Thursday, May 5, 2016

Hati Hamba yang Setia



Pdt. Hery Kwok

Mat 24:37-39,45
37  "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
38  Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,
39  dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Mat 25:21   Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Pendahuluan

                Sam Pek Eng Tay adalah kisah legenda dari Tiongkok mengenai tragedi romantika antara sepasang kekasih, Sam Pek dan Eng Tay (Liang Shan Bo (梁山伯) dan Zhu Ying Tai (祝英台)). Kisah ini sering dianggap sebagai Romeo dan Juliet versi Tiongkok. Drama kolosal Sam Pek Eng Tay  juga dipentaskan oleh Teater koma sejak 1988 sampai sekarang. Alur ceritanya (lakonnya) menarik, punya kekuatan dan membuat orang terharu karena di dalam cerita itu, dikisahkan tentang Sam Pek dan Eng Tay yang jatuh cinta dan walau cinta mereka dilanda badai kesulitan namun mereka tetap setia sampai mati. Cerita-cerita  romantis seperti ini membuat kita terharu saat kisahnya mempunyai pesan tentang kesetiaan. Cerita yang memuat konten kesetiaan akan mempunyai pengaruh pada orang-orang  yang menyaksikannya. Cerita tentang romantika banyak sekali, tetapi yang membawa pesan tentang kesetiaan mempunyai kekuatan sendiri. Contoh lain : kekuatan film Titanic dimunculkan saat kedua tokohnya (Jack dan Rose) menjunjung kesetiaan sampai maut memisahkan mereka. Ternyata kesetiaan seperti itu luar biasa dipuji oleh orang-orang yang melihat filmnya. Waktu kita mempunyai kualitas kesetiaan, orang akan mengacungkan jempol.

Kesetiaan itu sesuatu yang sangat langka dan tidak semua orang bisa dan kuat melakukannya. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang tidak setia. Banyak suami yang tidak setia walau ada juga istri yang tidak setia. Ada orang tua yang tidak setia dengan anaknya sehingga membuang anak yang Tuhan percayakan kepadanya. Begitu anaknya lahir langsung ditaruh di kardus dan dibuang. Anak dari paman (apak) saya pernah melihat kardus yang berisi bayi yang sangat kecil yang baru dilahirkan. Orang tua bayi tersebut tidak setia  dan menolak merawatnya. Juga banyak anak yang tidak setia terhadap orang tuanya. Saat sudah mapan ia tidak mau merawat orang tuanya. Ada jemaat yang tidak setia. Kita sering mendengar jemaat yang tidak setia dalam hal imannya terhadap Tuhan. Ia menjual imannya karena seraut wajah yang tampan/cantik. Ada juga yang untuk jabatan, ia lebih baik membuang iman kepada Tuhan Yesus. Ada orang yang mengeyampingkan rohaninya saat bicara jujur karena ingin mendapat untung banyak. Ada jemaat yang karena tersinggung , bosan atau alasan lain-lainnya, meninggalkan gereja. Kesetiaan memang hal yang langka.

Hamba yang Setia

                Saya sendiri tidak berani mengatakan bahwa saya adalah hamba Tuhan yang setia karena belum mencapai akhir hidup. Namun ada 2 pesan dari tema “Hati Hamba yang Setia”. Kitab Matius pasal 24-25 diberikan dalam konteks sebuah rangkaian khotbah tentang akhir zaman yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Matius mencatat siapa hamba yang setia pada pasal 25. Hamba yang setia adalah hamba yang diangkat dan didapati tuannya melakukan tugas yang diberikannya. Pasal 25:21 hamba yang setia adalah hamba yang setia melakukan perkara-perkara kecil. Pesan yang ingin disampaikan melalui Mat 25:21 adalah :

1.     Terkait dengan waktu : kita tidak pernah tahu kapan kita akan diminta pertanggungjawaban atas perkara-perkara yang dipercayakan kepada kita.

Nanti Tuhan Yesus akan datang di atas awan-awan dan semua manusia bisa menyaksikannya. Itu menunjukkan keagunganNya. Semua lidah akan mengaku dan semua lutut bertelut waktu kesetiaanNya dinyatakan untuk kedua kalinya. Tidak ada mulut yang tidak mengatakan Dia adalah Tuhan. Karena itu bentuk manifestasi manusia yang melihat Tuhan yang datang ke dunia. Kita belum tahu kapan Ia akan datang. Sedangkan kedatangan Tuhan secara pribadi terjadi waktu Ia datang menjemput saat kita meninggal. Tidak ada seorang pun yang mencatat kapan kita akan mati, kecuali orang yang mau bunuh diri. Bahkan orang-orang yang sakit parah pun , masih minta didoakan untuk cepat sembuh. Sehingga biar separah apa pun sakit seseorang, saya tidak pernah berdoa agar orang tersebut cepat-cepat meninggal. Saat saya membesuk di rumah sakit setiap Sabtu minggu ketiga dan bertemu dengan pasien yang sakit kanker stadium 4, saya tidak berdoa agar Tuhan mencabut nyawanya karena kalau hal itu terjadi maka itu adalah kehendak Tuhan. Bagaimana kalau Tuhan mau orang sakit tersebut sembuh kembali?

Di dalam ketidak-tahuan waktu inilah menyebabkan  ujian terhadap kesetiaan sulit sekali dilalui. Kita perlu mempersiapkan diri mennyongsong waktu itu. Kita jangan sampai kecolongan. Ada waktu yang kita tidak tahu yakni waktu yang dipakai Tuhan untuk menajamkan kesetiaan kita terhadapNya. Karena kesetiaan itu sering hilang dan kabur seperti pada Mat 24:39. Di zaman Nabi Nuh, orang makan ,minum, dikawinkan. Perjalanan hidup manusia sehari-hari dan gemerlap hidupnya bisa membuat manusia hilang kesetiaan. Maka kita perlu waspada dan tidak semua orang bisa mengakhiri hidup dengan baik. Ini merupakan pergumulan bersama kita. Apa kita benar-benar seperti yang dikatakan Tuhan Yesus sebagai “Hai HambaKu yang setia”. Ini perkataan yang luar biasa. Raja Diraja menyambut dengan kata-kata yang luar biasa itu. Ujian waktu yang tidak pernah kita tahu kapan terjadi atas diri kita. Itulah ujian yang membuat kita terlihat setia atau tidak. Unsur-unsur dunia membuat kita ditarik untuk tidak setia. Saya dan teman-teman seangkatan digodok selama 5 tahun di sekolah Alkitab. Di sini ada pembentukan karakter yang kuat. Sekarang para mahasiswa teologia bisa lebih cepat selesai S2 karena S1-nya dari sekolah sekuler. Sehingga kekuatan dan ketahanan mentalnya belum teruji. Waktu keluar dari sekolah Alkitab, ada hamba Tuhan yang melakukan ‘macam-macam’ seperti membawa kabur istri orang dan meninggal. Ia sudah terjebak dengan pesona dunia. Dalam jebakan inilah pada saat waktu yang tidak kita ketahui datanglah kematiaan sehingga sulit mengakhiri hidup dengan setia. Di zaman dulu ada seorang pengusaha kedapatan meninggal tanpa busana dengan perempuan yang bukan istrinya. Berita ini membuat heboh. Yang mengenaskan bukan sang pengusaha melainkan istri dan anak-anaknya yang masih hidup. Mereka menanggung malu karena sang pengusaha tidak setia dalam kemewahan yang ia peroleh.

          Kita berada dalam ujian yang sama. Mari kita bersama-sama berjalan, saling menguatkan dan bergandengan tangan supaya kita hidup dalam kesetiaan terhadap Allah sampai akhir hidup kita. Waktu mengakhirinya, kita tetap setia kepada Tuhan. Masih banyak tugas saat ini yang belum selesai, sehingga kita tidak berani bertemu denganNya. Tugas kita sewaktu hidup ada dalam pelayanan di gereja , di rumah , di keluarga, pada pekerjaan, lingkungan dan lain-lain. Dalam kurun waktu itulah kita sedang menjalani ujian kesetiaan, karena tantangannya sangat kuat sekali.

2.     Mat 25:21   Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Hamba yang setia dapat dipersiapkan dalam kerajinan dan ketekunan untuk melakukan tugasnya dengan baik. Dipersiapkan artinya dilatih. Itu dimulai dari perkara yang kecil. Dalam kegiatan dan ibadah sehari-hari, banyak jemaat yang tidak mengetahui orang-orang yang melakukan perkara-perkara yang kecil (bahkan namanya tidak tercantum). Sedangkan menghadapi event besar seperti Natal dan Paskah, semakin hebat jemaat mempersiapkannya. Ada yang mengatatakan, “Coba selama 52 minggu ibadahnya  seperti ibadah natal.” Karena selebihnya ibadahnya melempem, tidak inovatif dan membuat jemaat tertidur. Ada jemaat yang memang menjadikan gereja sebagai tempat tidur yang enak dan tidak ada hamba Tuhan yang menegurnya kecuali Pdt. Stephen Tong. Padahal saat menghadapi even-even tertentu latihannya  luar biasa karena kita berpikir akan tampil dalam momentum yang agung, mulia, besar dan disaksikan orang. Itu menjadi kekuatan kita sehingga latihan-nya luar biasa. Kalau  kebaktian biasa, melihatnya juga lemas. Apakah kita hadir sedemikian rupa? Apakah kita tiba di ibadah secara tepat waktu? Kalau dihadapkan pada perkara yang kecil dan yang besar, biasanya orang memilih perkara yang besar karena akan dilihat banyak orang sedangkan perkara yang kecil tidak pernah dipandang.

Hal ini berbeda dengan kriteria Tuhan yang mengatakan bahwa  hamba yang setia bukanlah hamba yang melakukan perkara yang besar tapi melakukan perkara yang kecil. Karena ketekunan melakukan perkara yang kecil itu yang benar dan Tuhan senang akan hal tersebut.  Ujian kedua menjadi hamba yang setia adalah harus dilatih dan dipersiapkan.  Kalau dipanggil melayani sebagai MC, anggota paduan suara, petugas persembahan (kolektan), penyambut tamu (usher) di gereja, kesetiaan melakukan dan mempersiapkan diri, menunjukkan apakah kita pribadi yang setia. Karena perkara kecil kita persiapkan dengan baik. Hal ini tidak mudah. Maka kalau kita terbiasa mempersiapkan, kesetiaan itu membuat Tuhan memberikan kepercayaan. Saat kita melakukan perkara kecil, kita orang yang teguh dan setia. Karena dengan telaten dan konsisten melakukan perkara yang kecil. Ini merupakan ayat penghiburan yang luar biasa. Membereskan tempat yang kotor tidak ada yang melihat,tapi Tuhan yang melihat. Saya tidak masalah untuk membersihkan. Sepanjang Tuhan dipermuliakan , tidak usah dipikirkan. Itu menjadi kebiasaan dan karakter kita. Kesetiaan dimulai dari hal yang kecil. Seperti semen yang mencetak sebuah bentuk , disitulah kita dibentuk. Omong kosong kalau di rumah tidak rajin, di gereja menjadi rajin. Itu adalah gambar yang kecil, di gereja hanya penampakan saja. Ujian hamba yang setia, kita harus konsisten dan tekun melakukannya. Disitulah engkau akan menjadi besar. Tidak ada orang yang menjadi besar tanpa ada yang kecil , tidak ada kekuatan kalau tidak dimulai dari yang kecil. Di kitab Injil, kita menemukan kesetiaan Tuhan sangat hebat. Ia datang dari kota ke kota untuk memberitakan kabar baik dan kerjaan Allah dengan baik. Ia memberitakan sampai akhir hayatNya di bumi. Kemudian Ia akan datang kembali, itu pasti. Itu bukan sesuatu yang kira-kira. Ia akan datang dan sudah digenapi sesuai nubuatannya di kitab Kejadian. Seluruh nabi –nabi sudah membuat nubuatan yang kemudian sudah digenapi. Ia akan kembali sudah digenap. Ia akan datang kembali. Ini seharusnya mendorong kita karena pasti ia akan datang. Kira-kira kita akan mempersiapkan diri dengan setia dan melayani dia? Apakah kita setia dalam perjalanan iman kita?

Ibadah kenaikan Tuhan Yesus tidak populer, karena ia naik. Tapi kalau turun , itu akan menakjubkan sekali menyaksikan Allah turun di atas awan-awan. Kita di kutub Utara melihatnya, yang di bawah lihat di atas, yang di Timur bisa lihat di Barat dan sebaliknya. Itu Tuhan yang buat. Kalau kita diijinkan ada dan melihat, dan tidak persiapkan diri, maka kita akan malu. Kalau kita tahu kepastiannya dan mempersiapkan dengan baik, maka kita akan bahagia. Mari belajar setia. Itu barang langka. Tidak semua orang dapat melakukannya. Karena harus konsisten dan tekun.


                

No comments:

Post a Comment