Thursday, May 10, 2018

Dia Akan Datang Kembali, Berjagalah!!!





Ev. Johan Nugroho

Yoh 14:1-3
1   "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
2  Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
3  Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.

Orang Kristen Tidak Memiliki Tempat di Dunia Ini
             
              Ketika Rasul Yohanes menulis ayat kitab Yohanes 14:1-3 kondisi masa itu sangat mengerikan. Mengapa? Karena bangsa Yahudi bersama dengan bangsa Romawi tidak memberikan tempat bagi orang percaya. Bila kita menjadi orang Kristen saat itu, kita bisa dikeluarkan dari keluarga dan tidak dianggap anak. Begitu memilih jadi orang Kristen, kepala kita bisa dipenggal dan tubuh kita ditaruh di arena koloseum untuk menjadi makanan binatang buas atau dibakar hidup-hidup. Banyak orang Kristen dianiaya oleh keluarga dan bangsanya sendiri (di samping oleh orang Romawi). Dikatakan Yesus menyediakan tempat bagimu karena di dunia ini orang Kristen tidak punya tempat di dunia ini untuk beristirahat. Bahkan Tuhan Yesus pun berkata, “Aku pun tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala.” Itulah janji Tuhan Yesus untuk menyediakan tempat bagi orang-orang Kristen yang sedang teraniaya dan lari ketakutan.

Hospitality

Dalam film “Christian Martyr” dikisahkan tentang penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Nero 64 tahun setelah kematian Tuhan Yesus. Kaisar itu begitu kejam dengan membakar kota untuk menyelesaikan puisinya. Saat itu banyak orang Kristen yang digiring ke dalam arena ampi-teater untuk jadi umpan binatang buas. Satu per satu umat beriman jadi mangsa binatang buas. Orang-orang ini tubuhnya dicabik-cabik oleh singa yang lapar dan menjadi tontonan penguasa dan rakyat banyak. Orang-orang menonton pertunjukkan itu dengan takjub dan menikmati saat orang Kristen dijadikan umpan kepada binatang buas. Mereka membayar untuk menikmati tontonan itu. Tidak hanya dijadikan umpan kepada binatang buas tetapi orang Kristen juga dibakar hidup-hidup dan dijadikan obor hidup di pesta-pesta Kaisar. Tuhan Yesus menjanjikan ada tempat bagi orang-orang yang tidak memiliki tempat di dunia dan orang-orang yang kehilangan orang yang dicintai. Mungkin kita berpikir memang pada masa itu bangsa itu jahat dan barbar sehingga penganiayaan itu terjadi. Itu asumsi kita dan kita juga berasumsi zaman kita sekarang ini tidak barbar. Jangan salah, pada masa itu ada budaya yang sangat agung yang dipercaya oleh bangsa Romawi dan Yahudi yang dikenal dengan budaya hospitality (keramahtamahan). Mereka bukan bangsa barbar dan sadis.
Kata “hospital” (rumah sakit) berasal dari tradisi budaya ini. Orang Romawi dan Yahudi memiliki kepercayaan untuk harus ramah kepada orang asing. Bahkan mereka menyediakan rumahnya untuk orang asing singgah. Ketika orang asing datang, mereka akan menjamu dengan makanan, minuman dan bahkan  memberikan hadiah kepada orang asing sebagai tanda kesalehan. Mereka percaya bahwa terkadang ada dewa, malaikat atau Tuhan yang datang kepada mereka dalam wujud manusia sehingga mereka harus menyambut orang-orang asing itu. Kematian yang begitu mengerikan di atas ada pada budaya yang sangat agung yang sangat menghargai (menerima) orang asing. Saat Yesus lahir di Betlehem itu juga merupakan lambang hospitality. Namun karena terlalu banyaknya orang yang datang ke Yerusalem,  maka saat Yesus akan lahir ke dunia hanya ada tempat berupa kandang, tetapi Yusuf-Maria tetap diterima. Ini budaya yang sangat unik dan dihidupi oleh orang-orang Romawi, Yahudi , Arab (semua negara di Timur Tengah) bahkan Tiongkok pun ada. Ada rumah (biasanya rumah pejabat) disediakan bagi pendekar-pendekar asing yang lewat (mereka diberi makanan dan jamuan). Namun dalam budaya agung mereka bisa memperlakukan manusia begitu jahatnya dan menjadikannya sebagai tontonan-kenikmatan. Budaya Romawi dan Yunani memiliki budaya hospitality. Bahkan kata “hospital” (=rumah sakit) berasal dari kata hospitality. Hospital adalah tempat untuk orang sakit, tidak punya uang, susah, sakit dan kelaparan. Hospital awalnya diurus gereja, lalu diurus negara dan akhirnya menjadi tempat bisnis. Yang miskin tidak bisa ke hospital.
Seorang dokter teman saya berkata, “Saya kasihan sekali dengan rakyat yang sakit. Karena rumah sakit di tempat saya bekerja membeli alat CT-Scan secara kredit. Karena itu setiap bulan harus dikejar pemasukan untuk membayar cicilannya kalau tidak perputaran arus kas rumah sakit akan terganggu. Sehingga semua orang sakit akan diminta untuk menggunakannya, tidak peduli apakah dia orang kaya atau orang miskin yang penting bisa membayar cicilan. Itu terjadi juga di mana tidak ada kemanusiaan di sana. Itu terjadi di zaman Romawi, zaman hospitality orang begitu jahatnya. Saat ini orang lebih jahat dari orang zaman dulu. Pada zaman dulu, orang yang saleh artinya orang yang menerima orang asing. Sehingga Yesus selalu memberi contoh orang Samaria yang menolong orang asing atau Zakheus yang membuka tempatnya untuk Yesus (untuk makan dan berhidangan). Yesus sering datang ke rumah orang-orang berdosa untuk menikmati jamuan dan makanan di sana. Orang saleh adalah orang ramah yang menyediakan dirinya, rumahnya dan keluarganya untuk menerima orang lain yang sedang kesukaran sehingga bisa menerima berkat dari keluarga itu dan hal itu dicatat dalam Alkitab. Maka ada gambar yang memperlihatkan Yesus sedang mengetuk pintu rumah yang tidak ada gagang pintunya di bagian depan ,tetapi di dalamnya menunggu orang membukakan hatinya untuk Yesus. Di Alkitab, prinsip hospitality itulah prinsip keselamatan.

Apakah Zaman Sekarang Lebih Jahat dari Zaman Dahulu?

              Walau tidak ada lagi orang yang diumpan ke singa atau ditusuk dari lubang belakang sampai ke mulut tetapi zaman sekarang lebih jahat dari zaman dulu. Apa alasannya? Saya punya dua orang murid yang ayahnya bekerja keras untuk adiknya (=pamannya). Ternyata walau ayahnya rela tidak sekolah untuk menyekolahkan adiknya itu, namun setelah pamannya sukses membuat perusahaan, ayahnya didepak dari perusahaan. Anak bimbingan saya itu (adiknya) bertekad untuk sukses. Setelah itu anak pamannya akan dijadikan karyawan dan bila susah dibiarkan mati sengsara. Tetapi kakaknya berkata,”Tidak boleh begitu dong. Ketika saya sukses, anak-anak pamanku akan kubuat menjadi karyawanku. Lalu aku akan membuat aku berjasa bagi mereka sehingga mereka akan berterima kasih. Setelah itu akan kubiarkan hidup mereka tergantung dariku.” Yang pertama jahat namun yang kedua lebih jahat. Pada zaman dahulu kalau tidak suka langsung dibunuh sehingga mati. Zaman sekarang, walau tidak disukai namun namun selama masih menguntungkan orang tersebut tidak dibiarkan mati. Kalau sekarat aku tolong supaya bisa dimanfaatkan lagi selama masih bisa menguntungkan saya. Itu yang terjadi di zaman sekarang. Jahatnya adalah orang tidak lagi “makan” orang lain tetapi orang membiarkan orang lain selama orang lain itu bisa dimanfaatkan dan dimanipulasi untuk dirinya lebih baik , lebih kaya atau lebih apapun. Itulah kejahatan di zaman sekarang.

Bukan Tempat yang Yesus Sediakan.

Ada seorang pemikir , Thomas Hobbes, yang mengatakan,”Manusia adalah serigala bagi sesamanya (homo homini lupus) karena saling memangsa”. Itu kurang jahat, yang jahat adalah manusia saling memanipulasi. Ini juga kurang jahat karena ada yang memanipulasi dan ada yang dimanipulasi. Sekarang seseorang saling memanipulasi agar dapat untung lebih banyak. Beberapa tahun lalu ada seorang adik kelas yang menjadi bimbingan saya sejak SMP-SMA lalu saat akan menikah dia menelpon saya, “Ko Johan lama tidak bertemu, kangen banget.  Boleh tidak saya main ke rumah ko Johan?”. Saya bahagia sekali karena ternyata orang yang saya bimbing saat mau menikah masih mengingat saya. Saya siapkan rumah dan makanan untuk menjamunya. Akhirnya ia datang dengan calon suaminya dan saya pun menyambutnya. Saat datang, ia bertanya apakah saya sudah ikut asuransi. Itulah yang terakhir setelah sekian lama dia bertemu saya. Jadi akhirnya relasi digunakan seseorang untuk mendapat sesuatu karena anak saya ada 3 orang sehingga prospeknya  jelas. Pendidikan, kesehatan dan kematian (resikonya jelas karena saya punya 3 orang anak). Kalau tidak hati-hati, walau dunia ini tidak saling memangsa tetapi dunia membuat kita hidup selama bisa dimanupulasi.
Ada satu prinsip ekonomi di mana orang yang berada “di atas” memanipulasi orang yang ada “di bawah”. Dulu saya percaya orang kaya memanipulasi orang miskin. Saya sekarang tidak percaya karena di Alkitab dikatakan pada hari terakhir yang jahat akan semakin jahat. Berarti setiap orang adalah jahat. Sekarang saya percaya hal itu. Siapa bilang orang “yang di atas” atau  orang yang kaya adalah jahat dan sedangkan orang yang miskin adalah tidak jahat? Karena saya sering berjumpa orang kaya yang tidak jahat dan bertemu orang miskin yang jahat. Saya juga berjumpa orang miskin yang baik tapi ada orang kaya yang jahat. Jadi Yesus tidak membandingkan antara orang kaya dan miskin. Pengikut Yesus ada yang kaya dan miskin tetapi mereka bukan orang-orang jahat. Kalau memang orang miskin itu tidak jahat, tetapi mengapa saat kerusuhan ada orang miskin yang bisa begitu jahat dengan menjarah milik orang lain? Itu fakta dan bukti. Zaman sekarang, entah kaya dan miskin semua jahat, mereka memperlakukan sesamanya untuk kepentingan dirinya. Selagi menguntungkan , saya akan baik dengannya. Bahkan bawahan yang ingin jabatannya naik memperlakukan atasannya dengan baik. Kalau tidak hati-hati kita bisa berlaku seperti itu di gereja. Saya juga pernah merintis dan menggembalakan sebuah jemaat. Ada seorang jemaat wanita yang mendekati pendetanya dan berkata“Pak Pendeta, suami saya begini-begitu…..” supaya pendetanya mengamuk kepada (menasehati) suaminya. Ia memanfaatkan pendeta untuk mempengaruhi suaminya atau pun sebaliknya.
Dunia kita sekarang lebih jahat karena tidak ada hospitality, tempat yang terbuka untuk orang lain. Di Tuban, ada wihara setiap hari dibuka untuk orang-orang yang tidak bisa makan agar mereka bisa makan secara gratis. Hal ini masih terjadi sampai hari ini sejak saat saya masih kecil. Walaupun makanannya sederhana, tetapi tukang-tukang beca yang tidak bisa makan datang untuk makan. Kalau kita datang ke Tuban dan bertanya tentang kelenteng itu ,maka tukang-tukang beca itu tahu. Kelenteng itu banyak memberi makan kepada orang tidak mampu. Mereka terbuka, hospitality -nya luar biasa. Itu prinsip Kristen. Sebetulnya Kristen lebih dari itu karena Kristen menyediakan hal seperti itu di rumah-rumah tempat mereka ibadah. Seperti Abraham melihat 3 orang asing dan ia sedang menyediakan makanan maka ia meminta ketiga orang asing itu datang dan ia menjamu orang asing tersebut. Orang Kristen bukan orang yang memanfaatkan orang lain, tetapi mereka percaya kepada Yesus dan hospitality karena Tuhan mereka memiliki bumi itu, tetapi Tuhan sebagai pemilik bumi ini diusir dari bumi ini dan dibunuh. Sehingga bumi ini dikuasai oleh orang-orang jahat termasuk pengikut-pengikut Tuhan saat datang ke dunia ini justru dikuasai oleh orang-orang jahat dan dianiaya padahal mereka adalah anak-anak Allah sendiri. Itulah keadaan dunia kita. Kehancuran gereja bukanlah gereja ditutup karena jemaatnya habis tetapi gereja semakin banyak dan besar tetapi setiap anggota jemaat tidak ada hospitality (keramahtamahan). Mereka tidak menyediakan dirinya dan hartanya untuk dibagikan ke orang lain. Jemaat saling memanipulasi untuk keuntungan dirinya. Sehingga mereka memperlakukan sesamanya bukan dengan cinta tetapi diperalat seperti benda yang bisa memuaskan dia. Kalau sudah tidak berguna, maka benda itu dibuang. Itulah kejahatan di zaman kita. Kalau tidak hati-hati maka kita bisa menjadi jahat. Di dunia pelayanan pun, hamba Tuhan bisa jadi jahat, berebutan posisi, saling menjatuhkan dan memanfaatkan jemaatnya untuk kebencian dan kepentingan. Itulah tanda yang Tuhan tidak suka karena itu bukan tanda umat Tuhan. Tanda umat Tuhan adalah orang yang memberikan dirinya buat orang lain. Tuhan menyediakan tempat. Tempat apa?

Yerusalem Baru Turun dari Surga
             
Pengikut Kristus yang tidak mendapatkan tempat di bumi ini (alami ketidakadilan) akan masuk Yerusalem baru  (Wahyu 22: 1-2, 17) dan menikmati persekutuan (hospitality) dengan Anak Domba. Nanti di hari terakhir, Yerusalem baru yang Rajanya adalah raja yang adil dan tidak memanfaatkan orang lain tetapi Dia mengorbankan diriNya untuk orang-orang yang dicintai.  Akan datang Yerusalem baru , turun dari surga ke bumi ini. Orang-orang percaya bersama Raja itu akan memerintah bumi ini dengan adil. Bumi yang ada di hancurkan lalu direstorasi maka akan ada langit dan bumi yang baru. Maka doa kita ,”KerajaanMu datanglah dan kehendakMu jadilah di bumi seperti di sorga”. Waktu itulah tidak ada kejahatan di bumi karena Yesuslah Sang Empunya Rumah ini yang akan memerintah bumi dengan keadilan sehingga tidak boleh orang yang fasik ada di bumi. Inilah janji kepada umat Tuhan yang menderita karena mereka memilih tidak menjadi seperti dunia ini. Jemaat Kristen yang dihukum mati karena imannya tidak membalasnya tetapi tetap mengasihi. Itu dibuktikan oleh Tuhan Yesus dan diteruskan oleh rasul-rasulNya yang mati sengsara tetapi mereka tidak menjadi sama dengan orang-orang jahat itu. Tantangan gereja sekarang ini bukan membesarkan gereja tetapi bagaimana selama kita tinggal di dunia ini hati kita masih tulus dan tidak kotor .
              Saat jadi hamba Tuhan saya ingin keliling Indonesia untuk memberitakan Injil. Saat muda, saya membaca sebuah tulisan dari Alm. Pdt. Eka Darmaputera (1942-2005). Pdt. Eka mengatakan,”Dulu waktu muda aku mau mengubah dunia. Tetapi sekarang aku tua, aku berdoa agar biarlah dunia jangan berubah.” Maka ketika Tuhan datang ke dunia kedua kali apakah Dia masih mendapatkan iman di bumi. Jadi pergulatan gereja adalah,”Bagaimana hatiku ini tetap murni dan tidak dikotori oleh perbuatan-perbuatan jahat yang memperlakukan dan memanfaatkan sesamaku hanya sebagai alat?” Di Jakarta, hati kita menjadi lebih kosong karena relasi kita banyak saling memanfaatkan. Tidak ada hati yang tulus yang mau berelasi. Terdapat perbedaan antara relasi dengan kebutuhan.  Kalau saat butuh, saya datang kepada teman lalu minta tolong. Itu merendahkan diri. Tetapi relasi, walau sebenarnya ia tidak perlu datang tetapi ia datang dengan manis-manis sehingga orang yang didatangi itu bisa melakukan apa yang dimau. Itu manipulasi.
Orang Kristen yang sedang susah datang minta boleh ditolong. Tetapi kalau manipulasi, ia tidak minta tolong, tetapi tahu-tahu dengan cara yang lihai orang lain bisa menolongnya secara sukarela.  Itulah beda manipulasi dengan minta tolong. Kalau minta tolong harus minta  untuk saling menanggung satu dengan lain. Ketika istri saya datang ke Jakarta (saya belum 3 tahun di Jakarta) , setelah pulang dari gereja ia merasa bahagia sekali padahal ia orang Jakarta tetapi 7 tahun sebelumnya kami melayani bersama di Surabaya. Ketika ia sedang duduk datang orang-orang lain duduk di sebelahnya (di Surabaya tidak ada yang mau duduk di sebelah kita kalau tidak kenal). Namun di Jakarta setelah duduk di sebelah kita, orang itu tidak mau mengajak ngobrol. Itu lebih jahat. Di Surabaya, kalau duduk di sebelah harus mengajak ngobrol sehingga lebih baik tidak duduk di sampingnya. Di Jakarta yang penting saya duduk, ada orang lain atau tidak maka tidak menjadi masalah. Lebih jahat mana? Di Surabaya naik motor serempetan maka akan saling pelototan. Tetapi di Jakarta pertama kali naik mobil Estilo di tol, saya melihat pengemudi saling balap mobil. Dengan kesal, saya kejar. Tetapi herannya saat saya klakson, dia diam saja. Berarti permakluman orang Jakarta lebih besar karena kita sama-sama melakukan kejahatan (saya kalah cepat dengan kamu). Beberapa bulan kemudian, saya sudah menjadi seperti orang Jakarta. Tetapi saya berusaha belajar tidak seperti orang Jakarta yang lain. Dulu waktu mau mutar balik tapi tidak dikasih jalan membuat saya jengkel. Tapi sekarang belajar agar orang bisa bahagia, saya berusaha mengalah. Bagaimana menjaga hati kita agar tidak jahat dan hancur itulah tantangannya. Saya pernah melayani seorang anak muda , seorang anak majelis. Ia benci sekali dengan guru agamanya dan marah setiap hari. Mamanya meminta tolong saya. Rupanya guru agamanya mengata-ngatainya dan membuatnya kesal. Akhirnya dia kumpulkan teman-temannya untuk membuat petisi dengan maksud agar guru itu keluar dari sekolah. Setelah keluar hatinya puas namun hatinya tetap marah. Ia tidak suka karena ia merasa guru itu jahat. Saya katakan,”Kamu tidak suka apa yang dilakukan guru itu jahat, tapi apa yang kamu lakukan itu lebih jahat.” Ia bertanya,”Maksudnya?” “Dia satu orang yang melukai hatimu. Tetapi kamu mengajak banyak orang untuk menghajar satu guru dengan alasan kamu sebagai orang yang dilukai. Ia hanya punya pekerjaan sebagai guru agama. Setelah ia keluar dan ia tidak punya pekerjaan padahal ia punya anak. Kamu melakukan apa yang kamu tidak suka lakukan sendiri. Itulah kamu.” Anak itu menangis,”Aku memang jahat.” Hati-hati, terkadang untuk kepentingan membela diri, kita mengajak orang lain untuk membenci satu orang. Kita lebih jahat dari orang yang jahat terhadap kita. Maka Tuhan Yesus mau agar kita melihat hati kita. Agar hati kita murni dan berpakaian bersih untuk menyongsong Anak Domba, supaya pakaian kita dibasuh dengan darah  yang mahal itu. Yesus mengatakan, “Hai orang-orang yang setia, maka saat berjumpa denganKu, Aku akan menghapuskan air matamu.” Mana yang dipilih : membuat orang lain menangis agar kita tidak menangis sendiri atau kita berusaha untuk tidak manipulasi sehingga mengalami banyak terluka dan tangisan tetapi Yesus berjanji akan datang menghapus setiap air mata kita yang berusaha mencintai orang lain?

Hospitality : Early Christian Life
             
Lambang salib itu baru muncul sekitar abad ketiga yaitu 300 tahun setelah kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Gereja awal tidak memakai tanda salib sebagai simbol gereja. Ketika orang-orang Kristen dianiaya oleh Kaisar Nero, mereka sembunyi di kuburan-kuburan dan mereka tidak membuat gambar salib tetapi mereka menggambarkan ikan dan banyak mereka menggambarkan orang-orang yang sedang makan bersama-sama. Hospitality adalah makan bersama. Table fellowship adalah makan yang disediakan untuk orang asing. Mengapa digambarkan “ikan”? Kata “ikan” bahasa Yunaninya ICHTHUS (singkatan untuk kata Iesous Christos, Theou Uios, Soter yang berarti Yesus Kristus, Putra Allah, Juruselamat). Ada gambar perjamuan yang ada ikan dan roti itu karena keduanya melambangkan Yesus dan Yesus memerintahkan murid-muridNya tidak merayakan Natal dan Paskah melainkan harus sering melakukan perjamuan kudus bersama orang percaya (memecah-mecah roti untuk dinikmati). Yesus mengajarkan ketika dunia saling memanfaatkan orang lain (orang saling memanipulasi) kekristenan mengajarkan kita harus saling berbagai seperti Yesus yang tubuhNya dibagi dan dinikmati oleh orang lain. Berapa banyak kita bisa membagi hidup, waktu dan uang kita kepada orang lain agar mereka bisa menikmati Kristus yang kita percaya. Banyak orang tertarik menjadi Kristen karena banyak janda, fakir miskin dan budak diterima oleh orang Kristen. Iblis semakin tidak suka karena Dia baik dan tidak jahat. Kejahatan iblis tidak berupa menghancurkan gereja dengan cara menutup gereja. Iblis akan berhasil saat orang-orang di gereja sudah tidak memiliki kasih, belas kasihan dan saling membenci - menjatuhkan. Itu keberhasilan iblis. Di gereja mula-mula iblis tidak berhasil karena walau tubuh mereka hancur tetapi hati mereka tetap mengasihi. Seperti walaupun tubuh Yesus hancur tetapi hati Yesus tetap mengasihi dan mengampuni. Tuhan berjanji akan datang kembali untuk orang percaya yaitu orang yang bersekutu bersama untuk saling menguatkan agar hidupnya bisa dinikmati oleh orang lain. Yesus mengatakan ,”Aku sedang menyiapkan jamuan Anak Domba untuk mengundang pengikut-pengikutKu yang setia agar berpesta dengan Anak Domba.” Jadi keselamatan bicara tentang hospitality menerima orang berdosa masuk di dalam keluarga, makan bersama dan berbagi bersama.

Penutup

              Berikut cuplikan (klip) sebuah film tentang hospitality : Les Miserables (artinya Orang-orang Yang Menderita). Film ini diangkat dari novel Perancis terkenal karya Victor Hugo tahun 1862 yang telah beberapa kali difilmkan. Film terakhir dibuat tahun 2012 dan beredar di Indonesia Januari 2013. Dikisahkan tentang Jean Valjean yang baru dibebaskan dari penjara setelah menjalani hukuman selama 19 tahun karena mencuri sebuah roti untuk keluarganya yang kelaparan. Selama di penjara ia telah berusaha kabur beberapa kali. Sebenarnya ia tidak begitu jahat tapi di penjara ia menjadi orang yang sangat jahat karena pengaruh lingkungan sekelilingnya. Ia menjadi terbiasa dengan kekerasan. Setelah dibebaskan ia mengelana di Perancis selama beberapa bulan mencari pekerjaan, namun dunia ini tidak menerima mantan napi untuk bekerja.  Dalam keputusasaan ia duduk di pinggir kota dan melihat ada sebuah gereja yang menerima orang-orang asing datang. Gereja masa itu selalu membuka pintunya untuk orang asing datang, biasanya ada ruang khusus di samping gereja untuk orang-orang yang tidak punya tempat tidur dan bagi yang tidak bisa makan bisa makan di sana.  Memang hospitality ditandai dengan minuman, makanan dan tempat untuk tidur. Di Yahudi ada tempat untuk mencuci kakinya. Valjean pun bertemu dengan Uskup Digne yang menawarinya makanan serta tempat tinggal. Valjean menerima bantuan tersebut. Namun karena sudah terbiasa jadi pencuri, ia pun mencuri aset gereja (seperti piring dari perak) pada malam harinya. Gereja pada zaman itu kaya. Piring dan tempat minumnya dari perak. Ia mencuri semuanya.  Keesokan harinya, Valjean tertangkap oleh petugas keamanan setempat karena diduga telah mencuri aset gereja. Ia pun membantahnya dengan mengatakan bahwa aset itu pemberian dari sang uskup sehingga polisi menghadapkannya pada sang uskup. Yang mengejutkan sang uskup ternyata membela Valjean dengan mengatakan bahwa aset tersebut memang hadiah yang diberikannya untuk Valjean. Sang Uskup bahkan menambahkan bahwa ada barang berharga lain yang tertinggal, kemudian diambilnya aset lainnya untuk diberikan ke Valjean (ini simbol hospitality) dengan pesan agar aset tersebut digunakan untuk hidupnya di masa depan. Terkesan dengan kebaikan hati sang uskup, Valjean bersumpah bahwa ia akan menjalani kehidupan yang jujur dengan identitas baru mulai saat itu. Sejatinya hospitality adalah pesan penginjilan.

Beberapa tahun lalu saya pernah terjatuh sebagai hamba Tuhan bukan karena masalah moral tetapi wilayah keyakinan saya yang tidak bisa diterima oleh gereja tempat saya melayani. Saya meyakini dengan sungguh dan gereja tempat saya melayani tidak bisa menemukan kesalahan saya. Saya pun diberhentikan secara diam-diam. Ketika itu istri saya tengah hamil 9 bulan, saya tidak punya pekerjaan selama setahun. Karena masalah tersebut, saya juga tidak diterima di gereja-gereja lainnya (semua gereja tertutup). Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan yang selalu punya tempat untuk anak-anakNya. Akhirnya Tuhan mengutus majelis gereja dari gereja yang memecat saya untuk menyediakan rumahnya untuk menampung kami. Rumah, mobil dan semua fasilitas gereja telah saya kembalikan sehingga akhirnya saya kembali menggunakan motor. Teman majelis tersebut yang berprofesi sebagai dokter (yang aktif dalam pelayanan marriage enrichment) juga membantu kelahiran anak saya melalui operasi Caesar secara gratis. Tidak ada tempat untuk saya tetapi ada anak Tuhan yang membuka rumahnya untuk saya sekeluarga. Saya tidak bisa membalas budi mereka sampai hari ini. Saya hanya bisa mengingat kedua orang itu dan mendoakan mereka. Itulah hospitality. Akhirnya Tuhan membentuk saya. Di kemudian hari, saat saya punya pembantu (bukan Kristen) dan saya mengajaknya menonton film Laskar Pelangi (yang dibuat 2008 dan diedarkan 2012). Melihat film ini, dia menangis karena teringat akan cita-citanya menjadi guru sedangkan ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Saya sangat terharu mendengarnya. Waktu itu gaji saya sangat kecil untuk hidup saja pas-pasan. Tetapi saya pernah merasakan belas kasihan Tuhan melalui orang lain. Jadi dengan iman kami berdoa dan memantapkan hati kami menguliahkan pembantu tersebut walau penghasilan saya tidak jelas dan masih naik motor. Saya tidak ingin ia terus menjadi pembantu (juga anaknya agar tidak menjadi pembantu). Saya pernah mendapat berkat uang yang begitu banyak dan  saya merasa bahagia ketika mendapat uang yang begitu banyak. Tetapi hari itu waktu saya memberi uang yang tidak begitu banyak untuk dia kuliah sambil bekerja dengan saya, saya melihat matanya dan kebahagiaan  melihat mata yang berterima kasih tidak terbayarkan. Dunia mengajarkan kalau ingin berbahagia, maka ambil, dapatkan dan raih sebanyak yang kau bisa. Tapi Tuhan berkata,”Kalau kau ingin berbahagia, orang yang memberi lebih bahagia daripada orang yang menerima”. Sehingga kalau kita ingin mencoba terus meraih segalanya maka diri kita tidak merasa bahagia karena kita sudah melenceng dari firman Tahun dan kita tidak terlatih untuk memberi. Ketika saya memberi ternyata saya pun diberi kesempatan oleh Tuhan. Orang yang menantikan Tuhan adalah orang yang terus menangis, karena ia tidak mau menjadi seperti dunia ini dan dia tidak mau dunia yang tidak ada kasih. Orang yang menantikan Tuhan adalah orang yang menangis bersama Yesus karena tidak punya ruang di dunia ini karena dunia ini tidak ada kasih dan keadilan. Sehingga kita menantikan Yesus datang kedua kalinya untuk bertahta di dunia ini , mengadili setiap orang dan berbuat kebaikan ke seluruh penjura bumi ini. Inilah orang yang menantikan Yesus kedua kali.


No comments:

Post a Comment