Tuesday, January 14, 2014

Dicipta untuk Memuliakan Allah



Pdt. Ridwan Hutabarat *)

Yesaya 43:7 “semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!"

Ciptaan Allah

Konteks pada Yesaya 43:7 dialamatkan ke orang Israel yang sangat parah moralnya, walaupun mereka tetap mengidentifikasikan diri sebagai orang yang percaya Allah. Mereka hanya percaya secara rohani saja. Ibarat seorang aktifis gereja yang kelakuannya tidak beda dengan orang tidak percaya, malah lebih jahat. Konsekuensi logis kita diciptakan Allah adalah paling cocok dipakai Allah. Apa yang diciptakan paling cocok dipakai sang pencipta. Terminologi (istilah) mencipta adalah membuat dari “tidak ada” menjadi “ada”. Jadi tidak dikatakan “mencipta lagu” tapi “menggubah lagu” karena semua nada sudah ada (tinggal digunakan saja). Sebuah mike (pengeras suara) dibuat manusia dan paling cocok dipakai oleh manusia sendiri (tidak cocok dipakai gajah misalnya).  Seorang misionaris pergi ke pedalaman Afrika dengan membawa gitar akustik not elektrik dan masuk ke suku pedalaman yang ganas. Gitarnya menjadi daya tarik sendiri karena memiliki nada ritmis, melodis dan harmonis. Saat beberapa nada dipukul secara harmonis, maka ia menghasilkan bunyi yang menjadi daya tarik sendiri bagi suku pedalaman tersebut sehingga gitarnya menjadi sarana untuk penginjilan. Setelah 3 tahun melayani di sana, ada anggota keluarganya yang meninggal di Amerika sehingga ia meminta ijin untuk pulang. Saat meminta ijin, kepala suku meminta agar gitarnya ditinggal. Permintaan tersebut dikabulkan tetapi sang misionaris lupa mengajarkan cara penggunaannya. Saat digunakan oleh kepala sukunya dan anggota suku lainnya hanya menghasilkan suara yang sumbang. Lama-lama mereka menjadi jenuh. Akhirnya gitar tersebut ditaruh dan dibiarkan teronggok di pojok. Suatu kali ada seorang bapak dari suku tersebut menjemur kayu bakar. Karena tumpukan kayu selalu jatuh , maka ia membutuhkan tali. Dia melihat ada “tali” di gitar tersebut, lalu diambil dan dipakainya untuk mengikat kayu bakar. Sebagai tali, senar gitar tersebut memang bisa berguna. Tapi kalau bisa bicara, tali senar gitar tersebut akan berkata, “Aku diciptakan bukan untuk mengikat kayu bakar”. Lama-lama semua senar gitar dipreteli dan jadi “ompong”. Beberapa lama kemudian tibalah musim kemarau, sehingga semua orang membutuhkan air yang untuk mendapatkannya harus turun cukup jauh ke bawah. Untuk mengangkat air tersebut diperlukan wadah. Akhirnya digunakan bodi dari gitar tersebut. Namun tidak sampai 2 minggu, wadah berupa bodi tersebut bocor karena memang tidak diciptakan untuk berfungsi sebagai ember. Kita sebagai mahluk ciptaan Allah, harus cerdas guna mengetahui “Untuk apa diciptakan Allah”. Karena ibarat rumah, akan awet bila dipakai (tidak dibiarkan kosong).

Gambar Allah dan Kuasa

Tuhan menciptakan kita dengan 2 kata kunci seperti yang dicatat pada Kej 1:26  Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita (imago Dei), supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Antara kalimat pertama (Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupka Kita) dan kalimat kedua (mereka berkuasa ….) ada kata penghubung “supaya”. Kata tersebut menjelaskan hubungan “sebab-akibat”. Seperti pada kalimat, “Makanlah semangkok bakso supaya kenyang”,  “kenyang” itu akibat dari penyebab “semangkok bakso”. Jadi agar kata supaya menunjukkan kalimat pertama sebagai kunci. Allah mencipta manusia menurut gambarNya supaya punya kuasa. Kalau ada gambar Allah maka ada kuasa. Kita diciptakan menurut gambar Allah jadi fungsinya untuk memuliakan Allah kapan dan dimana saja. Ibarat foto kita yang merupakan gambar dari diri kita. Foto tersebut menceritakan tentang kita sendiri kapan saja dan dimana saja. Foto kita diletakkan di ruang tamu tetap menceritakan kita. Dipindahkan kemana pun  menceritakan tentang kita. Ia tidak akan merajuk walau dipindahkan ke dapur. Orang Kristen memuliakan Tuhan bukan saja di gereja. Jadi jangan melihat kerohanian saya waktu saya berkhotbah, tetapi lihatlah apakah saya rohani di rumah supaya mengerti apa arti melayani Tuhan. Lihatlah kerohanian orang Kristen waktu di”pepet” saat sedang mengemudia, apakah ia balas me”mepet” balik? Ada pengkhotbah saat membawakan khotbah gemetaran namun  saat menyetir ia membuat  orang lain jadi gemetaran. Jangan melayani Tuhan kalau tidak benar di jalan raya (jangan hanya benar waktu menjadi aktifis di komisi remaja atau saat sedang berkhotbah). Tidak ada jaminan lulusan S1 teologia bisa melayani Tuhan. Juga orang yang bertitel Doktor Teologi atau Master Teologi. Ini penting sekali. Saya mengajar banyak mahasiswa di sekolah teologia, di antara mereka mungkin saja ada yang tidak bisa percaya. (seperti juga Yudas Iskariot, murid Tuhan Yesus yang menolakNya). Seringkali pikiran (mindset) kita masih sama dengan dunia ini. Ini berbahaya. Oleh karena itu kita sebagai gambar Allah seharusnya menyenangkan hati Allah dimana pun kita berada, takutlah akan Allah dan lakukanlah apa yang disenangi Tuhan. Kalau begitu memakai jubah kependetaan, saya kelihatan agung, lembut, berhikmat, tetapi begitu pegang setir lalu berubah, maka akan menjadi kacau. Ada jemaat yang saat menyembah angkat tangan dengan gemetar. Waktu pulang istrinya “gemetar” dengan dia, tapi lembut dengan istri orang. Itu namanya munafik, muka nabi fikiran kacau. Melihat orang melayani Tuhan, lihatlah perlakuannya di rumah. Jangan sampai di rumah malas sekali, joroknya minta ampun. Maka karena kita adalah gambar Allah  di manapun kita menyenangkan hati Allah, maka kita punya kuasa dan menjadi teladan. Seharusnya orang Kristen menjadi “terang dan garam” bagi orang lain . Orang seperti itu yang cocok menjadi aktifis gereja. Karena ada gambar Allah maka ada kuasa.  Ibarat uang kertas Rp 100.000, yang gambarnya ditentukan pemerintah RI. Karena ada “gambarnya”, uang itu punya “kuasa” sebagai alat bayar

Dosa Menghilangkan Gambar Allah

Yang dicecar iblis adalah gambarnya. Yang membuat gambar hilang, adalah dosa. Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Dosa artinya ketidaktaatan (tidak sesuai sasaran atau meleset). Pada Kej 1:16-17 dikatakan Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,  tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." Bukan masalah apa buahnya yang dimakan, tetapi mau taat atau tidak. Itu konteksnya. Adam-Hawa tidak taat, dan itu dosa. Mencuri itu berdosa karena tidak taat. Kasar dengan istri, berdosa karena tidak taat. Istri “menanduk” mertua itu berdosa karena tidak taat. Manusia tidak taat sehingga hilang kemuliaan Allah.

Dosa adalah Hal yang Paling Serius

Apa yang paling serius dalam hidup adalah tidak taat, dosa. Bukan kematian atau kanker yang menjadi hal yang paling serius, tetapi dosa. Tidak terkecuali, semua orang biarpun ia baik, benar atau hamba Tuhan yang sungguh-sungguh akan mati juga, sehingga kematian tidak serius. Rasul Paulus berkata, “Hiduplah untuk Kristus” dan  mati itu tidak serius. Kematian adalah mujizat dalam kebenaran. Sedangkan doa kesembuhan hanya sampai limit tertentu lebih dari itu pembodohan. Orang Kristen tidak anti kesembuhan tapi jangan mengutamakan kesembuhan. Yang serius dosa bukan penyakit, karena upah dosa adalah maut. Suatu hal itu serius atau tidak dilihat dari akibatnya. Bila melebihi, limit berikutnya bisa menjadi kejahatan bagi Tuhan. Suatu kali datang seorang nenek kepada saya. Dia minta untuk mendoakan ibunya. Dia saja sudah berusia 78 tahun sedangkan ibunya 98 tahun. Dia minta agar ibunya yang sakit-sakitan agar didoakan supaya sembuh. Itu pembodohan kalau minta disembuhkan terus, karena sudah terlalu tua. Bukan kesembuhan yang utama! Jangan bangga kalau setelah berdoa, orang yang kita doakan menjadi sembuh. Pendeta “dukun” dan dukun sama fokusnya yaitu kesembuhan. Kalau orang sembuh dari sakit penyakit, tidak ada sukacita di surga , karena Tuhan tidak meletakkan sukacita pada kesembuhan. Contoh pada Lukas 17, ada 10 orang penderita sakit kusta yang datang ke Yesus dan semuanya sembuh, namun hanya 1 yang menyenangkan hati Tuhan. Karena Tuhan tidak meletakkan sukacita pada kesembuhan. Hanya orang yang sembuh yang senang. Tapi Alkitab dikatakan Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk 15:7).  Banyak orang mati dulu baru mau tobat, itu sudah kadaluarsa (expired). Jangan yang tidak utama jadi utama dan sebaliknya. Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang (2 Kor 11:14). Ia memakai nats Alkitab (yang pakai primbon levelnya hanya “kopral”nya iblis). Hal ini terlihat di mana setelah puasa 40 hari, Yesus digoda dengan firman. Jangan jadi aktifis gereja bila menekankan yang tidak utama. Yang utama adalah dosa. Bukan sakit kanker. Kalau pasangan, atau anak atau orang tua meninggal, itu hal yang tidak serius. Tapi kalau mati tanpa mengenal Yesus itu baru serius. Kematian bukan serius, karena semua mengalaminya. Dosa itu serius. Hal ini penting supaya kita mengerti untuk apa jadi aktifis gereja dan melayani.

Dosa itu Serius!

Serius atau tidak suatu masalah, dilihat dari sebab-akibat. Antara kanker dan bisul, kanker lebih serius karena bisa mengakibatkan kematian sedangkan bisul hanya mengakibatkan rasa cenut saja. Dosa itu serius . Melihat serius atau tidak, lihat dari siapa yang turun tangan mengantasinya. Kalau di Mal Cental Park ada kejadian (mobil hilang atau orang meninggal) lalu yang turun tangan Kapolsek Tanjung Duren. Maka bila ada kejadian yang lebih serius maka yang turun Kapolda misalnya ada teroris atau bom C4. Kalau sampai ada kejadian yang turun tangan Kaporli, Kapolda, Kapolsek ditambah presiden SBY muncul di TV, itu serius sekali. Hanya orang Kristen yang tahu dosa itu serius karena Tuhan yang turun tangan.

Dosa itu serius. Banyak yang mau melayani, tetapi tidak mau melihat dosa sebagaimana Tuhan melihat dosa. Sehingga banyak orang lebih takut penyakit daripada dosa. Ada ibu yang melawan suami , itu dosa. Kalau melawan suami dengan alasan apapun jangan melayani Tuhan. Kalau tahu perbuatan atau kebiasaan itu dosa, jangan dipelihara. Jangan tenang hidupmu karena dosa. Bisa menjadi aktifis secara organisasi (di gereja), tetapi dihadapan Tuhan tidak. Tuhan tidak bsia dibohongi. Ada seorang Bapak dengan pangkat kolonel  dan merupakan seorang panatua di suatu gereja. Dia bertanya, “Memang merokok berdosa?.  Kan tidak tertulis di Alkitab”. Saya balik bertanya , “Bapak kolonel atau kopral? Bukan berarti bila tidak tertulis itu tidak berdosa. Kalau semua dosa ditulis ,itu kitab dosa namanya (bukan Alkitab). Pak sebenarnya itu dosa atau tidak, apakah merokok itu berguna dan membangun?” Karena merokok tidak usah di Alkitab, tapi di bungkus rokok sudah ditulis apa akibatnya bila merokok yaitu kanker, impotensi, jantung dll. Sang colonel kemudian menyalakan rokok di depan saya sambil berkata dengan sombongnya “Ji sam su , jiwa sampai surge”. Namun kemudian dia menderita penyakit kanker paru-paru dan dokter pun akhirnya memintanya berhenti merokok. Bagaimana kita melayani dengan benar bila tidak melihat dosa dengan serius? Kita melayani kegiatan rohani, karena tahu siapa Pencipta dan Penebus kita. Orang seringkai tidak melihat dosa serius, tapi melihat penyakit lebih serius. Kalau sakit disembuhkan itu dianggap baru mujijat. Sehat sakitpun mujijat. Ada jemaat di Pondok Indah yang saya bimbing. Istrinya ke gereja sedangkan suaminya tidak mau.  Sang suami tinggi ganteng tapi suka berzina. Saya berkata, “Pak, jangan kasar dengan istri”. Dia menjawab, “Dia kan saya yang kasih makan, bukan pendeta yang kasih makan!”. Saya berkata lagi,”Pak, bagaimana melihat istrimu yang berdarah-darah? Itu tidak baik!” Namun dia tetap tidak mau dibimbing. Begitu saya pulang, ia keluar sambil mengejek,”Nanti kalau ke gereja, salam sama Yesus ya!” Sombong sekali. Beberapa tahun kemudian dia sakit kanker prostat dan parasnya menjadi lembut. Waktu saya membesuknya di RS Pertamina dia berkata, “Pak saya tidak mau memukul istri lagi. Pak pendeta, ampuni saya!”.  Banyak orang kalau sehat sombong sekali , namun saat sakit parah menjadi lembut. Jangan katakan penyakit itu lebih serius dari dosa. Dosa lah yang lebih serius.

Banyak orang menganggap dosa itu tidak serius, sehingga kalau berbuat dosa tidak ketahuan merasa aman. Ini menyeramkan. Bapak yang selingkuh tidak ketahuan lalu mengucap terima kasih karena tidak ketahuan. Dosa lebih serius dari penyakit. Jadi kalau ketahuan dari awal lebih baik. Maka katakana ke Tuhan, “Luar bisa pengorbananMu di kayu salib, sehingga aku tidak mau lagi pilih dosa. Tetapi, kalau sampai aku berbuat dosa, tolonglah sampai aku ketahuan. Bila perlu sedikit dipermalukan, supaya kejadian tidak enak ini, melatih saya tidak cocok dengan dosa”. Bukan orang lumpuh didoakan lalu berjalan yang “keren” tapi tidak berdosa itu yang keren, Supaya kita mengerti mengapa diciptakan Tuhan. Kalau perlu kita sering dikasih penyakit untuk mengerti. Sebaiknya saat berbuat ketahuan, bila perlu dipermalukan.

Pentingnya Ketaatan

Banyak orang tidak melihat dosa itu serius. Ada yang tidak mencuri, berzina bukan karena sudah bertobat tapi karena belum ada kesempatan. Mujijat besar adalah Yusuf yang bekerja di rumah Potifar.  Istri Potifar meminta semua pembantu yang lain untuk pergi jauh-jauh, hanya Yusuf diminta tinggal. Sehingga rumahnya sangat sepi. Tidak ada orang. Lalu istri Potifar menggodanya. Yusuf berlari. Yusuf punya kesempatan berzina dan dijamin tidak ketahuan, tapi ditinggalkannya. Itu mujijat hebat. Sakit sembuh tidak berorientasi kekekalan. Sembuh hanya menunda kematian. Maka bila ada yang didoakan sembuh, saya mengingatkan “ibu bisa mati lagi”. Mana ada orang sakit sembuh dan tidak mati-mati? Maka jangan berbuat dosa lagi supaya tidak terjadi yang lebih buruk kepada engkau. Bila ada kesempatan berbuat dosa dan dijamin tidak ketahuan, jangan lakukan! Kalau tidak ketahuan sampai seumur hidup, maka akan hancur. Ketika Yesus datang ke dunia, Ia menebus dosa kita. Kita telah dibeliNya. Hal ini berarti kalau dibeli harus jadi budak si pembeli. Maka setiap orang percaya (bukan hanya pendeta atau penginjil) adalah hamba Tuhan. Kalau bisa “dipanggil” jadi aktifis, maka seharusnya kita terharu. Kalau tahu pengorbanan Tuhan kita akan sangat terharu. Menjadi aktifis itu adalah penghargaan. Setiap orang percaya adalah hamba Tuhan. Fungsi hamba adalah mentaati tuannya. Jangan sampai seperti “keakraban” dengan Tuhan, sehingga tidak mau baca Alkitab dan melaksanakannya. Di dalam Alkitab ada perintah , Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!(Roma 12:17), Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. (Ef 6:1), maukah kita menjalankannya? Ada anak yang disuruh membantu orang tua tidak mau. Umumnya kala berdoa, seringkali kita lah yang meminta Tuhan untuk melakukan sesuatu untuk kita. Tuhan menjadi pembantu kita. Jangan pernah meminta untuk dipimpin Tuhan kalau kita sendiri tidak suka dipimpinNya,

Para aktifis gereja harus mengerti bahwa kita harus melakukan kesukaan dan kehendak Tuhan. Suatu kali saat istri sedang pergi, suaminya meminta pembantu untuk membeli bahan masakan yang sudah direncanakan sang istri. Sang suami berkata, “Mbak, tadi sebelum pergi ibu sudah meninggalkan catatan untuk dibelikan ikan teri, sambal, daun singkong, kelapa”. Lalu sang pembantu pergi. Beberapa lama kemudian, tercium bau kambing. Saat ditanya , si pembantu menjawab, “Saya suka daging kambing dan tidak suka teri”. Jadi sang pembantu tidak melakukan apa yang diminta dan hanya melakukan apa yang disukainya. Akhirnya sang pembantu pun dipecat. Jadi kita jangan bicarakan kesukaan kita, tapi bicarakan kesukaan Tuhan. Jangan nekad mencari kesukaan kita. Jadi kalau kita melakukan pembesukan, walaupun banjir juga tetap dikunjungi. Bahkan biarpun orang yang akan dikunjungi “melawan” pun tetap kita kunjungi. Ada orang kaya yang suka melakukan kekerasan dalam rumah tangga walaupun fisiknya menawan. Suatu kali istrinya datang ke rumah saya sambil menangis, rupanya ia baru saja dipukul suaminya. Saya pun mendatangani rumah mereka namun sang suami mengusir. Saya tetap berdiri di depan pintu. Wlaau mau diteriaki maling, saya tetap berdiri di depan. Setelah menunggu sampai pagi, akhirnya dia keluar juga dan  sambil menangis berkata, “Pak Pendeta sabar sekali”.Jadi bukan bicara kesukaan diri tapi kesukaan Tuhan , bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Orang benar dikejar berkat bukan mengejar berkat. Jangan hormati berkat. Lebih mahal diri kita dibanding berkat. Tuhan mati untuk kita bukan untuk benda (seperti mobil Mercy dll). Kita bernilai karena Yesus adalah Tuhan kita. Jadi jangan bicara kesukaan diri seperti yang dikatakan pada Matius 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Sehingga tidak banyak hamba Tuhan di mata Tuhan. Walau banyak hamba Tuhan dan aktifis di organisasi gereja banyak, tapi yang menyenangkan Tuhan sedikit. Ketika bertobat dan lahir baru, kita menjadi anak Allah, konsekuensi anak ikut orang tuanya. Contoh : anak saya rambutnya keriting seperti saya, matanya segaris karena keturunan Tionghoa seperti istri saya. Kalau anak kami tingginya 2,2 meter, maka diketawakan karena kami berdua pendek. Jadi kalau kita jadi anak Allah maka kita mirip Allah. Cape atau tidak, ngantuk atau tidak, kita harus  bangun pagi untuk membaca Alkitab. Begitulah seharusnya. Saat orang Islam sembahyang subuh, banyak orang Kristen masih tidur mendengkur. Aktifis bukan sekedar apa yang digariskan gereja. Kita tidak berbobot kalau tidak menyenangkan Tuhan. Kalau diminta bantuan mencuci piring malas, bagaimana melayani Tuhan? Juga kalau kasar terhadap pasangan bagaimana melayani Tuhan? Padahal tukang cabe yang hidupnya sederhana, ada yang sikapnya sungguh-sungguh melayani Tuhan. Ada orang yang sekolah teologia tapi hatinya tidak melayani Tuhan. Harus ada dasar dalam melayani Tuhan setiap hari. Mulailah dari pagi hari  berlutut, berdoa, membaca Alkitab, Itu “keren” sekali. Ibarat gedung-gedung di Sudirman dan Thamrin yang keren sekali karena memiliki pondasinya kuat. Kerohanian tanpa pondasi yang kuat, akan mudah jatuh. Kalau gedungnya 20 lantai tapi pondasinya hanya  30 cm, maka gedungnya akan runtuh. Jangan bicara aktifis gereja kalau hobinya jatuh dalam dosa. Bersekutu dengan Tuhan itu bagus. Banyak buku rohani yang bagus. (misalnya : Santapan Rohani). Bila tidak bergairah dalam membaca Alkitab setiap hari, maka bohonglah kalau mau jadi aktifis. Membaca Alkitab setiap hari tidak mudah. Itu latihan untuk menyangkal diri dan melayani Tuhan. Walau lelah dan mengantuk, tetap harus membaca Alkitab dan orang seperti ini yang digunakan Tuhan. Kuatkan kerohanian kita walau tidak popular! Mulailah membiasakan diri setia  pada Tuhan! Mulailah proses menyangkal diri!

Ibarat retreat yang diadakan di luar kota, pasti ada panitianya.  2 minggu kemudian, setelah selesai ibadah diedarkan 2 album foto terkait retreat tersebut. Bagi yang akan pesan dapat melihat foto-fotonya pada album tersebut. Bagi yang mau pesan, dapat menuliskan mencatat pesanannya. Para peserta retreat pun kemudian mencari fotonya sendiri. Bila tidak dirinya dalam fotonya, maka akan dilewati. Demikian juga saat Tuhan nanti datang, Dia akan mencari gambar Dia. Walau aktif ikut koor, tapi bila tidak ada gambarNya, maka kita akan dilewati. Demikian juga hamba Tuhan yang tidak ada gambarNya , tidak akan diajak masuk ke surga. Memiliki gambar Allah berarti menyenangkan hati Allah, bukan saja di gereja tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Di rumah ketahuan kita rohani atau tidak. Apalagi saya sekolah teater, lebih gampang lagi. Pulanglah , apa saja yang tidak menunjukkan ketidaktaatan, tinggalkan! Kalau tahu perbuatan itu dosa, jangan ulangi.

Jaga hubungan baik dengan Tuhan. Lelah atau tidak, mengantuk atau tidak, kita tetap harus  baca Alkitab setiap hari. Renungkan kemudian minta tolong Roh Kudus untuk mempraktekkan (melakukan) nya. Itu tujuannya. Khotbah atau iman tanpa perbuatan adalah mati. Aktifis yang tanpa perbuatan adalah mati. Kalau jatuh  dalam melakukan perbuatan, bangunlah lagi. Jangan tinggal dalam dosa! Tahun ini saya sudah melayani Jangan hanya khotbah saja, tapi kita lakukan apa yang dikhotbahkan. Di mana pun berada, taati peraturan. Bila lampu lalu lintas berwarna kuning, maka kita siap berhenti (jangan malah memacu kecepatan). Sopanlah dalam berkendaraan di jalan raya. Kalau orant tua berbicara, hormatilah mereka. Lakukanlah hal-hal tersebut untuk mengerti Tuhan yang mau mati bagi kita. Supaya bila gambar Allah ada, maka kita hidup enak dan tenang. Di rumah atau di sekolah ada damai. Ketika difitnah juga ada damai. Dalam situasi bagaimana pun kita menjadi berkat. Kita menjadi surat terbuka untuk melayani Tuhan. Kita tahu untuk apa kita diciptakan dan ditebus.

*) Seorang sarjana teater dan musik, dosen drama musical. Istrinya keturunan Tionghoa seorang Sarjana Teknik Kimia.  Suami-istri kemudian masuk sekolah teologia. Memiliki sepasang anak (laki dan perempuan). Saat ini beliau menjadi         Gembala Sidang di GKRI Jemaat Pondok Indah.

No comments:

Post a Comment