Saturday, December 26, 2015

Tuhan Yesus vs Raja-Raja Dunia


Pdt. Hery Kwok

2 Taw 26:16  Setelah ia (Uzia) menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran
2 Taw 32:26  Tetapi ia sadar akan keangkuhannya itu dan merendahkan diri bersama-sama dengan penduduk Yerusalem, sehingga murka TUHAN tidak menimpa mereka pada zaman Hizkia.
2 Taw 35:22 Tetapi Yosia tidak berpaling dari padanya, melainkan menyamar untuk berperang melawan dia. Ia tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah, lalu berperang di lembah Megido.
Lukas 4:6-7 Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.  Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."

Pendahuluan

Pada kitab Tawarikh (Perjanjian Lama) di antaranya dicatat tentang 3 raja Yehuda yakni :
1.    Raja Uzia adalah raja yang baik dan pada awalnya karirnya bagus sekali di mana ia melakukan pembaruan-pembaruan. Namun setelah menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati dan melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan dan memasuki bait Tuhan untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran (2 Taw 26:16).
2.    Raja Hizkia adalah raja yang hebat yang melakukan pembaruan namun kemudian menjadi angkuh dan melupakan kebaikan Tuhan (2 Taw 32:26).
3.    Raja Yosia tidak mau mendengar Nekho dan merasa diri hebat (2 Taw 35:22).

Ketiga raja tersebut berbeda dengan Yesus Kristus , Raja Diraja, yang bisa dibaca pada Mat 4:8-9 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,  dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Sedangkan Lukas mencatatnya sebagai berikut : Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.  Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."  (Lukas 4:6-7)

Mengandalkan Kekuasaan

                Ada sebuah lelucon tentang kejatuhan Adam dan Hawa. Dalam lelucon tersebut dikatakan, seandainya Adam & Hawa adalah orang Tionghoa, namanya pasti akan menjadi “A Thiam & A Hwa”.
Manusia pasti tidak akan jatuh dalam dosa karena otak bisnis orang Tionghoa. Begitu melihat buah apel pasti tidak akan dimakan tetapi djual di pasar (lumayan dapat untung). Ularnya pun tidak sempat menggoda karena begitu muncul pasti akan ditangkap lalu dimasak ular-cah-fumak. Yang pasti , mereka takkan menelantarkan Taman Eden kosong karena dibangun ruko atau perumahan (Taman Eden Residence).
                Pada kisah Adam dan Hawa, iblis menawarkan untuk manusia mengatur diri sendiri  supaya manusia bisa melakukannya tanpa Tuhan. Itu yang dikenal sebagai kesombongan. Yang ditawarkan oleh si jahat (iblis) : kuasa kalau memiliki. Iblis berusaha menjebak Adam kedua yaitu Yesus Kristus. Adam pertama jatuh karena berpikir dengan kuasa mengatur, memerintah dan melakukannya sendiri. Di dalam kekuasaan itulah , manusia bisa melakukan berbagai hal dalam hidup. Kekuasaan membuat kita bisa melakukan segala sesuatu seperti mengeruk harta. Sehingga kekuasaan sangat menarik untuk dicari dan direbut.
                Sekitar 18 tahun lalu, seorang dosen mengatakan, “Kita dari kecil sudah salah diajarkan oleh orang tua. Mental dan kognitif kita belum matang tapi sudah diberikan kuasa sehingga kacau balau. Contoh : saat pembantu salah, sang anak memarahinya. Dia menunjukkan diri sebagai orang yang berkuasa. Sebagai anak dari majikan (yaitu papa dan mama-nya), ia berkuasa menegor dan memarahi pembantu. Di sini terjadi kehancuran sudut pandang sang anak dalam melihat kekuasaan. Demikian pula yang terjadi di Amerika . Anak-anak diajar bahwa setelah mencapai umur tertentu mereka  bisa mengatur diri sendiri sehingga dunia Barat mengalami krisis di mana anak-anak mereka menjadi liar dan mengerikan karena berusaha memimpin hidup sendiri dengan kekuasaannya.
                Orang percaya harus melihat hidup seperti pada zaman Musa. Saat itu apa yang dikatakan Musa diikuti. Apa yang rusak dibenarkan, apa yang diarahkan Tuhan diikuti. Dengan taat mereka mengikuti segala perintah Allah. Saat diminta untuk berjalan lurus, mereka berjalan lurus. Demikian pula saat diminta untuk belok ke kiri atau ke kanan. Musa berkata, “Tuhan, kalau Engkau tidak memberi perintah aku tidak akan berjalan.” Musa meletakkan kembali sumber kejatuhan manusia yaitu kekuasaan pada tempat yang seharusnya.

Ciri-ciri Raja Dunia

1.    Mengandalkan kekuasaan.

Di dalam kitab Raja-Raja (yang menceritakan sepak-terjang raja-raja ) dan Tawarikh (yang lebih menekankan dari sisi kerohanian raja-raja), umumnya anak raja  menggantikan papanya karena meninggal, mati dibunuh atau lainnya. Mereka menunggu sampai kuat baru mereka melakukan apa yang sudah direncanakan. Kekuasaan adalah andalan dari raja-raja dunia. Kalau mau mencari uang maka carilah kekuasaan. Sehingga iblis menawarkan, “Bila kamu menerima kekuasaan dariku maka kamu bisa melakukan apa saja.” Karena dengan kuasa, seseorang bisa menunjukkan siapa dirinya.
          Saya dibekali majelis saya waktu mau masuk ke gereja Tionghoa yang menganut sistem  kemajelisan (presbiterian sinodal). Ia berkata, “Pak Hery akan masuk ke gereja Tionghoa dan menjadi gembala sidang (orang nomor satu). Kalau nomor satu , apa-apa ke kamu.” Saya tidak percaya.  Ternyata benar. Bahkan untuk urusan ganti kunci saja ke saya. Itu sesuatu yang sangat penting dalam gereja Tionghoa. Saya baru 14 tahun jadi pendeta dan saya tidak pernah mengejar untuk menjadi pendeta. Kalau menjadi pendeta untuk berkuasa lebih baik jangan menjadi hamba Tuhan. Sistem gereja kita sistem kemajelisan. Tidak ada keputusan yang diubah kecuali dalam keadaan darurat. Bila mengandalkan kekuasaan, maka bisa membuat pemimpin  menjadi one-man show, dan hal ini berbahaya. Kekuasaan menjadi power nomor satu menurut orang dunia. Sehingga ada orang yang merangkak karirnya dalam perusahaan lalu terjebak dalam kuasa. Kalau mau lihat siapa seseorang maka  lihatlah responsnya terhadap kekuasaan dan uang. Kekuasaan bagi dia bisa lebih hebat dari uang. Sehingga politisi pun bermain kekuasaan. Itu mengerikan! Pegawai rendahan yang belum punya  status merasa nothing begitu ia punya kuasa menjadi something. Dalam perusahaan sendiri, waktu belum besar saat menjadi bos bisa jadi terlena. Perusahaan yang sudah  dirintis dengan susah payah hancur karena salah menggunakan kekuasaan.

2.    Mengejar kekuasaan dengan cara-cara licik (menghalalkan segala cara).

Cara apapun dilakukan untuk menjadi pemimpin. Di dalam kerajaan lingkungannya terbatas (ibarat di dalam kotak). Di dalam kotak tersebut banyak orang jahat yang menggunakan berbagai cara untuk menarik hati kaisar. Begitu kaisar tertarik, maka jabatannya dinaikkan. Ia menjadi orang penting dan kemudian berubah menjadi orang jahat. Orang berusaha sebaik-baiknya untuk mencapai kekuasaan. Ini juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Di kantor banyak orang yang suka menjilat atasan. Ada kepala sekolah yang suka datang terlambat. Guru-guru di bawahnya tidak berani menegurnya karena bisa dikeluarkan.  Kalau pun dinasehati untuk datang tepat waktu agar para siswa dan guru tidak kesulitan mencarinya, dia hanya memberi respons,”Saya tahu.” Begitu diingatkan untuk datang tepat waktu dan bila datang telat terus akan dilaporkan ke atasan, baru ia merasa takut. Namun ia membenci orang yang mengingatkannya. Mengejar kekuasaan dengan cara licik juga dilakukan oleh orang Kristen. Ini sudah diturunkan dari raja-raja dunia  dan ini menjadi cara yang dilakukan sampai hari ini.

3.    Menjalankan kekuasaan dengan keji / kejam.

Pada Matius 20, Ibu Yakobus dan Yohanes datang untuk meminta agar kelak kedua anaknya bisa duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus Kristus. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.   Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,  dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;  sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Di hari  Natal ada kisah tentang raja legendaris Herodes. Ia mendengar kabar akan kelahiran Raja Diraja dari orang Majus dan kemudian mencariNya. Tapi Raja Herodes tidak dapat menemukanNya karena Allah melindungiNya. Lalu ia menyuruh untuk membunuh semua anak berusia 2 tahun ke bawah. Kejadiannya sangat memilukan karena banyak orang tua menangisi anak-anaknya. Anak yang sedang lucu-lucunya, tiba-tiba harus dibunuh. Penghiburan tidak mempan. Peristiwa ini memalukan sekaligus memilukan, karena Herodes dengan cara yang keji mempertahankan kekuasaannya.

Ciri-Ciri Yesus Kristus (Lukas 4:6-7)

1.    Kekuasaan milik Allah maka kembalikan dan serahkan kepada Allah.

Tuhan Yesus dengan tepat mengajarkan bagaimana cara melihat kekuasaan. Bagi Kristus, Dia berhak mengatur kita seperti yang Dia mau sehingga Dia mengajarkan doa yang agung, Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga (Matius 6:9-10).  Karena yang punya kuasa hanya Allah. Dia yang berkuasa memberi makanan, minuman dan pakaian sehingga kita harus taat kepadaNya, termasuk saat mencari jodoh. 2 hari lalu saya pelayanan di salah satu komsel GKKK Kosambi Baru dan pulangnya beli bakmi di jembatan lima.  Sang enci yang menjual, melayani sendiri tidak dibantu oleh suaminya. Sang enci mengatakan, “Waktu pacaran saja, ia rajin dan mau membantu. Sekarang dia tidur di rumah.” Seharusnya waktu pacaran kita bertanya, apakah imannya sama dengan saya atau tidak. Demikian pula waktu mau menyekolahkan anak. Biasanya orang tua hanya memikirkan sekolah atau kuliah yang bisa cepat mendatangkan uang tanpa memperhatikan kemampuan dan passion sang anak. Pandangan kekuasaan milik Allah diperlihatkan oleh Yesus. Ikutlah Allah karena Dia yang punya kuasa.

2.    Yesus tidak mengejar kekuasaan.

Kekuasaan yang ada pada Yesus lahir dari ketaatan pada Allah (Allah yang memberi kekuasaan). Pada Filipi 2:5-11 Rasul Paulus mencatat Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,   melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,  dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! Tuhan Yesus melakukan apa yang diperintahkan Allah.  Demikian pula dengan Daniel. Ia tidak mencari kekuasaan tapi Raja Babel memberinya kekuasaan. Daniel hanya taat kepada Allah. Jangan pernah berambisi untuk mencari kekuasaan, karena Allahlah yang akan menunjukkan langkah-langkah kita.

3.       Tuhan Yesus menjalankan kekuasaanNya dengan kasih.

Dalam menggunakan kekuasaan, kita jangan mengikuti raja-raja dunia. Kalau mau jadi pemimpin, jadilah seorang hamba. Kita belum tentu mau menjadi hamba karena tidak enak. Kalau jadi pembantu, saat majikan minta ke kiri atau ke kanan harus ia ikuti dan hal ini tidak mudah dilakukan. Sedang Yesus menjalankan kekuasaanNya dengan kasih.

Penutup

Orang percaya harus berhati-hati dalam menggunakan kekuasaan, karena kekuasaan merupakan hal yang menggiurkan dalam hidup manusia. Mari kita mempersiapkan diri dalam menyambut natal dengan mengikuti teladanNya.


No comments:

Post a Comment