Monday, February 29, 2016

Haus akan Allah


Pdt. Karyanto

Pendahuluan

                Alkitab mengajarkan sebuah sistem nilai tentang mana hal yang terpenting, yang cukup penting dan yang tidak penting. Orang yang berhasil dalam hidupnya bukanlah  orang yang bisa membedakan hal yang penting dari yang tidak penting. Kalau ada orang dewasa yang tidak bisa membedakan hal tersebut, maka nasibnya akan malang. Orang yang berhasil hidupnya adalah orang yang bisa membedakan hal terpenting dari sekian banyak hal penting. Itulah kunci sukses dalam hidup kita. Demikian juga dengan anak-anak Tuhan. Di dalam Alkitab terdapat banyak sistem nilai. Misal : Tuhan Yesus berkata, “Hidup lebih penting daripada makanan” atau “Tubuh lebih penting dari pakaian.” Padahal ada orang yang mencurahkan perhatian pada pakaian dan perawatan tubuhnya. Amsal 8 berkata, “hikmat lebih berharga dari permata.” Apapun yang diinginkan manusia, di muka bumi ini tidak ada yang bisa menyamai hikmat. Orang yang tidak punya permata tapi punya hikmat maka lambat laun akan punya permata. Sebaliknya orang yang punya banyak permata, tetapi tidak punya hikmat maka lambat laun permatanya akan habis. Suatu kali saya berkhotbah di sebuah pabrik plastic. Selesai khotbah maju seorang karyawan dari belakang lalu bertanya,“Pak Pendeta kenapa tidak memakai cincin kawin”. Sewaktu khotbah saya memang menyinggung anak saya, jadi dia tahu bahwa saya sudah menikah. Saya menjawab dengan nada bercanda, “Cincin kawin saya sudah saya gadaikan.” Tapi saya ingin tahu mengapa ia bertanya begitu dan menanyakannya. Lalu ia berkata, “Pak saya mau menikah, tapi harga emas sudah mahal” Saat itu harga emas naik tinggi sekali. Jadi saya prihatin dan kasihan dengan dia. Saya berkata, “Kalau kamu menikah di gereja , kamu harus punya cincin kawin. Tapi tidak perlu cincin emas tulen. Karena pendetamu harus pegang cincinmu dan berkata ‘cincin adalah lingkaran yang tidak putus  kiranya cinta kasih saudara ….’ Jadi tidak harus cincin emas tulen. Beli saja cincin emas non-asli, pendeta dan jemaat tidak akan tahu. Nanti setelah kamu berkeluarga, bekerjalah yang rajin dengan hikmat dari Tuhan, sungguh-sungguh , ulet , jujur lalu simpan sebagian gajimu. Setelah dananya cukup ajak istrimu ke toko emas untuk membeli cincin emas. Kalau setelah 5 tahun menabung tidak cukup tunggu 10 tahun.”
                Saya sering menikahkan anak muda di gereja. Ada anak-anak muda yang menerima warisan yang besar. Ada yang dikasih perusahaan, mobil dan rumah. Tapi kalau tidak berhikmat, maka lambat laun akan habis. Kebanyakan di GKKK dari keluarga menengah ke bawah,  masuk pernikahan dengan cukup prihatin (rumah kontrakan dll). Tetapi kalau hidup berhikmat, maka lambat laun bisa mencicil rumah dan anak bersekolah baik.

Artinya berhikmat

Amsal 9:10  mengatakan Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. Sebagai suami – istri, bila berhikmat di hadapan Tuhan dan berkarakter, maka Tuhan akan memberkati kita. Jangan takut untuk menikah. Kalau tidak punya rumah, mau kontrak rumah juga tidak apa. Yang penting hidup berhikmat dan takut akan Tuhan.

1.       Kepatuhan kepada Tuhan lebih utama daripada korban bagiNya.

Nabi Samuel memberitahukan Raja Saul untuk menghabisi semua orang Amalek dan binatang kepunyaannya. Maka majulah Raja Saul menyerbu bangsa Amalek dan saat tiba di Amalek mereka melihat kambing – domba – lembu yang tambun. Rakyat berkata, “Tuanku Raja, masa kambing, domba, lembu yang tambun dibasmi? Kita selamatkan dan kemudian diambil dan dijadikan korban bagi Tuhan kita.” Jadi tujuannya bukan untuk pesta pora. Tujuannya baik. Raja Saul pun mendengar suara rakyatnya sehingga Raja Agag diselamatkan juga kambing dombanya. Melihat hal ini, Tuhan kecewa sekali. Nabi Samuel mencintai Saul dan menangisinya. Tuhan berkata, “Untuk apa kamu menangis semalaman?” Nabi Samuel datang dan bertanya, “Apakah engkau sudah melakukan apa yang diperintahkan Tuhan?” Raja Saul mengiyakan. Namun terdengar suara kambing-domba. Lalu Nabi Samuel bertanya, “Ssuara apa yang saya dengar itu?”  Raja Saul menjawab, “Rakyat minta agar jangan dibasmi tetapi diambil dan dijadikan korban.” Nabi Samuel pun berkata : "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan (1 Sam 15:22).

Apa konkritnya hal ini dalam hidup kita? Patuh kepada Tuhan! Saya tidak mau mengajarkan tidak perlu berkorban bagi Tuhan. Bukan itu pointnya. Segala pengorbanan kita, baik waktu, tenaga dan pikiran harus lahir dari sikap hati patuh kepada Tuhan. Bagian Alkitab ini tidak mengajarkan untuk tidak berkorban bagi Tuhan. Tetapi Alkitab dengan tegas mengajarkan hal terpenting dari hal-hal penting. Mendengarkan perkataan Tuhan lebih utama dari segala pengorbanan, waktu , tenaga dan pikiran kita. Kalau ingin dekat Tuhan, haus akan Tuhan, poinnya adalah  “Saya harus lebih mengutamakan kehendak Tuhan”.

2.       Karakter lebih penting daripada kompetensi.

Setelah Nabi Samuel menemui Raja Saul, Tuhan berkata, “Saya ingin memilih orang lain menggantikan Saul. Pergilah ke rumah Isai untuk memilih anaknya guna menggantikannya.” Nabi Samuel mendatangani Isai dan berkata , “Tolong perlihatkan akan-anakmu!” Isai Lalu Isai memanggil anak-anaknya , dimulai dari Eliab. Nabi Samuel melihat Eliab dan dalam hatinya berkata, “Ini dia!” Dari fisiknya Eliab tampan dan gagah. Tetapi Tuhan langsung bicara ke Nabi Samuel, "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Sam 16:7). Ini penting sekali. Bila bicara haus akan Tuhan, maka kita harus menjalani hidup Kristen kita dengan mengutamakan penilaian Allah dibanding penilaian manusia.

Anak kedua saya kelas tujuh. Orangnya tampan. Sejak lahir sampai kelas lima tidak pernah memperhatikan penampilannya. Ia tidak pernah pegang sisir (sisir dengan tangan). Ia jarang berdiri di depan cermin padahal saya sudah menasehatinya. Tiba-tiba waktu kelas 6 ia berubah. Mungkin ada yang menarik perhatian. Saya heran sekali. Biasa ke tukang potong rambut, saya kawal untuk potong pendek. Sekarang tidak mau. Suatu hari saya berkata kepadanya, “Sebastian, papa senang sekarang kamu memperhatikan penampilanmu. Orang yang tidak memperhatikan penampilannya kurang sehat. Ciri orang sakit jiwa yang makin hari makin parah adalah tidak bisa mengontrol dirinya. Rambutnya makin awut-awutan, pakaian makin lusuh, kulit menghitam. Maka menurut ahli ilmu jiwa berarti makin parah tidak bisa mengontrol diri. Jadi sekarang kamu bisa memperhatikan penampilanmu, secara psikis kamu sehat. Kita hidup di dunia ini dalam dunia. Waktu melamar kerja, pertama kali orang akan melihat penampilan. Orang belum bicara IPK, tapi kalau melihat pelamar bertato dan pakai anting, maka orang akan ngeri.” Contoh konkrit, waktu mau selesaikan studi teologia, saya praktek di Perkantas Denpasar. Ada seorang anak muda yang baik dan rajin sekali. Ia selalu datang lebih awal saat persekutuan dan kemudian menyapu. Penampilannya keren. Pakai anting. Rambutnya awut-awutan. Suatu kali saya mengajak makan dia berdua. Saya katakan, “Kamu sangat memperhatikan persekutuan kita. Tetapi sebagai Pembina saya berkata, ‘Penampilanmu tidak mempengaruhi keselamatanmu’. Tetapi kamu hidup di dunia yang telah jatuh dalam dosa. Penampilanmu mempengaruhi eksistenmu di kemudian hari. Bila Bos kamu melihat penampilan seperti itu , maka kamu tahu hasilnya.”  Sebagai sekretaris sinode, saya memperhatikan cara pelamar menulis surat yang salah-salah dan tidak saya terima. Maka saya mengajarkan anak saya untuk menulis surat dengan baik pakai tangan. Sayang kalau berpotensi tapi gara-gara penampilan tidak diproses lamarannya. Anak saya menanggapi degan positif. Waktu itu anak saya kelas enam.

Tetapi Alkitab mengatakan hal yang lain, “Isi hatimu lebih penting dari penampilanmu”. Penampilan di dunia berdosa ini penting, tetapi di mata Tuhan, isi hati kita lebih penting. Kalau ada teman kita, lulus dengan IPK 4  ini bukan prestasi sembarangan. Kalau ada teman kita yang bisa menguasai 6 bahasa, ini bukan kemampuan yang bisa dipandang setengah mata. Tetapi kompetensi tidak lebih penting karakter. Salah satu bentuk konkritnya ,haruslah sesuaikan dengan kriteria Allah. Karakter lebih penting dari kompetensi. Karakter adalah siapa anda ketika tidak ada seorang pun melihat  (Bill Hybels : Character is who you are when no one is looking). Waktu kita berada di kamar terkunci rapat tidak ada siapa pun di dalamnya, apa yang kita pikirkan, lihat dan rencanakan, lakukan itulah karakter kita. Sebagai orang yang harus akan Allah, bentuk konkritnya kita utamakan penilaian Allah daripada penilaian manusia.  Saat menjadi orang tua, pergumulan terberat adalah membina dan mengasuh anak untuk memiliki karakter. Banyak orang tua yang lebih memperhatikan les dan pelajaran anaknya tetapi lupa bicara tentang karakter.

3.       Andalkan Sang Pencipta bukan sumber daya lainnya.

Yesaya 31:1 Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN dan  Yeremia 17:7  Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Di Alkitab ada seorang pemuda yang memiliki karakter yang baik yakni Yusuf seorang Ibrani yang menjadi budak Potifardi Mesir. Sebagai pejabat Potifar sering berpergian . Istrinya cantik dan tiap hari ia melihat Yusuf menyapu ,mengepel, lap meja. Ia melihat Yusuf tampan. Suatu hari istri Potifar ini tidak tahan lagi. Ia pun memanggil Yusuf. Yusuf pikir mau disuruh lap. Setelah Yusuf datang, istri Potifar berkata, “Jangan bilang siapa-siapa, di rumah ini hanya ada kamu dan saya.” Tetapi Yusuf berkata, “Masakan aku berbuat dosa yang besar di hadapan Allah?”  Kalau kita berkata haus akan Allah, maka salah satu bukti konkritnya membangun karakter.

Apa beda orang kaya dan orang miskin saat sakit? Orang kaya kalau sakit yang pertama diingat adalah asuransi, dokter pribadi dan apotek pribadi. Sedang orang miskin mengingat Yang Di Atas. Seorang teman saya berkata, “Kalau tidak berhati-hati kita bisa berubah.” Waktu kita belum punya banyak uang, apa-apa andalkan Tuhan. Anak atau istri sakit kita andalkan Tuhan. Semakin banyak punya harta, kita berubah. Dulu kita andalkan Tuhan, sekarang asuransi. Banyak orang Kristen yang membayar asuransi lebih besar dari persembahan ke gereja. Jadi dia lebih andalkan asuransi daripada Tuhan. Punya 1-2 polis asuransi tidak apa karena Tuhan mengajarkan untuk mempersiapkan hidup kita. Tetapi kalau berpuluh-puluh asuransi dan bayar premi lebih besar dari persembahan kepada Tuhan, itu salah. Karena di dalam hatinya yang paling dalam, ia sudah menggeser Tuhan dengan asuransi. Firman Tuhan berkata, “Celakalah orang yang pergi ke Mesir meminta pertolongan, yang percaya kereta dan pasukan berkuda yang begitu banyak tetapi tidak memandang Allah yang maha kudus dan tidak mencari Tuhan.” Di abad 21 mungkin kalimatnya menjadi, “Celakalah orang yang pergi ke para jendral untuk mencari backing, yang mengandalkan kepintarannya, percaya kepada kekayaannya yang begitu banyak , dan polis asuransi yang begitu besar jumlahnya.” Kalau kita bilang kita haus pada Allah, konkritnya, di dalam hal hidup kita kita lebih mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan pada Tuhan.

Anak saya yang terbesar lebih pintar dari saya. Dia terus belajar dengan keras. Saya berkata, “Kamu belajar dan berdoa dengan cukup. Kalau tidak ada ujian tidur 8 jam, kalau ada ujian 5 jam. Setelah itu percayakan hasilnya kepada Tuhan. Kalau kamu belajar gila-gilaan apa bedanya dengan mahasiswa non Kristen yang mati-matian belajar sendirian tanpa berdoa. Saya dulu lebih banyak berdoanya daripada belajarnya, karena saya merasa kurang pintar. Saya diberi julukan master of camp. Waktu pengumuman seorang dosen menepuk saya, “Kamu berdoa terus. Untung kamu lulus”. Saya selalu lulus. Dalam hati saya berkata, “Untung saya bukan orang yang punya kelebihan, sehingga saya selalu mengandalkan Tuhan. Tetapi bila ada orang yang punya kelebihan dan tetap mengandalkan Tuhan, dia lebih mulia. Gereja yang punya banyak uang dan tidak berhati-hati, gereja menjadi gereja yang tidak banyak berdoa.

Saya punya kenalan seorang supir Muslim. Beberapa tahun lalu, anaknya sakit agak parah. Ia minta saya untuk mendoakan anaknya. Lalu saya mengajaknya berdoa dengan menyebut nama anaknya. Setelah itu dia pulang. Beberapa hari kemudian, ia berkata, “Pak anak saya sudah sembuh.” Beberapa tahun lalu ia berkata lagi, “Pak tolong doakan istri saya karena menderita pendarahan.” Nama istrinya Susilowati. Saya pun berdoa. Besoknya saya bertanya kondisi istrinya. Dia menjawab, “Dia sedang menahan sakit”. Saya bertanya lagi, “Lalu usahamu apa?” Dia menjawab,”Pasrah sama Yang di Atas”. Lalu saya menutup telpon dan menghubungi 2 dokter kandungan. Ternyata kebanyakan dikuret, kalau tidak sakit sekali. Mendengar  hal itu saya menelponnya dan bertanya, “Kamu sudah tanya biaya kuret?”  Ternyata dia sudah pergi ke rumah sakit diIsmalic Village Karawaci, biayanya Rp 6 juta.” Dia butuh uang segitu dan kami punya, lalu kami memberinya. Lalu malam itu saya memintanya datang untuk menerima biaya kuret. Itulah pergumulan  orang-orang yang tidak punya. Yang dilakukan adalah pasrah dengan Yang di Atas.

Kalau kita diberkati, jangan lupakan Tuhan. Kalau anak pertama saya sakit, saya datang dan doakan dia baru bawa ke dokter. Anak belajar dari kehidupan sehari-hari. Orang tua yang anaknya sakit bawa ke dokter, maka selanjutnya anaknya lebih mengandalkan dokter daripada Tuhan.

4.       Sang Pemberi lebih utama daripada pemberianNya.

Maz 73:25  Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
Bagaimana membuktikan hal ini? Ada Musa dan Daud. Musa berkata kepadaNya, "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. (Kel 33:15). Banyak orang Kristen yang lebih mengutamakan pemberianNya  dibanding Sang Pemberi. Saat menyanyi lagu “Cinta Yesus”, benarkah saya lebih cinta Dia? Tuhan berkata ke iblis, “Apakah engkau memperhatikan hidup Ayub yang saleh, jujur  dan takut akan Allah?” Iblis menjawab, “Dia begitu karena Engkau memagari hidupnya, kalau tidak apakah ia masih takut akan Allah?” Tuhan berkata, “Silahkan kuasai, tapi sisakan nyawanya.” Setelah itu badai, api, orang Syeba datang dan seluruh harta , keluarga dan kesehatan Ayub pun hilang. Di balik peristiwa alam adalah iblis. Tetapi jangan dibalik “kalau ada badai, sakit penyakit, perampok itu iblis”. Dalam konteks Ayub betul begitu. Dari peristiwa Ayub, sampai berapa jauh dilakukan iblis untuk membuktikan Ayub hidup saleh dan beribah semata-mata karena Tuhan? Ayub beribadah bukan karena berkat Tuhan? Yang tersisa hanya nyawanya. Kesehatannya juga habis, Kalau kita berkata “kita cinta Yesus”, apakah kita siap semua habis kecuali nyawa?

5.       Duduk di kaki Tuhan sebelum melayani sebagai tanganNya!

Lukas 10:41-42 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Pada Lukas 10 ada kisah tentang Maria dan Marta. Marta tidak salah , hanya prioritasnya tidak tepat. Seharusnya dekat dengan Tuhan lebih dahulu daripada sibuk di dapur. Jangan dibalik, kalau melayani Tuhan, aktif di pemuda dan padus. Seharusnya intim di ruang tamu rohani baru sibuk di dapur seperti Maria. Kalau selama ini tidak pernah memperhatikan kehidupan rohani , maka saya mendorong agar mencari strategi dalam hidup rohani kita dengan disiplin. Ada orang yang jabatannya bagus, punya mobil, supir dll. Ia bersaat teduh sempanjang jalan dari rumah ke kantor. Ia membaca Alkitab. Ada juga yang harus setir sendiri, pagi-pagi sudah berangkat. Setelah sampai kantor baru bersaat teduh. Kalau kita habis mandi , tubuh segar dibasuh air, lalu ke kamar. Jangan cepat keluar kamar, sediakan waktu di meja atau berlutut dekat ranjang. Di setiap kamar saya taruh. Saya didik anak, setelah mandi lalu masuk kamar dan berdoa sebelum melayani Tuhan.

No comments:

Post a Comment