Tuesday, February 9, 2016

Gereja yang Mengevaluasi Diri

Pdt. Hery Guo

Kis 6:1-7
1   Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.
2  Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.
3  Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,
4  dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."
5  Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.
6  Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.
7  Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.


Pendahuluan

                Akhir-akhir ini kita cukup terkejut dengan berita yang mengatakan bahwa satu per satu perusahaan besar di Indonesia tutup (bangkrut). Contoh : perusahaan mobil Ford asal Amerika yang ada di Indonesia tutup padahal masih ada orang yang baru saja membeli mobil merek tersebut. Belum lagi ada pabrik Toshiba dan motor Yamaha yang juga pailit. Beberapa pabrik besar tersebut tidak pernah diperkirakan, namun akhirnya tutup. Saya pernah diundang khotbah di perusahaan motor Yamaha. Jemaat yang mengundang saya berkata, perusahaannya hampir pailit. Perusahaan yang dahulunya besar sekarang hampir collapse karena pemiliknya tidak pernah mengevaluasi perusahaannya dengan baik. Dia mempercayakan perusahaannya kepada anak dan mitra bisnisnya untuk  mengikat perjanjian dengan pihak lain. Sayangnya anaknya tidak mampu memimpin perusahaan tersebut. Belum lagi mitra bisnisnya bermain curang. Walaupun perkaranya masuk pengadilan namun pengadilan memenangkan mitra tersebut sehingga pemiliknya punya utang yang cukup besar dan pilihan yang paling tepat adalah menutup pabriknya. Kejadian ini timbul karena pemiliknya tidak mau mengevaluasi perusahaannya.
                Demikian pula dengan gereja. Berbicara tentang gereja bisa dilihat dari 2 sudut pandang yakni sebagai organisasi (misal : GKKK, GKY, GKI, GRII dll) dan orang-orangnya yang Tuhan panggil dan tebus. Gereja yang sehat adalah gereja yang mengevaluasi diri. Gereja harus melihat dan mengintrospeksi dirinya. Firman Tuhan seperti cermin yang fungsinya pada saat memandangnya kita dapat melihat kekurangan kita yang perlu diperbaiki. Tanpa itu kita akan tenggelam, karena sejarah gereja sudah membuktikan. Waktu gereja tidak mengevaluasi dirinya, maka gereja akan hancur. Maka kita melihat ada gerakan reformasi dengan tokoh-tokohnya seperti Martin Luther , John Calvin dll. Gereja reformasi adalah gereja yang selalu memperbarui dirinya dan mengevaluasi dirinya.

Mengapa gereja perlu mengevaluasi diri?

1.       Waktu gereja semakin bertambah besar dan banyak jemaatnya harus berhati-hati.

        Gereja perlu mengevaluasi diri seperti pada Kis 6. Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari (Kis 6:1). Janda-janda yang berbahasa Yunani tidak diperhatikan dengan baik (diabaikan) dalam pelayanan sehari-hari. Apa yang perlu dievaluasi gereja baik sebagai institusi maupun orang-orang percaya? Dikatakan setelah jumlah murid makin bertambah, pelayanan tidak semakin kuat. Gereja harus mengevaluasi diri waktu gereja mulai bertambah besar (banyak). Prinsip ini  penting! Saat gereja makin penuh orang, luas dan bertambah banyak, justru pelayanan sehari-hari semakin tidak dilayani dengan baik. Catatan kitab suci sudah memberikan banyak sinyal. Contoh : Pada kitab Ulangan , orang Israel dibawa keluar Mesir oleh Musa.  Sebelum masuk ke tanah perjanjian Allah menaruh dalam mulut Musa suatu perkataan yang luar biasa, “Pada waktu kamu sudah menabur, menuai, kenyang dan menikmati hasil dari gandummu, hati-hatilah! Jangan sampai kamu melupakan Tuhan!” Waktu orang Israel belum masuk tanah perjanjian, Allah memberi catatan. Allah tahu kalau tidak dinasehati, bisa berbahaya bagi bangsa Israel. Waktu masuk tanah perjanjian, kamu menikmati hasilnya, kamu merasa puas, hati-hatilah karena kalau kamu berkecukupan kamu bisa melupakan Tuhan. Orang Israel waktu berjalan dari satu tempat ke tempat berikutnya di padang gurun, mereka mengalami kesulitan, banyak tantangan dan banyak hal yang tidak enak yang mereka alami. Justru dengan itu mereka menjadi kuat (tough). Itu sebabnya saat mereka mengalahkan suatu kerajaan dan berjalan lagi,  maka kerajaan yang berada di depannya sudah takut. Hal ini terjadi karena pengaruh bangsa Israel yang menerima banyak tantangan justru membuat mereka bergantung (bertaut) pada Tuhan . “Waktu kamu masuk ke tanah yang Aku berikan yang penuh susu madu. Engkau tidak menanam namun engkau menuai. Engkau tidak berjerih parah untuk mengumpulkan barang-barang yang nantinya sudah ada.” Itu kondisi yang luar biasa. Waktu kamu ke sana dan kamu sudah mengecapnya, hati-hatilah jangan sampai kamu melupakan Tuhan. Itu terjadi sewaktu makin besar. Di kitab Samuel, Raja Daud pernah jatuh dalam dosa perzinahan yang kemudian dilanjutkan pada dosa pembunuhan berencana (Ia punya kemampuan untuk merencanakan supaya terjadi pembunuhan). Pada kitab Samuel ceritanya sepertinya sederhana. Dikatakan , saat awal tahun seharusnya raja-raja berperang. Namun Raja Daud tidak maju perang. Ia merasa sudah mapan, tidak perlu repot-repot dan membiarkan panglima-panglimanya yang berperang. Ia sendiri berjalan di sotoh rumah (halaman atas). Ia melihat ada perempuan cantik  sedang mandi , ia tergoda dan jatuh. Disitulah ia jatuh secara fatal. Semakin kuat dan besar, bisa menjadi berbahaya.
        Ada seekor monyet yang bertanding dengan alam semesta. Ia berkata kepada alam semesta, “Engkau tidak mungkin menjatuhkan saya dari atas pohon.” Monyet memang lihai di pohon. Ia bisa pegang dahan pohon dan tidak khawatir jatuh. Jadi ia menantang alam, “Kalau kamu jatuhkan saya dari pohon, maka saya akan takluk kepadamu.” Alam pun setuju lalu alam semesta mengerahkan angin ribut menghantam sang monyet. Waktu monyet dilanda angin, ia semakin erat memegang pohon. Semakin diombang-ambing semakin kuat monyet memegang dan tidak jatuh. Alam pun menjadi lelah sehingga ia berpikir. “Kalau begitu saya berikan angin sepoi-sepoi.” Monyet merasakan angin sepoi-sepoi, sang monyet merasa keadaannya sudah enak dan tenang. Tidak ada angin yang menerpa. Ia merasa ngantuk dan tertidur. Waktu angin sepoi bertiup, ia tidak lagi berpegang pada dahan pohon. Bukan angin badai yang membuatnya jatuh, tetapi angin sepoi-sepoi. Ini menarik sekali , saat merasa tenang dan mapan , hebat , di situ kejatuhan yang paling parah terjadi. Saya berkata pada majelis , “Tuhan telah menolong GKKK Mabes. Waktu Pdt Sung meninggal dan banyak rohaniwan keluar. Gereja autopilot, tidak ada pemimpin tapi bisa berjalan. Hebat. Kalau bukan tangan Tuhan yang pegang, maka celaka karena tidak ada gembala sidang. Itu belas kasihan Tuhan. Waktu Tuhan memulai dengan majelis yang mau maju. Rohaniawan dan aktifis merespon mau maju. Saya katakan, “Hati-hati waktu Tuhan cukupkan sedikit demi sedikit. Dulu kita andalkan Tuhan, waktu sedikit demi sedikit ditambahkan, Tuhan ingin kita kuat tapi kita bisa tidak mengandalkanNya lagi. Waktu jemaat sedikit kita melihat ke atas, waktu sudah banyak kita melihat ke samping. Kita melihat orang yang hebat dan kaya serta mengandalkannya. Gereja harus hati-hati karena bisa jatuh. Waktu ditambahkan kita harus semakin teguh memegangnya. Waktu bergumul tidak ada perkerjaan, jemaat rajin ke gereja dan berdoa. Tapi faktanya setelah ditambahkan berkat, justru jemaat tersebut makin kendor dan hilang. Ini peringatan buat kita. Gererja harus mau mengevaluasi diri. Waktu ditambahkan jangan sampai kita kendor dalam perkara kerohanian. Waktu ditambahkan rejeki, justru jemaat harus terus setia pada Tuhan. Kesetiaan manusia kepada Tuhan teruji waktu kita ditambahkan. Kalau tidak semakin kendor. Waktu tidak punya kendaraan, untuk ke gereja kita memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Misal : kalau naik mikrolet ke gereja, dihitung berapa lama sampainya. Kalau kebaktian mulai pk 10, ia sudah datang pk 9.30. Setelah punya motor , ia tidak hitung lagi waktu yang dibutuhkan untuk ke gereja dan baru datang pk 9.45. Bahkan setelah punya mobil, pk 10.30 ia baru datang. Hal ini seringkali terjadi dalam diri kita. Guo shi mu pernah mengingatkan saya untuk tidak sombong. Kita tidak mau disebut sombong, tapi kita memang sombong waktu tidak mengevaluasi diri dengan baik. Saat makin bertambah harus berhati-hati. Waktu ditambah rejeki harusnya bertambah setia dalam memuliakan Tuhan. Waktu diberikan anak semakin rajin beribadah pada Tuhan. Ini poin penting. Banyak kejatuhan justru terjadi di sana. Saya ingatkan agar mengevaluasi gereja kita. Kita tahu titik rawan supaya gereja dan orang percaya menjadi sehat. Saya tidak pernah anti dengan berkat. Alkitab berkata Abraham (juga orang percaya) diberkati. Namun saat tidak melihat berkat dan memandangnya dengan baik, maka kita harus hati-hati karena bisa jatuh. Gereja mula-mula pernah mengalami hal seperti ini. Waktu gereja Katolik menjadi besar kemudian jatuh dan muncullah gerakan reformasi. Setelah reformasi gereja Protestan menjadi besar. Lalu setelah itu muncullah  gereja Pantekosta.

2.       Waktu tidak merasa puas karena melalaikan Firman Allah.

Kis 6:2  Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.  Apa yang gereja harus evaluasi, apakah firman Allah sungguh-sungguh memuaskan hidup kita? Rasul berkata, “Kami tidak puas karena melalaikan Firman Allah” yaitu waktu mereka tidak serius melayani meja. Orang-orang yang susah diberi perhatian. Waktu pelayanan kepada janda terabaikan, rasul berkata, “kami tidak merasa puas karena melalaikan firman Allah karena tidak melayani janda dengan baik”. Bila diterjemahkan, “Kalau tidak melayani musik dengan baik, perkunjungan dengan baik, tidak melayani sebagai majelis atau hamba Tuhan dengan baik dstnya, pada waktu firman Allah kami lalaikan kami tidak puas. Ini evaluasi yang paling kuat yang harus ada dalam diri kita. Standarnya Firman Allah! Waktu firman Allah tidak memuaskan kita dalam segala aspek, kita harus evaluasi. Kalau sebagai gembala tidak maksimal dan tidak serius, walau majelis memberi kepercayaan 100%, tapi kepercayaan dinodai dengan cara kerja yang tidak baik, dan saya tidak merasa puas terhadap firman yang dilalaikan maka hal ini berbahaya bagi saya. Ini evaluasi buat kita, pribadi lepas pribadi. Adakah perasaan “saya tidak puas” saat firman Tuhan tidak saya lakukan?. Atau ada yang berkata, “Puji Tuhan saya tidak diberi pelayanan”? Ada juga yang berkata, “puji Tuhan kalender merah sehingga saya tidak besuk”? Ini berbahaya sekali. Celaka! Ternyata melalaikan firman Tuhan membuat hati tidak puas. Gereja harus merasa tidak puas saat firman Tuhan tidak dilakukan dengan baik. Coba evaluasi, apakah firman Allah saat mengajarkan kita untuk setia beribadah, apakah kita puas atau tidak? Ada yang terkadang “bolong” (kalau ada hal-hal yang sulit baru cari Tuhan) tetapi setelah aman tidak lagi ke gereja. Hal ini perlu dievaluasi. Satu hal yang saya dapat tentang beribadah. Itu bukan kewajiban semata-mata. Kalau kewajiban kita akan capai. Demikian juga dengan pelayaan kalau dilakukan sebagai kewajiban , maka kita akan capai. Seharusnya itu anugerah. Anugerahnya berupa diberi kesempatan beribadah. Datang dengan setia dan beribadah. Waktu setia beribadah, engkau bertumbuh. Saya ingin bertemu dan menyembah Tuhan sebab Dia layak. Orang yang bertekun akan membaca dan belajar firman Tuhan, maka ada kegelisahan waktu tidak melakukannya dengan baik. Mintalah kepada Tuhan, “Berikan saya kegelisahan, supaya aku sungguh-sungguh kembali kepada firman. Waktu kendor melayani, berdoa, membaca firmanMu, lalai beribadah, berdoalah agar “beri aku ketidakpuasan supaya aku mengevaluasi diriku dan kembali bangkit”. Waktu hal itu terjadi, maka kita akan betumbuh. FIrman Allah yang menjamin itu. Tapi kalau kita tidak merasa (merasa biasa saja), mari kita evaluasi, “Apakah saya jadi hamba Tuhan yang melalaikan firman Tuhan? Sebagai majelis apakah saya melalaikan firman Allah karena …. (diisi). Ini harus ditanamkan terus. Baru kita bisa menjadi besar.
Kis 6:7  Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.
Tuhan tidak alergi untuk menambahkan. Semakin bertambah banyak  orang menyerahkan diri termasuk imam. Sebenarnya yang paling sulit bertobat adalah hamba Tuhan dan  majelis. Semakin engkau berada di posisimu, semakin sulit bertobat. Sewaktu sejumlah besar imam bertobat, maka gereja mengevaluasi diri. Bahkan orang ayat 8 , saat kesulitan besar mereka tersebar ke seluruh dunia dan nama Tuhan ditinggikan. Kiranya dengan firman Tuhan ini kita mengkoreksi dan mengevaluasi diri.
Mari evaluasi gereja kita, sebagai institusi dan pribadi. Kalau tidak mengevaluasi diri, maka kita menjadi orang Kristen yang suam-suam dan biasa-biasa. Kalau kita mengevaluasi, kita akan semakin maju.


                

No comments:

Post a Comment