Thursday, December 3, 2015

Yang Kelihatan yang Mudah Dipercaya vs Yang Tidak Kelihatan Tidak Dipercaya


Pdt. Agung Gunawan

Ibrani 11:1-7
1  Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
2  Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.
3  Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.
4  Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.
5  Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.
6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.
7 Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.

Pendahuluan

                Manusia cenderung  untuk mempercayai apa yang kelihatan. Sebaliknya manusia cenderung tidak mempercayai apa yang tidak terlihat. Kalau kita memberitahukan sesuatu belum tentu yang lain percaya sebelum melihatnya sendiri. Itulah orang-orang dunia. Berbeda dengan orang-orang Kristen (orang percaya). Kita mempercayai Pribadi yang tidak (pernah) kita lihat. Itulah yang disebut sebagai iman. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Iman itu berarti kita percaya kepada sesuatu yang tidak kita lihat dengan memakai mata jasmani kita. Iman meyakini bahwa di balik kehidupan ini ada Pribadi yang dapat dipercaya yaitu Allah yang kita sembah dan percaya.

Manfaat Iman bagi Orang Kristen

Ada 3 manfaat utama yang penting ketika kita memiliki iman

1.     Memberikan yang Terbaik bagi Tuhan (Sedia Berkorban untuk MelayaniNya)

Ibarni 11: 4  Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.
Penulis Ibrani saat bicara tentang iman memberi contoh dari Habel. Dalam kitab Kejadian ditulis Habel bersaudara dengan Kain. Kain seorang yang sebenarnya cukup rajin bercocok tanam. Pada suatu ketika mereka berdua memberikan persembahan. Kain mempersembahkan hasil bumi,  sedangkan Habel memberi persembahan berupa kambing domba.  Persembahan Kain ditolak dan persembahan Habel diterima Tuhan. Hal ini membuat Kain marah dan iri hati. Akhirnya Kain membunuh adiknya sendiri. Tuhan menerima persembahan Habel karena Habel mempersembahkan lebih baik daripada Kain. Di dalam bahasa aslinya dikatakan ia memberikan yang terbaik. Ia tidak sekedar (asal-asalan) memberi. Berbeda dengan Kain yang memberi secara sembarangan, Habel memilih kambing domba yang tidak cacat, jantan dan tambun. Habel memberikan yang terbaik bagi Tuhan karena ia punya iman walaupun ia tidak melihat Allah tapi ia tahu (percaya) bahwa Allah ada. Demikian juga dengan kita. Ketika memiliki iman, maka kita memberikan yang terbaik (hidup kita) untuk dipakai Tuhan. Dalam Roma 12:1 dikatakan Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Rasul Paulus mendorong jemaat di Roma untuk mempersembahkan tubuhnya kepada Tuhan untuk dipakai bagi pekerjaan Tuhan. Itu iman. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memberikan (mempersembahkan) hidup kita yang terbaik untuk Tuhan? Kalau yakin Allah itu ada, maka kita akan melayaniNya dan mempersembahkan hidup kita dengan baik. Melayani Tuhan bukan pilihan (tapi keharusan). Baik sebagai hamba Tuhan, guru Sekolah Minggu, pengurus gereja, tim visitasi, anggota padus, pendoa atau lainnya.
          Banyak pelayanan yang bisa dilakukan, pertanyaannya maukah kita melayani? Mengapa kita melayani? Ada yang melayani karena sungkan ditelepon terus oleh hamba Tuhan. Bila motifnya seperti itu, maka  pelayanan tidak akan lama. Kalau kecewa dengan hamba Tuhannya, maka ia tidak akan melayani lagi. Ada juga yang melayani karena ditakut-takuti oleh hamba Tuhan (kalau tidak melayani akan dikutuk oleh Tuhan sehingga toko sepi, bisa kecelakaan, rumah tangga hancur dll). Seharusnya melayani bukan karena takut. Ada juga anak muda yang ikut paduan suara karena ingin mendekati seorang gadis, akhirnya mundur karena cintanya ditolak. Jadi melayani Tuhan bukan dengan motivasi keliru (sungkan, takut atau motivasi lain). Rasul Paulus mengatakan, “Demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu untuk melayani”. Demi kemurahan Allah artinya Tuhan sudah terlebih dahulu melayani kita. Kita orang yang tidak punya harapan dan berdosa harusnya dihukum dalam api neraka. Tapi karena kasih Allah kepada kita, Dia mengorbankan anakNya yang Tunggal mati di kayu salib untuk membebaskan kita dari kuasa maut. Itulah kemurahan Allah! Itulah alasan kita harus melayani. Karena kita melayani Tuhan yang telah lebih dulu melayani. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengambil bagian? Gereja membutuhkan kita untuk melayani. Tidak bisa mengandalkan hamba Tuhan agar gereja bertumbuh. Mereka terbatas. Kalau semua bergandengan tangan, maka GKKK Mabes akan diberkati.  Itu akan terjadi bila kita punya iman, percaya Allah yang telah lebih dahulu mengasihi dan melayani maka kita melayani.
          Dalam pelayanan membutuhkan pengorbanan. Kalau tidak mau berkorban, jangan melayani. Ada orang Kristen yang tidak mau melayani  karena menganggap “Itu pekerjaan hamba Tuhan” atau “Saya sibuk (tidak punya waktu)” Intinya tidak mau berkorban waktu , pikiran, tenaga dan uang kita. Yoh 3:16  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Karena kasih Allah yang begitu besar, Ia telah mengaruniakan , mengutus dan mengorbankan anakNya yang tunggal. Karena kasihNya kita bisa berkorban. Tanpa kasih maka tidak ada pengorbanan. Orang yang jatuh cinta bisa berkorban secara luar biasa.  Sewaktu pacaran, kemana-mana diantar. Setelah menikah, istrinya sakit dan minta diantarkan disuruh naik ojek sendiri. Mengapa? Karena cintanya mulai habis. Orang kalau punya cinta, akan mau berkorban.
Ada seorang siswa SMA (A Liong) baru pulang sekolah. Mamanya yang sedang membuat kue dalam suasana natal berkata,”A Liong, tolong antarkan roti ini ke ibu XX. Kalau kamu naik motor pulang pergi hanya 30 menit.” A Liong menjawab, “Mama saya baru pulang sekolah. Saya capai. Sore ini  saya mau latihan olahraga jadi mau istirahat.” Waktu A Liong mau tidur, ada tamu mengetuk pintu rumah. Mamanya membuka pintu. Ternyata Amoi, pacar A Liong. “Selamat siang A-yi. A Liong ada?” Mamanya berkata, “Ada. Tapi ia mau istirahat karena kecapaian. Apa perlu A-yi panggilkan?” “Tidak perlu, A-yi. Kasih tahu saja kalau saya datang.” Ternyata A Liong belum tidur. Mendengar suara Amoi, ia melompat dari tempat tidur dan keluar kamar. Lalu ia bertanya, “Apa yang perlu saya bantu?” Amoi berkata, “Koko, kalau capai tidak perlu. Nanti sore, ada teman saya berulang tahun jadi saya mau ke salon. Jaraknya sekitar 30 menti ditambah bonding, cuci rambut dll pulang pergi perlu waktu 3 jam.” A Liong menjawab, “TIdak apa, saya antarkan” dan ia pun langsung berangkat. Sewaktu iminta mamanya 30 menit tidak mau karena capai, tapi diminta pacarnya 3 jam langsung jalan. Hal ini karena ada kasih. Kalau ada kasih pada Allah yang tidak kelihatan, maka kita semua mau melayani Tuhan dan mempersembahkan hidup bagi Tuhan.

2.       Menggantungkan Hidup Sepenuhnya pada Tuhan (Sumber Berkat) dan Bergaul denganNya

Ibrani 11: 5  Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Henokh tidak mengalami kematian dan diangkat Allah. Siapa Henokh? Pada Kejadian 5:22 dikatakan Henokh hidup bergaul dengan Allah. Apa artinya? Tiap hari ia berjalan dengan Allah, artinya dia menggantungkan hidup sepenuhnya kepada Allah. Walaupun ia tidak melihat Allah, tetapi menggantungkan hidupnya (rumah tangga, pekerjaan, kebutuhan hidup dll) setiap hari pada Allah karena ia percaya Allah bisa diandalkan.. Walaupun tidak melihat, ia percaya (mengimani) bahwa Allah yang memiliki dunia ini merupakan Sumber Kehidupan dan Berkat. Ini luar biasa! Di tengah kehidupan dunia, kita mengalami berbagai masalah (ekonomi , keluarga, sakit-penyakit dll) dan pilihan yang sulit (banyak orang yang stress dan gila. Untuk menghadapinya, kita tidak bisa berdiri sendiri. Kita butuh Pribadi yang kuat dan tidak kelihatan , tapi kita imani Ia ada dan berdauluat. Dengan iman, kita percaya, menggantungkan hidup kita pada Tuhan, Sumber Berkat sehingga sekarang banyak orang Kristen yang menikmati hidup dengan baik. Tetapi banyak juga orang Kristen stress karena menggantungkan diri pada hal yang salah (pada berkat bukan pada Sumber Berkat yang tidak kelihatan). Berkat seperti uang bisa habis, dan nilai uang bisa merosot sehingga tidak bisa diandalkan. Usaha juga tidak bisa diandalkan. Hari ini banyak orang Kristen yang mengeluh bisnis susah (toko sepi, pabrik tidak produksi) dan stress. Walau tidak kelihatan , kita yakin Allah Maha Kuasa dan Ia  mampu memenuhi kebutuhan kita.
          Alkisah di suatu desa di Beijing, ada seorang janda tua yang tidak punya anak dan tinggal seorang diri. Suatu hari ia kehabisan hartanya kecuali seekor bebek. Ia ingin menjual bebeknya di pasar. Dari uang yang diperoleh, ia mau membeli makanan dan setelah habis uangnya, ia tidak tahu lagi bagaimana hidupnya. Pagi-pagi ia pergi ke pasar. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang bapak tua yang kurus kering dan sedang meminta-minta. Bapak itu kemudian berkata,”Bu, kasihanilah saya. Sudah beberapa hari saya tidak makan.” Ibu ini berkata,”Pa, maaf saya tidak punya apa-apa. Saya tidak punya uang. Saya hanya punya seekor bebek yang mau saya jual untuk membeli makan. Mungkin setelah itu saya bisa jadi seperti bapak menjadi pengemis.” Sang Bapak menjawab,”Tidak apa Ibu tidak punya uang. Tolong masakan bebek saja untuk saya.” Ibu ini luar biasa baik dan ia langsung pulang ke rumah. Lalu ia membuat bebek panggang dan memberi makan Bapak tua yang mememakannya dengan lahap. Ia sendiri tidak makan dan hanya melihatnya saja. Ia sudah puas karena bisa menolong orang lain. Setelah selesai makan, Bapak itu mengucapkan terima kasih dan berkata,”Ibu sudah memberikan saya makanan sehingga saya tidak mati kelaparan. Saya sebenarnya bukan pengemis. Saya utusan dari atas (dari surga)  untuk melihat apakah di dunia ini masih ada orang yang peduli terhadap orang lain. Ternyata masih ada. Ibu walau tidak berpunya, merasa kasihan pada orang lain yang tidak mampu. Sebelum saya pulang ke surga, Ibu boleh meminta kepada saya apa saja, karena saya akan mengabulkannya dengan menggunakan sumpit ini” Sang Bapak berkata sambil mengeluarkan sepasang sumpit ajaib. Ibu ini berkata, “Saya tidak minta apa-apa”. Tapi Sang Bapak mendesaknya, “Ibu harus minta.”  Akhirnya Sang Ibu berkata,” Kalau begitu saya minta sumpitnya saja.” Ibu ini pintar sekali . Kalau dapat uang atau makanan pasti suatu kali akan habis. Tetapi kalau minta sumpitnya, maka  tidak akan habis karena sumpit ajaib itu adalah sumbernya. Tetapi saat ini banyak orang Kristen yang bodoh. Karena tidak mengandalkan Sumber Berkat tapi mengandalkan berkatnya  (seperti kekayaan) sehingga depresi. Henokh mengandalkan Tuhan karena ia punya iman. Walau tidak melihat, ia yakin Allah itu Maha Kuasa, Pemilik Dunia dan segala isinya. Maka ia mengandalkan hidupnya pada Tuhan. Ia bergaul dengan Tuhan sehingga ia berkenan pada Tuhan. Bagaimana dengan kita ? Apakah kita menggantungkan diri pada sesuatu yang kelihatan yang bisa habis dan lenyap? Atau apakah kita mengandalkan diri pada Allah yang tidak terlihat? Apapun masalah dan pergumulan kita, tidak ada yang mustahil bagi Allah! Mari mengandalkan Allah dalam kehidupan kita.

3.     Hidup Menyenangkan hati Tuhan

Ibrani 11: 7 Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. Nabi Nuh hidup pada zaman bobrok dan dunia yang rusak yang menyakiti hati Tuhan. Sehingga Ia menghukum orang-orang yang berdosa itu dengan air bah. Yang menarik, Nuh tidak sama atau dipengaruhi orang-orang lainnya. Walau hidup dalam lingkungan yang penuh dosa, kejahatan dan amoralitas, Nuh berbeda sehingga Tuhan memilih Nuh untuk diselamatkan. Nuh diminta membangun bahtera yang besar untuk menyelamatkan keluarganya waktu air bah datang. Nuh diselamatkan oleh Allah karena ia memiliki iman. Dengan iman ia melihat walau Allah tidak terlihat, Allah mengawasi dan memperhatikan hidup manusia. Walau tidak terlihat. Allah seperti kamera CCTV yang mengawasi hidup kita (apakah hidup kita berbeda dengan dunia atau tidak). Dengan memiliki iman, Nuh takut akan Tuhan. Ia menyenangkan hati Tuhan, dengan hidup berbeda dengan orang-orang lainnya yang berdosa. Bagaimana dengan kita? Apakah kita benar-benar hidup dengan iman takut akan Tuhan (berbeda dengan dunia)? Jangan sama dengan dunia yang mengajarkan yang tidak benar seperti :

-   materialisme (yang penting uang sehingga manusia mencari uang dengan segala cara) sehingga banyak orang Kristen ikut korupsi. KPK saja mau dilemahkan karena korupsi di Indonesia merajalela. Dimana-mana terdapat korupsi dan siapa pun (termasuk polisi, jaksa dan hakim) bisa korupsi. Ada yang mengatakan bahwa di dunia ada 3 negara korupsi terbesar yakni Tiongkok, India dan Indonesia. Tiongkok nomor 1 tetapi pemerintah Tiongkok tegas. Kalau terbukti korupsi, maka pelakunya akan dihukum mati. Sehingga korupsi tidak dilakukan terang-terangan (di bawah meja).  Di India , korupsi dilakukan terang-terangan. Semua bisa disuap (korupsi). Di India korupsi dilakukan di atas meja. Di Indonesia, semeja-mejanya dikorupsi. Itulah Indonesia, dunia kita. Banyak anak Tuhan dan hamba Tuhan yang korupsi (termasuk korupsi uang gereja).
-   hedonisme yang mengutamakan kesenangan (kenikmatan). Yang penting senang, berdosa tidak apa-apa. Hari ini banyak anak muda Kristen jatuh dalam dosa perzinahan dan percabulan. Anak Tuhan (remaja-pemuda gereja) jatuh dalam dosa free-sex.  Guru Sekolah Minggu hamil di luar nikah (belum menikah sudah punya anak). Banyak keluarga berantakan karena suami (bahkan juga istri) selingkuh. Hati-hati dengan godaan walau rajin ke gereja. Ada yang berkata, “laki-laki kalau tidak selingkuh ketinggalan zaman” apalagi kalau punya banyak uang. Bukan berarti tidak boleh kaya (kalau kaya bersyukurlah pada Tuhan). Tapi hati-hati  terhadap godaan yang datang dari kekayaan. Ada seorang ibu yang minta pendetanya berdoa, “Doakan suapaya toko suami saya sepi” alasannya “Suami saya kalau tokonya ramai bisa berbuat macam-macam sampai mempunyai wanita simpanan.” Inilah zaman kita, sama dengan zaman Nabi Nuh.

Tanpa iman,maka kita hidup dalam dosa. Tapi kalau punya iman, maka  Allah mengawasi kita. Rm 12:2  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Bagaimana dengan kita? Hati-hati! Godaan di luar begitu luar bisa. Kalau kita tidak ikut-ikutan dianggap gila. Seperti Nuh, yang membuat bahtera dianggap tidak waras. Seringkali bila kita tidak ikut dunia, maka kita dianggap tidak waras oleh dunia. Padahal dunia kita yang tidak waras. Saat mengunjungi sebuah rumah sakit jiwa,  ada orang-orang tidak waras berdiri. Saat melewati mereka, saya ditertawai. Saya khawatir wajah saya kotor sehingga saya membersihkan muka saya. Setelah itu, saat melewati mereka kembali, mereka bertambah keras tertawanya. Saya bertanya kepada penjaganya, “Mengapa saat saya lewat, mereka tertawa?” Sang penjaga menjawab,”Mereka melihat Bapak berbeda dengan mereka. Bapak menyisir rambut dan baju dikancing dengan rapi. Mereka tidak menyisir dan mengancing baju secara sembarangan. Jadi Bapak dianggap gila. Makanya mereka mentertawai bapak. Padahal yang tidak waras adalah mereka!” Seringkali kita tidak dianggap waras oleh dunia karena kita berbeda dengan dunia. Yang penting kita waras di hadapan Allah. Dengan iman, kita berani berbeda dengan dunia  Allah tidak kita lihat tapi Allah ada, mengawasi hidup kita.

Kesimpulan


                Firman Tuhan membuat kita percaya dan beriman . Dengan iman kita persembahkan hidup dengan baik kepada Allah, hidup bergaul dengan Allah dan mengandalkan Tuhan dalam hidup kita (segala kebutuhan hidup, kita serahkan pada Tuhan). Dengan iman kita bisa hidup berbeda dengan dunia. Hidup di bawah kasih karunia Tuhan. Hidup yang menyenangkan hati Tuhan. 

No comments:

Post a Comment