Thursday, December 3, 2015

Iman Perwira Kapernaum (The Faith of The Centurion)


Pdt. Trofimus Herry Susilo

Lukas 7 : 1-10
1   Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum.
2  Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati.
3  Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya.
4  Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong,
5  sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
6  Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku;
7  sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
8  Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
9  Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"
10  Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.

Pendahuluan

               Peristiwa penyembuhan hamba dari seorang perwira di Kapernaum  terjadi setelah Tuhan Yesus memberikan pengajaran (khotbah) di atas bukit. Peristiwa ini juga dicatat pada injil Matius pasal 8. Secara geografis jarak bukit di mana Yesus mengajar dengan kota Kapernaum sangat dekat. Kedua tempat ini berada di sekitar danau Galilea. Bila naik kendaraan sekitar 10 menit dari Kapernaum ke tempat Yesus kotbah di bukit. Kalau jalan kaki sekitar 25-30 menit. Kota Kapernaum sangat ramai saat itu. Bahkan mungkin menjadi pusat pemerintahan kecil. Matius menyebut 4 kali Yesus melayani di Kapernaum (Markus 3 kali, Lukas 4 kali dan Yohanes 5 kali). Ini menunjukkan aktivitas Tuhan Yesus di kota ini sangat banyak. Selain itu Alkitab mengatakan ada seorang perwira tinggi di kota itu. Hal ini menunjukkan kota Kapernaum penting bagi pemerintah saat itu. Selain itu ada juga sinagoga yaitu rumah doa orang Yahudi. Ini menunjukkan di kota itu terdapat banyak orang Yahudi. Di Israel sinagoga ada di Nazaret dan Kapernaum. Ini menunjukkan Kapernaum adalah kota penting saat itu, Lukas mencatat di Kapernaum seorang perwira non Yahudi mendemontrasikan imannya dan Tuhan Yesus mendemontrasikan kuasaNya.

Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari iman perwira Kapernaum :

1.    Perwira ini merindukan hamba yang dikasihinya sembuh dari penyakitnya.

          Lukas 7:2 dikatakan Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati (=sekarat) Sebagai tuan , perwira ini menghargai hambanya dan ia merindukan hamba yang dikasihinya sembuh dari penyakitnya. Di sini kita belajar : iman bisa timbul karena kasih yang keluar dalam hidup seseorang. Apabila kita bisa melihat orang lain dengan kasih dan orang yang dikasihi tersebut sedang mengalami pergumulan dan persoalan (penyakit, masalah ekonomi, persoalan rumah tangga dll). Kalau bisa melihatnya dengan kasih, maka kita berdoa dengan iman sungguh-sungguh kepada Allah. Kalau tidak punya kasih, alih-alih berdoa dengan iman, malahan berdoa pun tidak. Bahkan kita mengharapkan “kalau bisa mati, biarlah mati” “kalau bisa bangkrut, maka bangkrutlah”, “kalau mau rusak keluarganya,  rusaklah” dll. Kalau punya kasih, kita bisa menangis. Perwira ini punya kasih dan mengharapkan kesembuhan hambanya yang sangat ia hargai. Karena kasih kita bisa punya iman.
          Ada sebuah kesaksian.  3 tahun lalu, suatu hari pagi—pagi sekali saya ditelpon untuk mendoakan seorang saudara yang sedang sakit di suatu rumah sakit. Setiba di rumah sakit, saya melihat saudara ini terengah-engah . Di hidungnya dipasang selang oksigen. Nafas terdengar satu-satu. Badannya kurus, tinggal kulit dan tulang. Keluarganya berkata, “Ia menderita sakit paru-paru.” Hasil ronsen memperlihatkan bahwa paru-parunya hanya berfungsi seperempat dan hari itu ia sedang kritis. Saya tidak tahan melihat penderitaannya. Lalu saya berbicara dan menyampaikan firman Tuhan. Ia mendengarnya. Saya kemudian mengajaknya menyanyikan lagu dari  Maz 123 (Tuhan adalah gembalaku). Hatinya mulai tenang dan bisa tidur. Ketika saya mau pergi, mendengar langkah saya keluar dia terbangun. Saya merasa orang ini sedang dalam keadaan gelisah. Saya kumpulkan keluarganya yang ada di rumah sakit. Keluarganya sedang kuatir tentang hidupnya. Rupanya saudara ini adalah ‘hanyalah’ anak angkat dan ada hubungan yang kurang harmonis dalam rumah tangga ini. Saya berkata kepada keluarganya, “Apakah kalian mengasihi orang ini? Karena tidak cukup membawanya ke rumah sakit.” Rupanya ada hubungan yang tidak harmonis di antara mereka dan hari itu terjadi pemulihan hubungan di antara mereka. Orang tua angkatnya bisa mengampuni dia, saudara angkatnya bisa mengasihinya. Ketika hubungan mereka pulih, mereka berdoa kepada Tuhan dan minta pertolongan Tuhan. Saudara ini sebelumnya divonis umurnya tidak panjang, tetapi ketika orang-orang yang mengasihinya berseru kepada Tuhan, orang ini bisa hidup 3 tahun lagi. Mujizat terjadi! Kalau bisa mengasihi orang lain, kita bisa berdoa dengan iman. Iman itulah yang bisa membuat orang yang kita doakan itu dijamah oleh Tuhan.

2.     Perwira ini mendengar tentang Yesus dan menyikapinya dengan benar.

          Lukas 7:3a dikatakan Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus. Ia memiliki iman karena mendengar tentang  Yesus. Dalam bahasa Yunani, kata “mendengar” berarti mengerti / memahami dengan efektif. Sehingga orang yang mendengarnya bisa melakukan apa yang didengarnya. Pendengaran tentang firman Tuhan yang benar dan efketif adalah kalau pendengarnya mampu melaksanakan firman itu dalam hidupnya. Firman itu memberi dampak efektif dan baik kepada orang yang mendengar dan meresponinya dengan sikap yang benar. Perwira ini bisa merespon dengan benar dari apa yang didengarnya tentang Yesus. Berbeda dengan orang Farisi dan ahli Taurat yang mendengar tentang Yesus dan pengajaranNya tetapi respon mereka negatif dan tidak benar. Oleh karena itu jangankan beriman, dekat dengan Yesus pun tidak. Kita perlu mendengar dengan baik, Roma 10:17 mengatakan, Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Ini sangat menarik untuk dicermati. Mungkin karena jabatannya sebagai perwira ia tidak berada di tengah-tengah orang-orang yang mendengar pengajaran Yesus di atas bukit. Mungkin karena faktor politis, ia bukan orang Yahudi dan ia punya jabatan sehingga ia tidak ingin diketahui berada di sana. Oleh karena itu ia mengutus orang lain untuk menemui Yesus. Tetapi ia tetap percaya pada apa yang didengarnya. Saya berdoa, setiap kali mendengar firman dan tentang Yesus diberitakan, kita memiliki iman yang sama seperti Perwira Kapernaum. Ada ribuan orang yang mendengar Kristus.tetapi tidak semua orang percaya seperti Perwira ini. Ada banyak anak Tuhan mendengar firman Tuhan setiap minggu melalui ibadah yang diikuti. Ada orang Kristen yang mendengar firman Tuhan melalui radio setiap hari bahkan melalui televisi nasional dan internasional. Sekalipun demikian tidak semua orang Kristen memiliki iman yang sama seperti perwira Kapernaum. Perwira Kapernaum ini tidak diam melihat hambanya sakit. Apalagi hamba ini dihargai dan dikasihinya. Ia ingin hamba ini sembuh. Dengan jabatannya dan kekayaannya  dengan mudah ia sebenarnya bisa mengundang para tabib yang baik untuk datang. Sebelumnya imannya tertuju pada hal-hal lahiriah. Tetapi ketika ia mendengar tentang Yesus, ia mengalihkan imannya kepada Yesus (dari pengobatan alternatif kepada kuasa Yesus). Sehingga hari itu , ia mengutus orang untuk menjumpai Tuhan Yesus. Saya berdoa, setiap kali mendengar firman Tuhan Yesus, iman kita dibangkitkan, keyakinan dan kepercayaan kepada Yesus semakin kuat sehingga kita berani meletakkan pengharapan hanya kepada Yesus seperti perwira Kapernaum.

          Saya belajar mempercayai Tuhan Yesus saat SMP kelas 2. Saya berasal dari keluarga non Kristen. Tahun 1987 papa meninggal setelah percaya Tuhan Yesus. Setelah papa meninggal habislah harapan kami memiliki masa depan yang baik. Tetapi gereja mengajarkan firman yang baik. Mat 6:33  diajarkan dan saya yakini. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.Ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Saya sudah ke gereja tiap minggu namun yang dijanjikan tidak kunjung datang. Menghadapi hal seperti ini, banyak orang mengomel dan menggerutu. Sudah datang ke gereja, tetapi tetap seperti ini. Demikian pula dengan saya hari itu. Setelah papa meninggal rasanya masa depan kami suram. Setelah lulus SMP , saya berkata ke mama.”Saya harus masuk  SMA”. Tetapi mama saya berkata, “Tidak ada uang untuk kamu sekolah, jadi lebih baik tidak sekolah.” Tetapi hari itu saya berpikir, kalau saya tidak sekolah, maka saya tidak punya masa depan yang baik. Jadi saya tetap mendaftar sekolah walaupun tidak punya uang. Saya punya teman baik yang membayari formulir pendaftaran. Setelah diterima masuk sekolah, disampaikan biayanya Rp 137.500. Saya berkata ke mama yang berhutang ke paman (om). Mama berkata, “Utang mama sudah banyak.” Jadi harapan bersekolah hilang. Tahun itu saya sudah menjadi orang Kristen. Saya melayani sebagai tukang bersih di gereja. Hari itu hari jumat , hari terakhir pembayaran uang gedung. Sama seperti orang lain yang punya harapan, saya juga punya. Saya berharap Tuhan membuat mujiat. Saya berharap ada anak-anakNya datang ke gereja dan memberi uang untuk sekolah kepada saya. Namun setelah ditunggu-tunggu, tidak ada yang datang. Sampai pk 13 tidak ada yang datang sehingga saya lemas. Akhirnya saya melayani tanpa berpikir untuk sekolah. Sore hari, setelah menyelesaikan tugas dan saya mampir ke tempat teman saya. Tidak ada punya pikiran apa pun. Saya bertanya ke teman, “Kamu masuk SMA?” Ternyata ia masuk. Ia bertanya, “Apakah kamu diterima?” Saya berkata, “Saya diterima, tetapi saya tidak bersekolah karena tidak punya uang”. Ternyata omongan saya ini didengar maminya. Maminya berkata, “kamu tidak sekolah?” “Ya tante saya tidak sekolah.” “Mengapa?” “Tidak ada uang” jawab saya. Lalu ia masuk ke dalam dan setelah ke luar  ia memberi  saya Rp 100.000. Saya berkata, “Tante ini kurang dari Rp 137.500.  Tante ini berkata, “Kamu jalan dulu, kalau kurang tante tambah. Kemudian saya diantar teman saya. Ternyata pendaftaran sekolah sudah tutup. Uangnya saya titip ke mama. Setelah itu saya ikut retreat remaja. Di sana saya mendapat panggilan. Setelah kembali dari retreat, saya minta uang yang dititip ke mama, namun uangnya  sudah habis untuk adik saya masuk SMP. Jadi saya tidak sekolah. Setelah seminggu lewat, saat membersihkan gereja kakak rohani saya datang dan bertanya, “Kamu tidak sekolah? Yang lain sekolah kamu kenapa di sini?” Saya berkata, “Pendaftaran sekolah sudah tutup dan saya tidak bisa membayar uang untuk sekolah.” Kakak rohani saya berkata,”Ayo kita ke sekolah.” Saya diantar dan dibayari uang untuk masuk sekolah. Akhirnya saya sekolah walau telah lewat 1 minggu dan semua administrasi diselesaikan.  Saya pun menyelesaikan SMA, menamatkan kuliah S1. dan saya sekarang berada di sini. Firman Allah ya dan amin. Apakah saat mendengar firman Tuhan, kita percaya dengan sungguh-sungguh? Perwira Kapernaum mendengar firman Tuhan Yesus dan beriman. Setiap minggu saat mendengar firman Tuhan, saya berdoa agar kita punya iman seperti perwira Kapernaum itu.

3.     Perwira ini punya iman sekalipun tidak melihat.

          Lukas 7:3b mengatakan ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya dan pada Lukas 7:6b perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya. Mungkin perwira ini tidak ada di kumpulan orang-orang yang  mendengar khotbah Yesus di bukit. Ia tidak menjumpai Yesus secara pribadi dalam perjalanan ke rumahnya. Sekali pun ia tidak mendengar dan melihat Yesus secara langsung, tetapi ia menitip kata yang berani,”katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Saya berdoa sekalipun saya dan saudara tidak pernah melihat Yesus secara fisik, tetapi Ia adalah Tuhan dan Ia berkata, “Namaku adalah  jaminannya.” Alkitab mengatakan Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kis 4:12) dan Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu (Yoh 16:24). Sekalipun kita tidak melihat tetapi janjinya ya dan amin. Tuhan Yesus berkata kepada Thomas, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yoh 20:29). Perwira Kapernaum ini tidak melihat Yesus. Ia hanya mendengar tentang Yesus tetapi ia percaya kepada Yesus seutuhnya. Iman itulah yang mengagumkan tentang Yesus. Saya berdoa agar kita bisa percaya kepada Yesus sekalipun tidak melihat. Hal ini tidak mudah tetapi kalau sampai pada level ini, kita akan memiliki iman yang luar biasa!

                Pada bulan April 2014  saya diminta ikut pelayanan di Waingapu, Sumba Timur. Pada hari Minggu saya diminta untuk menyampaikan firman dan membaptis 15 orang. Ternyata itu baptisan pertama dalam persekutuan itu. Ketika mendengar hal itu, hati saya bergelora. Saya berkata kepada majelis, “Inilah jemaatmu”. Ternyata ada 1 orang dari mereka yang mempersembahkan tanah seluas 800 meter untuk gereja. Namun untuk membangunnya persoalan lain. Saya berkata  kepada majelis dan jemaat,”Tuhan percayakan ini kepada kita. Mari kita bangun rumah Tuhan di Sumbar TImur!” Saya kemudian minta untuk dihitung kebutuhan untuk pembangunannya. Ternyata sekitar Rp 400 juta. Waktu disampaikan , kami  berkata “WOW”. Tetapi saya berkata, “Kalau Tuhan ijinkan, maka Tuhan akan mencukupkannya. Mari kita kita lakukan bagian kita!” Maka kami pilih satu hari untuk mengumpulkan persembahan di Sumba Timur sehingga terkumpul dana Rp 160 juta. Untuk membangunnya mereka berakata, “Pak, tunggu setelah sampai terkumpul Rp 400 juta.” Saya berkata, “Dengan uang ini kita mulai dulu”. Kami pun mulai membangun dengan uang yang ada. Setelah memulainya, saya dapat telpon dari Kelapa Gading. Seorang pengusaha besi menelpon saya.  “Saya dengar Pak Trofimus membangun gereja di Sumba TImur. Coba kirimkan berapa luas dan tingginya.” Lalu ia membuat besi untuk keseluruhan bangunan. Dalam 2 bulan gereja itu jadi!  Bulan Mei 2015 diresmikan menjadi gereja di Sumba Timur. Kadang saat baru punya sedikit, ingin menunggu sampai banyak dulu baru jalan. Padahal berjalan dengan Tuhan adalah ketaatan. Saya berdoa agar kita berjalan dengan Tuhan maka selebihnya Tuhan yang akan bekerja. Iman timbul karena kasih, pendengaran akan firman Tuhan dan iman timbul tanpa melihat sebuah kenyataan.  Itulah yang dimiliki perwira Kapernaum ini.


No comments:

Post a Comment