Thursday, December 3, 2015

Iman Yosua


Pdt. Hery Guo

Bilangan 14:5-10
5   Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ.
6  Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya,
7  dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya.
8  Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
9  Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka."
10  Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel.

Yosua 1:9  Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi."

Yosua 3:14-17
14   Ketika bangsa itu berangkat dari tempat perkemahan mereka untuk menyeberangi sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu berjalan di depan bangsa itu.
15  Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu — sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai —
16  maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho.
17  Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu tetap berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah sungai Yordan, sedang seluruh bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai seluruh bangsa itu selesai menyeberangi sungai Yordan.

Yos 7:3  Kemudian kembalilah mereka kepada Yosua dan berkata kepadanya: "Tidak usah seluruh bangsa itu pergi, biarlah hanya kira-kira dua atau tiga ribu orang pergi untuk menggempur Ai itu; janganlah kaususahkan seluruh bangsa itu dengan berjalan ke sana, sebab orang-orang di sana sedikit saja."

Pendahuluan

Nama imam Yosua muncul dalam sebagian kitab Pentateukh yang ditulis Musa yaitu pada kitab Keluaran, Ulangan dan Bilangan. Setelah itu Yosua menulis kitab yang diberi nama kitab Yosua. Pada kitab ini kita bisa belajar tentang kepahlawanan, keberanian dan iman Yosua. Hari ini kita belajar tentang iman Yosua. Perjalanan iman Yosua tidak berbeda dengan perjalanan iman kita dalam dunia sehari-hari. Jadi apa yang dituliskan dalam Alkitab memberi gambaran dari apa yang dilalui oleh orang percaya seperti juga Yosua dengan imannya berjalan dan menerima janji Allah yang diberikan kepada umat Israel.

Dalam kitab Bilangan 14, saat bangsa Israel bermaksud memasuki Tanah Perjanjian, diutus 12 orang pengintai untuk mengobservasi terlebih dahulu. Hasilnya 10 orang pengintai memberi laporan yang membuat bangsa Israel patah hati. . Mereka menyampaikan bahwa tanah tersebut dikuasai oleh orang yang besar, berkubu dan memiliki pasukan militer yang tidak mudah dikalahkan. Kesimpulan mereka : tempat tersebut tidak mungkin akan diperoleh bangsa Israel. Apa yang disampaikan membuat orang Israel tawar hati. Hanya Yosua dan Kaleb yang menyampaikan kabar baik. Dalam dunia ini, yang mayoritas mengalahkan yang minoritas. Padahal mayoritas belum tentu lebih baik dan benar dibanding minoritas. Mereka meragukan janji Allah, mereka tidak berani yakin bahwa Allah akan memberi tanah itu, sehingga mereka mengeluarkan pendapat negatif membuat bangsa Israel tawar hati. Namun Yosua berbicara tentang imannya yakni  :  

-        Iman Yosua tertuju kepada Allah yang berdaulat. Pada Bilangan 14:8 dikatakan Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.. Iman dari Yosua adalah iman yang tertuju kepada pribadi Allah yang berdaulat. Alkitab sudah membuktikan siapa Allah itu. Seringkali dasar kepercayaan kita tentang kedaulatan Allah tidak memiliki pijakan yang kokoh. Misal : muda-mudi Kristen dalam mencari pasangan tidak mengikuti Firman Allah seperti pada 2 Kor 6:14 Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Muda-mudi bimbang dan akhirnya menentukan kriterianya berdasarkan patokan, rasio dan pertimbangan sendiri. Seharusnya rasio tunduk pada iman. Sebagai Allah yang berdaulat, TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Maz 37:23). Apakah kita mengimani bahwa Dia menentukan jalan hidup saya dan keluarga saya? Terhadap Allah berdaulat itulah Yosua menaruh  imannya. Seperti juga Abraham yang pergi ke suatu tempat yang akan diberikan kepadanya dan keturunannya. Yosua punya keyakinan  bahwa Allah yang disembahnya adalah Allah yang berdaulat. Dia tidak punya kegentaran sedikitpun menyatakan kebenaran ini. Demikian pula pernyataan bahwa Allah berdaulat atas hidup keluarga kita seharusnya membawa keberanian untuk mempercayakan hidup kita kepada Allah. Kadang kita memisahkan Allah dari problem kita dan meragukan kedaulatan Allah (apa Allah bisa dan sanggup?). Padahal kedaulatanNya tidak pernah goyah. Ia mengerti ketetapanNya. Kepada Allah seperti itulah Yosua menaruh imannya.

-        Iman Yosua kepada Allah yang berkuasa. Pada Bilangan 14:9 dikatakan  Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." Allah berkuasa mengalahkan orang-orang tersebut. Allah yang kita percayai , telah mengalahkan allah-allah orang asing (dewa dan roh-roh yang disembah mereka). Keyakinan kepada Allah yang berkuasa membuat Yosua menjadi berani sehingga orang-orang yang akan berhadapan dengan bangsa Israel sudah kalah terlebih dahulu.  Catatan ini ditemukan waktu mereka masuk ke Tanah Perjanjian. Penduduk Yerikho gentar setelah mendengar tentang Yosua dan pasukannya yang dilindungi Allah yang berkuasa, Allah yang mampu melakukan segara perkara.  Tanggal 4 November 2015, A-yi Willy akan berusia 90 tahun. Saat dibesuk kalau ditanya mau nyanyi apa, dia selalu minta dinyanyikan lagu “Allah berkuasa melakukan segala perkara”. Hal ini dilandasi pengalamannya  bahwa selama ini Allah  telah dan akan terus menolong orang-orang yang dikenalnya. Dalam usia 90 tahun, ingatan tentang Allah kuasa tetap melekat di pikirannya. Sehingga waktu mengalami masa-masa  kritis, ia dapat melaluinya. Memang kalau Allah akan memberikan hidup maka a-yi Willy akan hidup . Dan sampai hari ini a-yi masih segar. Betapa iman terhadap Allah yang berkuasa, membuat orang tetap kuat dan semangat. Kalau tidak yakin Allah berkuasa, maka kita akan jatuh saat menghadapi tantangan hidup.

*    Apakah Yosua tidak pernah takut? Yosua ada rasa takut. Hal ini dapat dilihat pada kitab Yosua pasal 1. Berkali-kali Tuhan menguatkan Yosua dengan kalimat  “jangan takut…”

·       Yosua dipercayakan untuk memimpin umat Israel karena Musa telah meninggal. Yosua yang masih muda harus menggantikan Musa yang merupakan pemimpin besar bangsa Israel. Sehingga Allah berulang-ulang berkata, “Jangan takut, jangan gelisah , karena Aku menyertai engkau.” Yosua dalam kemanusiaannya mengalami masa sulit (imannya mengalami ujian).

·       “Ujian” masuk ke Tanah Perjnajian mirip seperti Musa membawa keluar bangsa Israel dari tanah Mesir melewati Laut Teberau sedangkan Yosua harus melewati sungai Yordan. Waktu Yosua memasuki tanah perjanjian, ia harus melewatinya. Ukuran sungai Yordan saat Yosua , lebarnya (normal) = 45 meter (150 kaki @ 30 cm) dalamnya 4,5 meter.  Kalau sedang meluap, maka ukurannya bisa 2 kali lebar normalnya.  Jadi bisa 90 meter (dan saat itu sedang meluap). Di utara, salju yang mencair menuju Laut Mati melaluinya. Sungai Yordan memiliki kuantitas dan kualitas air yang tidak berkurang pada zaman Yosua. Kalau hanyut di sungai tersebut, maka orang akan meninggal. Dengan demikian apa yang ditakuti bangsa Israel sewaktu masuk sungai Yordan tidak mengherankan.

-        Iman Yosua kepada Allah yang setia . Pada Yosua 1:5 dikatakan  Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Berbeda dengan manusia yang saat berjanji pada orang yang akan dibantu, dipengaruhi berbagai faktor. Misalnya : saat akan menolong, orang yang akan ditolong tingkahnya tidak berkenan maka kita jadi malas menolongnya. Seringkali malah kita yang mengecewakan orang yang mau ditolong. Berbeda dengan Yosua yang melihat kesetiaan Allah.

-        Iman Yosua kepada Allah yang hidup. Yosua berkata , "Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu dan bahwa sungguh-sungguh akan dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi, orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu (Yosua 3:10). Ayat ini disampaikan Yosua kepada orang Israel yang akan menginjakkan kakinya ke dalam sungai Yordan. Jumlahnya sekitar 3 juta orang melewati sungai yang deras airnya. Itu bukan perkara gampang. Namun bagi Allah yang hidup dan nyata (bukan berdasarkan konsep dan teori) hal itu terjadi! Saat perayaan Natal, selalu digambarkan Allah yang Immanuel dan tidak jauh dari kita. Ia bersama dengan kita dan dalam pergumulan hidup kita. Ia tahu pergumulan, kecemasan dan harapan-harapan kita. Kepada Allah yang hidup itulah, Yosua menggantungkan imannya, sehingga ia bisa mendapatkan kemenangan dalam pertempuran dengan musuh-musuhnya.
               
Kesimpulan

-        Iman kepada Allah jangan pernah dikalahkan dengan situasi/kondisi, besarnya masalahnya, kesulitan,logika untuk menemukan jawaban. Yosua mengalami kesulitan melihat derasnya air sungai Yerikho saat bangsa Israel ingin menyeberanginya. Ini masalah hidup mati. Ia memikul tanggung jawab yang berat. Ia menanggung pergumulan umat yang demikian besar. Seringkali kita kalah dalam iman kepada Allah dan menganggap masalah lebih besar dari Allah. Iman kita seringkali ditentukan kondisi. Waktu sehat kita beriman sebaliknya waktu sakit kendor. Waktu memiliki pekerjaan kita kuat, namun saat di-PHK iman kita kendor. Itu iman yang melihat kondisi. Janganlah iman dikalahkan oleh faktor-faktor dari luar.


-        Semakin sulit kondisi atau masalah ternyata semakin besar/kuat kuasa Allah yang bekerja dalam diri orang percaya.  Rasul Paulus waktu minta duri dalam dagingnya dicabut, Tuhan berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Kor 12:9a). Hal ini agar kita menyadari bahwa kita tidak punya apa-apa tetapi  Tuhan yang punya. Saat masalah makin besar, itu peluang kita mengenal Allah dengan luar biasa. Sesulit apapun, kita bisa melihat Allah dengan baik. 

No comments:

Post a Comment