Monday, June 4, 2018

Mata Tuhan Tertuju pada Mereka yang Takut akan Tuhan

Pdt. Hery Kwok

Maz 33:6-22
6  Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.
7  Ia mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan, Ia menaruh samudera raya ke dalam wadah.
8  Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!
9  Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.
10  TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa;
11  tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.
12  Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri!
14  dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi.
15  Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka.
16  Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan.
17  Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan.
18  Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih, setia-Nya
19  untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
20  Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita!
21  Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya.
22  Kasih setia-Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.

Ibrani 11:3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.

Pendahuluan

              Pada adegan drama yang baru saja dipentaskan dikisahkan bahwa saat menghadapi kesulitan (kekurangan uang untuk kebutuhan hidup), pemainnya yang berperan sebagai suami-istri menghadapinya dengan berserah dan berdoa kepada Tuhan. Lalu tiba-tiba datang seorang kawan dari sang suami yang menawarkan pekerjaan untuk membuat foto para siswa di sekolah tempat sang kawan bekerja. Sang kawan juga memberikan uang muka sebagai tanda jadi sehingga masalahnya teratasi. Melihat drama tersebut sepertinya hidup beriman itu mudah sekali. Saat kita menyerahkan masalah kita pada Tuhan, tiba-tiba ada orang yang datang membantu (pertolongan Tuhan luar biasa). Bagi yang tidak mengenal firman Tuhan, mereka bisa mengatakan pertolongan Tuhan itu kebetulan belaka. Namun bagi orang-orang percaya , saat menyaksikan cerita seperti itu apakah iman mereka bisa melihat apakah benar mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang berpengharapan padaNya? Atau kita berada dalam kondisi yang benar-benar merasakan titik-titik di mana kita berpikir apakah Tuhan benar-benar ada atau tidak? Kehidupan yang nyata atau realita yang dihidupi adalah sesuatu yang tidak mudah dalam perjalanan iman kita. Iman kita seringkali berbenturan dengan fakta atau fakta itu tidak sesuai dengan apa yang dipercayai. Berbicara tentang tema “Mata Tuhan Tertuju pada Orang yang Takut akan Dia”, kalau dibuat drama nya sepertinya mudah sekali. Tetapi waktu kita menghadapi, menggumuli, berjalan dalam percaya bisa jadi kita berada pada titik-titik yang mungkin mempertanyakan Tuhan memperhatikan  (memahami) atau tidak apa yang sedang kita alami.

Pada lirik lagu Sekolah Minggu dikatakan “Mata Tuhan melihat apa yang kita perbuat. Baik yang baik, maupun yang jahat. Oleh sebab itulah jangan berbuat jahat, Tuhan melihat!”.  Lagu ini ingin mengajarkan kita bahwa mata Tuhan mampu melihat kita berbuat baik tapi sebaliknya kita berbuat jahat. Namun apa yang kita nyanyikan seringkali tidak kita lakukan dalam perjalanan hidup kita karena kita tidak mampu melihat apa yang Tuhan lihat. Contoh : saat seorang siswa sekolah (Kristen atau bukan) sedang ‘kepepet’ sehingga hanya belajar sebentar lalu mencontek pada waktu tidak mengerti melihat soal ujiannya. Suatu kali saya bertanya kepada seorang siswa Kristen,”Apakah kamu tidak takut kalau Tuhan melihat apa yang kamu lakukan?” Dia menjawab,”Saya tidak takut. Saya lebih takut kalau guru yang melihat.” Jadi mata guru seakan lebih hebat dari mata Tuhan. Karena sampai guru melihatnya mencontek maka kertas ujiannya akan  langsung diambil dan ia pun dinyatakan gagal dalam ujian. Kalau guru tidak melihat, maka dia merasa aman-aman saja dan menyerukan puji Tuhan karena tidak tertangkap.  Dalam pikirannya,”Mana Tuhan melihat karena buktinya saya tidak tertangkap saat ujian.” Jadi ukurannya kita selalu melihat mata Tuhan tidak seperti yang kita bayangkan. Kemarin tanggal 1 Juni 2018 saya makan-makan di Kelapa Gading dengan seorang jemaat dari GKY. Ia bercerita bahwa anaknya di Hong Kong mendapat kesempatan magang di sebuah perusahaan Jerman. Sebelum bekerja ia sudah mengingatkan anaknya agar kalau sedang bekerja di perusahaan jangan main handphone (termasuk membalas pesan WA dari pacar) kecuali sedang beristirahat,”Kamu harus ingat bahwa kamu adalah anak Tuhan”. Contoh lain : di kantor seringkali karyawan lebih takut dengan mata pimpinan (bos) -nya  karena kalau sampai seorang karyawan terlihat bermain handphone, maka keesokan harinya akan dipanggil dan diberi Surat Peringatan (SP) pertama dan kalau tetap mengulangi perbuatannya dan kembali tertangkap maka akan diberikan surat peringatan kedua.  Kita lebih takut pada mata manusia daripada mata Tuhan.

Mata Tuhan Tertuju pada Mereka yang Takut akan Tuhan

              Apakah betul mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang takut akan Tuhan? Apakah betul seperti apa yang dialami dalam drama yang dipentaskan tadi? Apakah betul Tuhan mampu menolong orang-orang yang berharap kepadaNya (meskipun kita menganggapnya sebagai peristiwa-peristiwa kebetulan pada saat kita benar-benar mengalami pertolonganNya)? Penulis kitab Mazmur pasal 33 mengungkapkan beberapa hal untuk menunjukkan ayat ke-18 sebagai bagian yang luar biasa. Pada Maz 33:18 dikatakan Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih, setia-Nya. Ayat ini dimulai dari kata “sesungguhnya” yang bukan merupakan kata sembarangan. Kata ini  menunjukkan adanya elemen “penekanan”.  Kata ini juga digunakan oleh Tuhan Yesus dalam pengertian yang sama pada Matius 18:3, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat  dan menjadi seperti anak kecil ini,   kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Di sini Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa engkau harus benar-benar bertobat. Pemazmur menulis ayat tersebut bukan satu ayat  tanpa dasar, bukan satu ayat yang ditulis  pemazmur tanpa memahami Tuhan dengan baik. Karena ada beberapa hal yang dikemukan dalam perikop Maz 33:1-22.

a.     Allah adalah Pencipta Langit-Bumi

Pada Maz 33:1-9 pemazmur mau menyampaikan bahwa  engkau lihat (pandang) langit dan bumi, sesungguhnya yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah. Yang oleh firmanNya Allah menciptakan langit dan bumi dari yang tidak ada menjadi ada. Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa karena iman kita mengerti, percaya, mengakui bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah. Mengapa pemzamur mengangkat kejadian alam? Penulis Perjanjian Lama selalu menggunakan kejadian alam (yaitu langit dan bumi) sebagai contoh konkrit yang menunjukkan bahwa Allah itu ada. Contoh : Abraham dijanjikan oleh Allah suatu daerah yang dinamakan sebagai Tanah Perjanjian yang akan diberikan kepadanya dan keturunannya. Saat berangkat ke Kasdim dengan Sara, Abraham berusia 75 tahun. Waktu berangkat mereka belum punya anak karena istrinya (Sara) mandul sehingga ia membawa Lot (keponakannya). Karena ia berpikir mungkin nanti ia yang akan mewariskannya. Tetapi Allah tidak mau dan berkata bukan Lot melainkan keturunannya yang akan mendapat Tanah Perjanjian tersebut. Maka pada kitab Kejadian pasal 17 dikatakan bahwa Hagar diambil Abraham sebagai istri tetapi Allah berkata,”Bukan Hagar, tetapi melalui Sara.” Abraham bingung karena Sara tidak bisa mengandung. Lalu bagaimana caranya Abraham mendapat keturunan? Ketika itu TUHAN membawa Abraham keluar dari kemah dan memintanya untuk memandang bintang-bintang di langit. Waktu ia memandang bintang-bintang di langit, Allah berkata, “Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat (Kej 26:4). Alkitab mencatat kalimat sederhana: “Lalu percayalah Abaraham”. Penulis Perjanjian Lama sering menggunakan alam semesta untuk menunjukkan Allah yang sungguh-sungguh ada dan nyata (bukan isapan jempol atau rekayasa orang). Sehingga pemazmur dengan berani mengatakan,”Oleh firman Tuhan langit dan bumi dijadikan.” Bumi yang bagaimana? Bumi yang merupakan tempat kita tinggal dan berfungsi dengan baik dengan melakukan rotasi mengelilingi matahari. Tidak ada planet yang ada di alam semesta yang tidak berfungsi baik. Matahari , bulan dan bintang tahu fungsinya dan tahu kapan harus bersinar. Dalam teknologi yang lebih modern kita dalam melihat sungguh luar biasa benda-benda bergerak di langit tanpa pernah menimbulkan tabrakan satu pun. Karena Allah Pencipta Langit-Bumi sudah mengaturnya secara mengherankan sehingga melihat hal tersebut dikatakan Ia pasti mampu menolong kita.

b.    Allah mengatur sejarah zaman ini.

Pada Maz 33:10-12 dikatakan bahwa Allah bukan saja pencipta langit-bumi tapi Dia juga mengatur sejarah zaman ini. Sejarah barang-bangsa ada di tangan Allah dan tidak terjadi tanpa melalui campur tanganNya. Seluruh kejadian yang ada tidak pernah tanpa seijin Allah ada. Dalam Perjanjian Lama ada nubuatan-nubuatan yang disampaikan nabi-nabi Allah tentang kerajaan-kerajaan yang muncul, hancur, tenggelam lalu muncul lagi lalu nubuatan-nubuatan tentang raja-raja yang ada, tidak ada dan diberikan kepercayaan dan raja yang diangkat kepercayaanNya oleh Allah. Allah tidak pernah berhenti dalam sejarah masa lalu, tetapi terus menyertai dalam sejarah yang ada di depan. Pemazmur mengatakan bahwa Allah pencipta langit dan bumi, Dia juga mengatur jalannya sejarah ini. Lengsernya Pak Soeharto bukan saja diakibatkan oleh demo mahasiswa tapi Allah yang bergerak di dalamnya untuk menentukan siapa yang tumbang dan siapa yang bangkit. Mau diakui atau tidak, Alkitab berbicara dalam ayat yang luar biasa bahwa Allah menggagalkan rencana bangsa-bangsa. Rencana Allah tetap dan rancangan hatiNya turun-temurun. Waktu bangsa Israel dibuang ke Babel , Nabi Yeremia menulis surat kepada orang Israel di pembuangan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11).”  Rancangan Allah damai sejarah dan diminta untuk diikuti sehingga mendapat damai sejahtera. Tetapi bangsa Israel tidak mau taat karena mereka tidak mau mengaku bahwa Allah ada dalam sejarah bangsa Israel. Ia adalah Allah yang menggerakan dan memegang sejarah ini bahkan Dialah Allah yang kelak akan memusnahkan sejarah ini saat langit dan bumi semuanya hilang lenyap. Kekuatan ini yang dilontarkan pemazmur menjadi alasan bahwa Mata Tuhan selalu benar-benar sanggup melihat kita.

c.     Tuhan memandang dari sorga

Pada Maz 33: 13-14 dikatakan TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia;  dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dia yang membentuk hati  mereka sekalian. Saya dan shi mu terkadang pergi ke mal dan sesampai di mal kami terpisah.  Saya dan shi mu dengan tujuan masing-masing. Saya terkadang mau temani dan terkadang tidak karena perempuan saat memilih barang suka lama. Contohnya saat mau membeli satu sepatu , saya menunggunya saat meneliti warna ,bahan,  haknya dan lain-lain sehingga memerlukan waktu yang lama. Berbeda dengan laki-laki yang tidak kemauan seperti perempuan. Kalau shi mu menemani saya membeli celana, tinggal saya membeli tidak dan saya tinggal menyetujui saja. Sedangkan shi mu saat memilih akan melihat lagi kantong celana saja bisa lama. Sedang saya, kalau mau yang mana, tinggal saya hampiri. Beda dengan shi mu yang kreatif saat melihat satu celana lalu pergi dari satu toko ke toko yang lain sehingga saat sedang ramai mencari shi mu susah. Meskipun saya ingat pakaian yang dikenakan dari rumah (walau terkadang tidak ingat juga). Karena sudah lama mencari tapi ketemu, lalu saya memakai handphone untuk menanyakan keberadaannya tapi tidak dijawab. Setelah menunggu 5 menit tidak dijawab, lalu 10 menit tidak dijawab dan terakhir baru 30 menit juga belum dijawab. Setelah satu jam baru dijawab. Saya bertanya, “Kamu dimana?” Rupanya ia  sedang asyik berbelanja dan saya tidak mampu melihatnya dalam keramaian orang yang jumlahnya tidak banyak. Waktu membaca ayat ini (Allah memandang dari sorga, seluruh manusia di bumi) saya menyadari bahwa Ia sanggup melihat seluruh manusia di bumi. Kalau Dia sanggup melihat seluruh manusia di bumi, di ayat 18 kita masuk ke dalam scope yang panggil kecil, “Sesungguhnya mata Tuhan tertuju pada mereka yang takut akan Dia.” Dia sanggup melihat apa yang  menjadi pergumulan kita yang paling dalam. Sehingga pemazmur ingin mengatakan kepada kita bahwa kebenaran tentang Allah dalam kedaulatanNya : Ia pasti memelihara umatNya dengan baik meskipun caraNya tidak mungkin kita bisa selami secara sederhana. Namun akhirnya Tuhan sanggup menolong dengan caraNya. Dia sanggup karena Ia Allah yang benar-benar memperhatikan dengan baik. Ada 2 kata yang menarik dalam ayat 13 dan 18 yaitu “Ia yang membentuk dengan hati” (ayat 13) dan “Ia yang mataNya melihat kita” (ayat 18).

Dalam perjalanan pernikahan kami selama lebih dari 20 tahun ternyata hati shi mu tidak dapat saya mengerti sedalam-dalamnya. Terkadang bangun tidur ia langsung cemberut atau cengengesan, saya tidak mengerti. Sebaliknya kalau shi mu melihat raut wajah saya yang sedang tertekuk terus selama seminggu lalu bertanya,”Mengapa susah?” Hati kita biar orang terdekat sekali pun tidak tahu. Demikian saat pasangan suami-istri mencari pasangan dengan handphone akan berbeda. Saat  mu shi pergi ke luar kota dan shi mu telpon untuk bertanya, “Kamu ada di mana?” dan bila saya menjawab sedang makan dengan majelis, maka hatinya akan tenang (aman suaminya karena bersama majelis dan sedang makan). Tetapi kalau suami yang telpon dan bertanya,”Shi mu sedang di mana?” lalu dijawab,”Saya sedang CP” maka kalau perlu pertemuannya kita pindah ke CL. Rasa ketidakmampuan saya ditolong oleh handphone dengan tujuan berbeda. Allah sanggup melihat hati kita karena Dia yang membentuk manusia. Saya benar-benar terpesona dengan ayat ini.  Saat saya merenungkan ayat ini, saya mendapatkan bahwa Tuhan tahu hati saya. Hati saya sedang bergumul tentang anak, jodoh, menantu dll, Tuhan tahu semuanya.  Kemampuan itu dilihat pada ayat 18,”MataNya tertuju pada mereka yang takut akan Dia dan berharap pada kasih setiaNya” bukan berharap kepada dunia dengan kekayaannya, kuda dengan kemampuannya atau pahlawan dengan kegagahannya tetapi dalam pengharapan kepada Allah. Kemarin para pemuda mengadakan suatu pertemuan berbicara tentang saham dari pk 10-16. Saya cukup salut dengan mereka karena tidak bergeser duduk di bangku untuk memperhatikan tentang saham. Padahal kalau sedang ibadah mendengar khotbah selama 30 menit, hati sudah gelisah menunggu kapan khotbahnya selesai. Sedangkan mendengar saham kalau bukan matahari akan tenggelam mereka tetap tidak beranjak! Saya hanya bicara hanya 5 menit sudah bingung mau bicara apa. Saya senang bila anak muda bisa kaya karena bila tidak akan menyusahkan diri sendiri, keluarga dan bahkan gereja (susahkan semua orang). Kalau ada jemaat memiliki kemampuan uang saya senang. Lukas mencatat saat melayani , Yesus dibantu oleh perempuan-perempuan kaya salah satunya istri bendahara negara seperti Antipas yang dengan kekayaannya melayani Tuhan. Saya tidak anti dengannya dan terkadang saya melihat perkembangan zaman tapi saya sesuaikan dengan firman Tuhan. Saya sampaikan boleh mencari uang dan kaya tapi jangan berorientasi pada uang karena ini berbahaya (hati kita lebih terpincut dengan yang kelihatan). Mata Tuhan tidak kita lihat tetapi waktu kita melihat ke harta kekayaan, hati kita lebih cenderung ke sana. Pemazmur mengatakan kalau mata Tuhan tertuju maka  Allah akan mengasihi orang-orang yang berharap kepadaNya dan bukan orang-orang berharap pada kekuatan dunia ini.

Dari Senin-Rabu kemarin (28-30 Mei 2018) saya sedang mengikuti rapat tahunan Yayasan Kalam Kudus Indonesia yang membawahi Sekolah Kristen Kalam Kudus di hotel Grand Tjokro selama 3 hari. Saya ikut sebagai peserta karena saya adalah anggota BPH sinode, sehingga walau tidak mengerti tentang pendidikan saya ikut hadir. Saya memperhatikan bagaimana perjalanan dan perkembangan sekolah. Saat sedang duduk-duduk mengikuti rapat, tiba-tiba lampu HP saya nyala. Ternyata ada satu pesan WA yang masuk dari seorang jemaat yang pernah saya layani. Ia bertanya tentang rencana perjalanan misi ke NTT, saya bertanya,”Apakah kamu mau ikut?” Dia menjawab,”Tidak bisa ikut karena mau menghadiri seminar dari hillsong di Australia. Tetapi bolehkah saya ikut membantu?” Saya pun mempersilahkannya. Dia bertanya tentang apa yang dibutuhkan. Saya menginformasikan bahwa telah banyak hal yang Tuhan tolong , namun bila ia ingin membantu dapat dilakukan untuk menyediakan dana untuk orang-orang yang mau ikut tapi kurang mampu. Akhirnya ia mau membantu mensponsori 2 orang yang mau ikut. Saat kita sedang duduk, kalau Tuhan mau kasih rejeki maka Tuhan akan berikan.  Saya teringat pada Maz 127 dikatakan Ia memberikan kepada orang-orang yang dikasihi saat tidur. Ini bukan berarti orang Kristen malas tetapi Alkitab mau menjelaskan melalui kalimat-kalimat  yang sangat  ekstrim sekali pun. Saat kita sedang duduk atau tidur pun kalau Allah mau kirim rejeki maka Dia akan  mengirimnya. Dalam kesimpulan akhir drama yang dipentaskan tadi ingin disampaikan bahwa Allah yang matanya tertuju sanggup menolong kapanpun waktunya dan dengan cara bagaimana pun. Tetapi Dia menolong bukan kepada orang yang tidak berharap, tetapi kepada orang yang berharap dan berseru padaNya dan itulah orang yang Allah kasihi yaitu orang yang beriman kepadaNya.

Memasuki bulan yang ke-6, kita mungkin mengalami kesulitan. Mungkin tidak ada uang sekolah untuk anak-anak dan angka dalam tabungan sangat krisis. Demikian juga dengan gereja yang mengalami banyak masalah. Saya bertanya saldo di bank kepada bendahara majelis, ternyata saldonya sangat sedikit sekali. Angkanya negatif. Kalau bicara tentang tabungan dan angkanya sedikit maka betul kita berpikir tentang bagaimana pembangunan gereja. Tetapi waktu melangkah dengan iman dan berharap, maka Tuhan bisa gerakan dan pakai siapa saja. Jadi manusia jangan sombong. Kalau tidak mau melayani Tuhan, maka Tuhan bisa pakai yang lain. Allah itu hidup dan mataNya melihat kita. Dia tahu hati setiap kita. Kalau kita jahat, istri mungkin tidak tahu tapi Tuhan tahu. Itu kebenaran yang harus kita pegang kuat-kuat. Kebenaran itu berdampak 2 hal :

1.     Jangan hidup sembrono di hadapan Tuhan.

Kita mau menipu istri / suami atau orang tua, Tuhan tahu. Ada anak yang membuka  buku pelajaran saat mamanya membuka pintu kamarnya, namun setelah pintu ditutup ia menutup buku tersebut dan kembali bermain game. Itu tipuan kelas teri tapi Tuhan tahu. Lalu mama bercerita kepada papa, “Anak kita rajin. Puji Tuhan. Kita bersyukur!” padahal anaknya sedang bermain game. Tuhan tahu saat kita menonton blue film walau tidak ada yang tahu tapi Tuhan tahu. Kalau kita berbuat apa Tuhan tahu. Jangan pernah bermain-main dengan Tuhan karena  mataNya tertuju. Waktu tertuju maka bila kita bersembunyi di mana pun seperti pemazmur pada pasal 139 mengatakan “Aku terbang ke tempat yang paling tinggi, Dia ada di sana. Aku pergi ke dunia yang paling dalam Ia ada di sana.” Pemamur menyerah dan berkata,”Tuhan Engkau tahu segala sesuatu”. Itu mata Tuhan.

2.     Mata Tuhan yang tertuju memberi pengharapan. Jangan pernah takut , kecewa atau merasa putus asa ikut Tuhan. Pegang dalam iman kita.

Kemarin saat renungan, saya ditegur waktu membaca kitab Lukas. Yohanes Pembaptis di penjarakan  Raja Herodes karena  Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" (Matius 14:4). Di penjara ia mendengar apa  yang dilakukan oleh Yesus, lalu mengutus murid-muridnya bertanya,” Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?"(Matius 11:3). Yesus menjawab mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat:   orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.  Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Matius 11:4-6) . Tuhan Yesus sebenarnya bisa saja menjawab ke murid-murid Yohanes,”Aku orang yang akan datang” tetapi Yohanes bisa berkata, “Mana buktinya?” Saya dibukakan dengan tafsiran yang bagus. Waktu ia membaptis Yesus dia mengatakan,: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.  Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel." (Yohanes 1:29-31). Dalam konsep Yohanes Pembaptis, ia menyakini Yesus akan datang seperti apa yang disampaikannya. Tetapi Yesus datang dengan menyampaikan kabar baik dan menyembuhkan orang sakit. Tetapi Yesus ingin mengatatakan ke Yohanes, “Jangan kamu kecewa.” Memang saat ini Ia tidak melakukan penghakiman, tetapi Ia adalah hakim yang agung. Ia berkata kepada Yohanes, apa yang kamu nubuatkan tidak salah. Karena Yesus nanti akan menjadi hakim. Tetapi Yesus datang untuk membuka lembaran yang baru bahwa apa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya,”Ia mencelikkan mata orang buta, membuat orang lumpuh berjalan, menghidupkan orang mati dan memberi kabar baru kepada orang-orang  susah” itulah babak baru yang sedang dijalani oleh Tuhan Yesus dan  nanti di penghujung Ia jadi hakim yang menghakimi. Jadi kamu jangan kecewa kalau Aku belum lakukan apa yang engkau nubuatkan. Waktu membaca ayat ini (engkau jangan kecewa) saya sangat terberkati. Mata Tuhan tertuju. Hari ini mungkin kita kecewa sepertinya Tuhan tidak menolong saya, Tuhan tidak memberi jalan keluar atau  sepertinya Dia diam 1.000 bahasa. Jangan kecewa karena mataNya tetap tertuju pada kita. Kapan dan dengan cara bagaimana adalah urusan Allah karena Ia adalah Allah yang berdaulat karena Ia mampu mengurus kita dengan baik.

No comments:

Post a Comment