Sunday, May 27, 2018

Saat Allah Berdiam, Bukan Berarti Allah Tidak Mampu





Ev. Susana Heng

Mazmur 22:1-12,17-19, 25
1      Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud.
2      Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.
3    Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.
4    Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
5    Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka.
6    Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.
7    Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.
8   Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya:      
9   "Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?"
10 Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku.
11 Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.
12 Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.
17  Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.
18  Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku.
19  Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.
25 Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.

Pendahuluan

              Misalkan ada sebuah keluarga yang mamanya setiap hari menjemput anaknya pulang sekolah. Suatu kali Sang Mama melihat ada seorang anak yang bertubuh lebih besar dari anaknya sedang memalak dan mengancam anaknya. Apakah Sang Mama akan berdiam diri saja atau menghampiri dan menghadapi anak yang memalak tersebut? Pasti ia akan menghampirinya bukan? Sebagai manusia (orang tua) saat anak kita menghadapi ancaman atau ada yang  mau mengganggunya, pasti kita datang walau kita belum tahu apakah anak kita bersalah atau tidak. Yang penting adalah tidak boleh ada yang menyakiti anak kita. Demikian pula sebagai anak Tuhan saat kita menghadapi ancaman, apakah Allah akan berdiam diri saja? Pasti tidak! Kita sebagai manusia biasa saja akan menghadapi termasuk kalau perlu menghadapi anjing bull-dog karena takut anak kita digigit oleh anjing itu (dengan resiko kita yang digigit anjing tersebut), bagaimana mungkin Allah berdiam diri jika sesuatu terjadi pada diri kita?

Allah “Berdiam”?

              Mengapa pada perikop yang ditulis Raja Daud pada Mazmur 22:1-12 seolah-olah Allah berdiam diri saja? Secara sepintas dapat dibaca bahwa perikop ini merupakan ungkapan isi hati dan harapan Raja Daud (bagaimana dia di hadapan Tuhan). Tetapi sebenarnya perikop ini lebih dari sekedar ungkapan hati Raja Daud, karena isinya adalah nubuatan tentang Kristus. Tuhan memakai Daud dan bagaimana Daud berharap pada Tuhan (setiap ada masalah bagaimana Daud mencari Tuhan). Di sini kita melihat bagaimana Allah menolong dan peduli walau kita membaca pada Maz 22:3-4 ditulis Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. Sepertinya Daud saat itu berseru-seru meminta pertolongan pada Tuhan tapi tidak melihat pertolonganNya.

Ada yang punya pokok doa yang sudah 10 atau 20 atau 30 tahun lebih tidak dijawab Tuhan? Saya sendiri mendoakan papa dan mama untuk percaya kepada Kristus. Suatu kali papa mau datang ke gereja sehingga saya merasa sukacita. Tetapi setelah itu ia berkata,”Saya tidak berjodoh dengan Kristus” sehingga saya merasa sedih dan kecewa namun saya terus berdoa. Tetapi saya percaya suatu kali papa-mama saya akan percaya. Saya tidak rela melepaskan mereka suatu kali sebelum mereka percaya. Papa sudah berusia 78 dan mama 77 tahun. Saya setiap hari berdoa, kadang kita mendoakan satu hal yang sama terus-menerus Saya memiliki seorang adik perempuan yang tinggal di New York. Ia menelpon mengabarkan Injil dan meminta mereka percaya kepada Kristus. Itu doa kami kakak-beradik. Tetapi papa sampai hari ini tidak mau ke gereja. Sesekali ia mau. Kadang kalau pun ke gereja, kepalanya akan tertunduk dan tertidur. Suatu kali waktu sakit ia mau didoakan. Tetapi ia kemudian menelpon mama untuk mengambilkan buku catatan doa-nya (liam-keng). Mama saya berkata, “Buku nya tidak ada di sini!” namun dia terus mencarinya. Dia berkata bahwa ia tidak berjodoh dengan Kristus. Tetapi saya tetap doakan dan percaya bahwa walaupun sekarang saya tidak melihat tapi nanti saya akan melihat. Itulah iman kita kepada Tuhan karena saya tahu Allah itu peduli dan melihat walaupun seolah-olah Allah itu diam. Kami sudah berdoa selama 20-30 tahun dan kami terus berharap. Saya percaya Allah peduli. Demikian juga dengan Daud.

Allah Mendengar Doa dan Menolong Pada Waktunya

              Pada Maz 22:5 Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. , Daud menyatakan iman percayanya. Dulu Allah membawa nenek moyangnya ke luar Mesiar dan meluputkan mereka dari kejaran Firaun dan pasukannya sehingga Daud percaya Allah juga akan meluputkannya. Ayat 25 Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya. Allah kita adalah Allah yang mendengar dan Dia mendengarkan apa yang didoakan oleh segenap orang percaya.

Papa saya sudah tua sehingga seringkali telinganya sulit mendengar perkataan yang disampaikan kepadanya. Kami membelikan alat bantu pendengaran, tapi ia sering tidak mau pasang.  Saya berkata,”Papa , kalau papa tidak pasang alat bantu ini, maka kami semua akan menjadi anak yang tidak berbakti karena  ketika berbicara dengan orang tua harus berteriak-teriak.” Kalau orang lain yang tidak mengenal kami, maka mereka akan berkata bahwa anaknya yang sudah menjadi hamba Tuhan bicara dengan orang tuanya dengan suara keras (berteriak-teriak)? Kalau tidak bicara dengan keras, kami khawatir papa tidak akan mendengarnya. Papa yang begitu mengasihi anaknya dan ingin mendengar suara anaknya tetapi tidak bisa mendengarnya. Tetapi Allah kita sanggup (mau). Tema hari ini “Saat Allah berdiam, bukan berarti Dia tidak Mampu.” Benar! Allah itu sanggup dan mampu. Hal ini juga dialami oleh kakek saya yang juga mengalami kesulitan mendengar saat usianya lanjut. Maka saya sampaikan pesan ke anak-anak saya,”Kalau nanti mama sudah tua dan cenderung memiliki pendengaran yang lemah, tolong dimengerti.” Tetapi sekarang ada alat bantu walaupun papa saya merasa alat itu sangat bising. Kalau kita semua di seluruh dunia berdoa pada waktu bersamaan dengan cara yang berbeda-beda (ada yang menangis dll), apakah Allah akan merasa bising? Tidak! Ia mendengar dengan teliti semua jerit doa kita, baik suara kita alto, tenor, cempreng atau pun fals. Tuhan sanggup dan mampu. Ia mendengar! Ia menolong pada waktunya.

              Pernah melihat orang yang begitu menderita dan kita ingin menolongnya tapi tidak sanggup? 2 Minggu lalu (13 Mei 2018) ada bom meledak di 3 buah gereja di Surabaya. Salah satu korbannya adalah anak-anak kecil yang terluka dan meninggal yaitu kedua anak dari  Ibu Wenny. Saat membaca berita dan pesan atas kejadian tersebut saya sedih dan menangis karena saya seorang mama dan saya punya 2 orang anak. Saya tidak berani melihat foto saat Ibu Wenny memasukkan baju anak-anaknya ke peti mati. Walaupun tidak mengenalnya, saya terus berdoa bagi Ibu Wenny. Sebagai manusia,  saya merasa tidak punya kekuatan dan kemampuan untuk menghibur. Hanya kuasa Roh Kudus yang dapat menghibur mereka. Kita menyadari keterbatasan kita sebagai manusia. Seringkali kita melihat orang yang begitu patut dikasihani dan ingin menolongnya tapi kita tidak mampu melakukan apa-apa sehingga akhirnya kita hanya bisa berdoa agar Tuhan memberikan penghiburan dan kekuatan baginya. Bagaimana ia sanggup menghadapinya? Hanya Tuhan yang sanggup memberi penghiburan. Di sini kita melihat keterbatasan dan ketidakberdayaan kita. Daud menyadarinya juga bahwa dia tidak berdaya tetapi Tuhan mampu.

              Kita melihat Mazmur Daud di mana saat berada dalam kesulitan yang dialaminya ia selalu menjerit dan berseru kepada Tuhan dan Tuhan menolongnya pada waktunya . Pada kitab 1 Sam 23:25-28 dikisahkan : Ketika Saul dengan orang-orangnya pergi mencari Daud, diberitahukanlah hal itu kepada Daud, lalu pergilah ia ke gunung batu dan tinggal di padang gurun Maon. Saul mendengar hal itu, lalu mengejar Daud di padang gurun Maon;  Saul berjalan dari sisi gunung sebelah sini dan Daud dengan orang-orangnya dari sisi gunung sebelah sana. Daud cepat-cepat mengelakkan Saul; tetapi Saul dengan orang-orangnya sudah hampir mengepung Daud serta orang-orangnya untuk menangkap mereka,  ketika seorang suruhan datang kepada Saul dengan pesan: "Segeralah undur, sebab orang Filistin telah menyerbu negeri."  Maka berhentilah Saul mengejar Daud dan pergi menghadapi orang Filistin. Itulah sebabnya orang menyebut tempat itu: Gunung Batu Keluputan. Pada perikop ini dikisahkan Raja Saul mengejar Daud dan kala itu Raja Saul berada di sisi gunung yang satu dan Daud ada di sisi gunung yang lain dan hampir saja Daud tertangkap. Kemudian tiba-tiba Raja Saul mendapat berita bahwa bangsa FiIistin sedang menyerang wilayah Israel sehingga ia pun kembali untuk menghadapi bangsa Filistin sehingga Daud pun terbebas. Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat sedikit pun , pada waktunya Tuhan akan datang menolong. Saya yakin semua orang yang percaya kepada Tuhan punya pengalaman seperti itu.

              Saya teringat kejadian yang dialami belasan tahun lalu dan sudah saya sharing-kan berkali-kali tetapi saya masih takjub dengan Allah kita. Saya sangat terkesima melihat pertolongan Allah yang luar biasa. Suatu kali suami saya melanggar peraturan lalu lintas sehingga SIM-nya ditahan polisi. Adik saya diminta tolong untuk membayar uang tebusan di kejaksaan dan mengambil kembali SIM-nya. Saya dan adik saya berangkat untuk mengambil SIM tersebut. Adik saya mengemudikan mobil secara perlahan. Di dekat Slipi, tiba-tiba ada seseorang yang berlari menuju mobil kami (entah sedang dikejar atau tidak) dan kemudian menabrak mobil kami. Akibatnya ia terjatuh namun langsung berdiri kembali dan lari menghilang dengan cepat. Kejadian itu dilihat oleh serombongan siswa SMA yang mengira adik saya yang menabrak orang tersebut. Mereka pun mengelilingi mobil kami dan menggoyang-goyangnya. Saya merasa ketakutan dan terkejut melihat begitu banyak orang di sekeliling. Dalam situasi seperti itu saya hanya bisa berseru dan berdoa, “Tuhan tolong!”.  Saya tidak sempat berdoa panjang karena begitu takut melihat siswa-siswa SMA tersebut (mengapa anak-anak tersebut bisa sangat berangasan seperti itu). Mobil kami digoyang-goyang oleh para siswa SMA itu  sehingga hampir terbalik. Tiba-tiba lewat dua buah motor patroli polisi (dengan motor besar) yang kemudian berhenti. Sang polisi bertanya mengenai kejadian awalnya dan dijawab bahwa adik saya sudah menabrak seseorang. Saat ditanya di mana orang tersebut, dikatakan bahwa korbannya sudah lari. Setelah selesai memeriksa dan sang korban yang ‘ditabrak’ sudah tidak lagi, semua anak SMA tersebut akhirnya diusir oleh Sang Polisi karena bila tidak mobil kami benar-benar akan terbalik. Kemudian kedua patroli itu mengawal kami ke luar dari jalan itu. Tuhan kita luar biasa! Dia menolong kita pada saat yang tepat. Kalau orang tua sayang kepada kita apalagi Allah kita dan Daud tahu akan hal itu. Maka dalam segala keadaan Daud meminta pertolongan Tuhan dan ia selalu berharap pada Tuhan.           Dalam hidupnya Daud banyak mengalami kesulitan. Waktu Daud lebih banyak berada dalam peperangan dan pelarian, sehingga ia tidak diperkenan Tuhan mendirikan Bait Suci karena tangan Daud penuh darah. Tetapi dalam setiap kesulitan, Daud selalu berharap pada Tuhan.  

Nubuatan Kesengsaraan Kristus

Mazmur pasal 22 ini bukan saja merupakan ungkapan perasaan dan jeritan minta pertolongan Daud, tapi ini adalah nubuatan tentang kesengsaraan Tuhan Yesus. Pada zaman itu, 1.000 tahun sebelum Yesus Kristus, Tuhan sudah mengatakan apa yang akan terjadi pada Yesus Kristus. Maz 22:2b Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Ini merupakan perkataan Tuhan Yesus saat di kayu salib. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Itu bukan merupakan jeritan Daud tapi jeritan Tuhan Yesus yang saat itu menanggung dosa manusia. Allah yang suci dan tidak kompromi dengan dosa, tidak bisa bersatu dengan Yesus saat Dia menanggung dosa manusia. Betapa menderita dan sakitnya Yesus di kayu salib. Bukan saja di ayat 2b tersebut tetapi juga di ayat 8. Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: Kita juga melihat pada Markus 15:24  Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. Di situ kita melihat , keseluruhan Mazmur ini juga merupakan nubuatan yang akan dilakukan oleh Tuhan Yesus. Di atas kayu salib Yesus akan menanggung dosa manusia sehingga pada saat itu akan terpisah sejenak dari Allah.  Dengan demikian penulis Mazmur ini mengatakan begitu besar kasih Allah akan manusia, sehingga Dia rela menanggung semua penderitaan itu bagi kita. Orang mencela Dia. Ia seperti ulat bukan seperti manusia lagi, itu yang ditulis oleh pemazmur. Begitulah keadaan Yesus di atas kayu salib karena ia mengasihi manusia. Jadi Allah tidak pernah berdiam diri. Allah mengasihi kita sampai mati di atas kayu salib.

              Maz 22: 17-19 Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.  Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku.  Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. Itu kejadian di atas kayu salib mereka menusuk tangan dan kaki Tuhan Yesus, mereka memakukanNya. Mereka membuang undi untuk jubah yang dipakai. Itulah yang dialami Tuhan Yesus. Mereka mengolok-ngolok Dia. Matius 27:41-42 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.  Tetapi Dia datang untuk itu. Ia datang untuk menebus kita dan rela mati di kayu salib. Itu nubuatan yang akan terjadi pada Tuhan Yesus. 1.000 tahun sebelumnya sudah ditulis Daud. Ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah . Dialah yang dimaksud dalam nubuatan itu. Dia datang menggenapkan semua nubuatan itu. Di dalam Injil kita melihat penggenapannya. Kalau kita membaca sampai ini, “Apakah Allah berdiam diri?” Allah tidak pernah berdiam diri. Ia seolah-olah berdiam diri tetapi sebenarnya Ia melihat dan mendengar . Ia akan turun tangan pada saat yang tepat. Ia membiarkan Yesus di kayu salib untuk menanggung dosa kita.

              Kita adalah manusia berdosa. Kita seharusnya mati dan dihukum karena dosa kita. Tetapi melalui Tuhan Yesus, Allah sudah menyiapkan keselamatan jauh sebelumnya. Tuhan Yesus datang menanggung dosa kita. Dialah Tuhan dan Juruselamat kita. Dia datang untuk menolong kita. Kita menganggap Dia berdiam diri, padahal Dia punya karya yang indah yaitu keselamatan. Sehingga Rasul Yohanes mencatat pada Yoh 3:16   Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Adakah Allah berdiam diri? Saya percaya tidak! Allah kita mampu , bukan saja tidak berdiam diri tetapi Ia memikirkan dan membuat jalan keselamatan bagi kita sehingga setiap orang percaya kepadaNya diselamatkan dan memperoleh janjiNya. Di dalam Alkitab, apa yang dinubuatkan dan dijanjikan oleh Tuhan setiap kata , huruf bahkan titik genapi oleh Tuhan. Itu yang dilakukan Tuhan Yesus. Apa yang dinubuatkan dalam kitab Mazmur itu digenapi di Perjanjian Baru. Dia datang ke dunia ini dan Dia menderita segala kesengsaraan.

              Minggu lalu kita memperingati hari turunnya Roh Kudus (Pentakosta). Bahkan setelah meninggalkan dunia ini, Ia tidak meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Ia mengutus Roh Kudus turun di tengah kita. Begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengutus Roh Kudus di tengah kita sehingga sebagai orang yang percaya kepadaNya, kita boleh berserah sepenuhnya kepadaNya. Kita boleh datang dan memohon pertolonganNya. Allah tidak pernah berdiam diri, Dia mengasihi kita. Bahkan Ia mengutus Tuhan Yesus datang ke dunia ini , Ia mati di kayu salib untuk menebus manusia yang berdosa yaitu kita. Karena Tuhan Yesus kita beroleh hidup.


No comments:

Post a Comment