Sunday, May 13, 2018

Sekalipun Banyak Kejahatan, Allah Tetap Raja





Pdt. Arthur Surjadi Lin

Mazmur 73:1-28
1   Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.
2  Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
3  Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.
4  Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;
5  mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.
6  Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.
7  Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.
8  Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati.
9  Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.
10  Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah.
11  Dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?"
12  Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!
13  Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.
14  Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
15 Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.
16  Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,
17  sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
18  Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.
19  Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
20  Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.
21   Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
22  aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
23  Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
24  Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.
25  Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
26  Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
27  Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.
28  Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.

Pendahuluan

              Saat dihubungi Pdt. Hery untuk menyampaikan khotbah dengan tema “Sekalipun Banyak Kejahatan, Allah Tetaplah Raja” saya bergumul luar biasa. Kemudian Pdt. Hery menghubungi saya kembali dan membatalkannya, saya pun merasa lega. Namun tiba-tiba staf GKKK Mabes menghubungi saya untuk mengingatkan agar saya menyampaikan khotbah dengan tema tersebut pada tanggal tertentu, saya pun terkejut dan meminta agar hal ini ditanyakan ke Pdt. Hery. Setelah dikonfirmasi oleh Pdt. Hery ternyata memang ada kekeliruan. Ketika tema ini diberikan kepada saya, saya rasanya ingin marah-marah dan berontak dalam hati. Tema ini gila! Saya berpikir, “Raja apa yang menginginkan dan mengijinkan kejahatan ada di mana-mana, ketidakadilan merajalela tetapi raja ini tidak bertindak mengatasinya atau menguranginya?” Dari sudut pandangan saya, pernyataan bahwa “sekalipun banyak kejahatan, ketidakadilan, ketidakbenaran Allah tetaplah Raja” adalah gila, absurb, tidak benar dan merupakan penghinaan pada Allah yang maha kuasa , adil dan baik itu. Saya berpikir, “Raja yang mengijinkan ketidakadilan dan kejahatan terjadi pastilah raja yang jahat atau raja yang lemah.” Raja yang jahat karena bersekutu dengan kejahatan dan memperoleh keuntungan dari kejahatan demi keuntungan pribadinya. Dalam sejarah memang ada raja seperti ini. Atau raja yang lemah yang tidak bisa mengatasi kejahatan sehingga konfrontasi dilakukan. Itulah yang saya pikirkan. Sebelumnya saya bergumul dengan firmanNya dan memakai cara berpikir sendiri untuk mengatasi masalah, persoalan, kebingungan dan kefrustasian saya. Lalu saya trust dan obey untuk mencari tahu apa yang ingin Tuhan saya sampaikan kepada jemaat dengan tema ini dan mempercayai firman Tuhan sanggup membawa saya kepada kebenaranNya lebih utama daripada kebenaran saya sendiri. Lalu saya menemukan Mazmur 73.

3 Fase dalam Kehidupan Manusia

              Yang terjadi dengan saya di atas juga terjadi dengan Asaf (seorang ahli musik keturunan suku Lewi dari bani Gerson pada zaman raja Daud) yang mewakili semua orang yang beribadah kepada Tuhan. Kita tidak mengerti mengapa life is not fair. Asaf tidak mengerti mengapa hidup ini sangat tidak adil sekali. Dan itulah kenyataan. Saat hidup itu tidak adil dan kita mulai merasakannya, maka akan terjadi 3 fase dalam kehidupan manusia.

1.     Fase melihat kenyataan

Fase di mana kita melihat fakta yang kita lihat dan rasakan, nyata terjadi dalam hidup kita dapat dirasakan oleh indra kita. Hal ini bisa dilihat pada Mazmur 73: 2-12.  Aku sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir (ayat 2). Pada fase pertama ini kita melihat keanehan bahwa orang fasik, penipu, pembual, koruptor, penjahat, hidupnya berkalungkan kecongkakan, berpakaian kejahatan dan mengata-ngatai  dengan sangat jahatnya dan melukai begitu hebatnya, melakukan pemerasan dan korupsi terang-terangan dan mulutnya berani terang-terangan mengatakan apapun justru orangnya sehat , lancar, aman, kaya-raya dan senang selama-lamanya. Melihat atau mendengarnya bisa membuat kita frustasi. Dan yang menyedihkan adalah bukannya orang menjauh dari orang-orang seperti ini atau menekan mereka dengan social pressure tetapi orang malah mendekat, menjilat , membaik-baiki dan menyanjung orang seperti ini. Hal ini bisa dibaca pada ayat 3-12 yang mengakibatkan betapa frustasinya Asaf. Bahkan ada orang yang mengharapkan berkat dari orang-orang  seperti ini dan bekerja pada mereka.
Kemarin saya baru menerima pesan WA yang menceritakan tentang pergumulan batin seorang yang memiliki sebuah pekerjaan baik yang dibangun dengan susah payah. Orang tuanya dalam kemiskinannya bekerja habis-habisan untuk menyekolahkannya hingga berhasil lalu ia pun bekerja sama dengan mitra bisnisnya. Mitra ini mengajaknya untuk makan siang dan men-sharingkan ide-ide kotornya. Idenya : ingin menjatuhkan dan menggagalkan Presiden Jokowi pada tahun 2019. Ia sharing kan cara-caranya dan  hatinya sangat bergumul karena dia tahu presiden kita telah melakukan pekerjaan habis-habisan untuk rakyat , melakukan banyak hal yang mulia, mengamankan banyak aset negara dan mensejahterakan kehidupan rakyat kecil. Memang program-program yang dicanangkan pemerintah untuk sementara waktu akan menyusahkan beberapa orang yang hidup dan bisnisnya telah mapan, apalagi orang-orang yang melakukan bisnis kotor dan menyogok maka akan merasa bisnisnya susah dalam era presiden yang jujur ini memerintah. Namun dalam jangka panjang akan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang bersangkutan cara kotor ini bukan karena mitranya dari Singapore membenci Presiden Jokowi tetapi mitra bisnis ini mengharapkan keuntungan yang terus-menerus terjadi sehingga ia mulai berpikir bagaimana bersekongkol dengan pihak-pihak  tertentu untuk menjatuhkan orang yang benar ini. Orang yang mengirim pesan WA ini sangat bergumul dan ia sangat ingin melakukan intervensi dan menasehati mitra bisnisnya ini. Tetapi ia sangat takut kehilangan mitra bisinis tersebut karena ia sudah sangat bersusah payah membangun bisnisnya dan ia teringat akan bagaimana susah payah orang tuanya agar ia bisa mencapai posisi sekarang.  Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mendengar dan mengiyakan apa yang ia tolak dalam hati.
Itulah fakta yang terjadi dalam kehidupan nyata kita ini di bumi di mana ada pebisnis jahat, pemimpin bodoh, pejabat kotor-korup, penjilat di tempat kerja namun mereka sehat, kaya, lancar dan senang selamanya. Seperti air yang berlimpah-limpah di ayat 10 dan 12 Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah.   Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!

2.     Fase di mana kita melihat diri kita dan melakukan.

Ayat 13-14. Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.  Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi. Kita mulai melihat diri kita sangat malang walaupun bukan teramat sangat malang. Sangat menyedihkan kena tulah dan hukuman setiap hari. Padahal kita beribadah , jujur , memperhatikan hati yang bersih, kelakuan baik, tidak menipu dan kita kerja keras. Alangkah menyakitkan saat masuk ke fase kedua ini karena fase pertama bisa kita terima bila orang yang culas, curang, jahat dan tidak benar itu berada dalam kondisi kaya-raya, sehat, senang, aman selamanya, dengan catatan kita yang bekerja jujur , bekerja keras dan baik juga mendapat kesenangan, kesehatan dan keamanan selamanya. Kita bisa berkata,”Biarlah! Yang penting sama-sama untung.” Bila kita jujur , baik, bersih dan beribadah namun seperti kena tulah dan hukuman setiap pagi, maka akan amat sangat menyakitkan dan membuat kita terluka dan tidak bisa menerimanya.

3.     Fase Sekalipun Banyak Kejahatan, Allah Tetap Raja

Ayat 15-16. Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu. Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku. Kita sulit mengerti. Kita bertanya kepada Tuhan dan kita mempertanyakan Tuhan. Inilah fase yang dimaksudkan tema hari ini. Kita akan mengalami kesulitan untuk mengerti hal ini. Bagaimana kita bisa melawan paradoks yang terjadi dalam hidup ini? Kita tidak mengerti sama seperti yang terjadi pada Asaf. Ada rasa bersalah ketika kita menyalahkan Tuhan. Ada rasa frustasi, bingung, susah, cape , marah, tidak bisa menerima bercampur baur dalam hati ini. Kita ingin mempertanyakan adakah Tuhan? Namun kadang kita merasa bersalah dengan mempertanyakan hal itu karena kita sudah pernah merasakan kebaikan Tuhan, kehadiran Tuhan dan kita tahu Tuhan itu ada. Maka kita hanya bisa menyatakan seperti Asaf. Hal itu menjadi kesulitan bagiku. “Aku rasanya telah berkhianat kepada angkatan anak-anaknya”. Hal inilah yang terjadi pada banyak orang.

Ketika kita berada di titik itu, akan ada 2 persimpangan yang terjadi, yang akan menentukan langkah kita dan membuktikan siapa diri kita sebenarnya.

1.     Menyerah bukan berserah.

Kita akan mengatakan,”Sudahlah sampai di sini saja. Aku kecewa dengan gereja karena berisikan orang-orang berdosa. Aku kecewa kepada Tuhan karena Dia tidak menghentikan kejahatan. Sampai di sini saja aku melayani Tuhan dan menutup diriku terhadap hal-hal yang berbau rohani.” Ini yang terjadi di dalam kehidupan Charles Templeton (1915-2001). Dia seorang hamba Tuhan (pendeta). Dia sangat terkenal oleh orang-orang Kristen Amerika di tahun 1950an-1960an. Pelayanannya diliput oleh berbagai surat kabar dan majalah terkemuka. Ia menggembalakan gereja terbesar di Toronto, Kanada. Ia memulai pelayanannya dengan menyewa sebuah gedung yang ukurannya 3 kali lebih besar dari gedung GKKK Mabes. Kapasitas tempat duduknya untuk 1.200 orang. Di minggu pertama kebaktian, hanya 12 orang yang hadir (hanya 1 % dari 1.200 orang). Baris pertama saja yang terisi (yang lain sepi). Tapi dalam waktu 6 bulan, gedung tersebut tidak dapat menampung pengunjung yang hadir. Hanya dalam waktu 6 bulan! Lalu terjadi sebuah insiden kebakaran sehingga gedung itu habis terbakar. Namun setelah itu, gedung gereja yang lebih besar lagi dibangun. Jemaatnya terus bertambah jumlahnya. Di saat pelayanannya sedang maju seperti itu ia mendirikan Youth for Christ bersama penginjil terkenal abad ini yaitu Pdt. Billy Graham (1918-2018). Kemampuannya yang luar biasa adalah membawakan firman Tuhan. Ia kebanjiran undangan untuk membawakan firman Tuhan di Amerika Utara. Namun seluruh jemaat di sana terguncang karena ia meninggalkan jemaatnya dan menyangkal segala sesuatu yang pernah ia percayai dan bahkan ia khotbahkan. Keraguan akan iman kristennya terjadi saat ia sedang menanjak dan terjadi di puncaknya. Saat di Michigan setelah melayani ia punya waktu kosong di tengah kepadatannya. Kemudian ia masuk ke ruang perpustakaan dan membaca buku-buku anti Kristen yang dikarang oleh Thomas Paine, Bertrand Russell, Robert Ingelson dan argumen-argumen yang yang mengoncang imannya sehingga akhirnya ia berhenti berkhotbah dan membatalkan khotbah-khotbahnya selama berminggu-minggu. Di persimpangan jalan yang hampir pecah itu, lalu ia bertemu dengan majalah Life yang pada halaman depannya memuat foto wanita Afrika yang kurus kering sedang menggendong bayinya sendiri yang meninggal dalam pelukannya dengan wajah yang sangat sedih sambil menatap ke langit. Foto itu dimasukkan wartawannya ke majalah Life karena kekeringan yang melanda Afrika. Ia kecewa dengan Allah Pencipta yang Maha Kasih yang seharusnya menurunkan hujan tapi tidak bertindak sesuai dengan diharapkan.
Banyak orang mengatakan bahwa ia telah murtad. Tapi saya setuju dengan penulis Kristen terkenal yang menulis, “Dapatkah Charles Templeteon disebut murtad? Dapatkan orang-orang yang kecewa dan meninggalkan Allah disebut murtad? Bukankah hal itu justru menunjukkan mereka marah dan meninggalkan Allah palsu yang dibangun dari idaman dan khayalan mereka sendiri? Bukankah itu menyadarkan mereka bahwa ada Allah di dalam diri mereka yang mereka bangun sedemikian rupa yang bukan berasal dari Alkitab yang hanya mencaplok 1 ayat , 1 ayat, 1 ayat dan menggabungkannya dan memasukkannya dalam otak dan mengatakan bahwa seharusnya Allah seperti ini baru Dia itu Allah? Bahwa yang menjadi Allah sesungguhnya adalah aku sendiri. Bukankah hal itu sudah jelas menunjukkan yang menjadi Allah bukanlah Allah yang punya kehendak, pribadi, maksud yang kekal , jauh dari keterbatasan si aku? Jika aku yang menjadi Allah, maka dalam persimpangan itu, akan terjadi aku akan mulai mengambil dan mengendalikan situasi. Aku kecewa, tidak mengerti, ragu dan aku meninggalkan (lepas).” Namun jika Allah menjadi Allah maka yang akan  terjadi seperti Asaf yang tadi barusan kita baca pada ayat 15-17. “Aku bingung, aku merasa takut salah. Aku tidak mengerti, aku ragu tetapi aku datang kepadaMu. Inilah yang membedakan seorang di dalam persimpangan itu. Kenyataan yang Tuhan ijinkan terjadi akan memperlihatkan siapa diri kita, apakah kita menyatakan,”Mengikut Yesus keputusanku, kutak ingar, kutak ingkar” atau “Mengikut Yesus keputusanku asal sesuai harapanku”.
Saat saya berkhotbah saat ini dengan sangat hancur hati, saya berdoa kepada Tuhan untuk GKI di Jl. Diponegoro, GPPS di Jl. Arjuno , Gereja Santa Maria Tidak Bercela Ngagel yang dibom pagi ini dan korban yang meninggal dunia dan terluka, saya berdoa dan berharap bahwa lewat khotbah ini Allah membukakan sebuah kebenaran dari poin ke dua dan ketiga yang berikut ini.

2.     Asaf mencari Tuhan dan tetap mengikut Tuhan di dalam ketidak-mengertian dan kebingungannya, akhirnya ia mengganti cara pandang duniawinya dengan cara pandang surgawi.

Sangat tidak mudah, tetapi itu yang dilakukan oleh Asaf. Walau kenyataan yang terjadi tidak sesuai harapan, mengecewakan orang yang jahat, senang, gemuk, sehat, kuat dan lancar, aku yang mempertahankan hati ku yang bersih kepada Allah seperti kena hukuman setiap pagi, aku akan tetap diam di dekat Allah.

Ayat 21-26
21   Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
22  aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
23  Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
24  Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.
25  Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
26  Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.

Apakah mudah? Saya jujur mengatakan tidak mudah. Tetapi di persimpangan itulah kita akan tahu siapa diri kita. Perlu waktu, perlu konsistensi, perlu persistensi, perlu setia , menunggu. Pekerjaan menunggu adalah pekerjaan paling membosankan dan menakutkan, perlu taat dan itulah hal-hal yang tidak dihargai dunia namun sangat dihargai oleh Allah dan sorga. Kita baru saja merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Sebelum itu terjadi Yesus menyatakan dalam Yoh 14:1-4. Ia pergi ke sana (balik ke sorga) untuk menyediakan tempat bagi saya dan anda. Setelah tersedia tempat bagi saya dan anda, Dia akan datang kembali menjemput kita supaya di mana Dia berada kita berada. Kita mengaku diri kita Kristen. Mungkin benar mungkin juga tidak. Apakah kita memiliki iman untuk terus mempercayai Allah, di saat-saat Allah tidak bekerja dan bertindak seperti yang kita mau dan kehendaki? Apakah kita memiliki pengharapan di saat-saat yang sangat tidak pasti ,  membingungkan, menyesakkan dan menekan dada? Apakah kita tetap memiliki kasih di saat dunia tampak suram dan tidak terlihat indah? Apakah kita akan bernyanyi terus dan menyatakan “banyak hal tak kumengerti akan masa yang datang. Namun terang bagiku ini, semua Tuhan yang pegang”.

3.     Perubahan dari “Tuhan untuk aku” menjadi “aku untuk Tuhan”.

Ayat 17-28  Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.   Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.

Siapakah yang dapat mengubah kecintaan kita pada diri kita sendiri? Hasrat, kemauan dan ego kita. Kita orang-orang berdosa yang mencintai diri dan kehendak kita. Kita orang-orang yang menjadikan diri kita sebagai ilah palsu yang tidak kita sadari. Siapa yang bisa mengubah cinta kita kepada diri kita menjadi cinta, hasrat dan kehendak kepada Allah? Hanya Allah sendiri! Lewat semua situasi dan keadaan, masalah yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita. Dia akan membuat kita mengerti apakah kita sedang menyembah Tuhan ataukah kita sedang menyembah diri kita sendiri. Keadaan dan situasi yang Tuhan ijinkan akan membukakan diri kita untuk mengerti siapa diri kita di hadapan Tuhan. Berbahagialah kita bila di dalam persimpangan jalan dan ketidakmengertian kita, tetap mencari Allah sampai kita menemukan diriNya adalah satu-satunya yang kita inginkan lebih dari berhala lainnya, harta, kekayaan , kesehatan, perhatian , cinta, kesenangan, kemewahan atau kenikmatan. Sampai akhirnya kita bisa menemukan diri kita memiliki satu kesimpulan yang sama dengan Asaf di ayat pertama dan ayat terakhir. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku , aku suka dekat kepada Allah. Aku menaruh perlindunganku kepada Tuhan Allah supaya dapat menceritakan segala pekerjaanNya. Di persimpangan itu akan menentukan akhir dari kesimpulan hidup kita. Apakah kita adalah orang yang beriman, berpengharapan dan berkasih kekristenan yang sejati? Di persimpangan itu, akan menentukan apakah kita sedang menyembah ilah yang palsu yang hanya mau mengambil sebuah ayat yang mengatakan “Allah itu bagi saya tempat perlindungan dan kekuatan. Sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” Bagaimana bila kesesakan itu cukup lama? Apakah kita akan tetap mengatakan, “Allah itu bagi saya tempat perlindungan dan kekuatan”? sampai kita melihat tangan Allah bekerja dalam hidup kita.


No comments:

Post a Comment