Wednesday, December 25, 2013

Berilah Segala yang Ada Padamu

Pdt Hery Kwok

Lukas 2:21-24
21   Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
22  Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
23  seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah,"
24  dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Pendahuluan

Suatu kali ada sebuah drama yang dimainkan 2 orang artis muda dengan latar belakang budaya Betawi. Kemudian terjadi dialog antara pemeran perempuan (Rohaye) dengan pemeran laki-laki (Rojali). Rohaye berkata, “Bang, aye sudah bosan karena abang ngomongnya sama terus kalau merayu. Abang selalu bilang, ‘pokoke abang paling cinta dengan Rohaye daripada orang-orang sekampung. Buktiin dong cinta abang, jangan hanya ngomong saja”. Rojali bingung bagaimana cara membuktikannya karena dia tidak punya apa-apa sementara pemuda lainnya pakai mobil atau motor untuk pacaran dengan Rohaye. Akhirnya Rojali tidak kehilangan akal dan berkata, “Rohaye kalau kamu tidak percaya, kamu boleh ambil belati dan belah dada abang”. Sementara Rojali baru selesai bicara, Rohaye masuk ke rumah. Rojali berpikir, “Wah pacar saya tidak bergeming dengan rayuan saya”. Kemudian Rohaye keluar dengan memegang belati yang panjang. Begitu Rojali melihatnya, dia langsung kabur. Rohaye berkata, “Katanya mau dibuktikan , kenapa baru dibawa sudah kabur?”

Pada khotbah sebelumnya disampaikan bahwa hati Allah yang memberikan anakNya harus diresponsi agar kita dapat memahami betapa besarnya kasih Allah itu. Bagi yang belum percaya kepada Kristus, hari itu ada keselamatan pada orang yang hatinya diberikan kepada Allah. Sedangkan bagi yang sudah percaya, Dia akan membentuknya sesuai dengan karakter rohani Kristus. Secara prinsip, Allah yang maha besar hanya meminta hati kita untuk diberikan kepadaNya.

Yusuf dan Maria, tokoh Alkitab yang memberi hati mereka pada Allah dan meresponsi nya dengan benar.
Setiap orang yang menyerahkan hati kepada Tuhan, ia adalah orang yang berani membayar harga dalam hidupnya untuk Tuhan. Memang Allah adalah Allah yang maha kaya yang tidak membutuhkan apapun dari manusia. Dia tidak membutuhkan uang, rumah atau segala hal materi lainnya. Allah yang empunya langit dan bumi , benar-benar Allah yang maha kaya dan kuasa dan tidak perlu apapun dari manusia. Namun di Alkitab diajarkan , waktu kita menyerahkan hati kita, Allah memberikan hati yang rela untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepadaNya.

Dalam bacaan kita ada 3 hal bagaimana Yusuf dan Maria memberikan hati dan hidup mereka :
1.     Yusuf dan Maria memberikan harga diri mereka kepada Allah dalam peristiwa natal. Kalau berbicara harga diri, itu adalah sesuatu yang paling tinggi dalam diri kita. Waktu dihina kita tidak terima karena harga diri itu berbicara tentang siapa kita. Tidak ada seorang pun di dunia yang mau harga dirinya diinjak oleh siapa pun. Bahkan seorang istri tidak rela kalau suami menginjak harga dirinya. Atau seorang anak luka hati waktu harga dirinya dilecehkan oleh orang tuanya. Namun kalau diperhatikan cerita tentang natal yang kita baca dalam kitab suci, waktu Yusuf tahu bahwa tunangannya sudah mengandung, dia berniat menceraikan Maria dengan diam-diam. Kitab suci memang menceritakan Yusuf adalah orang yang tulus hati sehingga tidak mau mencemarkan nama baik Maria. Namun kitab suci jujur mengatakan Yusuf ingin menceraikan Maria. Berbicara tentang kebudayaan Timur Tengah , kita bisa mengerti alasan Yusuf punya niat seperti itu. Dalam adat istiadat Yahudi kesucian hidup adalah sesuatu yang sangat penting.  Pada waktu mereka tidak hidup secara suci mereka akan dihukum rajam dengan batu. Contoh pada Yoh 8  ada cerita tentang perempuan yang kedapatan berzina akan ditimpuk oleh orang-orang sekotanya. Kitab suci menceritakan harga diri perempuan itu sudah dikoyakkan dan dihancurkan. Pada waktu Yusuf mendapat kabar dari malaikat bahwa Maria mengandung, maka sama seperti laki-laki manapun waktu akan menikah mendapatkan kenyataan bahwa calon istrinya sudah mengandung bukan dari dia , maka Yusuf memutuskan untuk menceraikannya diam-diam. Sejak zaman dahulu sampai zaman modern, laki-laki yang wanitanya mengandung dari orang lain pasti putus hubungan.  Tidak mungkin laki-lakinya bicara, “Puji Tuhan kamu sudah mengandung dari orang lain”. Pasti ia akan berkata, “Kamu kurang ajar karena kamu sudah melanggar kesucian”. Yusuf dan Maria harus menanggung prasangka dari masyarakat. Kita hidup di kota besar di zaman modern, akan merasa takut menghadapi masyarakat yang sangat ketat terhadap tradisi kesucian. Istri saya dari Bengkulu pernah bercerita , di kampungnya kalau kedapatan ada yang berhubungan sebelum menikah akan mendapat hukuman yaitu cuci rumah seperti cerita mandarin kuno. Itu merupakan aib yang harus ditanggung oleh orang yang berbuat salah. Dalam peristiwa natal ini, Yusuf dan  Maria memberikan kepada Allah harga diri mereka yang menjadi tantangannya.  Hati mereka yang sudah mereka berikan kepada Allah juga sebagai respon terhadap rencana Allah.

2.     Yusuf dan Maria memberikan waktu dan usaha mereka kepada Allah. Dalam Injil dikatakan Yusuf harus pergi ke Mesir , lalu pergi ke Galilea dan Yudea, itu berarti ia harus meninggalkan tempatnya berusaha. Sebagai seorang pengusaha kayu, ia bisa berusaha dan menghasilkan uang, tapi waktu malaikat menyuruhnya  pergi, iapun taat. Mungkin ini salah satu hal yang membuktikan mereka tidak menjadi kaya karena hidup mereka berpindah sehingga tidak bisa menabung dengan baik. Orang Tionghoa punya filosofi kalau berdagang harus bertahan. Jangan baru buka toko 2 bulan begitu terlihat sepi langsung tutup. Tapi terus buka, sampai orang yang lalu lalang menyadari ada toko yang menjual sesuatu. Itu merupakan kunci keberhasilan yang lahir dari filosofi orang Tionghoa. Yusuf waktu membuka usaha kayunya harus pindah berkali-kali memperlihatkan waktu dan usaha Yusuf nyata. Ada jemaat yang kalau diimbau untuk melayani atau datang ke gereja menjawab, “waktu saya susah” atau “saya sangat sibuk di kantor atau di toko”. Seringkali kita tidak berani memberikan waktu kita kalau itu harus diberikan kepada Allah. Ada banyak orang Kristen waktu hari perhentian, mereka memilih tidak pergi ke gereja karena itu waktu mereka libur bersama keluarga. Atau kalau tokonya ramai lebih baik tetap buka toko daripada ke gereja. Yusuf dan Maria memberikan waktu dan usaha mereka untuk Allah. Mereka tahu hati Allah yang sudah diberikan kepada mereka, diresponsi dalam hati dan dibuktikan dengan waktu dan usaha mereka.

3.     Yusuf dan Maria memberikan materi mereka kepada Allah. Alkitab menceritakan bahwa waktu Yesus berusia 8 hari, orang tuanya membawaNya untuk disunat. Pada hari yang sama, mereka harus mempersembahkan suatu kurban kepada Allah. Mereka membawa sepasang burung tekukur atau 2 ekor burung merpati. Artinya korban yang diberikan orang tua Yesus, adalah korban yang sangat sederhana. Mereka tidak bisa membawa kambing atau sapi untuk menyatakan persembahan mereka kepada Allah. Allah tidak menuntut dalam bentuk kuantitas pada orang memberi persembahan. Bagi orang yang susah, boleh memberikan sepasang merpati / tekukur. Kita tidak pernah diberatkan Allah supaya mengambil uang dari orang lain untuk memberi persembahan. Allah tidak melihat materi dalam bentuk kuantitas. Tapi Allah melihat kualitas persembahan dari Yusuf dan Maria. Dalam keterbatasan ekonomi, mereka berani memberi persembahan syukur mereka kepada Allah. Perkara memberi materi atau uang kepada Allah seringkali harus ditanamkan dalam diri kita. Waktu memberi persembahan kepada Allah, kita sering hitung-hitungan dengan Tuhan. Saya tidak mengajarkan untuk tidak boleh punya rencana untuk menabung, atau memberikan seluruh rekening kepada gereja Tuhan. Yang saya ingin sampaikan, jangan sampai waktu memberi hati kita melekat pada materi sehingga sulit memberi. Bagi Yusuf dan Maria walau kondisi ekonomi mereka minim, mereka memberikan persembahan dari hati mereka. Kita diajar dari lagu Sekolah Minggu, “persembahan dari kami sedikit sekali” sehingga sedikit terus tapi kalau makan banyak sekali.

Mari dalam momen natal ini, “berilah segala yang ada padamu” itulah respons kita kepada kasih Allah. Yusuf dan Maria memberikan keteladanan sebagai orang yang percaya kepada Allah. Mereka sudah memberi hati mereka,itu sehingga waktu mereka memberikan martabat, waktu , usaha dan materi itu bukan hal yang sulit bagi mereka. Mari jadikan momentum natal, dimana kita berani memberikan kepada Allah segala yang ada padaku untuk Allah. Pada waktu Allah memberi talenta kepadamu, apakah berani berikan kepada Allah dalam pelayanan kita? Di tengah kesibukan , kita berikan menjadi sesuatu yang berarti. Allah selalu memanggil orang yang melayani bukan dari orang yang pengangguran. Justru di tengah kesibukan Allah memanggil kita. Apakah di tengah kesibukan ,kita berani memberikan waktu kita? Seperti ibu-ibu pemain angklung tadi yang mau memberikan apa yang ada dalam diri mereka dalam hal talenta. Saya tidak punya kemampuan di alat music, dan saya tidak bisa main angklung atau suling. Terkadang saya iri melihat orang yang bisa main tapi tidak mau memberikannya kepada Allah. Jadikan momentum natal, berani untuk berikan uang dan harta untuk Allah. Yusuf memang tidak diceritakan kemudian memiliki ekonomi yang luar biasa, tetapi kitab suci menceritakan mereka tidak kekurangan dalam hidup mereka. Jangan pikir kalau berikan uang, kita menjadi susah dalam hidup. Allah terlalu hebat dan luar biasa dalam memberikan rejekinya kepada orang-orang yang percaya dan melayaniNya.


No comments:

Post a Comment