih Allah

              Di perikop 2 Korintus 11:23-25 kita melihat , bagaimana Allah dalam kasih dan penuh kepedulian hidup dalam umat Tuhan. 1 Kor 1:26-28 Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.  Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,  dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,
              Sewaktu membaca perikop ini, hati saya penuh dengan getaran. Kata “dipilih” di sini paling tepat oleh dikatakan Rasul Paulus. Saat menulis hal ini, mungkin air matanya mengalir deras dan saat mencatatnya mungkin dia terdiam. Orang yang hina dipilih oleh Allah. Orang yang berdosa dan tak terpandang dipilih oleh Allah. Saat mengatakan hal ini kepada jemaat Korintus, ia mengerti apa kata “dipilih”. Kalau bukan Tuhan yang memilihnya di Damsyik, ia tetap terhilang di hadapan Tuhan. Seharusnya ia dimurkai, tidak layak menerima kebaikan. Maka keselamatan dari Allah bukan dari menunggu kita menjadi baik terlebih dahulu atau berubah sedikit dahulu. Tetapi di tengah puncak kebejatan hidupnya Tuhan menjamahnya. Siapa pun yang Tuhan kirim ke gereja Tuhan agar diperhatikan.
              Dalam drama semalam, sang pencuri yang sudah ditolong masih diberikan kesempatan. Dunia hanya bisa mengerti ketika membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan kalau membalas kebaikan dengan kebaikan, levelnya sama. Apalagi kalau membalas kebaikan dengan kejahatan. Membalas kebaikan dengan kejahatan sifat yang digambarkan di sinetron-sinetron (kamu senang kan melihat saya jatuh?). Kalau membalas kebaikan dengan kebaikan itu sifat manusia (misal : saat Natal kirim parsel atau besok-besok kita kirim ke rumah lontong cap go me kemudian yang menerima membalasnya dengan memasukan telor asin ke dalam rantangnya lalu mengembalikan lagi). Membalas kejahatan dengan kebaikan itu sifat ilahi. Ini hanya dicontohkan Yesus Kristus ketika Ia berada di atas kayu salib. Dunia tidak bisa melahirkan sifat itu kecuali ia belajar dari  kayu salib.
              Rasul Paulus tidak membalas semua deraan, hinaan dan cercaan. Hatinya kalau ditusuk ibarat agar-agar. Bila ditusuk maka jarumnya masuk. Tapi kalau hatinya seperti balon maka saat ditusuk akan meledak. Sedikit telat meledak. Biarlah hati kita seperti agar-agar yang terus melenting. Kalau jemaat suka marah di gereja ibarat balon yang kalau ditusuk meledak. Jemaat Korintus, suatu saat dalam tulisannya, Rasul Paulus yang sudah berubah dan dipakai Tuhan begitu hebat berkata kepada jemaat Korintus,”Ingat saja saudara-saudara , bagaimana keadaan kamu ketika kamu dipanggil”. Bukankah ini kontradiksi? Memasuki tahun baru biasanya firman Tuhan yang dipakai”Aku melupakan apa yang ada di belakangku dan berlari kepada tujuan di  depan”. Berarti Rasul Paulus tidak konsisten? Di sisi kitab lain melupakan yang di belakang, tetapi kepada jemaat Korintus ia berkata untuk mengingat keadaan kamu saat dipanggil dahulu. Ini bukan Rasul Paulus tidak konsisten, tetapi harus mengerti konteks dari jemaat Korintus.

Belajar dari Jemaat Korintus

1 Kor 1:5  Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, 7  Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Jemaat Korintus adalah jemaat yang mengalami natal pertama. Ia termasuk jemaat gereja mula-mula. Mengapa Paulus memujinya sedemikian? Pujian ini ada maksudnya (bukan pujian dan peringatan yang biasa). Dari seluruh jemaat Tuhan yang pernah dibangun dari pelayanan Paulus seperti jemaat Filipi, Kolose, Efesus, Galatia, Tesalonika , jemaat yang paling diberkati , maju dan mengalami karunia-karunia adalah jemaat Korintus. Tidak ada jemaat yang pertumbuhannya dan kemajuannya secepat seperti Korintus. Buktinya Rasul Paulus berkata bahwa mereka kaya dalam segala hal dan pengetahuan, tidak pernah kekurangan karunia mana pun. Maka daftar karunia ada di 1 Kor 13 seperti  bahasa Roh, mujizat, pengetahuan, hikmat, nasehat dll. Lalu apa maksud Rasul Paulus menulis yang tadi (jangan lupa siapa kamu dahulu)? Ketika Rasul Paulus masuk ke kota Korintus dengan kota yang menyembah Dewi Artemis dan struktur masyarakat sedemikian rupa, Rasul Paulus menginjili di pasar, di depan kuil, di jalan-jalan dan di mana-mana mereka bertobat lalu dikumpulkanlah mereka. Latar belakang mereka adalah orang-orang biasa seperti pedagang di pasar, pendosa di kuil Artemis, orang-orang yang terbuang, ketika menjadi sebuah jemaat dan mengalami kasih Kristus, mereka berkumpul dan membangun tubuh Kristus. Mereka yang tidak ada apa-apanya, mereka diberkati, mengalami karunia dan mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Tetapi setelah itu mereka kehilangan pengenalan akan Allah. Hidup mereka jauh dari Allah.
Untuk itu kita belajar latar belakang jemaat Korintus. 1 Kor 1:10  Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Ini karya Tuhan di Natal pertama, di mana tidak ada perbedaan antara gembala, orang Majus, semua disatukan Tuhan dalam karya Tuhan. Tuhan ayng memegang tangan manusia, tidak ada perbedaan. Yang terjadi, orang yang mengalami perjumpaan Tuhan dan dalam pengakuan mereka mengenal Allah dengan karunia-karunia Tuhan yang luar biasa, Rasul Paulus menasehati mereka untuk apa? Masalahnya apa? 1 Kor 11-12  Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.  Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
Inti masalahnya : ketika dalam pelayanan kehidupan Rasul Paulus yang sudah dijamah Tuhan. Rasul Paulus menemukan orang-orang yang sudah mengenal Allah di Korintus dengan kebanggan mereka, tidak lagi menempatkan diri Tuhan di atas segalanya tetapi untuk golongan mereka saja. Bukankah Tuhan Yesus ketika datang telah meniadakan batasan antara Yunani dengan Yahudi? Bukankah Kristus ketika datang telah membatalkan sekat antar manusia dan sekat antara Bapa dan manusia (disatukan dengan pengorbanan Kristus di kayu salib)? Bagaimana mungkin jemaat Korintus yang mengatakan mereka memiliki banyak karunia dengan kesombongan akhirnya melupaakan Allah? Sehingga Paulus menasehatkan agar mereka setia sekata dan sehati sepikir. Ia adalah Tuhan yang tidak mempertahankan kesetaraan dengan Allah dan turun ke dalam dunia. Ini adalah fakta.
              Hari-hari ini pada perayaan Natal , ada sebuah target agar lebih unity (bersatu) dan mencontohi akan kesatuan Allah Tritunggal. Bahwa kalau Ia adalah yang unity, mengapa kita tidak bisa bersatu. Ini sulit dijalankan kalau tidak ada kasih dan kepedulian di dalamnya. Bagaimana mungkin ada kasih dan kepedulian kalau Tuhan tidak hadir dalam hidup kita, umatNya? Orang yang tidak memiliki kasih, maka ia tidak bisa mengalami kepedulian.
              Ketika bicara tentang jemaat ini, kita meneropong pelayanan Paulus. Dari hatinya mengalir ide-ide sorgawi. Bait Allah arsiteknya adalah Tuhan. Demikian juga dengan setiap firman yang kita terima, itu adalah wahyu dari Roh Kudus kepada para rasul dan nabi untuk menuliskannya. Berarti pikiran Allah ditaruh ke dalam dunia. Jadi tidak ada jalan lain kecuali setia , tunduk dan taat di dalamnya. Jangan membaca tulisan ini adalah pemikiran manusia. Ini wahyu dari Roh Kudus (pemikiran Allah). Perkataan Rasul Paulus agar seia- sekata jangan ada perpecahan karena ada perselisihan.
              Philip Yancey (1949, penulis buku dari Amerika) menulis ada psikolog yang melakukan sebuah penelitian. Ia mengambil kucing dan anjing dan dimasukkan ke dalam satu kandang. Awalnya mereka berantem, tapi dibiarkan saja. Mereka terus berkelahi tapi lama-lama capai sendiri. Hari pertama, kedua dan ketiga mereka ribut. Setelah seminggu lewat mereka akur dan dilepaskan. Waktu dilepaskan di luar mereka tetap akur. Anjing dan kucing waktu masuk ribut , tapi keluarnya damai. Namun ada yang awalnya menjadi majelis akur setelah selesai 4 tahun kemudian mereka ribut. Demikian juga dengan rapat sinode yang diadakan 4 tahun sekali. Saat bertemu dengan hamba Tuhan lainnya seperti reuni, dengan ramah saling menanyakan kabar dan pelayanan. Setelah 3 hari kemudian, keluar dari sidang ribut. Kucing dan anjing yang melihat manusia ribut mungkin berkata, “Mengapa tidak boleh ribut, kan mereka juga ribut?”.
              Di mana kasih dan kepeduliaan di dalam komunitas kita, kalau dimulai dari tubuh Kristus tidak bisa menyatakan kasih dan kepedulian itu? Seharusnya gereja memimpin dalam memberikan teladan. Kalau gereja tidak memulai menghapus sekat-sekat itu, dan menyatakan bahwa kasih Allah menyatukan kita maka saya mengasihimu dan peduli. Bukankah Rasul Paulus sudah mengatakannya ketika disesah dan didera? Kalau anak Tuhan hidup dalam Batasan sekat-sekat demikian saya ragu ia telah mengalami kasih Allah.
              Dalam kebaktian usahawan, ada nyanyian yang diubah,”Dalam Yesus kita bersaudara, dalam bisnis tetap bersaingan”. Di Korintus yang mengatakan mereka mengenal Allah, dengan bangga bisa berbahasa Roh, bisa menterjemahkan, karunia begitu rupa mereka hidup tidak lebih seperti anak kecil. Anak kecil harus bisa belajar mengasihi dan berdoa. Bagi Rasul Paulus mereka belum dewasa secara rohani. Rasul Paulus berkata, “Tuh kamu tidak ada apa-apanya. Ingat siapa kamu dulunya.” Setiap Natal selalu mengingatkan kita siapa kita di hadapan Allah. Natal berbicara bahwa kita tidak layak untuk dikunjungi tetapi Dia memutuskan meninggalkan kemuliaan dan mengunjungi-mengasihi kita. Tetapi Rasul Paulus seolah-olah berkata, “Hai orang Korintus tahu diri. Ingat dahulu kamu siapa? Waktu natal di GKKK Mabes, tidak kelihatan dan sekarang sudah jadi pengurus”. Itu anugerah. Ada yang sudah mengikuti perayaan Natal 5 atau 10 kali bahkan 20 kali. Orang Korintus jangan seperti kacang lupa kulitnya. Maka Rasul Paulus mengingatkan, menurut ukuran manusia tidak ada yang layak (itu hina) kalau bukan Tuhan datang  dan menjamah kita dan pernyataan Allah dalam hidup kita, maka Rasul Paulus berkata,”dipilih”.  Tuhan bisa mempertobatkan seorang bergelar professor sekali pun, menjamah seorang dokter yang hebat, pejabat atau pun konglomerat yang kaya-raya untuk melayani Dia. Kalau Tuhan bisa (dia mau pakai Tuhan yang hina dan tidak dianggap oleh dunia) lalu untuk apa Tuhan memakai orang-orang seperti ini? Mengapa Tuhan pakai Rasul Petrus yang hanya melayani dan seorang wanita yang mempunyai 5 orang suami dan Tuhan bertemu dengan dia. Mungkin ketika dia ke luar rumah, orang yang melihatnya berharap dia masuk rumah kembali atau terbatuk-batuk karena tidak tahan melihatnya. Perempuan Samaria itu seperti sampah, bejat , tidak bermoral serta merebut suami orang. Tetapi lihat Rasul Paulus mengatakan dengan jelas, dari hidup pertobatan ia mengalami perjumpaan   Damsyik. Ia berkata, “dipilih Allah" dari yang tidak terpandang dan hina  dipilih Allah. Saya baru pulang dari pelayanan dari Belitung dan Bangka dan membawa pulang Duren. Waktu dicium durennya ternyata salah pilih (kena bohong). Saya pikir , di Indonesia ada 5 agama / kepercayaan. Mengapa kita yakin bahwa kita percaya Tuhan yang pasti benar? Pilih duren saja bisa salah, kenapa pilih Tuhan yakin sekali? Setelah melihat kehidupan Rasul Paulus yang dijamah Tuhan, jawabannya bukan kita yang memilih Tuhan, tetapi Tuhan yang pilih kita. Jadi tidak mungkin salah karena Tuhan yang pilih. Maka Rasul Paulus menggunakan kata “dipilih”.
1 Kor 26-29  Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.  Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,  dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,  supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

Allah yang Mengambil Rupa Seorang Hamba

Natal pada awalnya berbicara Allah yang merendahkan diriNya sampai datang ia mengambil rupa seorang hamba (bukan rupa seorang pejabat atau konglomerat) untuk berjumpa dengan manusia. Ia merendahkan diri sedemikian ketika kita mengenal Allah, kita mengenal Dia. Mengapa kita tidak melakukan karakter ilahi di dalam hidup. Ketika mengenal Allah berarti kita mengalami Dia jadi bukan sekedar mengenal di otak. Lalu mengapa begitu banyak anak Tuhan yang berkata seolah-olah dia mengenalNya. Mengenal Allah berarti mengalami bukan mengenal di otak.Terkadang saya kasihan melihat Panitia Natal. Setelah selesai menjadi ketua panitia hilang dari gereja. Mengapa? Waktu jadi ketua pantia Natal , babak-belur dikritik habis dan bukannya didukung. Maka setiap kali pada waktu rapat  pembentukan natal tidak ada yang berani mau dipilih jadi Ketua Panitia. Kadang-kadang kita belum kembali menemukan kasih Natal. Banyak yang mengalami,, kita belum menemukan kasih Natal. Kalau kita serius merenungkannya, apa yang bisa kita sombongkan? Semua karena anugerah Tuhan. Natal pertama bukan datang dengan kertas kado. Rasul Paulus berkata supaya jangan ada yang memegahkan diri karena Allah yang penuh kemegahan itu sendiri meninggalkan kemegahan , merendahkan diri dan justru datang dalam kerendahan. Mengapa kita yang rendah mau bermegah di hadapan Allah? Tidak ada kemegahan yang bisa kita bawa ke hadapan Allah seperti pakaian baru, jadwal keliling luar negeri tidak megah apa-apa. Kalau mau bermegah maka bermegahlah di dalam Tuhan, muliakan Tuhan! Kita mau memulai dari persoalan bahwa love dan care bisa mengalir ke luar ketika kita benar-benar mengerti siapa kita di hadapan Tuhan. Saya rindu kita terkagum-kagum, terpesona dan terpukau dengan salib. Hanya berita salib yang membuat berita Natal itu akan memaknai Natal itu sendiri.

1 Kor 4:10-13 Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina.  Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara,   kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini. Waktu membaca perikop ini, napas saya terasa sesak. Saulus berada di bawah bimbingan Gamaliel yang begitu luar biasa, seorang yang menakutkan orang Kristen pada masa itu. Setelah bertobat, dia berkata,”Kalau kami dimaki kami memberkati. Kalau kami dianiaya kami sabar, kalau kami difitnah kami menjawab dengan ramah.”Mari anak-anak Tuhan, kita mulai dari Tuhan yang kita kenal. Melalui pimpinanNya, maka akan mengalir kasih.

Bagi Rasul Paulus cacian, makian dan hinaan  itu dianggap hal yang biasa. Yang penting : kerja..kerja… dan kerja. Orang mau caci maka yang penting kerja. Ini adalah hidup yang sudah diubahkan. Kalau sudah bertemu dengan sumber penghidupan, pengampunan dan kasih itu , maka ketika orang Kristen hidupnya diperas (seperti kain diperas) maka sampai tetes terakhir yang menetes adalah kasih. Setiap kali mengingat kisah dari Rasul Paulus, maka yang teringat adalah kasih Allah yang sudah dinyatakan pada kita (karena begitu besar kasih Allah). Maka saya percaya komunitas yang hidup dalam Tuhan mengalami kasih dan kepedulian dan komunitas yang mengenal Tuhan.
Perikop 1 Kor 13:4-6 ditulis oleh orang yang dulunya beringas dan begitu jahat dan kemudian hidupnya mengalami kasih setelah berjumpa dengan Tuhan. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.  Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

Penutup

              Kisah ini saya dengar dari seorang dosen SAAT dan kisahnya sampai hari saya masih mengingatnya. Suatu hari ada seorang tukang becak yang kerjanya ngayuh becak dan mengambil kardus di Glodok. Dari menjual kardus tersebut ia bisa mendapat nafkah. Suatu hari bapak ini melakukan tugas rutinnya. Pagi hari ia pergi ke toko dan mengambil kardus di sebuah toko elektronik. Kemudian ada sesuatu yang mengganggu penglihatannya. Tidak jauh dari toko itu, ia melihat ada seorang Bapak dengan pakaian keren turun dari mobil mewah. Bapak ini berjalan dan jejak kakinya semakin terdengar mendekat kepadanya. Ia berusaha menepiskan pikirannya dengan berpikir bahwa bapak itu mau berbelanja dan tidak mungkin ke tempat dia. Dia orang miskin sedangkan bapak itu orang kaya. Tapi betapa mengejutkan ketika ia dalam posisi sedang berjongkok , langkah kaki Bapak itu berhenti di depannya dan kemudian Sang Bapak menepuknya. Dia merasa kalang kabut dan menduga-duga apakah ia salah mengambil barang orang. Lalu ia berdiri. Tetapi ketika itu ia mendengar Bapak itu memanggil dia. Dengan semangat Bapak itu kemudian berkata, “Kamu tidak mengenal saya? Sudah lama kita tidak bertemu. Dulu kita suka manjat bersama-sama. Ingat tidak kamu adalah teman SMP saya dahulu!” Akhirnya tukang becak ini mulai mengenalinya.
Dalam kondisi kumuh dan lecek pakaiannya, Tukang Becak tersebut merasa sungkan dan bergetar. Ia berusaha melarikan diri dari keadaannya dan ingin segera pamit. Tetapi pria yang mapan ini tidak melepaskannya , langsung merangkulnya dan berkata,“Sudah lama kita tidak bertemu. Hayo kita minum kopi dulu bersama-sama.” Ia tidak melepaskan rangkulannya dan mengajaknya menyeberang jalan. Terpaksa Tukang Becak mengikuti, namun ia merasa tidak pantas masuk ke warung demikian walau dia temannya. Semua orang melihatnya minum kopi di tempat kotor seperti itu. Lalu kopi dipesan. Saat itu bulan Desember menjelang natal. Pembicaraan singkat pun berlangsung, mereka saling bertanya dan menjawab. Sampailah pada pertanyaan, “Eh anak kamu berapa?” Tukang beca menjawab, “Anak saya 3 orang”. Tiba-tiba temannya berkata,”Beruntung sekali kamu!” sambil menepuk bahu Tukang Beca hingga terkejut. Padahal tukang becak berpikir beruntung adalah kalau punya mobil mewah, pakai dasi dan pakai jas. Pikirannya bergetar dan di pikirannya timbul pertanyaan dan ingin melontarkannya, “Mengapa kamu berkata saya beruntung?” Tiba-tiba si pria itu berkata, “Saya tidak punya anak!” Maka seluruh pertanyaan dalam pikiran Tukang Beca mereda. Dahulu mereka duduk satu bangku di SMP. Sang teman berkata,”Kamu kan kenal saya. Kamu boleh datang ke rumah saya. Saya minta tolong kamu. Istri saya merindukan untuk angkat anak. Kami mau angkat satu anak, tapi saya mau angkat anakmu. Terserah kamu mau kasih anak yang ke berapa kan kamu punya 3 anak. Kamu boleh datang ke rumah saya, mengingat dia sebagai anakmu dan dia ingat bahwa kamu adalah ayahnya. Kita akan menyekolahkan, memberinya makan , memelihara dan dia boleh tahu kamu bapaknya. Kalau kamu merasa sudah cukup maka kamu boleh mengambilnya kembali. Silahkan! Tetapi kalau boleh kamu kasih dia jadi anak kita.”
Pulang ke rumahnya, Tukang Beca menggebu-gebu bercerita kepada istrinya. Ceritanya dahsyat bahwa ia bertemu teman lama yang kaya. Ia mau mengangkat anak mereka menjadi anaknya. Langsung mulut istrinya terkunci. Dia terdiam. Betapa membanggakannya berita itu. Di tengah kondisi ekonomi yang sulit , uang sekolah yang mahal, dan mereka tinggal di rumah kumuh lalu tiba-tiba ada orang yang mau mengangkat anaknya sebagai anak adopsi. Mereka berdua sepakat untuk memberikan satu anaknya. Mereka bergegas ke tempat tidur dan mengangkat kelambu yang ada karena mereka tinggal di daerah kumuh yang banyak nyamuknya dan melihat ketiga anaknya yang sedang tertidur. Suaminya berkata, “Ma anak yang pertama saja. Anak pertama sudah berumur 15 tahun. Kalau disiksa dan diberi makan hanya tempe dan tahu ia bisa melarikan diri.” Istrinya berkata,”Jangan!” “Mengapa?” tanya suaminya. Istrinya  menjawab,”Wajahnya mirip saya!” Sehingga tidak jadi.
 Istrinya berkata, “Anak kedua saja”. Suaminya langsung berkata, “Wajahnya memang tidak mirip saya. Tetapi dia anak perempuan dan sifatnya mirip saya. Saya tidak mau kasih” Akhirnya jatuh pilihan ke anak ketiga, tidak ada pilihan lain. Anak ini baru berusia 4 tahun, biaya susu dan pendidikan mahal. Tiba-tiba istrinya menangis. Suaminya kaget, dia salah bicara apa? Sang Istri berkata, “Kamu tidak mengerti anak ini adalah anak penghiburan. Waktu kamu pergi mengayuh becak, setiap kali bangun tidur dan ia tidak bertemu kamu ia pasti bertanya, papa di mana?” Maka ia berusaha bangun pagi karena ingin memeluk dan menciummu. Kalau hari itu, kamu berangkat dan tidak bertemu ia akan bad mood. Lalu saya mengajak dia cuci gosok. Suatu kali waktu saya batuk, ia kaget. Lalu ia  berlari dan ternyata ia masuk ke dapur dan meminta air hangat ke tuan rumah. Tuan rumah berkata, “Kalau saya batuk anak saya yang berumur 12 tahun tidak bergerak. Dia terus bermain handphone lalu melihat saya dan berkata, “Ma, kalau batuk minum dong ma!” Sedangkan anak ini baru 4 tahun dan bisa berlari untuk mengambil air minum untukmu. Kalau punya anak seperti anakmu saya mau.” Pa, waktu kamu pulang siapa yang tidur? Ia anak yang pertama dan kedua. Yang ketiga tidak tidur. Waktu saya suruh dia tidur, dia berkata,”Papa belum pulang. Kalau papa sudah pulang, setelah itu baru saya tidur” Sang Suami pun memeluk istrinya dan menangis. Suaminya berkata, “Ma mulai hari ini, saya berjanji apa pun yang terjadi pada keluarga kita sekali pun ia orang kaya, saya tidak akan kasih anak.  Anak kita boleh hidup susah bersama kita, tetapi tidak satu pun anak yang saya kasih orang. Saya berjanji kita akan berjuang membesarkan anak kita, apa pun yang terjadi mereka tetap anak kita! Kita tidak akan kasih!”  
Kalau keluarga yang miskin saja yang mempunyai 3 orang anak, tidak rela memberikan anaknya kepada orang yang lebih kaya  , lalu apa alasan Tuhan memberikan anakNya yang tunggal kepada dunia ini? Kalau yang punya 3 anak saja, tidak mau memberikan anaknya kepada orang yang dia kenal yang sudah berjanji untuk memelihara, mencintai dan mengasuh anaknya, lalu apa alasan Tuhan memberikan anakNya kepada dunia yang jelas menolak ,membunuh, menghina dan memperlakukan  anakNya dengan kejam?
              Saya tidak punya jawaban. Di dunia yang miskin satu anak saja tidak rela diberikan, apa alasan Allah? Saya tidak habis pikir, kecuali hanya kembali ke satu jawaban.  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Inilah Natal bahwa Allah dalam kasihNya rela memberikan anakNya kepada orang yang jelas akan menelantarkan anakNya. Yang miskin saja tidak mau memberikan anaknya kepada orang yang dikenalnya dan telah berjanji memeliharanya, tetapi Ia Allah merelakanNya!



No comments:

Post a Comment