Sunday, January 5, 2014

Bergaul dengan Allah



Pdt Hery Kwok

Efesus 5:1-5
1   Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih
2  dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
3  Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.
4  Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono  —  karena hal-hal ini tidak pantas  —  tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.
5  Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

Kejadian 6:1;5;9
1   Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,
5  Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
9  Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.

Mengapa Kita Harus Bergaul dengan Allah?
Pertanyaan penting yang perlu dijawab, “Mengapa kita harus bergaul dengan Allah?” atau “Apakah kita harus bergaul dengan Allah?”

1.     Alkitab suci menjelaskan bahwa Allahlah yang menghendaki supaya kita bergaul dengan diriNya. Allah yang berinisiatif dan menghendaki bahwa Ia yang mau bergaul dengan kita. Manusia yang memberontak dan jahat bagaimana mungkin bisa mencari Allah? Karena kasih Allah , Dia datang dan ingin bergaul dengan manusia. Dalam bergaul, terkadang kita membuat perbandingan. Dia tidak se-level untuk berteman dengan saya karena kepintaran, status dan kekayaannya di bawah saya. Itu sebabnya seringkali saat berteman kita memilih orang-orang yang sesuai dengan patokan kita. Berbeda dengan Allah. Alkitab tidak menjelaskan, waktu mau bergaul dengan manusia, Dia memakai patokan hanya orang yang suci (kudus) yang dapat bergaul dengan Dia. Tetapi Allah memilih orang-orang berdosa supaya orang itu disucikan oleh Dia. Itu sebabnya Allah lah yang menyucikan kita sehingga kita bisa bergaul dengan Dia. Tujuan Dia ingin bergaul supaya kita yang berdosa memperoleh keselamatan. Pada tanggal 12 Mei 2008 terjadi gempa bumi di Wenchuan, provinsi Sichuan Tiongkok  yang cukup hebat (7,9 Richter).  Saat itu para sukarelawan berusaha menyelamatkan para korban. Pada tanggal 17 Mei 2008, mereka melihat ada jenasah seorang ibu dalam posisi tertelungkup. Setelah diangkat ternyata ada seorang bayi yang masih hidup. Posisi jenasah sang ibu seperti sedang menyusui sang anak. Para sukarelawen berpikir mungkin itu yang dilakukan sang ibu karena tahu itu adalah terakhir kalinya dia menyusui anaknya. Di samping jenasah sang ibu , ada telepon seluler (HP) dari sang ibu yang menulis kalimat yang mengharukan. Ia menulis, “Anakku sayang. Bila engkau selamat ingatlah bahwa mama mencintaimu selamanya”. Manusia yang berdosa saja ingin menyelamatkan anaknya dari keruntuhan gempa apalagi Allah yang menciptakan manusia dengan sempurna. Dia tidak ingin manusia hidup dalam dosa. Kalau kita diselamatkanNya, itu bukan karena kita baik atau kudus, tapi karena Dia mengasihi kita.

2.   Pada kitab Filipi, Rasul Paulus menuliskan bahwa saat kita bergaul dengan Allah , Dia ingin kita menjadi reflector atau pemancar kasih Allah. Kita adalah duta Allah di dunia ini. Di Perjanjian Lama, pada zaman Nabi Nuh , manusia hidup dengan sangat jahat. Ada kejahatan Sodom Gomora di mana mereka tidak malu lagi berbuat dosa. Hal ini menakutkan. Kalau berbuat jahat dan kita takut , itu adalah sinyal yang baik. Kalau berbuat jahat dan hati tidak bergetar dan takut, itu dosa yang mengerikan dalam hidup kita. Seorang penulis kristiani mengatakan “Dosa yang mengerikan adalah dosa yang dilakukan saat kita tidak menyadari bahwa kita sedang melakukan dosa”. Peninggalan sejarah Nabi Nuh tidak bisa kita lihat, karena dihapus oleh air bah. Namun dapat dilihat bahwa lokasi Sodom Gomora terletak di daerah yang titik rendahnya sangat rendah sekali dan sangat didominasi oleh garam.  Di bagian atasnya ada  sebuah bentuk seperti batu yang serupa perempuan, itulah istri Lot.  Di dalam zaman Sodom Gomora , orang berbuat jahat baik secara seksual , ekonomi , sosial dengan luar biasa.  Pada zamannya, Nabi Nuh hidup dalam dunia yang sangat jahat.  Namun Alkitab mengatakan bahwa meskipun Nabi Nuh hidup di lingkungan orang-orang yang tidak baik , ia bisa tetap menjadi duta Allah. Pada waktu kita bergaul dengan Allah maka kita akan berbeda dengan dunia dalam kelakuan. Berbeda bukan saja pada tampak luar, tetapi isinya juga berbeda. Tampak dan isi pada waktu bergaul dengan Allah sangat berbeda dengan dunia. Seringkali kita menemukan ada orang Kristen yang tampak luarnya baik, tetapi isinya tidak baik. Suatu kali saat menjadi pengacara, saya mengajak rekan-rekan untuk pergi pada malam hari. Setelah menyelesaikan kasus pk 10.30 malam, saya mengajak mereka keliling Jakarta. Karena pengacara banyak dari Batak dan kawan saya ini datang langsung dari Batak, mereka minta untuk diajak ke tempat khusus yang ada di Jakarta. Kantor kami di Gajah Mada sehingga segala beluk daerah itu ia sudah tahu. Sehingga saya ajak dia ke Taman Lawang. Waktu melewati daerah itu, para pengacara berkata, “Wah Pak Heri cewe di sini sangat cantik”. Apalagi waktu dia melihat beberapa sosok perempuan itu seksi, karena di Medan tidak ada yang seperti itu. Saya diam saja, lalu saya bawa mobil mendekati ke orang-orang yang membuatnya tercengang. Lalu saya buka kaca samping dan , lalu cewe itu menyapa dengan suara berat, “Halo. Selamat malam”.  Waktu mendengar suara perempuan itu, rekan saya berkata, “Waduh Pak Heri, itu bencong ya?” Tampak luarnya perempuan, tapi dalamnya berbeda. Nabi dan Rasul Paulus tidak seperti itu. Orang percaya yang bergaul dengan Allah, adalah wakil, duta Allah dan reflector yang memancarkan kasih Allah. Ada perbedaan dari hidup orang dunia dengan orang yang mengasihi Allah.

3.   Bergaul dengan Allah membuat orientasi hidup kita tidak salah. Kalau Nabi Nuh tidak mempunyai hubungan baik dengan Allah, pasti orientasi hidupnya akan tercemar. Orang-orang saleh dalam kitab suci memberikan keteladanan bergaul dengan Allah yang tidak bergeser hidupnya di dunia ini seperti yang Allah inginkan. Hal ini penting. Waktu harus hidup di dunia tanpa mengenalNya, maka orientasi manusia bisa salah. Anak kelas 3 SMA ditanya setelah lulus mau melanjutkan ke mana, ada yang bilang tidak tahu atau yang penting ikuti saja teman-teman. Sehingga mereka mengambil jurusan yang tidak sesuai dengan talentanya dan tidak heran, ada Sarjana Teknik yang bekerja sebagai pustakawan oleh karena tidak tahu untuk apa dan bagaimana seharusnya. Sewaktu bergaul dengan Allah, ia berbuat seperti yang Allah mau. Kita akan tahu, tujuan orang percaya hidup di dunia hanya satu yaitu memuliakan Allah, meninggikan Allah dan hidup dalam persekutuan denganNya. Kalau tidak punya orientasi yang benar, maka hidup kita picik dan merusak.  Dunia ini seringkali mengaburkan orientasi kita dengan cara nya. Contoh : kita perlu berkerja untuk hidup. Tetapi bekerja bukan tujuan yang Allah berikan waktu menciptakan kita. Seringkali orang Kristen tidak ke gereja, bersekutu dan beribadah karena terjebak dengan pekerjaannya. Bekerja memang diperintahkan Tuhan waktu manusia berdosa yaitu Allah memerintahkan manusia untuk mengusahakan dunia ini. Tetapi bekerja bukan tujuan, melainkan bagaimana kita punya relasi yang baik dengan Allah. Sewaktu Marta memprotes Maria karena tidak membantunya melayani, Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lukas 10:41-42). Hal ini tidak berarti Maria tidak bekerja. Jangan sampai kita tidak punya relasi dengan Allah. Jangan sampai kita bekerja, berumah tangga  atau punya segala sesuatu tapi tidak punya relasi dengan Allah. Allah memberikan keluarga supaya bersama keluarga kita datang kepada Allah. Anak diberikan Allah supaya bersama anak itu kita beribadah. Ada banyak orang yang lebih rela tidak membawa anaknya ke gereja karena sang anak punya tuntutan sendiri. Jangan sampai orientasi hidup kita bergeser (menyimpang).

Bagaimana Supaya Kita Bergaul dengan Allah?

1.   Membaca, merenungkan dan menggali Alkitab dengan baik. Membaca Alkitab selesai dalam setahun harus ada dalam prinsip kita. Selain itu kita harus merenungkan apa yang Allah inginkan dalam hidup kita. D.L. Moody, penginjil terkenal abad 19, setelah bertobat belum tahu Alkitab. Sewaktu datang ke gereja, pendeta nya meminta untuk membuka Alkitab halaman sekian. Karena baru jadi petobat , ia bingung. Apa yang dibaca di mimbar berbeda dengan bagian yang dibukanya. Rupanya pembicara (pengkhotbah) itu membuka Perjanjian Baru, sedangkan ia membuka Perjanjian Lama sehingga sampai kapan pun tidak akan bertemu.  Moody pulang dan bertekad untuk mempelajari Alkitab. Dia membaca, merenungkan dan menggali firman Tuhan dengan baik. Di kemudian hari ia menyerahkan hidupnya dan menjadi pengkhotbah yang luar biasa. Lalu ia membangun institut teologia untuk menolong orang awam yang baru bertobat supaya mereka mengenal Tuhan Yesus dengan baik. Moody menunjukkan salah satu cara bergaul dengan Allah.

2.   Berani melakukan firman Allah dalam hidup walau jatuh bangun terjadi dalam hidup kita.  Jatuh bangun contohnya  waktu diajarkan tentang kekudusan , kita ingin melakukannya tapi belum bisa sempurna. Jangan menyerah dan terus berusaha. Itulah yang kita lakukan. Di dalam kitab Efesus Rasul Paulus berkata, “Jangan kamu mencemarkan tubuhmu dan jangan berkata sembrono atau berkata yang tidak-tidak”. Seringkali kita jatuh bangun dalam melakukannya. Waktu Rasul Paulus berbicara hal itu menunjukkan fungsi dari mulut kita yang harus dijaga untuk memuliakan Tuhan. Kita mungkin jatuh bangun tapi jangan pernah menyerah dan terus belajar dalam hidup kita.

3.   Bergaul dengan sesama. Allah memakai sesama untuk mengenalNya. Kita hidup di tengah dunia di mana orang-orangnya ada yang baik dan ada yang jahat.  Waktu Nabi Nuh dan Rasul Paulus hidup dalam zaman susah, Allah memakai zaman itu untuk “menggodok” keduanya. Waktu mau belajar untuk sabar, Allah bisa menaruh kita di tempat yang membuat kita tidak sabar. Waktu mau hidup suci, mungkin lingkungan kita tidak suci tetapi di situlah kita harus hidup. Bergaul dan hidup dengan Allah membedakan kita dengan lingkungan yang tidak suci.

Ada cerita dari daerah Tiongkok. Ada seorang menantu (Ling Ling) yang hidup serumah dengan mertua (Mei Lan). Seringkali hubungan antara menantu-mertua sulit akur. Itulah fakta. Ling Ling mencintai Ahong (suaminya) dan tinggal bersama mertuanya. Ling Ling mau walau berkata dalam hatinya, “Apa bisa hidup dengan mama mertua?”. Singkat cerita setelah 5 tahu bertahan hidup bersama, ia sudah sampai ke batas ambang dan tidak bisa tahan untuk terus hidup bersama mertuanya. Namun karena tradisi di Tiongkok, keluarga harus hidup rukun, hal ini membuatnya sulit. Lalu ia pergi ke seorang tabib meminta racun untuk mertuanya agar cepat meninggal. Waktu sang tabib bertanya, “Mengapa kamu mau membunuh mertuamu? Bukankah kamu sudah hidup bersama 5 tahun dengan dia?” Ling Ling menjawab, “Betul. Tapi sepertinya dia terus mencari-cari kesalahan saya.” Akhirnya sang tabib berkata, “Karena kamu mengalami hidup susah selama 5 tahun, saya berikan rancun sehingga mertuamu akan meninggal 1 tahun kemudian. Supaya begitu kamu kasih tidak langsung mati, karena bila demikian, maka akan ketahuan. Lalu waktu memberikan, kamu harus berikan dalam masakan yang enak agar mertuamu tidak curiga. Saat kasih makan, kamu harus tersenyum supaya ia tidak curiga dan dia mau makan. Kamu harus layani dia dengan baik supaya tidak curiga. Ling Ling berterima kasih kepada sang tabib lalu pulang. Dia lakukan dengan baik apa yang disarankan sang tabib. Ia selalu tersenyum dan mengajak mertuanya minum teh. Mertuanya yang melihat memantunya baik merasa bersalah sehingga ia berubah menjadi baik kepada menantunya. Setelah berlangsung 11 bulan, Ling Ling jadi bingung karena ia menemukan bahwa mertuanya bukan sosok yang ingin dibunuhnya karena ia sosok yang penuh perhatian dengannya. Lalu ia kembali ke tabib untuk meminta penawar racun ke tabib. Ia berkata, “Tabib saya menyesal karena saya sudah menaruh racun selama 11 bulan ke makanan dan minuman mertua saya. Tolong berikan penawar racunnya.” Sang tabib tersenyum dan berkata,”Ling Ling , apa yang saya berikan bukan racun tapi penyedap buat makanan dan minuman (semacam vitamin)”.  Waktu Ling Ling melihat mertuanya tidak seperti yang dia takutkan, dia sadar. Waktu bergaul dengan Allah yang baik, maka kita akan menemukan orang-orang ini dengan sudut pandang yang berbeda.  Kiranya Tuhan membantu kita mengawali hidup di tahun ini.

No comments:

Post a Comment