Wednesday, January 15, 2014

Mengasihi Tuhan dan Sesama

Pdt. Ridwan Hutabarat

Kalau ada orang membawa benda tajam dan menusuk kita, apakah orang tersebut adalah orang jahat?  Orang tersebut bisa jadi orang jahat dan bisa juga orang baik. Kalau dia menusuk kita untuk kebutuhan dia berarti dia orang jahat. Tapi kalau dia menusuk kita karena kebutuhan kita, berarti dia  itu orang baik. Misalnya : dokter menusuk (menyuntik) kita, maka itu baik karena ia hendak menolong kita. Melayani Tuhan itu berarti mengasihi dan mengasihi itu lebih banyak “tidak enaknya”. Jangan bicara mengasihi kalau tidak ada pengorbanan. Allah begitu luar biasa, dari aspek penciptaan terlihat dengan jelas bahwa Dia mengasihi kita karena Dia menciptakan kita sesuai dengan gambarNya!

Mengasihi
Mengasihi berarti memberikan yang terbaik bagi obyek yang kita kasihi. 5 tahun setelah perkawinan kami, saya khotbah di Medan kemudian diteruskan di UGM, Yogya. Seminggu lebih saya tinggalkan istri. Setelah khotbah saya ke pasar Beringharjo untuk membelikan kado buat istri saya. Setelah itu kadonya saya bungkus dengan kertas kado yang bagus. Ketika dikasih, istri saya mengatakan, “Mengapa repot-repot?”. Begitu membuka bungkusannya, ia berkata, “Pa kalau beli batik nanti ajak saya. Ini batik mbok-mbok”. Jadi meskipun saya memberikan yang terbaik menurut pikiran saya, namun belum tentu terbaik menurut istri saya. Jadi tidak ada orang yang menikah berdasarkan cinta tapi  berdasarkan suka ibarat pepatah “Tak kenal maka tak sayang” sehingga makin kenal makin sayang. Mana ada pernikahan berdasarkan hanya mengenal pribadinya? Setiap orang yang mau pernikahannya diberkati di gereja saya harus mengikuti konseling pra-nikah selama 6 bulan. Kalau tidak mau, saya persilahkan untuk mencari pendeta lain. Itu harga mati karena saya menghayati arti pernikahan. Satu hari sebelum pernikahan, saya telepon calon pengantinnya dan berkata, “Besok kamu akan menikah. Saya mau ingatkan kamu. Malam ini kalau mau kamu boleh putus”. Sang calon pengantin berkata, “Tidak mau”.  Saya lanjutkan, “Benar tidak mau?” Sang calon pengantin bertanya, “Memang kenapa?” Saya jawab, “Karena setelah pemberkatan nikah besok, tidak ada lagi kamus putus”. Makanya setelah pemberkatan nikah, orang memberi salam basa-basi,”Selamat berbahagia”. Kalau saya beri ucapan,”Selamat bonyok”. Karena tidak ada orang menikah yang langsung cocok, kecuali menikah dengan tiang listrik. Tuhan mengirim pasangan yang tidak cocok yaitu menikah dengan lawan jenis. Tidak boleh menikah dengan sejenis. Sehingga waktu menikah, diiringi lagu yang bernada mars. Itu mars peperangan. Sambungannya rentemtem (bunyi tembak-tembakan). Kenapa tidak berani khotbah jujur walau tidak popular?

Saya orang Batak, istri saya orang Tionghoa. Latar belakang saya keras, kejam dan sadis. Pada tahun 1979 saya menjadi pembina pemuda se Jakarta-Bogor. Tapi pada tahun yang sama, saya masuk penjara Cipinang ke-2 kali karena saya kejam dan sadis, walau saya mengambil kuliah jurusan seni teater dan musik. Mama saya bahkan pernah bilang, “Lebih baik elo mati”.  Makanya saya dapat “mujijat” sakit jantung parah. 6 bulan saya diopname di rumah sakit. Saat itu, jangankan duduk , untuk memiringkan badan saja saya tidak bisa. Berat saya tinggal 32 kg. Super langsing.  Tekanan darah saya 230/40. Profesor di RS Cipto bahkan berkata, “Tidak ada harapan hidup!” Nafas saya satu per satu (megap-megap) seperti ikan mas koki. Sebelum menikah, kami berpacaran selama 4,5 tahun. Saat berpacaran, kami menjaga kekudusan. Kami bisa saja pacaran di bawah lampu 5 watt, tapi kami menghindarinya dan juga menghindari nonton bioskop. Alasannya sederhana karena nafsu kami normal, sehingga gampang “korslet”. Jadi saya sarankan untuk menghindari pacaran yang tidak bisa dilihat orang lain, kecuali tidak normal. Begitu kami menikah, terjadi konflik dan konflik. Istri saya sangat super bersih sekali banget dan sangat disiplin.  Rumah kami dipel 5 kali sehari sehingga kalau anda berkunjung ke rumah saya dan menggeser lemari lalu gosok lantai, maka tidak akan menjumpai debu. Akibatnya saya menderita.  Setiap masuk rumah harus cuci kaki. Kalau sepuluh kali masuk rumah, maka harus cuci kaki 10 kali!  Yang mencuci piring hanya boleh istri saya. Garpu-sendok yang jumlahnya hanya 4 buah dicuci satu per satu. Setelah cuci, dibilas dengan air bersih , direndam dengan air panas, lalu dengan memakai jepitan diambil dan ditaruh ke rak. Lalu ambil kain-lap untuk mengeringkannya. Setelah itu sendok, garpu, gelas dibungkus dengan plastik. Saat mau makan, sendok-garpu-gelasnya  disiram dulu dengan air panas. Saya seorang hamba Tuhan, dengan tingkat kebersihan seperti itu, maka kalau makan di luar saya bisa sakit perut. Sewaktu mau naik lift, istri saya melarang untuk memencet tombol lift. Dia kemudian membuka tasnya, mengambil tissue dan menggunakan sebagai alas untuk memencet tombol lift. Saat menggunakan tangga escalator di mal, istri saya minta untuk tidak memegang railingnya. Alasannya karena banyak orang yang naik, padahal baru saja mereka “ngupil”. Juga banyak orang yang naik, “cebok”nya tidak bersih. Di pikiran istri saya, semua tidak bersih sehingga tidak boleh pegang. Setelah 6 tahun pernikahan, saya merasa tidak tahan lagi. Saya berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, tilik hati saya. Sedikitpun saya tidak mau mengganti istri. Tetapi saya tidak mampu melanjutkan perkawinan ini”. Karena latar belakang saya, orangnya super jorok. Main piano di pub bisa sampai jam 2 pagi. Kemudian pulang dan dengan baju yang sama, saya tidur. Tapi firman Tuhan berkata, “Segala sesuatu dari Dia”. Berarti istri saya dari Tuhan. Tuhan tidak pernah salah pilih. Menyadari hal ini, menangislah saya. Seolah-olah Tuhan berkata, “Perlukah kau menasihati Aku?” Sejak itu paradigm (sudut pandang)  saya berubah. Baru saya mengerti arti pelayanan.

Matius 22:34-40
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
35  dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:
36  "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
37  Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
38  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
40  Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Kata kunci perikop di atas ada di ayat 40. Itu konteks berikutnya karena ditulis sebelum Perjanjian Baru. Saat itu belum ada kitab Matius sampai Wahyu. Melayani tanpa memiliki kasih adalah nihil. Jemaat Korintus paling lengkap karunianya (lihat 1 Kor 12 dan 14), namun di antara kedua pasalnya diselipkan 1 Kor 13 yang berbicara tentang kasih. Jadi tidak otomatis, setelah belajar sekolah teologia kemudian hamba Tuhan bisa melayani dengan kasih walaupun, tidak bisa juga melayani bila tanpa pengetahuan. Seperti kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang” jadi harus ada pengenalan. Orang Kristen yang melayani Tuhan tanpa mengenalNya, sangat disayangkan, walau kenyataannya banyak yang begitu. Ahli Taurat dan orang Farisi mengenal firman Tuhan.  Tuhan berkata, Mat 23:3  Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya (Mat 23:3). Ahli Taurat bagus pengajarannya tetapi jangan ikuti perbuatannya karena mereka mengajarkannya tapi tidak melakukannya. Saya sedih melihat gerakan gereja yang terlalu menekankan berkatNya. Saya juga sedih dengan pengetahuan yang bagus tapi tidak mau melakukan firman Tuhan. Makanya Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Ada yang sudah cukup berusia namun masih mau belajar di sekolah teologia,  padahal banyak anak muda yang tidak mau. Seharusnya anak muda juga membaca buku rohani, karena hal ini penting seperti yang tertuang dalam Mzm 119:9 Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Tidak mungkin seseorang melayani orang lain kalau tidak mengenal Allah pencipta mereka. Maka setiap aktifis gereja , harus punya pengenalan akan Tuhan secara benar. Walaupun tidak harus sekolah teologia formal tapi dasarnya benar. Seharusnya itu harga mati. Jadi wajar kalau gereja walau lelah dan tidak popular, memiliki kelas pemuridan dan pengajaran yang bagus. Ini penting!

Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (ayat 39). Jadi kasihilah dirimu sendiri dulu. Kuncinya ada pada kata “seperti”. Standarisasi mengasihi sesame adalah sejauh mana kita mengasihi diri sendiri. Kalau banyak konflik, itu indikasi (pertanda) tidak mengasihi diri sendiri. Kalau membalas kejahatan dengan kebaikan, itu menunjukkan kita mengasihi diri sendiri. Tapi berlawanan dengan hal itu, moto yang seringkali dipakai setiap hari malah “kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah”.

Kasih Suami-Istri

Efesus 5:22-33
22  Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
23  karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
24  Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
25  Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
26  untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
27  supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
28  Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
29  Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
30  karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
31  Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
32  Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
33  Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

Perikop di atas tentang kasih antara suami dan istri. Tapi sebelum itu kasihilah dirimu sendiri. Itulah sebabnya dikatakan pada Ef 5:15  Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.  Bebal artinya bodoh sekali, suka mengulang kesalahan yang sama. Kalau kita mengasihi dan mengenal Tuhan, maka kita mengenal diri kita. Bahkan seorang ahli jiwa (psikolog) bila tidak mengenal Yesus, tidak bisa mengenal dirinya. Hanya dengan mengenal Tuhan (atas dasar begitu besar Allah mengasihi dunia ini) baru bisa mengenal diri. Melalui Tuhan Yesus, kita mengenal diri kita dan kita bisa menerima diri kita sebagaimana adanya. Jangan cari jati diri melalui orang lain. Ada seorang teman sekolah teologia yang gaya khotbahnya seperti Pdt. Octavianus dan ada juga yang gaya khotbahnya seperti gaya Pdt. Stephen Tong, berarti hilanglah jati diri mereka. Postur tubuh saya pendek dan gigi tidak rata. Namun di luar itu saya punya kelebihan yang tidak dipunyai orang lain demikian sebaliknya. Alasan manusia menjadi sombong atau minder karena manusia tidak mengenal diri. Kalau postur tubuh pendek, tidak perlu memakai sepatu dengan hak setinggi 15 cm. Jangan cara ngomongnya dibuat-buat untuk menutupi gigi yang tidak rata. Ketika ada orang kaya, kita minder. Untuk orang miskin di bumi yang menjadi minder, saya tegur agar tidak menderita 2 kali (di bumi dan di neraka). Apa adanya saja, jadi enak. Maka kenallah diri sendiri. Perhatikan dengan seksama (teliti) bagaimana kita memperbarui hidup kita. Karena kematian datang secara tiba-tiba. Seperti di Bandung dan Medan, ada pesawat jatuh sehingga para penumpangnya mati. Ada juga penerjun payung, yang saat terjun payung kuncup sehingga ia meninggal. Telitilah. Bagaimana memilih tontonan, makanan dan  tidur agar diperhatikan. Sehingga orang Kristen harus hidup tertib. Sering kalau ada banyak makanan yang kita pilih adalah makanan yang enak bukan yang sehat.

Dari pilihan yang diambilnya, kelihatan orang itu mengasihi atau tidak. Ibadah di gereja kami pk 8 pagi dan saat diubah menjadi pk 7 banyak yang protes, namun kebaktian tetap dimulai pk 7  pagi. Orang terambat bukan karena waktu dan jarak. Orang terlambat karena pilihan. Bandingkan bila akan naik pesawat pk 7 pagi, maka penumpang akan sampai bandara 2 jam sebelumnya. Survei membuktikan orang mudah telat ke gereja. Kalau alasan telat karena banjir, bisa saja tapi tidak bisa berulang-ulang. Jadi terlambat karena tata nilai dan  UUD (Ujung Ujunganya Duit). Kalau terlambat tiba di bandara, maka akan hangus tiketnya sedangkan  kalau terlambat ke  gereja, lewatlah  kolektenya. Jadi orang bisa melayani kalau tertib hidupnya. Tidak bisa seenaknya. Maka melayani itu mulai dari kehidupan sehari-hari. Lulus tidak akan pengenalan akan Tuhan? Alasan tidak memilih omong jorok, karena tidak bagus untuk jiwa kita, maka lebih baik kita memberkati orang. Bukti mengasihi diri adalah dengan memberikan yang terbaik bagi diri dengan kesadaran penuh. Jadi tidak ada Bucheri (Bule karena Cat Sendiri). Botak rambutnya uga tidak apa-apa. Jangan kita mengejar sesuatu yang tidak utama. Misalnya : ke salon bisa 4 jam, ditambah pedicure dan manicure agar dikatakan cantik (berarti aslinya jelek). Boleh ke salon, tapi jangan sampai terlalu banyak membuang waktu dan dana ke hal yang tidak utama. Tidak usah cari ponsel yang mahal yang penting sesuai kebutuhan saja.  Tidak perlu game yang canggih karena game tidak menghidupkan. Ada yang main game sampai 2 jam sehari karena tidak mengenal Tuhan. Seharusnya seperti yang tertuang pada Rm 11:36  Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Karena segala sesuatu dari Dia harus ditindaklanjuti. Jangan dari kita, karena tidak efektif (boros). Ketika sudah mengenal diri sendiri lalu melayani Tuhan, maka siapa pun yang dilayani dari Tuhan. Maka melayani pun dari Tuhan. Yang kaya dan miskin kita layani dan hormati sebaik-baiknya. Karena banyak hal kita perlu perhatikan khusus termasuk  memperlakukan jemaat dengan indah. Hal itu akan berdampak luar biasa pada pelayanan kita dan akan damai hidup ini. Maka tidak usah fokuskan ke jumlah jemaat, tapi fokuskan ke kualitas. Tidak perlu instan tapi pasti bertambah jumlahnya. Kalau jemaat terlayani itu “iklan” terbagus. Kalau ada hamba Tuhan tidak mengenal jemaat , itu tidak hebat. Bukan alasan dengan jumlah yang sedikit. Tapi kalau kita melayani sebaik-baiknya dan punya tingkat pengenalan yang baru, segala sesuatu dari Dia untuk Dia sehingga kita bisa melayani sebaik-baiknya, maka Tuhan berkenan dengan kita, pelayanan kita dan gereja kita. Tiap tahun akan ditambahkan jiwa walau tidak meledak, tapi bisa dipertanggungjawabkan. Kalau kita lakukan dengan konsisten, lama-lama daya tarik gereja yang mengutamakan kasih semakin menarik. Saya khotbah di mana-mana apa adanya walau konsekuensinya tidak diundang lagi. Karena ada gereja yang saat menyanyikan lagu pujian hanya menekankan pada dimensi hiburan. Nyanyian terharu tapi kelakuannya yang  “mengharukan”. Perubahan kelakuan tidak ada. Kemasan boleh berubah tapi isi jangan berubah. Gereja juga jangan terlalu kaku sekali. Lagu-lagu lama yang dinyanyikan dengan iringan music kontemporer dan tepuk tangan terdengar enak juga. Saya sedih gereja terlalu kaku dan anak mudanya menyanyi dengan tertib tidak boleh tepuk tangan. Tapi pelan-pelan mulai ditanamkan lagu-lagu yang berbobot karena lagu sekarang “ringan”. Suatu kali saya memimpin KKR di Surabaya. 2 hari sebelumnya saya membina panitianya karena saat itu lagu “Tuhan Kristus Tidak Berubah” dikatakan kurang urapan dengan alasan lagu lama. Lagu “Dalam Nama Yesus Ada Kemenangan” bagus dinyanyikan karena bertahun-tahun kalah. Bila “dipepet” kurang urapan, terus mengalah anda bisa menangis. Itu konteksnya lebih dalam. Maka seharusnya kita sebagai pelaku firman. Kalau itu dilakukan, gereja akan berorientasi pada kekekalan dan tidak kalah dengan zaman. Kebenaran tetap lebih mahal dalam hidup kita. Pasti gereja akan diberkati. Itulah nilai tertinggi. Kenapa orang lebih semangat dengan mujijat kesembuhan padahal bukan itu nilai tertinggi. Oleh karena itu belajarlah masing-masing, perhatikan dengan seksama bagaimana kamu hidup. Yang terbaik kita lakukan. Seringkali kita korbankan kesukaan kita, karena kita lakukan yang terbaik untuk Tuhan. Ef 5:16  dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Lakukan kesukaan Tuhanmu. Berikan yang terbaik untukNya. Kepada kedua hukum itulah tergantung hukum Tuhan (Matius 22:34-40). Maka ada semangat yang kita lakukan. Kalau ada kasih , tidak pernah memadamkan pelayanan kita. Kita tidak pernah menyerah. Jauh melebihi orang yang tidak mengenal Tuhan dan sesama. Karena orang ini tinggal tunggu waktu saja, akhirnya tidak tahan uji. Hal ini pasti, karena berorientasi pada kesementaraan bukan kekekalan. Kalau mengenal diri kita, tahu kekurangan kelebihan, penuhi kebaikan Tuhan  pada diri kita, maka janganlah kamu bodoh, tetapi usahakan supaya mengerti kehendak Tuhan. Maka melayani dalam bidang apapun ,dalam pengertian “kehendak Tuhan kita lakukan”. Dalam konteks ini Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa (Maz 108:13A). Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Roma 8:31B)

No comments:

Post a Comment