Sunday, December 29, 2013

Eben Haezer – The Stone of Help

Ev. Susan  Kwok

1 Sam 7:11-13
11  Keluarlah orang-orang Israel dari Mizpa, mengejar orang Filistin itu dan memukul mereka kalah sampai hilir Bet-Kar.
12  Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: "Sampai di sini TUHAN menolong kita."
13  Demikianlah orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi memasuki daerah Israel. Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel,

Pendahuluan
Kita hidup dalam iman Kristen (kita diajar dogma- doktrin Kristen) dan kita coba hidup di dalamnya. Namun apa yang kita lakukan (termasuk pada tahun 2013) banyak yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan.
1.     Sikap melecehkan (tidak menghormati). Dalam tayangan video music di TV, ada seorang penyanyi remaja putri Barat yang tampil dengan mengenakan asesoris salib besar dan latar belakang seperti gereja katedral yang megah sekali. Namun lagu yang dinyanyikannya bukan lagu rohani melainkan lagu sekuler. Di samping itu cara berpakaiannya juga tidak bernuansa rohani. Dengan baju model tank-top  (baju tanpa lengan) berleher rendah ditambah celana yang dikenakan sangat pendek, ia menari mengikuti music dengan aksinya yang seronok. Rantai salibnya berayun sesuai dengan tariannya disoroti dengan latar belakang bangunan gereja. Ini merupakan kesalahan intepretasi (pemahaman) yang selanjutnya menimbulkan kesalahan kelakuan. Ekstrim yang satu ini begitu meremehkan simbol salib dan menganggap gereja tidak ada artinya apa-apa. Demikian menjatuhkan, melecehkan dan tidak menghormati.
2.     Sedemikian menghormati sampai-sampai yang dihormati benda bukan Allah. Beberapa tahun lalu pernah ada diskusi yang menimbulkan persitegangan di gereja. Ketika itu panitia natal ingin membuat panggung berundak buat para penyanyi di altar gereja, sehingga penyanyi tidak mengambil tempat duduk yang akan diprioritaskan  untuk mengantisipasi pengunjung yang banyak datang saat perayaan natal. Untuk itu mimbar akan digeser sedikit (½ m). Hal ini menimbulkan perdebatan yang luar biasa. Ada yang minta tidak boleh digeser sedikitpun karena itu kudus, tempat khotbah dan mimbar perjamuan kudus. Padahal saat mendekor, koster gereja naik ke meja perjamuan dan mimbar. Ada panatua gereja yang melihat tetapi membiarkannya saja sehingga menimbulkan ketidakkonsistenan.
Ekstrim yang satu begitu merendahkan, ekstrim yang lain begitu mendewakan seolah-olah meja perjamuan kudus itu Tuhan itu sendiri. Yang pertama  menganggapnya sebagai tanda Allah hadir, yang lainnya sebagai pengganti Allah. Ini yang harus diwaspadai. Karena Tuhan tidak ingin manusia melecehkan diriNya dan Dia tidak mau manusia mengantikan diriNya dengan benda-benda. Semua harus ditempatkan pada porsi dan sikap yang benar.

Eben-Haezer
Eben-Haezer adalah batu yang didirikan nabi Samuel untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa dengan pertolongan Tuhanlah maka bangsa Israel dapat memenangkan pertempuran melawan bangsa Filistin setelah 20 tahun tidak mampu menang perang melawan bangsa tersebut. Setelah bangsa Israel menang, nabi Samuel mendirikan tugu dan menamakannya Eben-Haezer yang berarti “Sampai di sini Tuhan menolong kita.” Mungkin kita hanya tahu ada 1 kata Eben-Haezer (1 Sam 7:12). Ternyata kata itu muncul juga dalam konteks yang jauh berbeda (1 Sam4:1b) dan itu berhubungan dengan apa yang disampaikan dalam ilustrasi di atas. 1 Sam 4:1b-2 Orang Israel maju berperang melawan orang Filistin dan berkemah dekat Eben-Haezer, sedang orang Filistin berkemah di Afek.  Orang Filistin mengatur barisannya berhadapan dengan orang Israel. Ketika pertempuran menghebat, terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin, yang menewaskan kira-kira empat ribu orang di medan pertempuran itu.
Pada 1 Sam 4:1b, ternyata Eben-Haezer merupakan kota yang menjadi kenangan buruk buat bangsa Israel. Sangat ironis dan menyedihkan karena di kota Eben-Haezer, mereka kalah dari orang Filistin menewaskan sekitar 4.000 orang. Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: "Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita." (1 Sam 4:3). Tetapi di sinilah kesalahan orang Israel. Mereka begitu menghormati Tabut Tuhan (Ark of God yang berisi 2 loh Batu dimana tertulis Sepuluh Perintah Allah, tongkat Harun, dan roti manna) dan menjaganya luar biasa. Itu sikap yang baik tetapi cara menghormati yang salah. Mereka berpikir, karena Tabut Tuhan jauh maka mereka kalah. Pemahaman mereka salah dengan membatasi Tuhan seperti manusia. Mereka punya konsep seolah-olah benda itu punya kekuatan untuk menolong mereka. Hal ini seperti menganggap anggur perjamuan kudus setelah didoakan punya kekuatan untuk menyembuhkan atau ada yang menaruh Alkitab di bawah bantal supaya bisa tidur enak (aman). Seolah-olah benda punya kekuatan magis . Ini yang ada dalam pemahaman orang Israel sehingga mereka berpikir dengan membawa Tabut Tuhan , mereka akan menang dari orang Filistin. Namun ternyata setelah Tabut Tuhan ada di tengah mereka, justru mereka kalah lebih hebat! Yang gugur dari orang Israel sebanyak 30.000 orang pejalan kaki (sebelumnya hanya gugur 4.000 orang). Tuhan tidak menolong karena konsep (pemahamannya) salah. Orang Israel dibiarkan kalah agar mereka bisa mengevaluasi diri dan berbalik dalam pemahaman yang benar. Allah tidak akan membiarkan umatNya hidup dalam konsep yang salah. Sikap refleksi diri perlu dilakukan oleh setiap orang percaya (bukan bangsa Israel saja) dan setiap hari (bukan hanya di akhir tahun). Sebelum menutup mata untuk istirahata di malam hari, kita melakukan refleksi diri (kesalahan apa yang telah dibuat hari ini, kelakuan apa pada hari ini yang mendukakan Tuhan) sehingga kita tidak hidup terus dalam kesalahan.

Eben-Haezer bukan tugu kemenangan tapi kota yang awalnya membawa kenangan  pahit karena bangsa Israel kalah dua kali dengan korban tewas 4.000 dan 30.000 orang. Walaupun bangsa Israel kalah, namun pada 1 Samuel pasal 5 dan 6 terbukti bahwa Allah kita tidak perlu dibela oleh manusia. Allah tidak perlu pertolongan manusia tapi manusialah yang perlu dibela Allah. Allah membuktikan terlebih dahulu siapa Allah yang sejati. Setelah mengalahkan orang Israel, orang Filistin mengangkat tabut Allah dan menaruhnya di kuil mereka dan disejajarkan dengan Dagon (dewa Filistin).  Tetapi keesokan pagi harinya, patung Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut TUHAN  dengan kepala Dagon dan kedua belah tangannya terpenggal dan terpelanting ke ambang pintu, hanya badan Dagon itu yang masih tinggal. Padahal patung itu besar! Itu bukan perbuatan tangan manusia. Para imam Dagon akhirnya meminta agar tabut Tuhan dipindahkan. Namun setiap kota Filistin yang disinggahi tabut Allah, orang-orangnya dihukum Tuhan (kena borok dan mati). Tuhan tidak kejam, namun Tuhan ingin meperlihatakn bahwa orang Filistin tidak boleh melecehkan Allah. Ini memperlihatkan bukan orang Israel yang menunjukkan Allahnya yang sejati ke orang Filistin tapi Allah sendiri. Akhirnya para imam Filistin angkat tangan dan meminta agar tabut Tuhan dibawa ke Israel dengan memberikan korban penebus salah yaitu emas. Orang Filistin memindahkan tabut Tuhan karena takut malaptetaka, bukan karena percaya itu perbuatan Yahweh, atau menunjukkan pertobatan mereka. Akhirnya tabut Tuhan tinggal di Kiryat-Yearim (1 Sam 7) dan tinggal di sana selama 20 tahun dan selama itu  bangsa Israel dijajah bangsa Filistin. Lalu pada 1 Samuel 7:3, Nabi Samuel menegur bangsa Israel, "Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah hanya kepada-Nya; maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin."
Bangsa Israel bangsa yang tegar tengkuk (bandel, keras hati). Ternyata selama 20 tahun, mereka selain menyembah Allah, mereka juga menyembah patung dan allah (dewa) yang lain. Mereka tidak sepenuh hati percaya pada Allah. Itu sebabnya tidak ada sukacita atas kebaikan Tuhan yang melimpah-limpah. Orang yang mendua hati , hidupnya tidak tenang. Hal yang sama terjadi pada pasangan yang berselingkuh. Hidup seperti ini tidak tenang. Bangsa Israel ada damai sejahtera dan Tidak bisa merasakan Tuhan sanggup untuk menolong hidup mereka. Selaku hamba Tuhan, nabi Samuel mengingatkan umat Israel agar fokus, tulus, dan hanya beribadah pada Tuhan. Akhirnya bangsa Israel menyambut baik dan membuang semua dewa / patung lainnya. Di Mizpa mereka berdoa dan bertobat. Saat nabi Samuel sedang membakar korban bakaran di Mizpa, orang Filistin mendengarnya dan ingin menghancurkan bangsa Israel. Tapi Allah berperang bagi Israel dengan membuat suara guntur yang luar biasa sehingga orang Filistin bisa dikalahkan oleh orang Israel. Seumur hidup nabi Samuel , orang Filistin tidak menyerang orang Israel lagi. Ada damai selama nabi Samuel hidup. Ini sepertinya happy-ending. Sepanjang ada hamba Tuhan yang baik, orang Israel jadi baik. Setelah hamba Tuhan tidak ada, mereka balik lagi berbuat dosa. Pertobatan satu perkara, tetapi menjalaninya terus menerus satu perkara yang serius.
Setelah percaya dan dibaptis, itu baik namun tidak berhenti di sana. Selanjutnya bagaimana keselamatan dijalankan sehari-hati itu perkara yang lain. Tidak bisa hanya menjadi jemaat , dibaptis dan ikut perjamuan kudus, namun tidak memperhatikan hal-hal yang lain. Contoh karakter yang jelek, cuek, rasa malas tidak dipedulikan dan  jalan terus dalam dosa.  Tidak bisa begitu. Pertobatan itu harus dijalankan sehari lepas sehari tidak pernah berhenti. Ketika orang Israel menang, nabi Samuel kemudian mendirikan tugu, Eben-Haezer (sampai di sini TUHAN menolong kita) namun Eben-Haezer yang dulu jangan dilupakan. Ingat Tuhan menghukum bangsa Israel karena kesalahan mereka. Juga ingat bahwa Tuhan begitu mengasih umatNya, begitu mereka bertobat dan berbalik kepada Tuhan , Tuhan mencurahkan kasihNya dan kotanya menjadi simbol kemenangan.

Kilas Balik 2013
Di tahun 2013, bagaimana hidup pribadi kita di hadapan Tuhan? Kita mungkin masuk dalam masa penuh pergumulan dan kekalahan. Penuh dosa dan larut dalam dosa. Tetapi Tuhan hendak membawa kita kepada Eben-Haezer yang baru. Tuhan mau menolong supaya kita tidak hidup dalam kekalahan melainkan kemenangan. Bagaimana hidup pribadi kita? Apakah rajin bersaat teduh setiap hari? Adakah kita membaca firman Tuhan setiap hari? Itu sangat berpengaruh dalam kegiatan pribadi, keluarga, bisnis, pelayanan dan gereja. Kiranya di tahun 2014,  kita harus memulai sesuatu yang baru sehingga kita tidak hidup dalam hal yang lama, tetapi hidup dalam kemenangan. Tuhan bisa membangkitkan gerejanya melalui hamba Tuhan, majelis, aktifis, jemaat asal masing-masing punya hati mau dipakai Tuhan. Kalau semua tidak punya hati bersatu mau dipakai Tuhan, jangan harap ada perubahan dalam gereja ini. Kalau semua hanya berpangku tangan, mengkritik, dan tidak mau terjun maka jangan harap ada perubahan. Mau cari hamba Tuhan sehebat apapun tetapi kalau yang lain tidak bersatu hati , maka semuanya sia-sia. Kalau Israel tidak mau bertobat dan mau bersama-sama, maka hamba Tuhan sekaliber nabi Samuel sekalipun tidak bisa menolong mereka. Tidak perlu mengucapakan kata-kata yang “banyak”, karena Tuhan tahu isi hati kita. Bangsa Israel tidak perlu mengucapkan,”Saya baik kepada Tuhan” karena Tuhan tahu hati orang Israel yang mau berbalik. Proses yang dialami selama 2013, kita refleksikan. Baik di  rumah tangga, pekerjaan dan pelayanan kita. Mungkin ada yang menyakitkan. Terkadang hal yang menyakitkan merupakan konsekeuensi atau cara Tuhan untuk membentuk kita. Supaya bisa merasakan Eben-Haezer yang penuh kemenangan.
Kita mau jadi apa? Sebutir telur atau sepotong ubi? Telur dan ubi dimasukkan ke panci yang berisi air, lalu dididihkan. Setelah beberapa saat kemudian, kompor dimatikan. Ubi dan telurnya diangkat. Setelah melewati proses tersebut, keduanya jadi matang. Mereka mengalami hal yang sama dan titik didih air yang sama, tetapi tingkat kematangannya berbeda. Telur dari lembek (waktu mentah) ketika matang menjadi keras. Ubi sebelum diproses keras, setelah diproses matang menjadi lembut. Tidak berarti ubi lebih baik dari telur atau sebaliknya. Bila ada 2 orang percaya diproses Tuhan, mungkin keduanya mengeluarkan air mata. Tapi hasilnya bisa berbeda. Ada yang keluar dari 2013 dengan hati yang lembut, tapi ada yang keluar dengan hati yang sangat keras. Tidak ada perubahan. Kita mau seperti apa? Tuhan mau kita punya hati yang lembut supaya kita punya Eben-Haezer. Dia tidak menjanjikan yang muluk. Ia ingin kita berubah dari yang malas jadi rajin, dari jahat menjadi baik, dari keras hati menjadi lembut hati, dari cuek menjadi perhatian. Ia ingin kita seperti itu di segala bidang. Kalau terlalu keras terhadap anak maka suatu hari kita bisa kehilangan anak. Keras tanpa pemahaman yang benar perlu diperbaiki. Keras atau lembut kepada anak ada waktunya. Allah sanggup menolong bila ada yang tidak mungkin!

No comments:

Post a Comment