Wednesday, July 6, 2016

Tegar di Tengah Badai Retreat Sesi 2 KPR 1 - 6 Juli 2016


Pdt. Hendra G. Mulia

2 Kor 6:16 Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.

Janji Tuhan untuk Hidup di Tengah-Tengah Orang Israel dan Berjalan Bersama.

                Rasul Paulus dalam suratnya ke jemaat Korintus (2 Kor 6:16) mengutip dari Perjanjian Lama perkataan dari Tuhan sendiri bahwa "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.  Sebuah janji dan gambaran nan indah kalau Allah tinggal di tengah-tengah kita, Dia akan menjadi Allah kita dan kita menjadi umatNya.  Apalagi gambaran ini diberikan kepada orang-orang Israel saat berada di padang pasir. Saat itu orang Israel keluar dari Mesir dan berkemah di kaki gunung Sinai dan di sanalah Tuhan memberikan “10 Perintah Allah”. Di samping itu Tuhan juga memberi perintah untuk membuat sebuah kemah pertemuan (tent of meeting) atau Kemah Suci (bahasa Ibrani: Mishkan yang artinya tempat tinggal Allah) yakni suatu tempat perjumpaan sementara dari Allah dengan umat-Nya (Kel 33:7-11 : Sesudah itu Musa mengambil kemah dan membentangkannya di luar perkemahan, jauh dari perkemahan, dan menamainya Kemah Pertemuan. Setiap orang yang mencari TUHAN, keluarlah ia pergi ke Kemah Pertemuan yang di luar perkemahan.  Apabila Musa keluar pergi ke kemah itu, bangunlah seluruh bangsa itu dan berdirilah mereka, masing-masing di pintu kemahnya, dan mereka mengikuti Musa dengan matanya, sampai ia masuk ke dalam kemah.  Apabila Musa masuk ke dalam kemah itu, turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah dan berbicaralah TUHAN dengan Musa di sana.   Setelah seluruh bangsa itu melihat, bahwa tiang awan berhenti di pintu kemah, maka mereka bangun dan sujud menyembah, masing-masing di pintu kemahnya. Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu).  Arsitektur dari kemah ini secara rinci diatur oleh Tuhan (termasuk bahan dan ukurannya). Orang Israel hanya perlu melakukan apa yang Tuhan sampaikan. Kemah ini dibagi menjadi 2 bagian yakni ruang maha kudus dan ruang kudus (tempat ditaruhnya tabut perjanjian). Orang Israel membuatnya seperti yang diperintahkan Tuhan.

Orang Israel harus berkemah masing-masing dekat panji-panjinya, menurut lambang suku-sukunya. Mereka harus berkemah di sekeliling Kemah Pertemuan, agak jauh dari padanya (Bilangan 2). Jumlah orang laki-laki Isarel (yang bisa berperang) sebanyak 603.550 orang (Bil 3:32). Tuhan itu ajaib sekali. Di dunia itu perbandingan antara penduduk laki-laki dengan perempuan adalah 1:1 (perempuan lebih banyak sedikit). Kalau semua orang berpegang pada kepercayaan bahwa 1 laki-laki boleh memiliki 4 orang istri maka 3 orang laki-laki tidak mendapat istri karena sudah diambil oleh laki-laki yang beristri 4 orang. Jumlah perempuan Israel saat itu juga sekitar 600.000 orang sehingga jumlah orang dewasa sekitar 1,2 juta orang. Bila anak-anaknya diperkirakan 800.000 orang maka jumlah orang Israel menjadi 2 juta orang. Dengan jumlah sebanyak itu, maka bila orang Israel cara berjalannya sembarangan maka bisa tragedi Mina tanggal 24 September 2015 dimana terdapat setidaknya 1.000 orang yang terinjak-injak mati (dari 1.355.000 orang jemaah haji tahun 2015).  Sumber media Arab menyatakan bahwa konvoi wakil putra mahkota Saudi sekaligus Menteri Pertahanan kerajaan itu, Muhammad bin Salman ternyata adalah penyebab kepanikan luar biasa jutaan jama’ah haji, Sehingga terjadi tabrakan , dorong-dorongan sehingga yang lemah terjatuh dan terinjak-injak hingga meninggal dunia. Sedangkan saat itu terdapat sekitar 2 juta orang Israel berjalan bersama dan tidak ada kejadian seperti di Mina karena Tuhan telah mengaturnya dengan tepat.

Tuhan mengatur bagaimana orang Israel berkemah dan berjalan. Misal di sebelah Timur ada 3 suku : Yehuda, Isakhar dan Zebulon. Di sebalah selatan ada 3 suku : Ruben, Gad dan Simeon. Sebelah Barat : Efraim, Manasye dan Benyamin (suku Efraim dan Manasye merupakan pecahan dari bani Yusuf). Lalu di sebelah Utara ada suku Dan , Asyer dan Naftali. Suku yang mengurus kemah adalah  suku Lewi (hanya imam yang diperbolehkan mengangkat tabut perjanjian). Kemah pertemuan ada di tengah (dikelilingi oleh 4 kelompok suku).  Tuhanlah yang mengatur cara berjalannya. Awalnya yang jalan adalah kelompok suku-suku di Timur, lalu Selatan, setelah itu Kemah Pertemuan di tengah diikuti oleh kelompok suku-suku di Barat dan terakhir Utara. Selalu begitu sehingga rapi karena  Tuhan yang mengaturnya. Hal ini seperti lirik lagu “Tiap Langkahku Diatur oleh Tuhan”. Allah akan berdiam di tengah-tenngah mereka. Mereka akan menjadi umatKu dan Aku menjadi Allah mereka. Itu hanya sekali. Tuhan di tengah – tengah suku Israel. Waktu mereka berkemah dan berjalan, Tuhan ada di tengah-tengah mereka. Aku akan berdiam di tengah umatKu. Itu jelas sekali waktu orang Isarel di padang pasir. Tuhan berjalan bersama mereka.

Mereka lalu masuk ke tanah Kanaan dan menahlukkan berbagai penduduk dari Dan ke Bersyeba (Dari Utara sampai Selatan, ibarat dari Sabang sampai Merauke). Tabut perjanjian ditaruh di Silo pada waktu zaman Samuel (1 Samuel 4). Jadi tidak begitu terasa jauhnya karena sekarang mereka tinggal di Kanaan dan telah taklukan penduduk dari Dan sampai Bersyeba. Jarak dari Dan sampai Silo 9 hari, sedangkan dari Bersyeba ke Silo lebih dekat (mungkin 4 hari). Tuhan ada di Silo sehingga letakNya jauh di sana. Konsepnya mulai hilang. Sehingga pada waktu kerajaan terpecah menjadi kerajaan Utara dan Selatan , orang Israel yang mencari Tuhan merasa jauh sehingga mereka mulai menyembah berhala (menyembah Tuhan terlalu jauh). Raja Daud kemudian ingin memindahkan Kemah Pertemuan dari Silo ke Yerusalem. Tetapi bukan Daud yang membangun Bait Allah tetapi Salomo, anaknya. Tabut kemudian dipindahkan ke Yerusalem. Orang yang mau menyembah Tuhan harus berjalan ke Yerusalem baik dari Utara dan Selatan sehingga jauh sekali. Maka konsepnya (Tuhan tinggal di tengah-tengah mereka) hilang sehingga mereka berubah setia. Kerajaan Utara kemudian ditahlukkan oleh Suriah (zaman dulu Aysur) dan pada  tahun 722 Sebelum Masehi Kerajaan Utara sudah tidak ada lagi dan kemudian orang-orangnya menjadi orang Samaria. Orang Benyamin dan Yehuda dibawa dan dibuang ke Babel dan nantinya Nabi Ezra dan Nabi Nehemia membangun Yerusalem kembali. Nabai Nehemia membangun tembok Yerusalem dan Nabi Ezra membangun kembali bait Allah. Orang-orang tua yang sempat melihat Bait Allah zaman Salomo merasa Bait Allah yang kedua tersebut berbeda sekali. Dulu indah sekali. Raju Daud menyediakan emas sangat banyak sekali untuk Bait Allah. Kemudian Bait Allah dibangun kembali pada zaman Ezra dan nantinya diperbaiki waktu zaman Herodes yang menyalutnya lagi dengan emas  sehingga  bagus dan indah sekali. Tetapi karena mereka menyalibkan Tuhan Yesus , maka orang Israel kemudian juga dibuang. Pertama kali dibuang selama 70 tahun, setelah Tuhan Yesus disalibkan orang Israel baru bisa merdeka tahun 1948 (atau 1.878 tahun setelah pada tahun 70 dihancurkan dan negara Israel hilang  atau dibuang). Jadi setelah hilang , Israel bisa kembali menjadi sebuah negara. Berbeda dengan Kerajaan Majapahit (1293-1500 berpusat di Jawa Timur) dan Sriwijaya ( 600-1377 M, dengan ibukota di Palembang) sekarang sudah tidak ada lagi. Israel 1.878 tahun yang lalu sudah hilang , dihapuskan dan disebar orang-orangnya (dipencar ke Rusia, jerman, Afrika, Australia, sekarang banyak bercokol di Amerika). Pada tahun 1905 muncul gerakan Zionisme untuk memanggil orang Israel pulang kembali dan barulah pada tahun 1948  Israel menjadi negara merdeka.

                Bait Allah zaman Salomo hancur zaman Babel dan bait Allah zaman Ezra hancur kembali. Sekarang di tempat di mana dulu didirikan bait Allah berdiri mesjid Al Aqsa. Pernah ada East Tunnel yang digali oleh orang Israel menuju  bawah mesjid itu sehingga orang Islam marah. Maka muncul gerakan intifadah (gerakan perlawanan untuk merebut kembali tanah Palestina pra-Israel) yang mau menghancurkan tempat suci Israel. Mesjid Al Aqsa adalah tempat suci terbesar kedua setelah Mekkah. Mereka menganggap Israel mau menghancurkan Al Aqsa sehingga orang Israel terus menggali. Saat ini, kalau kita tour ke sana bayarnya mahal. Kebanyakan tour tidak mau ke sana sehingga turis harus membayar 100 dolar (Rp 1,3 juta) yang mahal. Kalau masuk di sana, ada bait Allah zaman Salomo yang di atasnya Bait Allah bekas Herodes di atasnya Al Aqsa. Mereka menyalibkan Tuhan Yesus sehingga semuanya dibuang. Kita kalau tidak setia dengan Tuhan, barangkali pada zaman cucu kita, GKKK Mabes nanti sudah dijadikan mesjid. Kalau kita tidak setia , jangan-jangan, cucu kita nanti berkata, “Itu dulu GKKK Mabes dan sekarang menjadi mesjid.” Kalau kita ke Eropa ada gereja yang kokoh, The Great Church. Namun sewaktu didekati , bangunannya telah menjadi Shop in Shop (di dalam toko ada toko). Bagian luarnya tidak boleh diubah karena cagar budaya. Tetapi di dalamnya dijadikan toko – toko yang menjual makanan. Di Inggris, ada gereja yang bagus sekali. Namun kemudian diubah menjadi night club. Bagian altar-nya  dijadikan tempat tarian telanjang. Kalau kita tidak setia dan tidak benar-benar dengan Tuhan, Tuhan ijinkan hal itu terjadi. Orang Israel gagal melihat kebenaran akan  janji Tuhan , “Aku akan diam di tengah-tengah mereka.” Di Perjanjian Baru, Tuhan Yesus datang (Matius 1) dan  Ia akan disebut Immanuel (Allah beserta kita). Matius 28:20b Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Konsep Allah berada di tengah-tengah mereka, paling indah waktu mereka berjalan di padang gurun. Allah betul-betul tinggal di tengah mereka. Waktu mereka tidur atau berjalan, Tuhan selalu di tengah mereka. Tetapi di Perjanjian Baru, Tuhan berkata, “Kamu adalah bait Allah” (1 Kor 6:19, 1 Kor 3:16) artinya di dalam setiap diri kita Tuhan selalu ada. Ia berada dalam diri kita. Dalam Perjanjian Baru Tuhan memenuhi janjinya untuk tinggal di tengah-tengah mereka. Mereka akan menjadi umatKu dan Aku menjadi Allah mereka. Kamu tinggal bersama-sama dengan Tuhan. Di dalam konsep itu apapun yang terjadi, Tuhan bersama dengan kita.     Dalam kesaksian Justin Faith (putra pertama dari penyanyi dan pengarang lagu rohani Edward Chen) mengalami kesembuhan luar biasa. Bentuk penyertaan Tuhan tidak selalu dalam bentuk mujizat, namun Tuhan selalu berada bersama kita dalam keadaan senang-susah. Apapun yang kita hadapi, kalau Tuhan berada bersama kita, maka kita akan selalu tegar. Tuhan tidak akan pernah tinggalkan kita.
Minggu lalu saya pelayanan ke Solo dan memimpin sebuah kebaktian doa di suatu gereja. Worship Leader nya memberi kesaksian. Ia mempunyai seorang anak yang masih berusia 2,5 tahun yang sangat mungil dan cantik sekali. Anaknya cukup aktif dan ceria. Suatu kali temperatur tubuhnya panas karena tidak turun-turun panasnya akhirnya dibawa ke rumah sakit. Entah bagaimana diperiksa darahnya. Mungkin mereka curiga anak itu terkena demam berdarah. Hasil pemeriksaan menunjukkan trombositnya  tinggal 9.000! Dia adalah anak kedua. Bapaknya pun pergi mencari darah dan menelepon ke gereja. Maka hamba Tuhan mencari darah yang lalu ditransfusikan. Setelah itu trombositnya naik sedikit menjadi sekitar 20.000an.. Harapannya besok trombositnya naik lagi. Lalu ia pulang dan bisa tidur. Ternyata pagi-pagi  pk 4.30 istrinya yang menjaga di rumah sakit menelpon karena ia takut setengah mati. Ternyata trombosit anaknya tinggal 6.000. Berarti darahnya terlalu cair maka muka anaknya merah-merah tanda pecah dan sekujur badannya lebam.  Anak itu mukanya hancur karena banyak pendarahan. Pagi-pagi itu bapaknya mencari darah lagi. Dokter minta disediakan 4 kantong trombosit dan 1 kantong darah segar. Harus cepat-cepat cari. Ia pun segera mengontak PMI karena kebetulan ada orang gereja yang mengenal orang PMI. Sewaktu ditanya ‘perlu berapa kantong?’ Dijawab,”Perlu 4 kantong” dan ternyata tepat 4 kantong trombosit yang tersedia karena setelah itu harus dibuat dan selesainya 6 jam lagi. Jadi trombosit pun dikerjakan dan 2 jam lagi boleh diambil. Lalu kemudian 1 kantong trombosit dimasukkan ke anak itu (istrinya sewaktu sang suami memberi kesaksian menangis). Sang bapak kemudian berlutut dan berdoa kepada Tuhan,”Tuhan tolong anak saya”. Ia sempat berpikir  yang paling buruk (barangkali tidak ketolongan). Ia bersama dengan penginjil yang kenal dekat dengannya bersama 2 orang gereja lainnya berlutut berdoa. Kemudian trombosit dari 6.000 naik sampai 230.000! Dokter sampai tidak percaya. Tidak mungkin naik begitu banyak. Setelah dicek lagi ternyata benar. Tetapi kemudian anjok lagi keesokan harinya menjadi 130.000, tetapi masih aman. Anak itu ternyata kena penyakit auto imun yang menyerang darah. Penyakit ini bisa menyerang apa saja seperti penyakit Lupus. Staf kantor kami pernah diserang hatinya, kakak kami diserang ususnya. Bisasanya yang diserang salah satu organ, tapi ini yang diserang darah. Penyakit ini juga bukan leukimia di mana darah putih menyerang darah mereah. Mereka berlutut dan berlutut. Tuhan pun melakukan mujizat dan akhirnya anak itu sembuh. Penyakit ini tidak bisa dicegah. Cukup dijaga agar auto imun jangan aktif dan menyerang kembali. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan seumur hidup. Itulah kesaksian yang diberikan bapaknya. Waktu mereka berlutut, Tuhan ada bersama mereka. Tuhan sayang anak ini. Saya serahkan anak itu kepada Tuhan. Yang terbaik untuk anak itu diserahkan ke Tuhan. Sehingga trombositnya loncat dari 6.000 menjadi 230.000. Kita rasakan Tuhan ada bersama kita, waktu kita berjalan atau pun sedang duduk.

                Tahun 2010, saya berkesempatan ke Amerika mengikuti silent retreat  karena saya ingin mengetahui mengapa Jemaat tidak berubah karakter-nya. Semakin lama mengikut Tuhan, bukannya makin cinta Tuhan tapi malah semakin brengsek.  Saya ingin belajar karena tidak bisa menjawab sehingga saya mengikuti sebuah retreat. Hari Minggu retreat dimulai dan hari Sabtu saya baru datang. Saya sewa 1 ruang asrama lalu kemudian besoknya kita retreat. Ternyata waktu kami kumpul hanya ada 7 orang dengan pembicaranya  ada 3 orang. Kami pun pergi ke tempat retreat. Lalu di depan kami diletakkan kunci-kunci kamar. Saya mengambil saja sembarang dan  saya mendapat sebuah kamar yang besar (tahun depan waktu saya ikut kembali saya mendapat kamar yang kecil). Ada 2 ranjang yang ditinggali saya sendiri. Lalu dikatakan, untuk menyamakan kondisi dulu agar tidak kacau. Makan pagi pk 7.30, makan siang pk 12, makan malam pk 18. Pk 5.15 ada kebaktian. Kemudian ditanya, “Jelas?” Lalu sisanya mau ngapain? Ternyata dari 3 orang tersebut, yang 1 tukang urus administrasi dan yang 2 adalah spiritual director. 1 hari akan bertemu dengan 1 spiritual director. Saya berharap dapat director yang laki tetapi dapat yang perempuan yang sudah tua. Umur 70 tahun lebih. Saya sudah buru-buru tapi kalah dengan 1 orang peserta lainnya. Saya maunya pk 9. Ternyata tidak bisa. Karena ada yang sudah ambil. Pk 7.30 makan baru pk 10 bertemu. Jadi sisa waktunya mau kegiatan apa? Dijawab, “Terserah.” Saya jelaskan saya berasal dari Indonesia dan masih jetlag dan minta apakah boleh tidur? Dijawab “Boleh. Mensana incorpora sano (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat)”, katanya. Bayarannya mahal 650 dolar 5 hari berarti sehari 130 dolar. Itu seharga kamar Hilton. Saya tanya lagi, “Boleh keluar?” Dijawab boleh dan dijelaskan keluar dari pintu masuk ada jalan besar, belok kiri, lalu di lampu merah ada downtown (di sana bisa berbelanja). Tetapi Tuhan takut saya ‘gila’ jadi dikasih hujan sehingga terkurung di kamar karena dingin sekali waktu Januari. Jadi mau ngapain lagi? Jadi saya pun baca Alkitab. Baca saja. Terus ngapain? Doa? Ya kalau doa , berdoalah. Ini reterat terserah, mau tidur, jungkir balik terserah. Jadi mau ngapain selama 5 hari? Padahal saya sudah terbiasa dengan jadwal ketat, sekarang terserah. Tetapi selama 5 hari, Heaven fell down. Tidak ada apa-apa . tetapi waktu berdoa saya rasakan sesuatu yang indah luar biasa. Waktu baca Alkitab, hati senang sekali. Saat itu hujan dengan angin yang kencang. Saya melihat ranting pohon bergerak seperti gerakan melambai pulang pergi. Seakan-akan dalam hujan, pohon-pohon itu juga memuji Tuhan dengan melambai tangan. Sangat indah sekali. Bersama Tuhan saat itu tidak ada mujizat. Tidak ada suara yang menyapa tetapi kita merasakan Tuhan ada. Saya diberi kutipan dari Agustinus. Late I’ve known Him, sangat terlambat saya mengenalNya. Saya berumur 58 tahun dan telah men jadi pendeta sekian tahun, melayani Tuhan 30 tahun lebih, tetapi saya tidak pernah mengalami demikian. Sehingga waktu saya membaca kutipan itu saya menangis. Aku mencari Engkau di luar , namun Engkau ada di di alam . You are there, engkau ada di sana, but I wasn’t. Tuhan berada bersamaMu tetapi engkau tidak ada bersama Tuhan. Tuhan menunggu , tetapi saya tidak Padahal saya sudah menjadi pendeta. Jadi bagi yang masih muda nikmatilah keindahan dengan hidup bersama Tuhan. Ia bersama dengan kamu dalam keadaan apapun. Kita akan dikuatkan bersama Tuhan. Itulah hidup yang indah. Agustinus menulis buku terakhirnya The Confession (Sangat terlambat mengenal Engkau, Engkau bersama saya, tetapi saya tidak). Maukah kita selanjutnya berjalan hidup bersama Tuhan? Waktu engkau bersama Tuhan, kita akan selalu tegar apapun yang terjadi dalam hidup kita. Mau tidak?
                

No comments:

Post a Comment