Tuesday, February 9, 2016

Gereja yang Berdoa

Ev. William S.

Matius 6:5-13
5  "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6  Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
7  Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
8  Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
9   Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
10  datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
11  Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
12  dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
13  dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)


Apa itu doa?

Apakah doa adalah sarana komunikasi kita dengan Tuhan dan kita bisa bercakap-cakap dengan Tuhan? Apa yang dimaksud dengan pengertian “bercakap-cakap” ? Apakah seperti tegur sapa sebagai berikut :
“Halo Pak John? Apa kabar?” Pak John menjawab ,”Baik. Kamu?” Kemudian dibalas lagi,”Baik”. Apakah doa seperti itu? Doa bukan seperti itu. Kalau konsep doa seperti itu, maka kita akan frustasi karena kita tidak akan pernah mendengar suara Tuhan secara verbal.

Kutipan dari para teolog mengenai doa :

1.       Kevin Vanhoozer: “Doa adalah bahasa yang digunakan untuk menyatakan relasi dengan Tuhan”.
2.       Wayne Grudem : “Doa adalah komunikasi personal dengan Tuhan”.
3.       Rodney Reeves dalam Christianity Today mengatakan: “Jujur, doa saya selama ini berbentuk monolog”.
(pengertian monolog di sini : saya berbicara kepada Tuhan satu arah)
4.       John Piper,“Doa adalah menyampaikan pesan”
Di Alkitab tidak ada secara eksplisit  yang menggambarkan doa manusia itu dijawab langsung oleh Allah secara verbal. Tuhan berbicara kepada Musa dalam nubuatan dan perintahNya tetapi tidak di dalam konteks doa. Jadi kalau ada yang mengaku bahwa  saat ia berdoa, Tuhan memberitahukan secara verbal bahwa ia harus pergi ke Bali atau dia mengucapkan “Tuhan bernubuat melalui saya hari ini”, maka jangan pernah percaya. Jadi kita harus menyadari doa itu menyampaikan apa yang menjadi harapan kita (pesan) secara monolog.
5.       Yohan Candawasa “Doa adalah berkat bukan alat untuk meminta berkat”
Kalau doa diorientasikan dengan hasil, maka iman kita akan mati. Misal saat sakit kita berdoa,”Tuhan saya mau sembuh dari sakit ini”. Ternyata setelah bertahun-tahun, bila kita fokus pada hasil lalu penyakit kita tidak juga sembuh maka kita marah pada Tuhan. Atau kita mengehendaki keturunan lalu kita berdoa, “Tuhan, karuniakan  saya anak dan cucu”. Orientasi kita kepada anak itu sendiri dan akhirnya setelah dapat anak, kita pun berhenti berdoa. Ada sebuah cerita yang dikisahkan Yohan Candawasa. Calvin Miller ,seorang pendeta, memiliki seorang anak yang saat berusia 1-2 tahun sakit keras. Karena itu  ia berdoa, “Ya Tuhan limpahkan sakit anak ini kepadaku.” Tetapi Tuhan menjawab tidak. Akhirnya ia terus berdoa, “Tuhan saya berdoa agar saat saya bangun pagi , anak ini jangan sampai mati.” Dia berlutut 1-2 tahun dan akhirnya anaknya sembuh. Setelah sembuh, beberapa tahun kemudian anaknya sakit lagi. Ketika sakit lagi, akhirnya ia baru sadar bahwa ia hanya tertuju pada anaknya (Tuhan, aku mau melihat anakku, aku mau anakku sembuh sehingga tidak bertumbuh imannya pada Tuhan). Sekali lagi, doa adalah berkat itu sendiri jadi jangan sampai pikiran kita fokus pada apa yang kita butuhkan. Jangan kita fokuskan ”aku mau kerja” dan berfokus pada kerja melainkan menjadikan fokus kita pada Tuhan.

Mengapa kita berdoa?

1.       Tuhan ingin kita berdoa karena doa merupakan ekspresi percaya kepada Tuhan.
Pada Matius 6:5-9a, Tuhan Yesus mengajarkan agar kita jangan berdoa seperti orang munafik yaitu orang yang mengucapkan doa di depan orang dengan tujuan supaya kelihatan rohani. Tuhan Yesus mengajarkan harusnya saat berdoa,  kita masuk ke kamar, kunci pintu lalu berdoa. Bukan berarti kita harus seperti itu (berdoa di depan bapak ibu seperti orang munafik). Tetapi yang dimaksud Tuhan lebih melihat yang tersembunyi (melihat hati yakni hati yang tulus , beriman dan percaya pada Tuhan).

Doa jangan panjang dan bertele-tele melainkan berdoa secara sederhana tapi ada maknanya. Saya dan beberapa ayi membesuk orang sakit di Rumah Sakit Husada dan mendoakan mereka. Saat berdoa, saya minta ayi berdoa tapi ayi bilang tidak bisa berdoa. Lalu ayi itu bertanya bagaimana cara berdoa. Bagi saya berdoa itu sederhana. Tuhan tidak meminta kita berdoa sedemikian panjang dan indahnya. Bukan berarti orang yang doanya panjang dan bagus itu salah. Berdoa sederhana pun Tuhan dengar, misalnya “Tuhan Ibu A ini sakit, tolong Tuhan sembuhkan. Amin”. Kadang kita punya standar yang terlalu berlebihan yang sebenarnya bukan standar Tuhan. Ayat 8-9a Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.   Karena itu berdoalah demikian. Artinya kita sadar Tuhan tahu sebelum kita minta. Lalu untuk apa kita berdoa kan Tuhan juga tahu?” Tetapi uniknya, karena Tuhan mengetahui berdoalah!. Karena Allah Maha Tahu dan berkuasa, maka berdoalah! Karena Dia Maha Kuasa sehingga kita berdoa. Kalau kita tidak minta kepada Tuhan, mengapa Tuhan harus memberikan apa yang kita perlukan? Tepatlah apa yang dikatakan pada Yak 4:2 Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Karena kamu tidak minta, maka kamu tidak mendapat apa-apa Matius 7 : 7   "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Tuhan berkuasa dan Ia tahu yang terbaik, maka mintalah! Yoh 14:13-14 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." Sekali lagi, Tuhan ingin kita berdoa karena doa merupakan ekspresi percaya kita kepada-Nya. Jangan difokuskan pada orientasi hasil tetapi karena kita percaya pada Tuhan maka kita meminta, bukan karena hasil.

Mengapa kita menutup doa dengan kata “Amin”?

2 Korintus 1:20: Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. Kata “amin” berarti jadilah seperti demikian. Amin mengekspresikan kita percaya bahwa Dia mendengar dan menjawab. Terkadang ketika kita berdoa, “Tuhan, sembuhkan sakitku” namun sebenarnya kita tidak yakin dalam hati kita apakah Tuhan akan sembuhkan. Entah apapun kita meminta kepada Allah, terkadang kita memintanya dengan keraguan. Kalau terjadi seperti itu, Martin Luther berkata, “Kita telah menghina Tuhan”. Kalau berdoa dengan keraguan , kita sedang menghina Tuhan. Kalau kita dengan penuh keyakinan menyerahkan setiap kekuatiran kita, itulah ekspresi percaya kita.  Tuhan meminta kepada kita untuk mengekspresikannya. Matius 21:22: “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."

2.       Tuhan ingin kita berdoa karena doa merupakan ekspresi relasi dan cinta kita kepada Tuhan.
Kalau memiliki hubungan erat (cinta), pasti kita rindu untuk menjalani komunikasi. Uniknya di saat orang jatuh cinta, komunikasi agak dibatasi. Misalnya : ada 2 orang senior saya yang sedang jatuh cinta di sekolah teologi namun tidak bisa duduk bersama karena dibatasi peraturan (tidak bisa dengan sengaja bertemu). Sehingga mereka janjian dengan sms-an untuk bertemu di perpustakaan. Di sana seolah-olah tanpa sengaja ketemu. Hal ini dilakukan karena rindu ingin berkomunikasi. Malam hari, pk 23 lampu harus mati dan tidak boleh berbicara. Tetapi orang yang jatuh cinta tidak tahan. Dengan memakai selimut lalu menelpon sampai pagi. Saya tidur di ranjang atas, senior saya tidur di ranjang bawah. Dia lagi menelpon pacarnya sehingga saya tanpa sengaja mendengarnya. Senior saya ini suaranya tegas sekali, tetapi ketika mengobrol dengan pacarnya nada suaranya berubah menjadi lembut. Inilah bukti bahwa kita sudah tahu bahwa ketika mencintai seseorang, kita rela berkomunikasi berapa pun biaya yang dikeluarkan. Apakah kita menyatakan cinta kita pada Tuhan? Apakah kita cinta Tuhan kalau kita tidak punya hasrat untuk berkomunikasi dengan Tuhan? Pagi hari ketika kita bangun pagi apakah kita punya hasrat untuk berdoa kepadaNya? Kita mengatakan “Saya sibuk Tuhan”. Sebenarnya tidak ada kata sibuk itu. Maka John Piper berkata, “Salah satu kegunaan yang paling penting dari Twitter dan Facebook [handphone, Ipad, laptop, dsb.] adalah untuk membuktikan, bahwa jarang berdoa bukan karena kurang waktu.” Artinya banyak di antara kita, dengan rela dan cepat untuk membuka handphone. Ada waktu untuk buka handphone dan media sosial tapi kita mengatakan bahwa kita sibuk.

Ada 2 penghalang yang menghalangi kita berdoa :

a.        Aku belum mempersiapkan diri untuk berdoa.  Setengah jam lagi aku berdoa soalnya aku harus mempersiapkan ini dan itu. Yang punya anak mungkin mau urus anak dulu, nantilah di saat yang tepat saya akan berdoa. Namun pada akhirnya sampai malam pun tidak berdoa.

b.       Bagaimana saya bisa berdoa, saya ini manusia berdosa.  Saya tidak layak bertemu dengan Tuhan. Dengan rohani ia berkata seperti pada Matius 5 : 2424  tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Padahal ayat ini konteksnya untuk persembahan bukan untuk berdoa. Seharusnya ketika kita dirundung nafsu dan amarah, kita berdoa. Di dalam keberdosaan kita berdoa, “Tuhan mampukan saya”. Kadang alasan-alasan ini dibuat karena tidak punya hasrat untuk berdoa itu sendiri.
Martin Luther pernah berkata, “Pekerjaan seorang penjahit adalah membuat pakaian; pekerjaan tukang sepatu adalah membuat sepatu; pekerjaan seorang Kristen adalah berdoa. Banyak hal yang saya lakukan dalam satu hari, dan saya tidak pernah dapat melakukan semua itu tanpa berdoa kurang dari tiga jam dalam sehari.” Mungkin kita tidak bisa seperti Martin Luther yang berdoa 3 jam sehari. Apakah kita telah berdoa 3 menit hari ini? Ketika bangun pagi , apakah kita berdoa 3 menit saja? 3 menit saja kita kadang tidak punya hasrat untuk berdoa. Tuhan ingin kita mengekspresikan cintanya kepada Tuhan. Kalau kita mengatakan cinta Tuhan tapi tidak punya hasrat, maka untuk apa berdoa?

3.       Tuhan ingin kita berdoa karena dalam doa Tuhan mengizinkan ciptaan-Nya terlibat dalam pekerjaan baik-Nya Allah.
Contoh Jakarta di Sarinah terjadi pemboman. Kita dengan cepat mengetahui berita itu. Mungkin yang muda langsung membuat status “prayer for Jakarta “ (berdoa untuk Jakarta) tetapi belum tentu ia berdoa untuk Jakarta. Ketika tahu ada teroris, apakah kita langsung berdoa untuk Jakarta dan untuk dunia ini? Tuhan pakai doa untuk kita melakukan pekerjaan baikNya Tuhan, kita berdoa Tuhan jauhkan Jakarta ini dari teroris Pernahkah kita berdoa untuk gereja kita? Pernahkah kita berdoa untuk penginjilan di manapun berada? Di sini ada wadah , setiap Rabu malam ada persekutuan doa. Kiranya kita rindu bersama-sama datang untuk melakukan pekerjaan baiknya Allah dengan mendoakan gereja dan dunia ini.

Doa Bapa Kami

Merupakan doa terbesar dan teragung karena diajarkan oleh Tuhan Yesus. R.C Sproul menyatakan ada 4 pembagian dalam doa yakni :
-          A (adoration – penyembahan),
-          C (confession - pengakuan dosa),
-          T (thanksgiving - ucapan syukur) dan
-          S (supplication - permohonan).
Mungkin saat berdoa kita fokus pada permohonan, “Tuhan aku mau ini, aku mau itu.” Kiranya di dalam doa, kita juga menyatakan penyembahan kita, “Tuhan, Engkau adalah Allah yang berkuasa.” Di dalam doa kita juga mengatakan, “Tuhan aku mohon ampun atas dosa-dosaku.” Di dalam doa aku bersyukur pada Tuhan dan aku meminta (memohon). Kiranya kita menghidupi doa kita. Kita tidak berorientasi (fokus) lagi pada hasil. Kita berdoa karena itu merupakan ekspesi percaya kita kepada Tuhan dan Tuhan yang akan menyediakan yang terbaik untuk kita. Doa mengkespresikan cinta kita dan kita ingin melakukan pekerjaan baik yang Tuhan persiapkan bagi kita. Kiranya di dalam hidup kita, kita punya hasrat untuk berdoa. Sebagai gereja, kita hidup dalam hasrat untuk relasi dengan Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati hidup kita.



                                

No comments:

Post a Comment