Saturday, May 12, 2018

KEDAULATAN ALLAH (Tiranus XIV 22 April 2018) Sesi 1





Ev. Thomy Matakupan

Tema “Kedaulatan Allah” merupakan inti tentang Allah dan keberadaanNya. Tema ini ‘menakutkan’ sekali. Suka atau tidak, Allah memang berdaulat. Saat menyaksikan kedaulatan Allah dalam realita kehidupan, banyak orang Kristen yang not well-prepared. Karena “Kedaulatan Allah” menyingkirkan semua logika sehingga  terkadang bisa memunculkan keberatan dalam iman kita.

1 Tawarikh 29:11  Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Pada ayat tersebut ada bagian kalimat yang bersifat superlative (bersifat ‘ter’ atau ‘paling’ atau ‘mengatasi segala sesuatu’) : Engkau yang ter-tinggi itu melebihi segala-galanya berarti tidak ada sesuatu seperti ide, konsep , prinsip atau apa pun yang melampaui Allah. Dia adalah the Supreme Being (Dialah yang tertinggi dalam ketuhanan kekristenan).

Efesus 1:5   Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya. Saya ingin menggarisbawahi frase “sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya”. Dalam Alkitab berbahasa Inggris dikatakan according to the good pleasure of his will atau according to his own will and pleasure (sesuai dengan kehendak dan kesenanganNya). Ayat ini berbicara dalam konteks Rasul Paulus menjelaskan tentang keselamatan. Ini setidaknya menjelaskan tentang kedaulatan Allah sesuai dengan kehendak dan kesenanganNya. Dalam bahasa sederhananya “seenakmu saja” (kalau gua mau begitu loe ada masalah?). Itulah kedaulatan Allah. Allah tidak pernah mengangkat seorang manusia pun untuk menjadi penasehatNya. Jadi jangan pernah mencoba memberi usulan karena bila hal itu dilakukan maka kita merasa satu tingkat lebih baik dibanding Allah.

Suatu kali setelah pulang dari gereja, kita melihat seorang ibu yang berpakaian lusuh dengan tubuh yang berbalut kulit dan tulang. Tergerak oleh belas kasihan, kita merasa iba lalu mengeluarkan dompet dan memberikan uang Rp 50.000. Sang ibu mengucapkan terima kasih dan kita merasa senang. Lalu setelah melanjutkan perjalanan lagi, kita bertemu dengan seorang pengemis muda yang berbadan sehat. Hati kita kembali tergerak dan kemudian kita memberinya uang senilai Rp 2.000. Saat hendak berlalu, Sang Pengemis muda itu memanggil kita dan bertanya,”Boleh tidak warna uangnya sama dengan yang diberikan ke Ibu itu?” (=ia minta Rp 50.000 juga). Apa reaksi kita? Maka kita langsung darah naik dan berkata,”Kalau tidak mau ya kembalikan!”. Sang Pengemis muda membalasnya,”Pelit lu”. Apa yang membuat kita tidak suka? Kebebasan memberikan uang di sini  merupakan kedaulatan pemberinya. Permintaan Sang Pengemis mengganggu kedaulatan kita sehingga kita merasa tidak suka. Kita ingin memberi sesuai kehendak sendiri (suka-suka sendiri) dan tidak boleh orang lain mengintervensinya. Aspek kedaulatan acapkali menjadi masalah bagi banyak orang Kristen. Iman kita menghadapi masalah, karena kita punya Allah yang berdaulat. Ia berkata, “Aku tidak perlu nasehat , arahan atau belas kasihmu karena Aku bertindak sesuai dengan kehendak dan kesenanganKu.” Jadi di sini kita masuk ke dalam hal yang paling esensi dari keberadaan Allah. Seluruh sifat Allah tidak bertentangan satu dengan yang lain dan sifat Allah adalah berdaulat. Allah adalah Allah  yang berdaulat dan  ini menimbulkan masalah yang besar sekali.

Defisini dan Pengertian.

Defisini : Allah memiliki penguasaan penuh atas segala sesuatu di dalam ruang dan waktu (Dia memiliki dan memerintah). Allah memiliki supremasi (ketuhanan dari Allah).
Supremasi Tuhan (Ketuhanan - Tuhan)
1.       Pencipta - Pemilik – Penguasa
2.       Penyebab – Pengatur - Pelaksana

Daniel 4:35 – Mazmur 115:3 – 22:38 – 1 Tim. 6:15
Konsekuensi logis konsep keberagaman
Dampak : Kestabilan hidup (iman)
Kenyataan : Konflik – konsep dan realita

Ibrani 1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi. Penulis kitab Ibrani mengatakan Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Ini tidak menjadi masalah bagi kita. Dia mengerjakan penciptaan, menjadi pemilik dan penguasa, ini tidak menjadi masalah. Tetapi mulai menjadi masalah saat bicara aspek kedua (dan menopang segala yang ada). Inilah problema iman. Saat masuk aspek yang kedua (Allah sebagai penyebab – pengatur – pelaksana) ini menjadi masalah. Ayub merupakan orang yang setia , tidak ada yang seperti dia di kolong langit ini (Ini yang dikatakan Allah). Namun Allah memberikan ijin ke iblis untuk mencobai Ayub. Logika iblis: kalau tidak dijaga oleh Allah, maka dia akan mengutuki Allah. Allah pun mengijinkan iblis. Ayub sendiri tidak tahu tentang perdebatan Allah dengan setan. Kalau Ayub tahu maka perjalanan panjang ke belakang tidak terjadi. Ia akan berkata, “It’s a piece of cake”. Maka ia bertarung dengan Allah setelah bertarung dengan ketiga sahabatnya dan berkata aku benar. Ia sampai berkata,”Sialan kamu semuanya!” kepada teman-temannya. Allah pun berbicara ke tiga temannya itu, “Kamu sudah salah berkata tentang Aku.” Tetapi sudah terlanjur. Ayub sudah bertarung habis-habisan sampai berdarah-darah dan capai semuanya hingga Ayub akhirnya berdiri sebagai seorang pemenang. Walau ia dituduh ini-itu tetapi Ayub bisa membuktikan dan mengalahkan temannya. Siapa lagi yang bisa kalahkan dia (yang menjadi lawannya)? Tapi ada Allah dan ia berkata kepada Allah,”Tolong kasih tahu, siapa yang bertanggung jawab atas situasi yang terjadi pada saya saat ini.” Lalu dalam beberapa pasal terakhir, Allah berdiri dan menjawab tantangan Ayub, “Aku yang bertanggung jawab. Kamu mau apa? Aku penyebab di belakang semua ini.” Waktu Ayub menaklukkan ketiga temannya, “Sing ada lawan” tetapi waktu ada Allah,”Ups , ada lawan” Ia dengan muka merah dan berduka lalu menarik semua perkataannya dan menaruh debu saat bertemu dengan supremacy of court.

Suatu kali dalam perjalanan setelah melakukan serangkaian pelayanan, saya berada di pesawat dan merasa letih. Tempat duduk saya di samping jendela. Ada seorang gadis yang duduk di lorong asyik dengan gawainya. Lalu seorang ibu datang dan duduk di tengah. Karena keletihan saya tidak memperhatikan kedua teman duduk ini. Lalu saya mendengar ibu di sebelah berkata,”Matikan!” Rupanya perkataan itu ditujukan ke gadis di sebelahnya. Karena diabaikan, lalu Sang Ibu berteriak,’Saya berkata,matikan! Matikan! Sehingga ribut” Saya jadi terkejut dan ingin tahu ada apa. Ibu itu berkata,”Matikan itu HP mu!”. Gadis itu masih bermain HP di dalam tas Dora-emon nya. Padahal pesawat sedang take-off dan sudah diumumkan untuk mematikan HP karena sinyal pesawat bisa menyebabkan pesawat mengalami masalah bahkan akhirnya meledak. Namun yang mengherankan adalah reaksi gadis itu. Gadis itu kemudian membalas dengan muka ketus,”Who do you think you are, stupid!” Hari itu menjadi masalah bagi saya. Saya yang mendengarnya merasa mendidih. Saya ingin berkata kepada gadis itu,”Kamu tidak makan bangku sekolah? Tidak sopan sekali dengan orang tua!” Rasanya saya ingin mencekik dan melempar keluar anak tersebut. Saya merasa kesal dengan anak tersebut yang tidak sopan dan kurang ajar. Selama perjalanan saya berpikir. Mungkin banyak kali saya mengeluh ke Tuhan dan jawaban nya mungkin seperti itu,”Who doy you think you are talk to me like that, stupid!” Itu kedaulatan Allah. Tuhan mendengar. Ia yang menentukan kapan dan di mana,”I’ll be there!”. Hati-hati menantang dan mengajukan keberatan pada Tuhan. Ia mendengar dan menjawab,”Di mana dan kapan Aku akan datang!” Ini menakutkan. Kita memang bodoh. Kita memilih mendekati Tuhan seperti apa? Berbicara, mengatur dan dalam hidup kita menjumpai hal yang tidak sesuai dengan kedaulatan Allah. Kita masuk ke forbidden area. Kalau kita tidak merasa takut, maka kita akan dibawa masuk ke area itu dan Ia berkata, “Kamu mau apa?”

Terjadi konflik terkait Allah antara pikiran kita yang berharap bukan Allah yang kerjakan dengan realita yang terjadi. Padahal Allah katakan, “Aku yang mengerjakan” seperti yang dikatakan pada beberapa ayat tentang kedaulatan Allah. Jangan tantang Allah karena Ia akan menjawabnya. Pernah ada yang berdoa dan bertanya kepada Tuhan,”Mengapa?”. Mengapa dalam doa kita bertanya,”Mengapa?” Ini pertanyaan esensi. Ada yang mengajukan pertanyaan itu karena : penasaran, kecewa, gelisah, tidak tahu ke depannya seperti apa, takut kualat dll.” Seolah-olah kita berkata, “Allah, Engkau memang bijaksana tetapi untuk hal ini Engkau tidak bijaksana! Engkau mengatur semuanya untuk menyatakan kemulianMu, tetapi dalam hal yang terjadi dalam diri saya, Engkau kurang bijaksana. Mengapa itu terjadi?” Maka hati-hati bertanya pada Tuhan : “Mengapa?” Namun apakah kita tidak boleh bertanya kepada Tuhan? Banyak ayat suci yang bertanya pada Tuhan  dan Tuhan menjawab. Tapi ada juga yang tidak boleh ditanya karena menyinggung kedaulatan Allah. Kita boleh bertanya dengan prinsip,”kita puas” kalau tidak maka kita tidak puas hati dan Tuhan berkata,”Aku penyebabnya, lalu kamu mau apa?”. Kita sedang berada di holliest place of Lord. Allah memperbaikinya dengan sempurna. Kalau tidak, kita tidak menemukan kestabilan hidup dan akan konflik terus. Realita dan ide dua hal yang berbeda. Allah tidak terganggu dengan kesusahanmu terhadap Dia. Dia tidak bisa diubah. Kalau bisa berarti manusia lebih tinggi dari Allah.

Dalam buku “The Knowledge of The Holy” (1961) , A.W. Tozer mengatakan,”Pemikiran terbesar manusia adalah sewaktu memikirkan tentang Allah. Tetapi mengapa gereja Tuhan memikirkan Allah dengan cara yang tidak patut dan tidak benar?” Konsep ini masuk dan mengambil alih pekerjaan Allah. Kelihatannya rohani sekali, tetapi kesimpulannya : jiwanya tidak puas. Maka engkau akan merasa tidak mengerti di sana. Kalau jiwanya Tuhan aku tidak mengerti maka berikanlah aku kekuatan untuk berdamai dengan fakta itu. Itu kedaulatan Allah. Kalau tidak kita akan terus gelisah, kecewa dan takut karena belum berdamai tentang konsep ini. Saat manusia bertemu dengan kedaulatan Allah, mengapa Allah membiarkannya berjalan terus menerus? Untuk apa? Ada 1 tujuan, Allah ingin mengajarkan suatu konsep yang beranjak dari pengalaman kita. Allah ingin mengajarkan kehormatan, kemahakuasaan, kemutlakan, kedaulatan, kemahatahuanNya walau bisa menimbulkan konflik dalam diri manusia. Karena belas kasihan, kita berharap Allah berempati pada masalah kita dan kita berharap Allah memberikan belas kasihanNya pada kita. Semua itu Allah sudah pikirkan dan berikan semuanya. Tuhan mengapa kita begini? Betul, Tuhan tahu dan sudah kasih semua. Perhatian, belas kasihan, topangan sudah Allah berikan semuanya. Tetapi Ia mau mengajar dan menata iman kita untuk memberikan penghormatan kepadaNya. Ada sebuah lagu (Tuhan Mau Sertai Hamba) yang sangat saya sukai dan mempengaruhi iman saya. Liriknya : Tuhan sertailah hamba , kalau tidak kusesat. Sama-sama dengan Tuhan baru langkahlah ku tepat. Maka jiwaku teduh. Pada jalan dan lebuh. Dengan tidak lagi tanya lagi, aku iring Tuhanku. “Dengan tidak lagi tanya” berarti tutup mulut karena semua sudah Tuhan kasih. Tuhan mau ajar kita hormati DIa! Itu aspek penting. Penghormatan! Dan pengakuan bahwa Dialah penguasa dan Dia telah memberikan segala sesuatu.

Tadi pagi saya berkhotbah tentang jemaat di Pergamum yang baik . Ada seorang percaya bernama Antipas. Kita tidak pernah tahu secara rinci siapa dia tetapi kemungkinan Ia pemimpin jemaat di Pergamum. Wahyu 2:13 : Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam. Antipas seorang pribadi yang mewakili jemaat di Pergamum. Mengapa dia dibunuh? Tuhan berkata,”Aku tahu kesetiaanmu dan berdiam di tahta tempat takhta iblis.” Yang dimaksud tempat takhta iblis adalah sebuah kota yang dikelilingi dengan banyak kuil di kota itu sangat rohani sekali. Penduduknya beribadah pada dewa Zeus dan menganggap Kaisar sebagai tuhan tetapi Antipas setia tidak menyangkal nama Tuhan. Ia datang ke pengadilan dan dipaksa menyangkal nama Tuhan, ujungnya ia mati karena dibakar hidup-hidup. Tuhan tidak memberi rincian bagaimana kehidupan Antipas dalam mempertahankan imannya. Tuhan lewati semuanya dan hanya mengatakan, “ia setia dan tidak menyangkal namaKu”.

Konsep modern
Konflik konsep : Konteks hidup jadi penentu
1.      1. Penghormatan & Belas kasihan
2.      2 .Penguasa yang dikenadlikan
3.      3.  Berdaulat tetapi tunduk
4.       4. Kemahatahuan dan keluputan

Penguasaan tentang bagaimana tunduk di hadapanNya dan Dia tidak pernah salah, Dia tahu segala sesuatu dan mengontrol segala sesuatunya.

Rangkum Pikiran
Kedaulatan Allah = Hak Allah : bersifat mutlak – tidak bersalah dan tidak terbatas.
1.       1. Melayani tujuan / kemauan Allah
2.       2. Tertutup terhadap semua intervensi manusia
3.       3. Berada di atas semua hukum apapun
4.       4. Bagi kemuliaan Allah semata
Penting! Allah tidak..
1.       1. Berhutang apapun
2.       2. Berkewajiban apapun
3.       3. Betanggung jawab kepada siapapun

Bila menerimanya, hidup kita akan berdamai dengan Allah.

Suatu kali saya berjalan di pelataran sebuah rumah sakit untuk membesuk seorang jemaat di Surabaya yang terkena kanker pankreas stadium 4. Selama perjalanan saya berpikir,”Tuhan saya mau bicara apa?” Saya pikir ingin berbicara dan memberi penghiburan. Saya berjalan dan merasa susah hati. Saat itu saya merasa enggan dan tidak lama kemudian saya tiba di kamar rumah sakit tempat jemaat itu terbaring. Ia terbaring dengan perut besar dan dibungkus selimut batik.  Begitu dia melihat saya, ia berkata,“Pak Thomy datang. Sini Pak! Pak Tommy saya tidak apa-apa” Apanya tidak apa-apa? Saya merasa kerasnya perut itu namun ia berkata tidak apa-apa. Lalu ia bercerita ngalor-ngidul tentang orang-orang dan muridnya yang datang membesuknya. Rupanya ia mantan guru. Ah klasik. Walaupun tidak mengatakan salah. Sebagai pendeta , saya berusaha mengumpulkan opsi yang muncul. Saya bertanya,”Apakah ada second opinion?”. Dia menjawab,”Saya sudah membaca semua nya.” Saya teringat  ia memang mantan kepala perawat. Ia sudah melihat semuanya. Rupanya ia sudah sampai opini ke sebelas-dua belas. Waktu saya datang, itu hari Rabu. Dia berkata,”Saya mungkin tidak lewat hari Minggu, kalau saya kuat hari Senin saya sudah ‘pulang’”. Setelah melewati pembicaraan lagi dan selesai membesuknya saya pulang. Di tengah panas terik saya terdiam, seolah Tuhan berkata,”You don’t have to speak anything. Just listen to your Master” Kamu tidak perlu bicara apapun juga, cukup dengarkan apa yang dikatakan Tuanmu. Saya berdoa, “Tuhan kalau bukan ibadah tutup peti, ijinkan saya memimpin kebaktian pemakamannya.” Senin pagi pk 4.05 sebuah SMS masuk. SMS itu dari salah satu anaknya yang menyampaikan mama tadi pagi sudah pulang. Di kebaktian pemakaman saya berdiri dan berkata,”She is the master in my life” Ia sudah berdamai. Mukanya sumringah. Ia sudah berdamai dengan kedaulatan Allah. Allah tidak perlu berhutang apa-apa. Kalau berhutang maka ia akan menuntut ke Allah untuk membayar hutangnya.

Contoh lain :
Ada seorang jemaat di Jakarta. Ia bernyanyi dengan baik sekali. Ia juga terkena kanker. Ia dibawa ke rumah sakit karena tiba-tiba tangannya seperti lumpuh. Ia sudah pernah berobat di Singapore dan kemana-mana dan pada akhirnya separuh tangannya tidak bisa digerakkan. Saya membesuknya dengan istri. Ia dari jauh berteriak dan memanggil. Saya membuka pembicaraaan, tapi selanjutnya saya hanya memperhatikan pembicaraan dia dengan istri saya dan rekan-rekan lain yang menyertai. Ia berkata,”Aku berdoa ke Tuhan. Tuhan kalau tanganku ini sudah tidak bisa digerakkan lagi dan bermain , satu yang saya minta, tolong jangan ambil suaraku. Karena dengan suara itu aku bisa bernyanyi dan memuliakan Tuhan.” Saya berusaha tidak menangis. Saya berkata,”Ibu boleh ya perkataan Ibu saya kutip dalam pelayanan saya?” untuk meminta ijin. “Silahkan!” Lalu ia mulai sedikit sehat. Hari itu saya pelayanan di luar, beberapa rekan yang ada di gereja merekam sebuah paduan suara dari keluarga. Ia salah  satunya yang bernyanyi di kursi roda. Melihatnya saya mengucurkan air mata saya. Waktu bertemu saya menahan tangis. Saya berdoa, “Tuhan berikanlah anugerahMu padanya.” Saya teringat perkataannya,“Kalau tanganku tidak bisa main, jangan suaraku.” Waktu ia meninggal saya berkata,”Satu ‘slot’ untuk saya. Saya berkhotbah tentang orang yang sudah berdamai dengan Tuhan!” Itulah contoh. Kalau sudah berdamai dengan Tuhan maka semuanya akan tenang. Susah? Ya, tetapi bisa! Tuhan tidak punya kewajiban apapun. Kadang kita (sok) berempati pada Tuhan.

Pernah juga saya mengunjungi tetangga yang salah seorang anaknya sedang menangis menahan sakit. Rupanya ada tumor di otaknya dengan stadium 4. Kalau saya Tuhan, saya akan masuk dan mencabut tumornya lalu main di taman bersamanya. Tetapi saya malu hati sekali. Kadang saya lebih berempati daripada Tuhan. Saya malu. Mengapa demikian? Sebuah pukulan telak yang Tuhan berikan kepada saya. God lost nothing. He is no responsible for no one. Kalau sudah bisa ‘melepaskan’, damai sejahtera melingkupi kita. Ini realita yang harus dihadapi kalau punya Allah seperti itu. Mau percaya Allah seperti ini ? You have no choice. Don’t negotiate with Him. Kita hanya bisa taat. Jangan coba bernegosiasi denganNya. Dan akhirnya kita akan berkata,”You are so good to me!” Masih mau percaya? You have no choice. Saya harus mengatakan hal ini walau tidak enak. Kalau mengetahui hal ini kita menjadi takut, berarti kita sudah ada di jalan yang benar (you are in the right track)! Bertemu Tuhan memang takut. Ia punya segala sesuatu. Saya tidak mau menyinggung aspek teknis tentang apa itu kedaulatan Allah karena sudah banyak di buku teologi. Kita akan bicara tentang realitasnya untuk menghadapi Allah yang demikian.

Berikutnya lebih ngeri karena dikatakan, seperti yang dikatakan pada Perjanjian Lama“Engkau Allah yang menakutkan!” (Keluaran 15:11). Allah dengan seluruh keberadaanNya sungguh menakutkan. Ia menakutkan tapi juga penuh belas kasih. Saat berpikir tentang Allah janganlah kita  berpikir secara partial (Allah yang kasih, adil, cemburu dll). Kalau berpikir partial maka kita akan sulit karena seluruh sifat Allah tidak konflik (semua terintegrasi menjadi satu). Kalau berpikir partial maka kita akan mengatakan,”Tuhan Engkau baik tetapi kurang adil atau Engkau maha murah tapi kurang kasih.” Jangan sampai Allah berkata,”Engkau salah berpikir tentang Saya” atau “Engkau salah bersaksi tentang Saya!”.

Point pemahaman

a.     Kedaulatan Allah menyatakan seluruh keberadaan (atribut) Tuhan sendiri.
Kuasa dan kehendak. Karena Allah berkuasa maka kehendakNya akan dijalankan. Kehendak Allah ditopang oleh kemahakuasaanNya. Allah kita ada Allah yang mau punya mau. Kalau Dia sudah mau , maka itulah yang akan terjadi.
Perhatikan :
1.     Seakan tidak aktif/ tidak terlihat / tidak berdampak.
2.     Tindakan di dalam waktu Allah sendiri
3.     Tujuan : menyatakan dominasi Allah atas semua allah lain
4.     Mesir – Laut Merah – padang gurun -tanah perjanjian

Apa yang Allah mau tidak bisa diubah, itu menunjukkan Allah yang sempurna. Itu mau yang Allah mau, maka mau yang lain harus digeser. Kuasa dari Allah seakan-akan tidak terlihat, tidak aktif dan tidak berdampak. Tindakan Allah itu adalah tindakan di dalam waktu Allah sendiri dan hal ini menunjukkan dominasi Allah terhadap yang lain. Contoh : cerita tentang Musa di Mesir. Orang Israel perlu menata ulang  dalam mereka percaya kepada Allah. Waktu Musa masih ada di sana, ia berusaha menjadi seorang juruselamat. Ia bertindak bukan dalam waktunya Tuhan. Ia cukup kaget melihat aksi temannya setelah ia membunuh orang Mesir. Temannya berkata,”Siapa yang mengangkat kamu menjadi pemimpin atas kami?” Musa merasa terluka sekali. Ditambah lagi dari mulut Firaun keluar kalimat,”Tangkap Musa! Hidup atau mati! Masukkan dia dalam DPO. Cari dia!” Karena takut maka ia lari dan memulai sebuah perjalanan panjang. Ia berada selama 40 tahun di padang gurun lalu bertemu dengan Allah. Allah minta ia kembali ke Mesir dan saat bertemu dengan Firaun katakan,“Let my people go”. Apakah itu tidak salah? 40 tahun kedua, Musa harus bertemu dan berbicara dengan Firaun yang  memerintahkan untuk menangkap Musa. Jadi tuntutannya tiga lapis yakni pulang ke Mesir sehingga ia ketakutan sendiri lalu diminta untuk bertemu dengan Firaun dan mengatakan,”Lepaskan umatKu!”. Kalau hanya balik ke Mesir secara diam-diam dan membuat gerakan diam-diam bisa dilakukan Musa tetapi Tuhan ingin ia betemu dengan Firaun. Bagi seorang Musa ini pengalaman yang menakutkan. Perjalanan dengan Tuhan menakutkan, kadang kita terkapar di sana dan berkata,”Tuhan tolong!”. Di sana saya teringat perkataan pemazmur,”apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya”. (Maz 37:24)

Saya menonton film Prince of Egypt (1998) dengan suka cita. Selama 430 tahun seakan Tuhan tidak mendengar seruan orang Israel (Di mana Tuhan? Di mana Tuhan? Seakan Tuhan tidak mendengar padahal Dia mendengar karena sepertinya tidak aktif, tidak terlihat dan tidak berdampak apa pun juga). Namun kenyataannya, God always control . Itulah yang dikatakan Allah kepada Musa,”Aku mendengar keluhan umatKu”. Tuhan mendengarnya dan mengutus Musa untuk membawa jemaat Tuhan pulang. Itu memindahkan masalah. Apa yang ditanggung satu bangsa sekarang ditanggung satu orang (Musa). Ini hal yang gila. Ia berjalan di depan. Ia berkata,”God, what should I do?” Ngeri sekali. Hidup suatu bangsa di tangan satu orang walau sebenarnya Tuhan yang akan menanggungnya. Diawalnya jemaat Tuhan merasa senang, seperti hidup Kristen pada awalnya senang karena waktu itu mereka belum bertemu dengan realita. Kemudian mereka menyadari bahwa di Mesir mereka makan roti, dan di sini tidak pernah makan roti. Lalu hal ini disampaikan ke Musa yang kemudian melapor kepada Tuhan. “Tuhan mereka minta roti”. “Baik besok Saya kirim roti” jawab Tuhan. Lalu mereka berjalan lagi dan kembali mereka mengeluh,”Dulu di Mesir kita makan daging sekarang tidak.” Lalu Musa berkata lagi kepada Tuhan,”Tuhan, Mereka minta daging” Tuhan pun mengirim daging. Pada siang hari di padang gurun cuacanya panas terik sehingga mereka dipimpin oleh tiang awan. Ketika malam, mereka dipimpin tiang api. Jadi Tuhanlah yang berjalan di depan. Pertanyaannya : kapan perubahan tiang awan menjadi tiang api? Dari tiang awan ke tiang api, kapan apinya dinyalakan dan awannya hilang? Api itu muncul pada malam hari dan di pagi hari api redup dan awan muncul lagi. Api seakan-akan muncul lagi dengan tiba-tiba. Penjelasannya, di dalam tiang awan di situ ada tiang api. Saat siang hari suasananya terang, sehingga api kalah dengan sinar terang, tapi waktu redup, awan menjadi buram dan api keluar. Api Tuhan berasal dari Tuhan. Hadirnya Tuhan berlapis., tidak terlihat tapi aktif. Pada waktu tidak kelihatan , Ia muncul dengan cara lain. Tuhan memiliki humor yang tinggi.  Orang yang awalnya berlinang air mata akan muncul dengan sorak sorai karena melihat kehadiran Tuhan. Sepertinya Tuhan tidak aktif, tidak terlihat dan tidak berdammpak apa-apa, tetapi Dia ada. Dia bisa pakai orang yang tidak percaya untuk membuat orang percaya pada Tuhan. Pasti bisa, kalau tidak Dia tidak berdaulat.

Seorang anak di Surabaya bertumbuh dengan kelemahan fisik. Tulangnya terus bertumbuh dan berkali-kali harus dioperasi untuk dipotong tulangnya. Saya dikirimi foto anak tersebut yang begitu mungil. Mengapa kita berempati padanya? Hidupnya keluar masuk ruang operasi. Suatu kali saya bertanya kepadanya.”Sakit tidak sih?” Dia berkata,”Sudah biasa, keluar masuk rumah sakit” Lalu mamanya mendengar ada pendeta spesialis penyembuhan datang ke Surabaya dan ia berharap pendeta ini dapat menyembuhkan penyakit anak2nya. Suaminya yang belum percaya berkata,”Kamu jangan bawa ke pendeta itu, nanti imanmu makin rusak!” Saya terdiam mendengarnya karena kalimat itu mengajarkan sesuatu. Ia mungkin tidak bisa mendefisinikan kedaulatan Allah , tetapi betul Allah hadir dalam kedaulatanNya. Kalau Allah memberikan segalaNya, itu bisa merusak iman. Waktu Allah mengasihi dan mengajarkan Musa di padang gurun. Setelah orang Israel berada selama 430 tahun di tanah Mesir, Allah menata ulang dan berkata, “Aku akan menjadi allahmu dan engkau menjadi umatKu.” Allah menunjukkan hal itu. Allah menunjukkan murkanya. Suatu kali Musa dan Harun berdiri di hadapan Allah karena Israel baru saja melakukan sesuatu yang melukai hati Allah. Allah begitu murka dan berkata,”Besok Aku akan bertemu kalian.” Harun berdiri di hadapan Allah dan berkata,”Tuhan tolong jangan murka kepada mereka. Tolong Tuhan, jangan hukum mereka. Bila Engkau tetap menghukum mereka, maka biarlah murkamu lebih dulu menghantam segala kemah itu.” “Harun minggir kamu!” kata Allah . Mengerikan , Dialah api yang menghanguskan. Rasul Paulus pernah berkata,”Kalau boleh hapus namaku dalam buku kehidupan, tetapi catat nama mereka dalam buku kehidupan.”

Berdamailah! Kamu kalau lawan Dia, silahkan! Tetapi kamu pasti kalah! Kecewa dan lari dariNya monggo. Yang pernah lari dari Tuhan adalah Nabi Yunus. Ia kecewa kepada Tuhan,”Masa mereka (=orang Niniwe) mendapat kasihan Tuhan? Kalau boleh hapus mereka!” Tetapi Tuhan berkata,”Tidak. Aku mengasihi Niniwe!”. Yunus menyiapkan pelarian dengan baik, naik kapal dan mencoba jauh dari hadapan Tuhan. Ia lari dari maunya Tuhan. Tetapi Tuhan tidak tinggal di belakang. Ia lari di samping kita walau  kita tidak melihatNya.  Saat berhenti Dia bertanya, “Apakah kamu sudah capai? Ayo berhenti! Aku menggendongmu.” Mau lari dari hadapan Tuhan? Silahkan. Kalau melakukannya, kita tidak akan pernah sampai pada tujuan pelayanannya. Lalu Tuhan mengirim ikan. Yunus berdoa puasa di dalam perut ikan. Dalam sebuah gambar karikatur, ada Yunus keluar dari mulut ikan sambil memegang perkamen peta Niniwe bertuliskan,”You are here”. Tuhan memiliki humor yang tinggi, sehingga ditulis dalam karikatur tersebut,”Jemput dan bawa pulang.” Tuhan tidak pernah membiarkan orang tersesat di dalam pengertian di hadapan Tuhan. Allah tidak akan membiarkan diriNya tanpa kesaksian. Padang gurun 40 tahun itu pelajaran doktrin Allah untuk Musa dan seluruh orang Israel. Bagaimana mereka coba mempercayai Allah memimpin dan tunduk sampai Allah membawa mereka masuk ke tanah perjanjian.

Tanya Jawab

1.     Allah tidak pernah mengubah rencana. Tapi manusia punya free will, apakah mungkin Allah mengubah rencana Nya (dari A ke B)sesuai dengan free will (kemauan manusia)?
Kalau Allah berubah karena kemauan manusia, maka berarti manusia lebih tinggi dari Allah.

2.     Paman saya kena kanker, perutnya buncit, tiba-tiba banyak orang berkata untuk pergi ke dukun. Tapi ia menolak dan meninggal dalam kondisi seperti itu. Ia meninggalkan istri dan anaknya lalu mereka pergi ke kampung. Apakah hal yang manusiawi mereka bertanya mengapa begitu? Apakah salah bertanya seperti itu?
Itu sangat manusiawi. Kalau mau bertanya mengapa, maka pertama-tama kita bertanya, “mengapa bertanya mengapa”. Ini untuk menguji motif kita. Kalau mempertahankan hal keberatan, ketidaksukaan dan ketidakpuasan, dan memaksa Allah mengubahnya maka kita tidak akan mendapat jawaban apa-apa. Tetapi kalau kita berkata,”Tuhan kalau Engkau menjelaskan kepadaku, aku akan menerima.” Tuhan panjang sabar dan kasih setia, Dia akan memberitahu kita mengapa Ia melakukannya. Tapi jawabanNya adalah bagaimana kita submit (tunduk) kepadaNya. Ia tidak memilki kewajiban apa-apa. Ia betul-betul menyediakan tempat suci di mana manusia bertanya kepadaNya.

Carl Marx (1818-1883) mengatakan agama itu candu karena saat manusia menerima Dia, itu hal yang baik terjadi padanya. Pendapat Carl Marx ini sangat kurang tepat. Sigmund Freud (1856-1939) mengatakan agama adalah konsumsinya orang sakit jiwa karena ia tidak suka dengan agama. Tetapi dalam diri yang terdalam, mereka membutuhkan Allah walau tidak suka Allah seperti itu sehingga mereka menciptakan kesempurnaan dan mereka mencoba menaruh imannya di sini. Sehingga dikatakan,”Allah mentertawakan penguasa dan kesempurnaan seperti itu.” Ini bukan ide Allah. Ide itu adalah bayang-bayang Allah yang diciptakan mereka. Forteir mengatakan ‘Celaka aku’. Ketika seseorang datang menginjilinya, dia berkata,”Tidak tepat saat ini kita saling bermusuhan’ Ia tidak suka kalau harus tunduk kepadaNya.  Allah datang kepada kita agar kita tunduk kepadaNya. Apakah Dia mau berkati atau tidak , itu terserah Allah.
Point-nya, Dia sebagai sumber otoritas. Dia the first one in our lives. Bila kita tidak suka dengan seseorang, jangan pakai alasan atau hal-hal rohani untuk menolaknya. Kalau mau menikah dengan tujuan bahagia, maka itu salah. Tidak akan temukan kebahagian karena pasangan kita bukan untuk memberikan kebahagiaan (pasangan kita adalah orang yang berbeda sampai ujung dunia mana pun tidak akan pernah sama). Jadi jangan menikah dengan tujuan membahagiakan karena akan kecewa tetapi berjuang untuk kesatuan Kristus dan jemaat dengan setia. Sehingga seperti yang dikatakan pada Mazmur 23, kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti engkau sepanjang umurmu.


No comments:

Post a Comment