Monday, February 1, 2016

Change My Heart O God (Ubah Hatiku)


Pdt. Yuzo

Mat 9:35-38
35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
36  Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
37  Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
38  Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

Pendahuluan

                Pada Mat 9:36  dikatakan , “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” Kata “tergeraklah oleh belas kasihan” terdiri dari 4 kata dalam Bahasa Indonesia namun dalam bahasa aslinya terdiri dari 1 kata yang bila diterjemahkan dalam bahasa kontemporer berarti “Yesus hatiNya bergetar ketika memiliki perasaan yang sama seperti yang dimiliki orang-orang itu” Hal ini menunjukkan Yesus punya kemampuan untuk memiliki perasaan yang sama seperti orang-orang yang dilihatnya. Matius 9:37-38 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya (setelah Ia merasakan apa yang dirasakan murid-muridNya) : "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.  Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
Bayangkan  untuk 24 jam saja saudara dan saya mempunyai hati seperti hati Yesus. Hanya 24 jam saja, jangan lebih. Bayangkan! Bayangkan! Kita tetap bangun di ranjang yang sama, mobil dan pasangan hidup tidak berganti, pekerjaan tetap sama, bertemu dengan orang sama, anak-anak  dengan masalah yang sama, pasangan hidup mempunyai karakter yang sama, semuanya sama bahkan hasil lab terakhir dengan penyakit yang sama, tetapi yang berbeda hanya satu yaitu kita memiliki hati Yesus. Hati Yesus memerintah hidup kita. Yang lain tidak berubah, hanya satu yang berubah dalam 24 jam itu yaitu hati Yesus memerintah, berkuasa, menjalankan hidup kita. Kira-kira apa yang akan Yesus lakukan ketika Ia melihat pasangan hidup (suami / istri) kita, anak-anak kita, pembantu rumah tangga kita, supir kita? Ketika Yesus ada di mobil, melihat supir bekerja, apa yang kira-kira akan Dia lakukan? Apakah Dia berkata, “Kamu sudah lama bekerja di sini lebih baik kamu keluar saja” atau “Anak-anakku, papa sudah memberikan kamu gadget (gawai), jangan ganggu papa lagi”. Apa yang dilakukan Yesus pada orang yang membuatNya kesal setiap hari? Tukang parkir yang tidak terlihat tapi saat mobil di-starter, meminta tambahan uang parkir padahal mobil kita tidak dijaga dan ada tanda baretnya. Apa yang kira-kira Yesus lakukan pada orang-orang yang kita lihat setiap hari? Maka kita perlu menyelidiki kitab suci. Bagaimana Tuhan Yesus yang berinkarnasi 2.000 tahun lalu melihat dan bertindak.

Tergeraklah HatiNya oleh Belas Kasihan

Terdapat 7 kali muncul kata “tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan” dalam Injil.

1.       Matius 9:36
        Dalam Mat 9:36 , kata ini pertama kali muncul. Ketika Tuhan Yesus memlihat banyak sekali orang. Ia berkeliling dari desa dan kota. Ia memberitakan Injil kerajaan Sorga, melenyapkan segala sakit penyakit dan kelemahan, kemana Yesus pergi banyak orang yang mengikuti Dia. Sama seperti orang datang ke gereja mengatakan “Aku mengikut Yesus”. Melihat orang banyak itu, apakah Dia berpikir, saatnya Aku jadi terkenal dan mendapat pengikut yang banyak dalam waktu singkat? Tidak ada itu dalam hatiNya. Melihat orang banyak itu, tergerak dan tergertarlah hatiNya ketika Dia merasakan apa yang mereka rasakan. Ayat 35, segala penyakit dan kelemahan diusir. Orang-orang ini mencari kesembuhan, mujizat, kekayaan dalam waktu sesaat. Bukan itu yang Dia lihat dan rasakan. Yang dikatakan Tuhan Yesus, “Karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”. Tuhan Yesus tidak mengatakan domba cacat dan sakit, tetapi domba yang terlantar dan tidak bergembala. Maz 23 Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Setiap kali kata domba muncul di PL, selalu dipakai untuk mengartikan hubungan Allah dengan umatNya. Hubungan yang benar adalah Allah menjadi gembala dan umat jadi dombaNya. Sehingga kadang-kadang ketika Allah membangkitkan beberapa raja, raja itu menjadi tangan kanan Allah dan gembala bagi umatNya, tetapi pada Matius 9 Tuhan Yesus melihat mereka lelah, terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Ada pemimpin tetapi tidak ada yang memimpin, ada orang yang memegang jabatan tetapi tidak ada orang yang punya hati yang berbelaskasihan. Itu sebabnya orang mengikut Yesus karena mereka haus dan rindu (bukan karena mujizat). Tuhan Yesus melihat kebutuhan dalam diri orang lain. Tuhan Yesus tahu rasanya diombang-ambing dengan rupa-rupa angin pengajaran,  orang yang tidak tahu besok makan apa, tidak punya pekerjaan, anak-anak yang melacurkan diri, rasanya dikhianati seperti domba yang tidak bergembala. HatiNya tergerak oleh belas kasihan.
2.       Matius 14:14
Di sini  banyak orang sakit datang pada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus melihat mereka begitu papa, lemah dan hina. Mereka tidak tahu harus pergi ke mana, berdoa pun tidak ada yang mengajarkan. Maka tergeraklah hati Yesus, sehingga Yesus menyembuhkan mereka.  
3.       Matius 15:32.
Ketika banyak orang mengikut Dia, dan dikatakan orang-orang tersebut kelaparan. Tuhan Yesus tahu isi hati mereka dan merasakan apa yang mereka rasakan sehingga Tuhan Yesus memberi makan kepada 4.000 orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak .
4.       Matius 20.
Ada 2 orang  buta yang mengikuti Yesus. Mereka berkata, “Tuan tolonganlah kami!” Tuhan Yesus bertanya, “Apa yang engkau minta?” Mereka menjawab,”Kami ingin melihat.” Tuhan Yesus tahu rasanya orang-orang yang tidak bisa melihat. Mereka bukan saja tidak bisa melihat apa yang di depan mereka dan mereka juga tidak bisa melihat masa depan mereka. Siapa yang mau menikah dengan orang buta dan siapa yang ingin punya anak yang buta? Siapa yang ingin buta? Tuhan Yesus tahu perasan orang-orang buta ini . Maka tergetarlah hatiNya oleh belas kasihan dan Tuhan Yesus menyembuhkan mereka.
5.       Markus 1:41
        Ketika itu, di dekat Yesus ada orang-orang berpenyakit kusta. Pada zaman itu orang kusta adalah orang yang sebentar lagi mati. Mereka tidak boleh masuk bait Allah bahkan di pelataran dan halaman luarnya (tempat parkirnya) tidak boleh. Mereka dianggap orang najis dan bisa menularkan kenajisan pada orang lain. Maka tempat bagi orang kusta bukan di rumah tangga mereka tetapi di kuburan. Itu terjadi 2.000 tahun lalu. Orang kusta dimatikan sebelum waktunya, dihindari , dijauhi (aku tidak mau dekat kamu). Anggota keluarga nya pun menjumpai mereka pada tempat yang jauh di luar kota, tidak ada yang berani menyentuhnya atau memberi “angpao”. Mereka mungkin kasih dalam bungkusan-bungkusan dengan dilempar , tetapi tidak ada yang memeluk dan menyalami . Mereka sangat haus akan sentuhan. Mereka dibuang oleh masyarakat. Tuhan Yesus hatiNya tergetar ketika melihat orang kusta itu maka Ia menyembuhkan mereka.
6.       Markus 9:22
Di sini dibawa kepada Tuhan Yesus seseorang yang dikuasai iblis dan setan-setan. Sejak kecil dibanting dan dibawa ke api, sangat terluka. Kadang sadar dan kadang kerasukan lagi. Apa yang dilakukan kepada orang seperti ini pada zaman kita? Masih syukur bila ditampung di dalam rumah. Kadang dimasukan rumah sakit jiwa atau di tempat-tempat terpencil mereka dipasung. Jangan berpikir mereka akan memiliki keturunan! Siapa yang mau menikah dengan orang seperti mereka? Tidak ada yang mau menikah dengannya. Mereka tidak punya masa depan menghasilkan keturunan. Bahkan untuk bekerja pun tidak ada yang mau memperkerjakan mereka. Tetapi Yesus merasakan apa yang orang ini rasakan. Hatinya tergerak oleh belas kasihan. Yesus mengusir setan-setan dari dirinya. Tuhan Yesus membuka lembaran baru, masa depan baru. Ketika orang lain menutup masa depannya, Tuhan Yesus membukannya. Ketika orang lain menjauhi dia, Yesus  medekatinya, Ketika orang lain tidak memperdulikan dia, Yesus secara khusus melayani dan berkata kepadanya. Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan.
7.       Lukas 7:13
        Ketika Tuhan Yesus sedang berjalan di kota Nain ada serombangan orang yang sedang berkabung. Beberapa orang mengangkat jenazah dari seorang muda , anak semata wayang, anak tunggal. Disampingnya ibu yang janda menangis meraung-raung. Tahu rasanya menjadi janda, tua, anak satu-satunya meninggal ? “Siapa lagi yang akan bekerja untuk mencari uang bagi saya?” “Siapa lagi yang memberi makanan dan menyapa ‘halo ma’,  ‘Selamat pagi’, ‘Mama sakitnya ya? Ayo kita  ke dokter.’” Siapa lagi? Anak semata wayangnya kini telah meninggal. Tuhan Yesus tahu artinya menjadi seorang janda, karena Maria ibunya juga seorang janda. Tuhan Yesus tahu artinya menjadi seorang janda karena Tuhan Yesus juga menyaksikan bagaimana seorang janda tua memberikan semua yang dimiliki dengan penuh iman di dalam sebuah bait Allah. Tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan.       

Perumpamaan terkait “Tergeraklah hatiNya”

                Pada bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru kata “tergeraklah hatiNya” digunakan dalam 3 bagian. Masing-masing merujuk pada Allah. Pihak yang tergerak oleh belas kasihan selalu merujuk pada Allah :
-          perumpamaan pengampunan sang raja pada hambanya yang jahat yang berhutang 10.000 talenta (kira-kira berutang 200.000 tahun bekerja). Hambanya meraung-raung ke raja, “Tolong, tolong. Jangan eksekusi saya, jangan ambil keluarga saya.” Maka raja tergeraklah hatinya untuk mengampuni.
-          Perumpumaaan anak yang hilang. Ketika sang ayah melihat anaknya dari jauh yang dulu kaya sekarang jadi gembel, pulang tertatih-tatih, bajunya compang-camping. Tergeraklah hati sang ayah oleh belas kasihan.
-           Orang samaria yang baik hati. Ia melihat seorang yang sekarat sehingga tergeraklah hatinya oleh belas kasihan dan akhirnya ia mencurahkan semua bantuan kepada orang tersebut.
Ketiga perumpamaan ini mengisahkan tentang Allah sendiri. Dalam 10 kali kata “tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan” semua menunjuk dan diaplikasikan oleh 1 pribadi yang agung yaitu Yesus Kristus yang kita dipanggil oleh Allah untuk menggenapi apa yang Yesus sendiri doakan dan harapkan. Berdoalah bagi pekerja –pekerja karena tuaian itu sangat banyak. Kita dipanggil untuk menuai dan untuk memiliki hati seperti hati Yesus.

Mengapa begitu sulit kita memiliki hati Yesus?

Ada perkataan “Boro-boro punya hati Yesus, hidup saja tidak berubah, sudah berpuluh tahun datang ke gereja. Apa yang terjadi? Bagaimana menyelesaikannya? Bagaimana supaya kita menyelesaikannya? Bagaimana supaya kita tidak terjebak pada kesalahan yang itu-itu saja. Ada 2 hal yang membedakan Yesus dengan khalayak ramai, membedakan kehidupan kita dari orang lain yang tidak mengenal hati Yesus.

1.       Ketika Yesus melihat, Dia melihat kebutuhan , sementara orang sekitarnya kerepotan. Yesus melihat kebutuhan, manusia melihat kesulitan. Itulah sebabnya , jarang kita membiarkan hati kita bergetar karena kita menutup hati kita (saya tidak mau repot dan sulit-sulit). Lihatlah perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Ketika seseorang turun dari Yerusalem keluar dari Yeriko , orang ini dirampok begitu rupa. Banyak orang melihat sang korban yang sudah sekarat. Yesus melihat, kita melihat. Yang membedakan Yesus dari yang lain apa? Apa yang membedakan orang Samaria yang baik hati dari imam dan Lewi yang melihat dan memilih jalan di seberang. Mereka berpikir sulit dan repot. Kalau menolong berarti saya harus berkorban. Berkorban berarti sulit dan repot. Mungkin sang imam berpikir, “Jangan-jangan dia ini perampok yang menyamar karena daerah itu terkenal dengan perampokan.” Atau “Ini tipuan dari si perampok. Kalau saya menolong, saya dirampok dan jadi korban” Menolongnya sama dengan repot, sulit , berisiko. Mungkin Sang Imam berpikir, jangan-jangan ia perampok yang terkenal. Kalau saya tolong nanti saya jadi korban. Nantinya repot dan sulit sehingga mengacaukan jadwal kesibukan kita. Biarin orang lain saja , toh yang lewat sini bukan hanya saya. Tuhan pasti tahu saya sibuk maka ia lewat dari seberang jalan. Orang Lewi juga lewat dan berpikir “Aku baru keluar dari Yerusalem. Aku baru menahirkan diriku. Aku baru  melewati tata cara ibadah yang begitu panjang mempersembahkan korban untuk membasuh dan menyucikan dosa-dosaku, kalau menolong dan orang itu mati maka tanganku najis. Kalau najis harus mulai lagi dari awal. Manusia  pintar mencari 1.001 alasan untuk menolak melakukan getaran hatinya.
Suatu kali saya sedang kontrol di RSUD Cengkareng.  Saya datang pagi hari. Tiap kali datang sudah ada 24 orang di depan saya jadi  saya mendapat giliran ke-25. Saya tunggu dan tunggu. Nomor mulai berjalan sekitar 10-15 menit per nomor. Kadang yang masuk lama kadang singkat. Saya pikir bakal lama menunggunya. Di tengah penantian itu mata saya tertuju pada sebuah keluarga yang masuk. Ayahnya mendorong kursi roda, anaknya duduk di sana, anak yang lain membawa tas berdiri dan berjalan bersama sang ayah. Anak di kursi roda akan kontrol di dokter ahli syaraf. Ia sudah tidak berdaya. Koordinasi ototnya sudah tidak beraturan. Matanya sudah tidak menunjukkan kesadaran. Dalam hati saya muncul getaran itu. Seolah-olah Allah berkata, “Hampiri mereka! Doakan!” Tetapi celaka apa yang muncul dalam hati, “Tuhan sebenar lagi giliran saya. ” Tetapi suara itu berkata,  “Aku ingin agar mereka tahu bahwa Aku ada melalui kamu. Datang! Hampiri!, Dekati, tidak perlu basa-basi pun tidak apa-apa! Langsung saja katakan saya ingin berdoa untuk anak ini.” Tetapi kemudian muncul kata-kata, “Nanti saja Tuhan. Sekarang sudah nomor 21, 22. Sebentar lagi. Nanti saja. Lets make a deal, begitu saya keluar nanti saya akan berikan waktu 1 jam khusus untuk keluarga ini. Setelah saya selesai saja, kan tidak enak ngobrol tapi hati dag-dig-dug. Kalau nomor saya dipanggil dan saya datang lagi, maka saya akan dapat giliran yang ke-20 lagi berikutnya” Waktu pun berjalan. Nomor  24. 25. Saya pun masuk. Setelah saya keluar 15 menit kemudian, ternyata mereka sudah tidak ada lagi. Saya tunggu sebentar mungkin mereka di ruang lain. Ternyata mereka tidak ada. Saya cari di lantai bawah , ternyata tidak ada. Saya pun pulang. Jarak RSUD ke rumah hanya 20 menit, tapi itu  20 menit yang terpanjang. Di mobil saya minta Tuhan ampuni. Mungkin ini kesempatan terakhir, tetapi saya membiarkan diri saya tidak tergerak oleh belas kasihan. Belajar dari pengalaman ini, beberapa minggu kemudian saya mengajak putra saya untuk mencari snack. Kita beli bubble tea. Akhirnya kita beli 2. Lalu saya lihat di sebelah kanan ada sebuah restoran. Di depannya ada ibu tua sekali yang memanggul kerupuk ikan. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kali ini saya tidak boleh menunda. Jangan menunggu bubble-teanya selesai. Saat itu juga saya mendekati. “Selamat malam. Ayi jual apa?” Dijawab,”Kerupuk ikan”. Saya tanya berapa harganya ternyata  RP 10.000 satu bungkus. Saya beli 2. Kemudian saya keluarkan uang Rp 50.000 dan saya kasih Rp 50.000 uangnya untuk ayi penjual tersebut. Saya pikir hari itu saya sudah berhasil. Ketika naik motor anak saya berkata, “Kenapa papa kasih hanya Rp 30.000?” Kalau memang dia butuh dan engkau tergerak oleh belas kasihan dan engkau punya uang lebih, kenapa hanya beri RP 30.000? Hari itu saya berhasil tapi tidak cukup berhasil. Lumayan, sudah ada kemajuan. Tetapi saya mulai belajar mengerti apa artinya tergerak oleh belas kasihan, tidak membiarkan diri saya membuat alasan, saya mulai membuka dan membiarkan Roh Kudus menggerakkan hati saya, membayangkan apa yang ayi itu rasakan. Dia mencari uang, sesuap nasi. Ia mencari malaikat yang Tuhan kirimkan untuk menolongnya. Hati saya tergerak dan tergetar , tetapi saya masih membatasi diri. Tetapi lebih baik daripada tidak. Ketika Tuhan Yesus melihat kebutuhan, kita biasanya melihat kesulitan dan kita menarik diri.

2.       Ketika Tuhan Yesus melihat, apa yang Dia lihat? Ini adalah kesempatan untuk menyatakan kasih Allah. Tetapi seringkali ketika manusia melihat dan melakukan pun mereka tidak berpikir ini kesempatan untuk bersaksi tapi untuk mencari prestasi. Supaya dianggap baik oleh orang lain. Pada beberapa gereja masih mencetak nama besar-besar pada daftar persembahan. Saya senang bila yang paling besar persembahannya ditulis nama NN. Masih ada orang tertentu yang berusaha menjaga kemurnian hatinya. Bukan berarti saya melarang penulisan nama. Seringkali kelemahan kita terpancing pada dosa. Saat memberi persembahan, saya juga menulis nama dengan kode supaya yang perlu tahu hanya saya dan Tuhan. Ketika orang tidak menyatakan kasih tapi meraih prestasi tidak ada kasih Allah yang sesungguhnya. Yang ada kemunafikan. Tuhan Yesus di atas menyatakan kuasanya atas penyakit, kusta dan setan. Motivasi Yesus bukan untuk menunjukkan orang betapa diriNya besar. Yoh 17:23 dikatakan Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Jadi apapun yang Tuhan Yesus lakukan merupakan  kesempatan untuk menyatakan kasih Allah kepada orang berdosa, orang yang hidup dalam kesulitan, kepapaan, kemenderitaan, kepapaan, kesengsaraan, kepahitan hati. Tuhan Yesus tidak berusaha berkata, “Hayo datang! Ikut Aku dan jadikan Aku raja.” Tidak pernah. Walaupuan Dia bisa berbuat begitu, Dia punya modal besar. Ia bisa lakukan apa yang manusia tidak bisa lakukan. Tetapi tujuan Yesus bukan itu, melainkan ingin menyatakan kasih Allah dan menghadirkan Allah lewat  hidupnya.
 
Bagian kedua perumpamaan pada Matius 25 tentang kambing dan domba, menolong kita. Pada bagian lain, Tuhan Yesus akan memisahkan antara gandum dengan jelai, antara kambing dengan nanti. Dan nanti ada golongan yang disebut kelas kambing. Kelas kambing dikatakan Tuhan Yesus bahwa engkau tidak layak untuk masuk dalam kerajaan sorga. Karena waktu Aku lapar, haus, telanjang dan tidak punya tempat berteduh, kamu tidak melakukan apa-apa. Apapun yang tidak kamu lakukan untuk saudaramu yang paling hina itu, kamu tidak lakukan apa-apa untuk Aku. Hatinya tidak tergerak oleh belas kasihan dan tidak membiarkan dirinya digetarkan oleh cinta Tuhan dan cinta sesama. Orang-orang seperti Ini dikatakan kambing. “Pergi! Enyahlah engkau, sekalian pembuat kejahatan“ Tetapi kenapa Tuhan? Bukankah kami tidak pernah melihat Engkau? Kapan Tuhan menyatakan diri lapar dan kami tidak kasih makan? Kalau kami tahu Tuhan  lapar, sebagian besar dari kita mengatakan, “Saya mengasihi Tuhan. Kalau Tuhan minta berapapun, akan saya kasih.” Artinya cari muka di hadapan Tuhan. Kalau Tuhan  berbeda dengan domba ini. Ketika aku lapar dan haus , tidak punya pakaian, telanjang tidak punya tempat tinggal kamu memberikan aku makan, minum, tempat tinggal , pekerjaan dan masa depan. Sama-sama tidak melihat. “Oh Tuhan, kapan kamu lapar, haus dan  telanjang?” Apapun yang kamu lakukan untuk orang yang paling hina, kamu lakukan untuk Aku”. Orang ini tergetar oleh belas kasihan dan hati itu berasal dari Tuhan  Itu sebabnya mereka diterima dalam sorga. Mereka tidak pandang bulu dalam mengasihi. Mereka ingin menyatakan kasih bukan prestasi.  Mengapa kita seringkali berpikir kalau Tuhan muncul saya akan kasih semua? Kita seringkali terbiasa menjadi orang Kristen yang part-time. Bayangkana kalau kita bekerja sebagai pegawai Indomaret. Begitu selesai shift sampai di rumah dan diminta tolong balik ke toko tidak mau karena sudah selesai. It’s okay, karena itu part-timer. Orang yang tidak bisa membedakan part-time dan full-time dalam peran-peran hidupnya, maka orang itu tidak bisa hidup sesuai kehendak Tuhan. Hidupnya kacau. Kalau suami-istri berpikir “Saya suami-istri part-time”, itu gawat. Pekerjaan bisa part-time, tetapi ada relasi yang full-time antara anak dan orang tua. Demikian pula relasi kita dengan Allah, full-time! Kita tidak pernah berdoa minta Tuhan part-timer. Tidak ada yang minta Tuhan “Berkati aku hari senin saja” tetapi kita selalu berdoa, “Tuhan berkati kami senantiasa”. Berarti full-time. “Tuhan berkati aku setiap waktu, Tuhan hadirlah sepanjang hidupku.” Tetapi pernah jadi anak-anak Tuhan yang full-time? Seringkali kita menjadi anak Tuhan yang part-time. Suatu kali seorang istri turun dari tangga, ke dapur, cari panci dan melihat suami lagi nonton TV. Lalu dipukul dari belakang. Suami berkata,”Kenapa?” Sang istri menjawab, “Saat aku lagi cuci baju, saya menemukan ada secarik kertas dengan nama Jennifer. Ini siapa? Tidak ada keluarga kita bernama Jennifer. Kamu selingkuh kan?” Sang suami menjawab,”Tunggu.  Sabar! Semua bisa dijelaskan. Kamu ingat tidak minggu lalu kita nonton pacuan kuda. Ada kuda yang tersandung pada awal pertandingan sehingga tertinggal. Lalu ia bangkit dan mengejar lawannya. Semua orang bangkit berdiri dan akhirnya kuda itu memenangkan pertarungan yang sangat ketat itu. Kita semua senang. Nama kudanya Jennifer. Saya tulis supaya tidak lupa dan masukkan kantong. Saya lupa dan kamu baca.” Baru istrinya berkata, “Sorry, saya belikan kamu trombopop, supaya bengkaknya cepat kempes”. Lalu minggu depannya istrinya membawa wajan, cari suaminya dan dipukul sampai pingsan. Sang suami sadar di rumah sakit. Istrinya berkata, “Tadi waktu kamu pergi keluar sebentar , kamu lupa bawa HP. Tadi kudamu telpon!” Celaka. Banyak orang selingkuh tidak bisa membedakan mana relasi full-time dan mana relasi yang part-time.  Dia pikir kalau tidak ada di hadapan istri, aku boleh menjalin hubungan dengan siapapun. Hanya menyatakan kasih kalau meraih prestasi. Mencari muka. Maka tidak jarang, orang Kristen yang luar biasa baiknya, ramah dan murah hati, memberikan tenaganya, bahkan setiap hari datang ke gereja. Apakah engkau melakukan itu ingin menyatakan kasih karena hatimu tergetar oleh belas kasihan atau untuk memuaskan nafsu meraih prestasi dan dikenal orang lain? Tuhan Yesus melihat orang bukan asal melihat dan ini membedakan Tuhan Yesus dari orang lain. Tuhan Yesus melihat kebutuhan dan kesempatan untuk dipakai oleh Allah menyatakan kasih kepada orang lain. Bagaimana dengan kita?

Penutup

1 Yoh 3:16-18. Bagaimana kasih Allah dapat tetap dalam dirinya? Mari kita mengasihi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Bayangkan, 24 jam saja hati Yesus memerintah hatimu. Apa yang akan dia lakukan pada orang yang kita lihat? Yang lain tidak berubah. Hanya satu yang berubah, hati Yesus menjadi milik kita. Apa yang akan kita lakukan pada orang di sekitar kita? Apa kira-kira yang orang lain rasakan melalui kehadiran kita? Apa yang anak,istri, teman, karyawan, rekan kerja rasakan lewat kehadiran kita? Kamu mau saya menjadi orang 24 jam terakhir atau 24 tahun sebelumnya? Pertanyaan terakhir : anda sendiri bagaimana? Kita pilih menjadi orang yang 24 jam itu atau 24 tahun terakhir? Anda ingin memiliki hati seperti Yesus atau hanya ingin menyanyi lagu “Ubah Hatiku” tetapi tidak ingin memiliki hati seperti Yesus. Kita pilih yang mana?


No comments:

Post a Comment