Wednesday, June 15, 2016

Semangat Juang


Ev. Susan Kwok

Yosua 14:11-14
11  pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.
12  Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN."
13  Lalu Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya.
14  Itulah sebabnya Hebron menjadi milik pusaka Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, sampai sekarang ini, karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati.

Pendahuluan

                Semangat juang harus dimiliki oleh setiap orang percaya. Ada seorang oma berusia 90 tahun dan telah meninggal beberapa bulan lalu. Sebelum meninggal saya sempat membesuknya di rumah sakit dan oma ini masih mengenali saya. Saya mengenal oma ini sejak oma ini masih berusia 70 tahun. Setelah usianya bertambah tua, semua hal bisa dilupakannya kecuali harga emas dan kurs dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah. Jadi setiap kali bertemu dengannya, saya suka menggodanya. Saat terakhir bertemu itu, secara bercanda saya bertanya lagi, “Mak Subur berapa harga dolar hari ini?” Mendengar pertanyaan ini, dia pun langsung menjawabnya. Rupanya di kamar rumah sakit, ia masih menekan saluran TV yang menyiarkan kurs dolar. Memang di usianya yang 90 tahun ia masih kuat menghitung nilai uang dan emas. Ia masih mengingat nilai tukar dolar Amerika Serikat hari ini dibanding kemarin (apakah turun atau naik).

Memang ada orang lanjut usia yang masih hebat dalam beberapa hal. Dalam hal ini saya tidak bermaksud menjelekkan nama Mak Subur atau saya tidak berkata fokus hidupnya adalah uang, tetapi yang saya mau katakan adalah Mak Subur dikaruniai daya ingat luar biasa. Sebelum pulang membesuknya, Mak Subur memanggil saya dan berkata, “Terima kasih ya De, kamu mau mendengarkan saya. Kali ini saya tidak pulang lagi ke rumah saya.” Dengan heran saya bertanya, “Mengapa?” Dia pun menjawab, “Karena biasanya saya tidak pernah ketinggalan membawa dompet dan tas saya.” Saya jadi penasaran dan bertanya, “Apa isinya?” Ternyata dompetnya berisi uang dan tasnya berisi kunci rumah. “Kemungkinan saya tidak pulang karena sudah saatnya.” Begitu imbuhnya. Benar saja 2 hari kemudian ternyata ia benar-benar meninggal. Walau usianya sudah 90 tahun, tetapi ingatannya masih tajam. Tubuh fisiknya boleh melorot tetapi daya ingatnya masih kuat. Bagaimana dengan kita? Apakah setelah kita bertambah usia, semangat kita sudah berkurang?

Belajar dari Kaleb

                Kaleb bin Yefune (orang Kenas) adalah salah satu dari 12 pengintai yang diutus Musa untuk mengintai tanah Kanaan sebelum Israel memasuki tanah perjanjian tersebut. Musa memilih 12 orang dari 12 suku, setiap suku diambil 1 orang pemimpinnya. Kaleb berasal dari suku Yehuda, sebuah suku yang cukup terkenal. Kaleb ini pemimpin suku Yehuda dan diutus oleh Musa untuk mengintai. Uniknya  12 pengintai melihat dan mengalami realita  serta ketakutan yang sama, tetapi respon dan reaksinya berbeda-beda. 10 pengintai mengabarkan ,“ Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana.” sehingga orang Israel menjadi takut. Pada kitab Bilangan 13 dikatakan , “Kaleb maju dan berusaha menentramkan orang Israel,” Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!” 10 orang berbicara hal yang menakutkan, tetapi 2 orang  (Kaleb dan Yosua) bukan sekedar bicara masalah tapi mengatakan bahwa Tuhan yang menyuruh jadi tidak mungkin salah ("Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.")  Artinya kedua orang ini mempunyai iman percaya kepada Tuhan yang luar biasa. Pada Yosua 14:11 dikatakan,” Pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.”  Kaleb mengatakan bahwa sekarang ia masih kuat. Padahal waktu diminta Musa mengintai tanah Kanaan ia berusia 40 tahun (ayat 7 : 7  Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya.). Saat itu umurnya masih muda. Ia masih kuat, produktif, gagah dan sehat. Hari itu ketika Musa menyuruhnya berperang orang berkata, “Kamu masih muda dan kuat sehingga kamu tidak takut.”

Tetapi pada ayat 10 dia mengatakan ,”Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini”. Jadi usianya lebih muda sedikit dibanding Mak Subur. Kaleb seakan-akan berkata, “Hari ini ketika usiaku 85 tahun, aku masih sama kuat seperti sewaktu aku disuruh Musa. Seperti pada waktu itu kekuatanku yang ada sekarang.” Kekuatan apa yang dimaksudkan oleh Kaleb? Yang jelas adalah kekuatan rohani. Karena di dalam ayat 14 dikatakan,”Itulah sebabnya Hebron menjadi milik pusaka Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, sampai sekarang ini, karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati”  Sampai sekarang ini Hebron menjadi milik Kaleb karena Kaleb mengikuti Tuhan Allah Israel dengan sepenuh hati. Umur 85 tahun, mengikuti Tuhan sepenuh hati sama seperti saat ia berusia 40 tahun. Jadi terdapat rentang waktu 45 tahun dan dalam rentang waktu itu, ia mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati. Itulah kekuatan rohani dari Kaleb. Siapa yang bisa membantah bahwa Kaleb mempunyai iman yang luar biasa? Tidak ada! Karena ia telah membuktikan kesetiaannya, selama 45 tahun ia tidak beralih dari iman percayanya.

                Berapa tahun kita sudah percaya dan mengikut Tuhan Yesus? Seberapa setia kita menjalankan apa yang Tuhan percayakan kepada kita? 1 tahun? 2 tahun ?  Cukup 3 tahun? Sampai hari ini usia kita berapa? Rentang waktu tetap tidak membuat kita beralih dari percaya pada Allah sepenuh hati. Itulah kekuatan yang bisa membuat kita tetap berjuang. Spirit itu dari Tuhan kalau kita percaya sepenuh hati. Tidak ada jalan pintas dan teori lainnya. Hubungan pribadi dengan Tuhan dan percaya kepadaNya merupakan kuncinya, tidak ada yang lain. Dalam rentang waktu 45 tahun, Kaleb berani berkata, “Kekuatanku untuk berperang keluar masuk hutan belantara karena tanah yang dijanjikan kepada Kaleb bukanlah tanah yang sudah matang, tetapi tanah yang harus diperjuangkan dengan berperang.” Setelah dapat pun ia masih harus menggarapnya. Ia harus berjuang untuk bisa berhasil . Itu membutuhkan ketahanan fisik. Bayangkan orang tua umur 85 tahun bisa mengangkat pedang dan menggarap tanah - ladang? Sesuatu yang luar bisa secara fisik, Tuhan berikan ia kesehatan dan ia melakukan yang baik melalui kesehatan itu. Kesehatan bukan untuk hidup foya dan sia-sia, hidup di luar yang Tuhan mau. Tuhan berikan kesehatan agar Kaleb bisa berkarya. Itu sebabnya melalui firman Tuhan ini kita perhatikan, Kaleb luar biasa. Ayat 15, Arba adalah orang yang paling besar di antara orang Enak. Amanlah negeri itu setelah ditahklukan oleh Kaleb. Yang ditakuti dari orang Kanaan adalah orang Enak , karena orangnya tinggi besar. Ternyata ada suku yang paling tinggi, yaitu Arba ini. Yosua memberikan Kaleb tanah yang didiami oleh suku yang paling sangar, kalau tidak ada kekuatan lebih tidak mungkin menaklukannya. Setelah ditaklukan ,amanlah negeri itu. Berarti Kaleb secara politik bisa mengatur segala sesuatu yang ada di sana. Itu kekuatan fisik dan hikmat dari Allah. Itu hasil dari percaya pada Tuhan sepenuh hati (ayat 4).

                Dengan tema “Semangat Juang” kalau menilik dan mengevaluasi diri kita, “Apakah kita punya prinsip hidup seperti Kaleb, yang percaya sepenuh hati dengan pekerjaan dan pelayaan sepenuh hati?” Ia melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati. Kaleb melihat segala sesuatu adalah milik Tuhan, maka ia tidak takut. Kalau Tuhan akan kasih Kanaan, maka Tuhan akan memberikannya. Kalau Tuhan ingin memberikan Hebron, Tuhan akan memampukan ia untuk menaklukannya. Orang yang punya prinsip “Hidup kita adalah punya Tuhan maka kita akan melakukannya dengan cara Tuhan” bukan dengan cara saya (suka-suka saya) dan sebagainya. Pada Amsal 6:10-11 (  "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring"  —  maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata) dan diulang pada Amsal  24:33-34, penulis Amsal memberi peringatan kepada orang malas. Orang malas mengatakan “sebentar lagi” kalau disuruh makan atau tidur. Kalau diminta “Ayo kerja” dijawab “sebentar lagi”. Itu kitab Amsal. Kalau saya melakukan dengan cara saya maka konsepnya “sebentar lagi”. “Ayo pelayanan!” dijawab “Sebentar lagi tunggu saya nyaman , tentram dan masalah saya selesai”. “Sebentar lagi”- “sebentar lagi”. Saya tidak meremehkan bahwa hidup punya masalah. Yang saya ingin sampaikan adalah seperti apa prinsip hidup kepada Tuhan.

                Sejak tamat kuliah teologia pada tahun 1994 sampai sekarang tahun 2016 berarti sudah 22 tahun saya melakukan pelayanan. Saya mendapatkan orang yang mau cuti pelayanan di gereja yang pertama kali saya pelayanan sebanyak 2 orang, di gereja kedua tempat saya melayani ada 1 orang yang meminta cuit. Tapi di gereja ini , orang yang mau cuti pelayanan lebih dari 6 orang. Itu bukan prestasi yang membanggakan. Saya tidak mengerti orang punya prinsip cuti pelayanan. Hal ini berbeda dengan orang kerja yang mau cuti (setelah cuti harus masuk lagi karena kalau tidak masuk berhenti kerja). Hamba Tuhan yang telah mencapai usia pensiun (emeritus) mencapai purna bakti yang membanggakan. Belum tentu orang bisa mencapai waktu yang disepakati. Itu membanggakan. Dan tidak pernah cuti seenaknya dan selama-lamanya. Itu relasi kita dengan Tuhan, apa yang ada di dalam pikiran kita? Kaleb (dalam Yosua 24) meninggal  dalam usia 100 tahun. Ia mengucapkan pidato terakhirnya, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15b). Mengikuti Tuhan dengan cara Kaleb berarti  berjuang dan berkarya sampai Tuhan memanggilnya. Bagaimana bisa orang sedikit-sedikit cuti pelayanan? Kaleb sampai usia 85 tahun masih meminta dari Tuhan apa yang menjadi bagiannya yang dia tahu untuk mendapat Hebron harus berperang, berkarya, banting tulang, kelelahan, sakit, jatuh dsbnya tetapi ia melakukannya. Karena ia tahu itu milik Tuhan. Kalau kita pelayanan “sebisa saya kalau saya sudah punya waktu”, berhati-hatilah walau gereja tidak bisa memberi sanksi.

Yang kedua, ternyata Hebron yang diberikan Yosua kepada Kaleb adalah tanah yang “tidak mudah” berarti Kaleb harus siap dengan realita bahwa di depannya ada tantangan.  Nama Hebron dahulu ialah Kiryat-Arba; Arba ialah orang yang paling besar di antara orang Enak. Dan amanlah negeri itu, berhenti berperang (Bil 14:15). Firman Tuhan mengajarkan untuk melihat realita kenyataan hidup dan tidak lari darinya. Tidak ada janji kalau kamu hari ini dibaptis utangmu besok akan lunas. Tidak ada! Itu realita. Tidak ada : jangan-jangan dari dulu, Kaleb berpikir, “Apakah tidak salah saya dikasih Hebron?”. Jangan-jangan, ada terbersit saat malam hari sewaktu tubuh sedang lelalh ia berpikir, “Kalau bisa Tuhan berubahlan. Kasih saya tanah yang ‘sudah jadi’”. Dalam kondisi sekarang hal itu seperti “Kasih saya pekerjaan yang ‘basah’ atau tempat yang enak’” Mungkin pada saat tertentu Kaleb mengalaminya, tetapi ia harus siap dengan realita. Ada tantangan yang harus dihadapi. Jangan realita meninabobokan diri kita, “tenang saja”, “mengalir saja tanpa perlu persiapan”. Begitu menghadapi tantangan dan disergap, langsung mati dan tidak bisa berdiri. Firman Tuhan selalu mengajarkan kita untuk menghadapi realita. Oleh karena itu, Kaleb menghadapi reaita tetap dengan mengikuti Tuhan sepenuh hatinya sehingga semangat juangnya ada sampai tua.

                Kapan Tuhan menjangkau nenek 90 tahun? Mak Subur dijangkau Tuhan sekitar umur 83 tahun (7 tahun sebelum ia meninggal). Setelah itu ia percaya Tuhan dan rajin ke gereja. Saat tidak bisa ke gereja, dia berkata, “Gara-gara jatuh, 2 minggu saya kangen mau ke gereja”. Orang yang terbaring sakit di tempat tidur kangen karena tidak ke gereja. Kalau kita yang sehat, dikangen-kangeni teman-teman agar datang karena sudah lama tidak bertemu di gereja. Ayi Willy usianya sudah 90 tahun dan juga terbaring sakit namun ia masih berpikir ingin ke gereja dan berdoa. Luar biasa! Jangan-jangan kita setelah tua bagaimana? Ingin berdoa atau ingin menggerutu terus? Atau pusingkan harta warisan? Atau apa? Semangatnya yang mana? Semangat juang yang mana? Contohlah hal  ini dari yang tua di atas. Kita yang relatif lebih muda, Tuhan hadirkan contoh yang baik , agar hidup kita lebih bijaksana.
               


No comments:

Post a Comment