Tuesday, December 24, 2013

Berilah Hatimu!

Pdt Hery Kwok

Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Karena Begitu Besar Kasih Allah akan Dunia Ini
Berbicara ukuran, dunia punya ukuran dalam segala hal. Manusia membuat ukuran untuk hal-hal yang bisa kita ukur. Misalnya : seorang ibu pergi ke pasar mau beli daging sapi, “Bang beli daging sapi ¼ kg”. Kalau tidak disebutkan ukurannya, mungkin tukang dagingnya bisa berpikir sang ibu mau membeli sapi secara utuh. Atau waktu sang ibu berkata, “Bang beli cabe 1 ons” berarti sang ibu membeli cabe dengan ukuran berat. Hampir semua materi bisa dihitung dengan menggunakan berbagai ukuran. Untuk hal-hal yang tidak bisa dihitung secara materi , sebenarnya juga ada “hitungan”nya. Biasanya tidak disebut dengan kg, ons atau gram. Kalau seseorang diberi kue tar , maka ia akan bilang, “Kamu baik sekali”. Rasul Yohanes dalam suratnya ingin menyatakan kepada kita bahwa kasih Allah sungguh luar biasa. Untuk menyatakan agung dan mulianya kasih Allah, Rasul Yohanes mencoba memakai kalimat yang paling tepat. Kalimat itu ditulis dalam bahasa yang sederhana : “karena begitu besar kasih Allah”. Bagi Rasul Yohanes kasih Allah sedemikian besar sekali sehingga tidak bisa diukur oleh ukuran yang ada di dunia ini. Oleh karena itu kitab suci menulisnya sebagai  “begitu besar kasih Allah”. Karena tidak ada yang bisa menghitung (menakar)  kasih Allah yang sedemikian luas, tinggi dan besar. Rasul Yohanes mengatakan kasih Allah demikian besar karena Dia telah mengaruniakan anakNya kepada kita. Bagi Rasul Yohanes Allah memberi yang terbaik yaitu anakNya yang tunggal, Yesus Kristus. Tidak ada yang lebih berharga daripada anakNya sendiri untuk diberikan kepada dunia. Kalau kita punya anak, lalu ada seorang sahabat meminta anak tersebut, kita akan berpikir berkali-kali walau pun ia sahabat kita. Karena itu adalah anak darah daging saya, siapapun yang memintanya, berat bagi saya untuk memberikannya. Alkitab mengatakan bahwa Allah memberikan anakNya kepada dunia ini. Padahal yang dimaksud dunia adalah dunia yang menolak Allah sendiri. Dengan kata lain, Allah memberi anakNya kepada orang yang membenci Allah. Tidak ada orang yang mau memberi anaknya apalagi kepada musuhnya.  Mungkin kita berpikir bahwa anak kita nakal, tetapi tetap tidak akan diberikan kepada orang lain apalagi musuh kita. Dalam kitab suci Allah memberikan anakNya kepada orang yang membenci Allah. Orang-orang seperti ini dikasihani Allah sehingga Ia memberi anakNya yang tunggal. Itu sebabnya, adalah tepat Rasul Yohanes mengatakan “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini”. Waktu Dia berikan anakNya, sesungguhnya ia berikan hatiNya kepada dunia ini. Allah memberi diriNya sendiri kepada manusia!

Respon Hati Manusia terhadap Kasih Allah yang Begitu Besar
Mari kita pikirkan sejenis kasih Allah kepada kita. Tidak ada kasih yang lebih besar yang memberikan anakNya kepada kita. Itu sebabnya waktu kita merayakan natal, kita merayakan peristiwa kasih Allah sedemikian besar kepada kita. Namun pertanyaan, apakah natal yang menandakan kasih yang begitu besar menggetarkan hati kita? Mungkin kita sudah sering merayakan natal, tapi apakah setiap natal yang kita lewati mengingatkan kita akan Allah yang memberikan anakNya dan menggetarkan hati kita dengan kasih Allah yang sedemikian besar. Kita baru bisa merasakan getaran kasih Allah waktu hati kita meresponi kasih Allah kepada kita. Waktu hati Allah diberikan kepada anakNya , hati manusia harus meresponsinya. Kalau kita benar-benar meresponinya dengan hati, maka kita akan bergetar dengan kasih Allah. Itu sebabnya tema malam hari ini “Berilah Hatimu”. Waktu kita tidak memberi hati kita maka kita tidak merasakan kasih Allah yang sedemikian besar. Allah telah memberikan anakNya berdasarkan inisiatif Nya sendiri. Berbicara tentang criteria, manusia tidak ada yang baik. Kita memberikan sesuatu ke orang lain, karena ia sudah berbuat baik kepada kita. Tidak ada sedikitpun petunjuk dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa kita baik. Justru manusia yang telah memberontak itu adalah manusia yang membenci Allah. Allah tahu bahwa manusia akan binasa dalam kekekalan maka Dia memberikan anakNya kepada kita. Ayat 16 harus dipahami dengan tepat, bahwa Allah memberikan anakNya untuk dunia. Yaitu dunia yang pasti dihukum karena sudah memberontak kepada Allah. Dunia yang akan masuk ke dalam penghakiman dan penghukuman yang kekal selama-lamanya. Kalau kita tidak mengerti tentang hukuman maka kita tidak tahu betapa hebatnya kasih Allah. Kita baru mengerti betapa berharganya air sewaktu kita mengalami kehausan luar biasa. Waktu Allah memberikan anakNya kepada duhia, dunia itu adalah dunia yang pasti dihukum. Zaman sekarang dunia ini, sering memberikan kesan bahwa neraka tidak terlalu mengerikan.  Ada lelucon seorang pengusaha yang kaya dibawa ke neraka. Waktu ia di neraka , ia heran melihat orang seedemikian banyak di pinggir kolam. Namanya juga pengusaha, walau beraa di neraka otaknya tetap otak bisnis. Ia berkata ke malaikat, “Kalau pakai tiket untungnya banyak karena orang banyak pada berendam”. Baru selesai pengusaha tersebut berbicara, bel di neraka berbunyi. “Waktu istirahat sudah selesai , sekarang nyelam lagi di air tinja”.  Dunia sering menyederhanakan hukuman di neraka. Misalnya : ada yang berkata, “Enak bisa di kolam hukuman?”, padahal neraka merupakan keterpisahan kita dengan Allah. Justru Allah tahu manusia akan dihukum karena memberontak, maka Dia ber-inisiatif ambil langkah selamatkan kita. Maka Rasul Yohanes mengatakan,”Setelah mengaruniakan anakNya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa”. Hati manusia harus meresponi hati Allah. Yang Allah minta kepada manusia, setelah Allah memberikan anakNya adalah “Berikan hatimu kepadaKu”. Bagi Allah hati manusia berharga, karena hati manusia adalah diri mereka sendiri. Hati manusia adalah sumber dari segala kejahatan,. Hati manusia tempat dimana racun kejahatan ada. Itu sebabnya Allah tahu dan minta hati yang kotor itu diserahkan kepadaNya.

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang jemaat yang dulu saya layani. Ia didatangani oleh KPK Irian Jaya. Waktu ia ceritakan ini, ia bertanya apa yang harus dilakukan karena ia takut KPK ini akan membuat dia susah. Saya tanya, “Kenapa ditanyain oleh KPK? “. Ia ditanya, “Apa betul bapak menjual baju dengan merek ini?”. “Betul”,jawabnya. “Apakah Bapak menjual barang seperti ini?” tanya KPK lagi. Ia menjawab, “Saya tidak menjual barang seperti ini”. “Apakah bon ini berasal dari toko bapak?” tanya KPK lagi.  Dia bilang, “Oh saya tidak memakai merek atau logo tapi pakai nota kosong.” Lalu ia tanya ke KPK, “Sebenarnya ada apa Pak ?” Sang KPK menjawab, Saya sedang menyelidiki adanya unsur penipuan bahwa ada orang yang menaikkan harga barang sedemikian tinggi. Barang yang dibeli 4 potong pakaian, tetapi ditulis sedemikian banyak.” Lalu kemudian sang KPK melanjutkan, “Pak, kalau saya butuh keterangan di pengadilan, bapak bisa jelaskan? Sebab yang menipu ini adalah seorang pendeta”. Rupanya biarpun ia pendeta, tapi bila hatinya jahat ia akan berbuat jahat. Itu sebabnya , kitab Injil mengatakan, “hati manusia adalah sumber malapetaka”. Sumber di mana kita merasa iri dengan orang yang berhasil, tidak puas bila orang lain menjadi puas, mencari kesalahan orang lain lebih banyak dari kesalahan diri sendiri, merasa lebih benar dari orang lain.  Hati manusia membawa hati laki-laki menjadi manusia tidak setia. Hati yang jahat membuat seorang wanita memukul anaknya sehingga bocor kepalanya. Hati yang seperti inilah di ayat 16 dikatakan “berikan kepada Allah”. Waktu engkau berikan hati seperti ini, Dialah yang akan menyelamatkan engkau. Waktu berikan hati itu dalam bahasa kitab suci dikatakan “kita percaya kepada Dia”. Waktu hatimu diletakkan pada Allah  “aku percaya kepada Engkau Tuhanku” maka Allah katakan “, Engkau tidak akan binasa”. Hati yang diberikan kepada Allah adalah hati yang mau ditegur Allah. Waktu firman Tuhan berbicara, hatinya dibawa menjadi hati yang lembut. Hati yang seperti itulah menjadi hati yang peka terhadap dosa. Itu sebabnya mengingatkan bahwa peristiwa natal adalah peristiwa di mana Allah memberikan hatiNya.

Di AS , ada Edward yakni seorang laki-laki yang tidak beruntung nasibnya. Ia bekerja sebagai buruh bangunan dengan upah harian dan harus kerja tiap hari untuk makan. Dia mempunyai hati yang peka untuk menolong orang lain. Saya tertegun karena yang peka adalah hati orang yang susah bukan hati orang kaya. Seringkali setelah kita mapan dan kaya, hati  kita tidak peka kepada orang lain. Edward, buruh harian, waktu melihat orang susah ingin menolongnya. Di malam natal di kantongnya tinggal 10 dolar. Dia ingin pergi ke satu kota di AS untuk mencari pekerjaan sebagai buruh bangunan. Waktu itu ia harus menunggu bus yang akan berangkat pk 20. Pk 18 ia melihat kabut turun perlahan-lahan. Waktu ia menuju stasiun bus, ia melewati sebuah bangunan yang cukup terang. Lalu ia mencoba mengintip dari luar dan melihat ada begitu banyak anak kecil dan orang tua sedang bergembira merayakan natal. Di keheningan malam, ia mendengar bunyi perutnya menuntut ia untuk makan. Edward sebenarnya ingin membeli makanan, tapi ia menyaksikan orang sedang merayakan natal, sehingga ia lupa membeli makanan dan merasa baru sekarang ingin makan. Waktu ingin beranjak dari tempat itu, ia kaget di sebelahnya ada anak kecil yang juga sedang mengintip melalui jendela itu. Edward berkata, “Hai gadis kecil mengapa malam-malam engkau tidak tinggal di rumahmu tapi di tempat ini?” Gadis itu berpaling ke Edward sebentar lalu balik lagi memperhatikan ke dalam bangunan. Rupanya ia sedang perhatikan hadiah yang diberikan Sinterklas. Lalu Edward berkata, “Hai gadis kecil saya juga akan memberikan hadiah kepadamu”. Gadis itu senang karena berpikir ia akan mendapat hadiah seperti anak-anak di dalam gedung. Pertama-tama ia membeli makanan dulu untuk mereka makan berdua. Kentang , sandwich dan susu. Sisa uangnya tinggal 5 dolar. Ia pikir apa bisa beli hadiah untuk gadis kecil ini. Tapi ia bertekad, kalau kurang ia masih ada kalung peninggalan mamanya. Walaupun ia sebelumnya tidak ingin menjualnya karena peninggalan mamanya. Waktu natal, banyak toko tidak buka. Waktu masuk ke toko yang buka, mereka jual dengan harga yang cukup tinggi (karena akhir tahun dijual dengan harga dinaikkan). Waktu putus asa, tiba-tiba mereka melihat toko yang lampunya masih  menyala. Saat masuk ke toko itu, ada seorang penjaga tua menyambut mereka.  Setelah itu mereka mencari barang dengan harga di bawah 5 dolar , ternyata sulit. TIba-tiba dia dan gadis kecil terpaku dengan sebuah kalung yang bersinar di bawah cahaya lampu. Ia merasa terkejut karena kalung itu sama dengan kalung yang dimilikinya. Dia merasa natal ini punya keajaiban karena ada benda yang sama dengan pemberian orang tuanya. Ternyata kalung itu adalah kalung imitasi (ada tulisan di belakangnya : imitasi). Waktu penjaga mengatakan , “Anda mau?” Edward bertanya, “Pak berapa harga kalung ini?” Disebutkan harganya 10 dolar. Ia kecewa karena uangnya tinggal 5 dolar. Waktu ia melihat gadis itu berharap hatinya trenyuh sekali. Lalu penjaga toko ini berkata, “Karena ini natal, saya kasih kamu dengan harga 4 dolar”. Edward senang dan tidak memikirkan dia tidak bisa beli tiket bus. Karena ia sering bertemu dengan temannya seorang supir bus, sehingga sering mendapat tumpangan gratis. Lalu penjaga bertanya, “Apakah mau digrafir sebagai kenang-kenangan?”. Edward kemudian bertanya nama gadis itu yang  ternyata bernama Alice. Penjaga tua itu menggrafir tulisan “Selamat natal Alice dari Sinterklas”. Lalu mereka keluar dari toko. Setelah bermain selama 1 jam, mereka berpisah. Edward berpesan kepada Alice untuk kembali ke rumah dan rajin belajar. Alice lupa menanyakan nama bapak yang baik hati itu. Waktu duduk di bus, Edward memegang kalungnya. Kemudian ia menyadari bahwa kalung dari mamanya  ternyata tertukar dengan kalung untuk gadis itu. Tapi ia senang hatinya karena hati Alice senang. 18 tahun keduanya tidak pernah bertemu. Selama itu, Edward berpindah dari 1 kota ke kota lain untuk mencari nafkah. Karena ia bekerja sebagai pekerja bangunan, umurnya terasa lebih tua dari sebenarnya. Jadi walau usianya baru 45 tahun tapi wajahnya sudah seperti 65 tahun. Ia kemudian sakit-sakitan. Saking menderitanya, sampai ia dirawat di RS pemerintah dan dirawat di gudang yang paling kotor.  Waktu  mendengar lagu natal di malam itu, ia terkapar antara hidup dan mati. Tidak lama kemudian Edward jatuh pingsan. Di Rumah Sakit itu, ada seorang direktur yang beranjak ingin pulang untuk merayakan natal dengan keluarganya. Ia melewati sebuah gudang yang menyala. Ia terkejut, karena mengetahui gudang itu biasanya tidak digunakan. Ia masuk ke gudang itu dan melihat ada orang tua kurus terbaring di lantai sedang sekarat. Lalu sinar lampu memantulkan sesuatu  di dada orang itu. Ia terkejut karena ia melihat di kalung tertulis “Selamat natal Alice dari sinterklas”. Hari itu direktur RS itu menangis , karena ialah Alice! Dia memanggil dokter terbaik untuk merawat Edward sehingga Rumah Sakit hiruk pikuk. Alice telah merasakan cinta kasih dari si orang tua. Sehingga waktu melihat Edward, ia sangat senang melihat orang yang sudah menolongnya. Hati Allah hanya bisa diresponi waktu kita memberikan hati kita. Hati Alice bergetar karena hati Edward melimpahkan kebaikan waktu ia susah.  Bagi ia Edward telah mengubah hidupnya dari orang kecil yang tidak diperhatikan orang, sekarang berubah karena Edward memberikan hatinya.

Malam ini saya menantang ibu bapak untuk memberikan hati kepada Allah. Kalau ada yang pernah menolak Allah saya mengimbau untuk memberikan hatimu percaya kepada Dia. Dia akan memberikan keselamatan yang kekal yang tidak bisa diambil dunia. Kalau engkau orang Kristen dan mengaku ada Tuhan di hatimu, tetapi hatimu tidak mau diubah Allah, berikan hatimu malam ini. Jangan merasa bangga menjadi orang Kristen tetapi hatimu tidak mau diubah Allah. Hati yang diberikan kepadaNya, akan diubahkan menjadi hati yang baik. Amin.

No comments:

Post a Comment