Sunday, February 14, 2016

Kasih yang Berbagi

Ev. Susan Kwok

1 Yoh 4:7-11
7   Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.
8  Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
9  Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
10  Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
11  Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.

Motivasi dalam Melakukan Sesuatu

                Jika seseorang ditanya “Apa motivasi dalam hidup ini dalam melakukan sesuatu terhadap orang lain (missal : orang tua, suami/istri, anak , rekan dll)? Motivasi terbesar adalah KASIH. Tanpa kasih tidak mungin kita melakukan sesuatu. Kasihlah yang  membuat orang dikatakan sebagai anak berbakti atau kurang ajar. Ada pepatah Tionghoa yang saya dengar dari seorang pendeta yang berkata, “Seorang Ibu karena kasih bisa membesarkan 8 orang anaknya, tetapi 8 orang anak tanpa kasih tidak bisa merawat seorang ibunya.” Seorang Ibu bisa merawat sedemikian banyak anak karena kasih. Tanpa kasih maka walau begitu banyak anak belum tentu bisa merawat seorang ibu.
Ada seorang janda yang mempunyai 3 orang anak. Saat ia sudah tua, ketiga anaknya mengadakan rapat untuk menentukan jadwal perawatan mamanya di antara mereka agar adil. Akhirnya dicapai kesepakatan bahwa Sang Mama akan makan pagi di rumah anak pertama, makan siang di rumah anak kedua dan makan malam di rumah anak ketiga. Hasil rapat ini berjalan bertahun-tahun. Semakin lama Sang Mama semakin lemah dan sakit-sakitan. Suatu kali dia tidak datang ke rumah anak pertama untuk makan pagi. Ia juga tidak datang untuk makan siang ke rumah anak kedua. Malamnya ia datang untuk makan di rumah anak pertama karena lokasinya paling dekat dengan tempat tinggalnya. Tetapi anak pertamanya berkata, “Jatah makan mama sudah habis tadi pagi.” Akhirnya mamanya pulang. Ia lapar, sedih dan kecewa. Keesokan pagi, mamanya tidak datang lagi ke rumah anak pertama. Anak pertamanya berkata, “Padahal sudah diingatkan agar makan pagi di sini.” Siangnya Sang Mama datang ke rumah anak pertama. Anak pertamanya marah, “MAMA TIDAK DENGAR? MAKAN PAGI DI RUMAH SAYA. MAKAN SIANG DI RUMAH ADIK KEDUA!” Mamanya hanya menjawab, “Ya sudah. Mama pulang.” Saat mamanya pulang, anaknya mengingatkan untuk mamanya datang pagi hari. Tapi keesokan harinya, Sang Mama tidak datang lagi ke rumah anak-anaknya. Anak-anaknya tidak ada yang menelepon atau datang ke rumah mamanya untuk mencari tahu penyebabnya. Padahal dulu waktu anak-anaknya belum pulang sekolah pk 13, ia mencari-cari mereka karena merasa khawatir. Namun sekarang anak-anaknya tidak ada yang merasa khawatir walaupun sudah 3 hari Sang Mama tidak datang. Kemudian ada yang memberitahukan bahwa Sang Mama sudah meninggal! Rupanya Sang Mama menderita sakit, dan hal ini yang menyebabkan ia tidak bisa datang ke rumah anak-anaknya. Anak-anaknya pun tidak bisa menyesal lagi. Penyesalan selalu datang di belakang. Jadi sebelum melakukan sesuatu menyesallah di depan (maksudnya pikir dahulu apakah omongan kita baik atau tidak).
                Berikut ini kisah seorang anak tentang ‘Ibuku Seorang Pembohong!’ Cerita bermula ketika aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar.” KEBOHONGAN PERTAMA IBU. Ketika saya mulai tumbuh, ibu sering pergi memancing untuk membuat sup ikan. Saat makan, ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan di sisa tulang ikan yang aku makan. Melihatnya hatiku tersentuh, lalu memberikan daging ikan kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan.”KEBOHONGAN KEDUA IBU. Saat aku masuk SMP, demi sekolah anak-anaknya, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel stickernya dan sedikit uangnya dipakai untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku terbangun dan melihat ibu masih menempel sticker kotak korek api dengan penerangan lilin kecil. Aku berkata : “Ibu, tidurlah sudah malam. Besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak capek.” KEBOHONGAN KETIGA IBU. Ketika ujian tiba, ibu cuti untuk menemaniku pergi ujian. Ketika hari siang, ibu menungguku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Selesai ujian, Ibu segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol dingin untukku. Melihat peluh ibu, aku segera memberikan gelasku namun Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!” KEBOHONGAN KEEMPAT IBU. Setelah ayah meninggal, ibu merangkap sebagai ayah. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang membantu ibuku. Tetangga seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu hanya berkata : “Saya tidak butuh cinta.”KEBOHONGAN KELIMA IBU. Setelah aku dan kakak-kakakku tamat sekolah dan bekerja, ibu sudah tua dan sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela jualan sayur di pasar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakak-kakakku yang bekerja di luar kota sering mengirimnya sedikit uang, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerimanya. Ia mengirim balik uang tersebut dan berkata: “Saya punya uang lebih dari cukup. Kalian lebih membutuhkannya.” KEBOHONGAN KEENAM IBU. Setelah lulus S1, aku pun melanjutkan studi S2 di Amerika dengan beasiswa sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibu ke Amerika. Tetapi ibu tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata, “Aku tidak terbiasa.” KEBOHONGAN KETUJUH IBU. Setelah memasuki usianya yang renta, ibu terkena penyakit kanker lambung dan harus dirawat di rumah sakit. Aku segera pulang dan melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatapku dengan penuh kerinduan. Senyumnya terkesan agak kaku karena menahan sakit. Aku menatap ibu dengan berlinang air mata. Hatiku perih melihatnya. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata: “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” KEBOHONGAN KEDELAPAN IBU. Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku menutup matanya untuk terakhir kalinya.        
Apa motivasi ibunya melakukan itu? Karena KASIH. Ia membagikan kasih kepada anaknya. Bagaimana kasih Allah kepada kita? Kita kepada Allah dan kita terhadap sesama kita? 1 Yoh 4:7-11. Rasul Yohanes mencatat dengan jelas, bahwa bukan hanya Allah mempunyai kasih, tetapi Allah sendiri adalah kasih. Sifat dan kepribadianNya adalah kasih. Sehingga pada ayat 9-10  dikatakan Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.  Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Allah telah mengutus anakNya yang tunggal ke dunia, supaya kita tidak binasa. Itulah kasih Allah! Allah yang pertama-tama mencari manusia dan menunjukkan kasihNya kepada manusia. Mengapa Ibu bisa mengasih anaknya? Karena Allah yang memulai , memperlihatkan dan membuktikan kasihNya, baru manusia bisa belajar tentang kasih yang sesungguhnya (karena manusia sudah tercemar oleh dosa). Allah memberikan kasih yang tulus. Ayat 7-8 dan 11, Allah memerintahkan dan merindukan anak-anakNya mempunyai dan mempraktekkan kasih. Ada hubungan yang tidak terpisahkan antara iman orang percaya dengan kasih terhadap sesama. Kalau kita percaya dan kasih pada Allah, saat jatuh kita belajar  lagi. Allah memberikan kasih itu supaya kita belajar mengasihi dan mempraktekkan kasih itu. Hubungannya sangat erat. Kalau kita berkata tetapi terus menerus hidup dalam dendam, dosa, ketidakkudusan, caci maki, maka kasih kita kepada Allah patut dipertanyakan. Itu sebabnya kasih orang percaya, bukan kasih yang ala kadarnya tetapi kasih yang berkualitas, yang standarnya adalah Kristus. Kasih itu tidak mudah dilakukan.
Saya pernah marah kepada seorang pengemis. Waktu itu saya sedang makan dengan mu shi di warung tenda pinggir jalan. Lalu datang seorang pengemis meminta-minta. Kita tidak ingin memberi uang (karena bisa tidak dibelikan makanan) sehingga kita membelikan satu bungkus makanan berupa nasi , ayam goreng dan sambel.  Saat bungkusan diberikan ke pengemis , ia menolaknya. Sang pengemis berkata, “Saya minta 2 bungkus.” Saya langsung melotot. Mu shi berkata,”Saya kan kasih kamu gratis.” Tetapi si pengemis tetap berkata, “Saya minta 2 bungkus.” Saya keberatan dan tidak mau kasih walau ditungguin. Saya terus makan termasuk makanan yang dibungkus tadi. Saya makan dengan emosi. Saya kesal mengapa ada orang yang tidak berterima kasih seperti itu. Kasih memang susah dilakukan.
                Kalau susah dilakukan, apa perlu berhenti untuk mengasihi? TIDAK BOLEH. Teruslah mengasihi. 1 Kor 13:8  Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Kasih harus menerus ditambahkan. Oleh karena itu dalam jatuh bangun kita terus belajar berbagi kasih.

Beberapa penghalang untuk memiliki kasih yang berbagi :

1.       Jabatan membuat kita sulit membagi kasih. Ada satu kisah nyata. Seorang anak dari kecil sampai dewasa selalu merasa malu terhadap kehadiran mamanya. Saat ada keramaian ,pembagian rapor, natal di sekolah, acara di gereja, resepsi di keluarga, ucapan syukur di kantor, ia malu dengan kehadiran mamanya, karena mamanya hanya punya 1 mata! Dan yang 1 bukan hanya buta tapi juga jelek. Waktu ia punya kesempatan ke Korea, ia bekerja di sana dan sukses. Ia merasa senang sekali. Korea begitu jatuh dari Jakarta, sehingga tidak perlu rasa malu dengan mamanya. Teman Koreanya tidak tahu mamanya seperti apa. Suatu kali ia mendapat surat yang mengabarkan bahwa mamanya sakit keras. Ia pun pulang ke Indonesia. Sesampai di rumah  mamanya, kondisinya sepi dan gelap . Ia pun masuk dan menjumpai mamanya terbujur kaku di ruang tamu. Yang menarik, di tangan mamanya ada selembar kertas. Ia pun membaca kertas itu dan setelah itu ia menangis meraung-raung. Rupanya waktu anak ini masih berumur 1 tahun lebih sedikit, matanya tercolok saat bermain sehingga menjadi buta. Menyadari hal tersebut akan mempengaruhi masa depan sang anak, mamanya mendonorkan mata. Ia mau anaknya melihat dunia yang indah sehingga ia merelakan matanya. Di dalam  surat itu , mamanya tidak menuntut balas. Mamanya tidak marah atas perbuatan anaknya. Justru dalam surat itu mamanya menulis, “Teruskanlah hidup dan karirmu. Mama senang kamu punya 2 mata. Sekarang aku tidak lagi menjadi beban.” Anak ini menangis meraung-raung dan menyesal. Ia tidak bisa mengembalikan mamanya. 1 Sam 1:24-28, saya menemukan ibu (Hanna) yang mau berkorban untuk anaknya (Samuel) karena berjanji pada Tuhan setelah berpuluh tahun tidak punya anak (kalau Tuhan memberikan anak maka saya akan mengembalikannya kepada Tuhan). Alkitab mencatat ketika Hanna mengantarnya, Samuel baru  lepas menyusui dan berusia 3 tahun. Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan anaknya? Pasti sedih dan kuatir. Itu pengorbanan seorang ibu. Tetapi Alkitab pernah mencatat sisi yang kelam dari Raja Daud. 2 Sam 15: Absalom , anak yang dikasihi Daud, ingin merebut tahta bapanya, sehingga Daud harus melarikan diri. Absalom mengejar dan ingin membunuh Bapaknya. Absalom melakukan itu karena jabatan. Ibu yang bermata satu melakukan itu karena ingin anaknya hidup tanpa rasa malu di masyaratakat. Mamanya menunjukkan kasih yang luar biasa kepada anaknya. Ia tahu Allah mampu merawat anaknya lebih baik. Penghalang pertama berbagi kasih dapat berupa jabatan dan  tawaran dunia membuat kita sulit membagi kasih. Berapa banyak orang di gereja karena jabatan, dan kepentingan pribadi tidak bisa mempraktekkan kasih yang berbagi karena ingin mencapai yang terbaik dengan menggilas orang lain. Kita sering terjebak di tengah situasi seperti itu.

2.       Godaan yang enak-enak (wanita-pria intim lain dan uang). Manusia sulit mempraktekkan kasih yang berbagi kalau terjebak WIL (Wanita Idaman Lainnya) atau PIL (Pria Idaman Lainnya). Ada seorang istri yang terus memaafkan suaminya walau pun suaminya telah selingkuh dan membawa penyakit dalam rumah. Suatu kali suaminya pergi meninggalkannya dan hidup dengan wanita lain. Namun karena sakit, ia ditinggal istri mudanya dan akhirnya ia pulang ke istri pertamanya. Istri pertamanya tidak menolak saat ia datang. Ia menerima dan merawat suaminya. Alkitab juga mencatat kisah Hana dan Elkana. Hana dimadu oleh Elkana karena tidak punya anak dan Elkana menikah dengan Penina (1 Sam 1). Elkana sulit berbagi kasih antara Hana dan Penina. Kis 5:1-11 mencatat kisah Ananias (suami) dan Safira (istri) yang sepakat membohongi hamba Tuhan dan menahan sebagian hasil penjualan tanah. Ada juga keluarga di mana istri diminta suaminya untuk tidur dengan pejabat-pejabat yang bisa memperlancar usaha ekspornya. Suaminya berkata, “Istriku mengertilah ini demi rumah tangga kita! Jangan cemburu dong.” Hari Senin, Rabu dan Jumat ia tidur dengan siapa saja. Saya bertanya “Mengapa begitu?” Ia menjawab,”Yang penting sang suami pulang banyak bawa uang.” Ini menunjukkan betapa rendah tujuan hidup dalam pernikahan. Istri tidak memberi contoh kepada suami dan sebaliknya karena uang maka ada WIL dan PIL.

3.       Dendam kesumat. Tidak hanya di kantor , gereja dll, saudara dendam dengan saudara. Alkitab mencatat, pembunuhan di tengah keluarga yaitu Absalon. Perawakan Absalom ganteng, tinggi dan secara fisik cocok menjadi cover-boy majalah. Mungkin semua wanita yang melihatnya bisa tertarik. Tetapi karena ia dendam, ia merencanakan suatu pembunuhan sampai selesai (2 Sam 13:29-32). Saya pernah menangis selama 15 menit, hanya agar bisa menyebut 1 nama orang untuk didoakan . Setelah 15 tahun berlalu, saya masih dendam. Karena dendamnya, saya mau menghapus wajahnya, supaya tidak ingat lagi. Saya berpikir dengan berlalunya waktu ia akan baik saja. Tetapi setelah sekian tahun berlalu, tetap tidak bisa menghilangkannya. Hanya 1 yang bisa hilangkan yaitu KASIH. Tidak ada jalan lain. Ada dorongan untuk mendoakannya. Saya marah , tetapi mau belajar walau masih enggan (jangan malam ini tetapi besok saja). Susah. Itu yang Tuhan terus ingatkan. Yesus perlu mati supaya kita belajar membagi kasih yang tulus. Tuhan kalau mau dendam ke manusia, tidak akan terhapuskan. Sehingga kita selalu harus belajar.

4.       Sikap aji mumpung. Ada seorang anak kecil yang memesan bakmi ayam dengan papanya yang buta. Sang anak membisiki sang pedagang bakmi agar daging ayam jatahnya diberikan ke papanya. Tetapi papanya yang mengasihi anaknya kemudian memberikan daging tersebut untuk anaknya. Karena papanya buta ia tidak tahu bahwa di bakmi anaknya tidak ada dagingnya dan sang anak kemudian juga menyumpit daging tersebut ke mangkuk papanya. Sang Pedagang yang melihatnya memberikan bonus bakmi. Sang anak ternyata tidak punya mental aji mumpung. Ia tidak menerima bonus tersebut,  dan ia meninggalkan uang untuk membayarnya. Kristus mengasihi kita. Dia mati supaya kita selamat dan supaya kita belajar untuk mengasihi juga (jangan hidup aji mumpung).       


No comments:

Post a Comment