Saturday, August 3, 2019

Ibadah yang inspiratif (Sesi 3)

(Pembinaan Sesi 3-Terakhir, Sidang Tahunan Sinode GKKK 24-26 Juli 2019)

Narasumber : Pdt. Budianto Lim, Th.M., D.W.S.

Nyanyian adalah instrumen pengajaran

Yesaya 1:11-15
11  "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
12  Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
13  Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
14  Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
15  Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.

Ini suatu ungkapan yang juga penting sekali. Ini suatu perkataan paling tajam : Tuhan Allah menolak ibadah umatNya. Nyanyian adalah suatu instrument pengajaran , ini adalah aspek yang krusial. Saya ingin tegaskan sekali lagi bahwa lagu-lagu yang tidak ada referensi Tuhan , Allah Bapa , apa pun tentang Tuhan yang kita tahu di dalam Alkitab, hanya sekedar “mu”,”engkau” dan sebagainya saya tidak akan gunakan karena  itu saya berpijak prinsip : berpusat pada karya keselamatan Kristus. Saya ingin kita menangkap baik-baik esensinya , bukan sekedar lihat contohnya karena kita suka lagu itu lalu kita berdebat karena kita suka lagu tertentu. Esensinya bahwa ibadah yang berpusat pada keselamatan Tuhan Yesus, nyanyian nomor satu sebagai respon utama selain dari pengagungan tadi. Nyanyian itu mempunyai 2 fungsi yaitu merayakan keselamatn Allah, puji-pujian sebagai pengajaran. Kalau worship leader keuekeuh mau pakai lagu yang tidak ada Tuhannya, silahkan pakai dengan cara di-medley dengan lagu yang ada eksplisit kata Kristus. Kalau ada orang yang keukeuh tidak mau medley dan pakai lagu itu (tidak ada kata Tuhan-nya), maka itu menjadi tanggung jawab orang itu di hadapan Tuhan. Tetapi pastikan Worship Leader mampu mengaitkan lagu ini tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan pengakuan dosa, ada kaitannya Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat kita. Kalau worship leadernya hanya sekedar mengajak menyanyi lagu 1, 2 dan 3, sedangkan music jalan terus sehingga jemaat tidak diajak, “Oh iya ya, saya menyanyikan lagu ini karena Tuhan sudah mengerjakan itu”. Jadi posisi lagu juga penting. Contoh lain : dari diskusi dengan Pdt. John dari BCS Central Park, lagu “Bukan dengan barang fana” ditaruh di perjamuan kudus. Silahkan, tetapi perjamuan kudusnya tentu sudah melewati fase Kristsus. Sehingga waktu menyanyikan lagu itu, orang-orang sudah diajak sadar sesadarnya (tidak pakai asumsi), “ini Kristus yang sudah mati untuk kita, darah Kristus yang mahal buat kita, Kristus sudah bayar harga maka saya hidup mau sesuai dengan hidup yang telah Tuhan Yesus jalankan”. Saya ingin kita menangkap esensi ini dengan tepat. Ini kita baru bicara tentang lirik lagu. Belum bicara tentang main musiknya. Kalau lagu dengan main musiknya begitu jazzy sekali  seperti di pub apakah okay atau tidak? Kalau main musiknya seperti blues dan rock n roll apakah okay atau tidak? Tidak sesuai.

Fili 2:12 … kerjakan keselamatan.
2 Kor 5:17 …… diselamatkan = menjadi ciptaan baru…
Kol 1:12-13 …… diselamatkan = dipindahkan dari kegelapan ke dalam terang…
Kita perlu petunjuk, perlu diajar bagaimana hidup dengan identitas baru, sebagai anak-anak terang.
Nyanyian minimal punya 2 fungsi. Di dalam Alkitab, kategori nyanyian banyak sekali. Intinya : tanpa pengajaran dari Tuhan ,kita tidak mungkin mengerjakan keselamatan (jalannya banyak bisa lewat khotbah, perenungan, paper dlsbnya). Setelah diselamatkan kita dikatakan sebagai ciptaan yang baru, yang lama sudah berlalu. Kalau yang lama sudah berlalu dan kita adalah ciptaan baru maka kita butuh input yang baru. Jangan pernah lupa bahwa Israel dikeluarkan oleh Tuhan dari Mesir tetapi Mesir masih bercokol di hati orang-orang Israel. Kadang mereka mengeluh dan meminta penyembahan anak lembu emas. Itu menunjukkan Mesir ada di dalam hati. Status berubah dari budak, sudah menjadi orang bebas (bangsa yang bebas) tetapi mereka tidak mengikuti apa yang Tuhan ajarkan. Dan itu banyak sekali tercatat dalam Perjanjian Lama. Jadi ini satu aspek yang harus kita perhatikan : bukan sekedar status, kita perlu punya petunjuk, kita perlu diajar bagaimana cara hidup dengan identitas baru. Maka saya strong banget tentang lagu, karena saya bukan dari keluarga Kristen. Waktu saya menjadi orang Kristen saya merasa aneh waktu masuk ke gereja lalu menyanyi tapi Kristusnya tidak disebutkan. Saya bukan berasal dari keluarga Kristen dan sempat pindah agama juga, jadi saya bergumul dengan aspek ini. Pas saya ketemu prinsip firman Tuhan mengenai penyembahan berpusat kepada karya keselamatan Kristus sehingga saya strong sekali dalam aspek ini. Jadi kita perlu petunjuk (diajar) bagaimana cara hidup dengan identitas baru karena kita sudah ditransfer dari anak-anak gelap menjadi anak-anak terang. Kita tidak berasumsi karena sudah ditransfer maka kita tahu bagaimana cara hidup sebagai orang Kristen. Oleh karena itu menyembah Tuhan, kita butuh amanat hidup baru. Apa isi amanat hidup baru?

Amanat Hidup baru Standar Allah
Ada 10 Hukum  (Keluaran 20:1-17)
Book of covenant (Keluaran 20:22-23:19)
Standar kekudusan (Imamat 17-26)
Taurat Musa (Ulangan 5-26,28)
Matius 5-7 Khotbah di bukit
Ajaran : surat-surat, Ibrani & Wahyu
Matius 22:37-39
Markus 12:30-31

Mengapa Tuhan kasih 10 hukum? Kenapa Tuhan tidak kasih seperti Tuhan Yesus yang hanya 2. Kasihilah Tuhan Allahmu dan sesama manusia seperti dirimu sendiri. Ada tidak GKKK yang mengajak jemaat mengucapkan 10 hukum? Puji Tuhan karena masih ada, karena banyak gereja yang sudah tidak pakai lagi. Mengapa 10 hukum? Kita diberi gambar 10 hukum, loh batu pertama 1-5 dan loh batu kedua 6-10. Itu salah semua karena yang benar bolak balik (double-side)  ditulis dari 1-10. Kan 10 hukum adalah perjanjian (covenant). Yang Namanya perjanjian ada 2 pihak. Karena 2 pihak maka bukti perjanjiannya harus ada 2 buah, jadi batu bolak balik. Tapi Tuhan tidak perlu simpan, karena Tuhan tidak akan lupa karena Ia yang memberi, sehingga umat Israel yang menyimpan di dalam tabut perjanjian. Jadi gambar di film salah semua. Saya diberi tahu oleh dosen Perjanjian Lama saya (ahli Timur Tengah kuno), 10 hukum karena jari kita hanya 10. Dikasih 10 saja lupa. Tidak tahu mengapa tidak dikasih 20 buah hukum, ini harus tanya Tuhan. Tetapi kita tahu Tuhan Yesus merangkum semuanya menjadi 2. Kasihi Tuhan dan kasihi sesamamu seperti dirimu. Bukan kasihi dirimu baru kasihi sesamamu. Jangan dibalik., karena kalau dibalik seperti itu maka kita semua akan mengasihi diri kita dan tidak akan pernah sampai mengasihi sesama. Tuhan memang jauh lebih pintar dari kita. Apa amanat hidup baru tersebut? Tadi di dalam Perjanjian Lama, dan di Perjanjian Baru kita juga bisa melihat aspek-aspek di Perjanjian Baru. Ketika umat Israel sebagai bangsa yang bebas menolak amanat hidup baru dari Tuhan , ia sebenarnya tidak menyembah.

Bagian yang explisit tentang penyembahan

Imamat 18:1-5.
1   TUHAN berfirman kepada Musa:
2  "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Akulah TUHAN, Allahmu.
3  Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka.
4  Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu.
5  Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.

Pernah tanya tidak,”Mengapa Tuhan bicara berulang-ulang seperti orang tua saja?” Kalau bicara dengan orang tua, cerita yang sama disampaikan berulang-ulang. Tapi intinya, ayat tersebut ingin menegaskan, umat Israel kalau menolak amanat hidup baru dari Tuhan, mereka akan mengikuti bangsa-bangsa di sekitarnya dan ketika itu terjadi, mereka tidak menyembah Tuhan. Ini satu hal yang sangat krusial tapi mungkin kita tidak pernah mengkaitkan aspek ini dengan urusan penyembahan.

To obey is to worship

Ketaatan melakukan amanat hidup baru yang dari TUHAN Allah adalah ekspresi penyembahan kristiani yang sesungguhnya. Ketika gereja mencoba melakukan pembaharuan ibadah menjadi bagus, tapi khotbahnya dipotong tinggal 20 menit atau seperti gereja tertentu , dulu tidak pakai leksionari, tapi sekarang pakai leksionari  (4 bacaan dalm tiap kebaktian) kemudian khotbah-nya dipotong tinggal 15 menit. Gereja Katolik liturginya bagus khotbahnya hanya  10-15 menit. Kalau amanat hidup baru tidak ditegaskan dari mana orang Kristen tahu bahwa hidup saya yang lama tidak cocok dengan petunjuk dari Tuhan. Saya harus berubah, saya lakukan petunjuk yang baru. Jadi kita tidak bisa main dengan hal ini. To obey is to worship. Dengan begitu maka amanat hidup baru dengan kuasa Roh Kudus inilah kalau kita melakukan amanat hidup baru, baru kita disebut menyembah Allah. Kalau kita tidak mau mendengar dan melakukan  jangan katakana kita menyembah Tuhan Yesus. Ada konteks-konteks gereja tertentu di mana main music atau  paduan suara setelah tampil ada langsung pulang dan tidak mendengar firman Tuhan. Ini saya juga tidak setuju. Ada pelayan-pelayan ibadah seperti pemusik atau pun Worship Leader saat memimpin lagu begitu bagus sekali pimpin kita berdekat dengar Tuhan  tapi begitu firman Tuhan, dia main gawai. Saya pernah lihat di gereja Tionghoa juga, singer-nya duduk di depan saat khotbah main gawai. Orang yang pelayanannya seperti ini harus digembalakan. Jangan-jangan konsep pelayanan ibadahnya tidak benar karena konsepnya tidak benar. Kita pelayanan ibadah, menyanyi, paduan suara , pimpin di depan bahkan khotbah sekali pun tapi kita tidak melakukan amanat hidup baru dengan kuat kuasa Roh Kudus kita tidak menyembah Allah. Ini statement yang keras sekali. Saya percaya dan cukup yakin Matius 28:16-20 Perintah memuridkan semua bangsa tidak boleh dipisah dengan aspek penyembahan. Karena yang Namanya memuridkan di Matius 28 ada 2 aspek utama.

Esensi #3 Penyembahan Kristen

Amanat Hidup Baru dengan Kuasa Roh Kudus

Penyembahan adalah klimaks (the ultimate goal) dari proses pemuridan (discipleship)
-        Pemuridan yang berhasil ialah proses membentuk penyembah sejati yaitu anak-anak Tuhan yang rela menundukan dirinya kepada Allah Tritunggal
-        Penyembahan yang benar ialah proses mengajarkan komunitas murid Kristus untuk mengerti & melakukan Amanat Hidup dari Allah

Ada 2 aspek utama memuridkan :

1.     Muridkanlah . Pergilah.
Kemanapun kamu pergi, muridklanlah atau jadikanlah semua bangsa muridKu. Ajarlah mereka ajaran Yesus untuk melakukannya,
2.     Baptislah mereka dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Jadi aspek pengajaran nomor satu. Aspek baptisan adalah sakramen yang berkaitan dengan penyembahan. Penyembahan  dan pemuridan tidak bisa dipisah. Ini yang perlu kita perhatikan dengan seksama. Karena saya merasa prinsip ini, “Penyembahan adalah klimaks dari proses pemuridan”. Seringkali kebanyakan gereja yang berkata, “Gereja kami ada pemuridan kok. Banyak jemaat kami yang ikut IDMC conference dan ada kelompok kecil” Seolah-olah dengan adanya kelompok kecil  seakan-akan gereja itu sudah memuridkan. Lagipula hamba Tuhan saling membanggakan. “Kamu kelompok kecilnya ada berapa banyak?” “Oh saya ada 30 kelompok. Kita semua dikelompokkan.” Dibangga-banggakan. Jadi kita perlu periksa hati kita. Kelompok kecil tidak sama dengan sduah memuridkan. Kelompok kecil itu salah satu infrastruktur yang memang sudah cukup terbukti efektif untuk memuridkan. Tetapi kelompok kecil bukan satu-satunya proses memuridkan.
Seringkali ketika kita melakukan kelompok kecil, maka yang pertama kali dilakukan adalah menyanyikan lagu. Kita tidak diberi kesempatan untuk merenungkan dalam kelompok kecil dimana Tuhan dalam 2 minggu terakhir sebelum bertemu. Tuhan melakukan apa dalam kehidupan saya? Saya bergumul dalam pekerjaan, di mana Tuhan? Tetapi kita langsung masuk, menyanyi, doa, sharing. Apalagi kalau ketemunya susah, sharingnya makin susah, sehingga bahannya tidak dibahas. Jadi bukan jadi discipleship group jadi care group tempat untuk kumpul-kumpul, saling sharing. Jadi harus diperhatikan, pemuridan yang berhasil adalah proses pembentuk penyembah sejati yang tahu menundukkan diri kepada Allah Tritunggal. Kalau kita punya banyak kelompok kecil di gereja, tetapi kelompok kecil itu jadi eksklusif , begitu ada yang mau masuk , anggota kelompok tidak mau karena merasa sudah  enak dan ‘ngeklik’ satu dengan yang lain. Ini banyak terjadi di Singapore di gereja-gereja Karismatik. Mereka ngeklik 10-15 orang. Akhirnya mereka membuat gereja sendiri, jadi persekutuan baru. Dikasih nama yang keren-kerenn dengan menggunakan nama Yunani. Kelompok kecil pemuridan harus menjadi, tetapi tidak selalu harus pakai kelompok kecil. Kelompok kecil adalah salah satu aspek infrastruktur.
              Pemuridan yang berhasil adalah kita membentuk penyembahan sejati dan penyembahan yang benar adalah proses mengajarkan komunitas Kristus untuk mengerti dan melaksanakan amanat hidup baru dari Allah. Itu kaitan penyembahan  dan pemuridan. Gereja yang liturgi-nya bagus tapi pengajaran hanya sekedarnya (hanya 12-15 menit), gereja ini belum menghayati esensi penyembahan yang sesungguhnya. Ada hamba Tuhan yang bertanya kepada saya,”Pak, kalau kami ingin buat praise and worship tidak ada firman (tidak ada khotbah)?”
Istilah praise and worship sudah tidak digunakan. Karena istilah ini juga banyak perdebatan. Ini konsep kontemporer di California Selatan. Ini dibahas di seminar sendiri. Gereja yang kontemporer yang asli, tidak seperti yang saya berikan tadi. Jawabannya : “maksud bapak tidak ada khotbah (firman) apa? Apakah maksudnya sama sekali tidak ada khotbah? Saya tanya lagi, “kalau tidak ada khotbah apakah tetap ada firman Tuhan?” Bapak itu ragu, praise and worship jemaat diajak menyanyi memuji Tuhan.” Saya menjawab,”Kalau hanya itu saja saya tidak setuju. Tetapi kalau praise and worship dilakukan karena berdasarkan misalkan: Mazmur 23, jadi dari Mazmur 23 kemudian keluar menjadi liturgi praise and worship, silahkan saja. Tetapi di dalam seluruh praise and worship itu mengantar firman Tuhan (mengajar firman Tuhan) hanya tidak terkonsentrasi dalam 30-40 menit di dalam khotbah, tetapi dipotong-potong. 10 menit di depan, 5 menit di tengah-tengah, 5 menit lagi di tengah-tengah lagi, lalu 10 menit di belakang. Tetapi kalau sama sekali tidak ada firman, tidak bisa!” Karena ketika kita mau mengajak jemaat memuji-muji Tuhan tanpa firman, berarti ia tidak mau amanat hidup baru. Berarti hanya senang saja menyanyi, hobi daripada ke karaoke yang mahal maka lebih baik karaoke di gereja, karaoke berjemaat. Ini satu hal yang perlu diperhatikan. Gereja yang khotbahnya 60,70,75 menit atau sejam lebih tetapi menganggap elemen lain tidak penting (elemen lain hanya introduksi agar supaya pengkhotbah bisa mantap) itu juga ngaco. Karena seluruh elemen di depan itu bukan sekedar pelengkap tetapi itu bagian integral dari seluruh percakapan kita dengan Tuhan. Ada juga jemaat saya yang bertanya,”Pak Budi mengapa kita di gereja berbasa-basi bertele-tele mengapa tidak langsung khotbah saja?” Sebenarnya enak kalau gereja langsung khotbah saja, kita tidak perlu menyediakan sound system dan power point sampai bagaimana banget. Saya menjawab,”Coba saja kamu baca firman Tuhan. Tuhan mengajar kita begini-begitu dan sebagaimana. Jadi ibadah itu tidak sekedar mendengar khotbah. Sekarang sudah mendingan sedikit, namun jemaat yang terlambat datang tetap banyak karena konsepnya kalau kebaktian itu saya mendengar khotbah. Kalau belum sampai khotbah berarti belum terlambat. Kalau khotbah sudah mulai 5 menit, saya baru merasa bersalah karena telat. Hal ini kita balik ke konsep penyembahan. Begitu jemaat menganggap khotbah adalah ibadahnya dia, maka pantas dia tidak mau pusing mau telat atau tidak terserah.
              Gereja kontemporer yang profesionalitas pemusik, tata panggung tetapi ajarannya mutar terus,”Tuhan baik. Tuhan pasti melakukan mujizat. Tuhan pasti jadikan kaya dan memberkati. Itu juga ngaco.” Karena Tuhan kita pernah berkata di kitab Ratap,”Aku adalah Tuhan yang membawa kamu ke dalam tempat gelap. Semua jalan keluar Aku tutup”. Kalau tidak percaya baca Ratapan 3. Ratapan 3 yang kita suka hanya yang berhubungan dengan “besar setiamu”. Tetapi kita tidak mau dengan kata-kata Tuhan yang sebelum dan sesudahnya. Ratapan 3:22-24 yang kita sukai.
22  Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
23  selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
24  "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.
Itu di tengah-tengah. Tetapi silahkan baca Ratapan 3:1-21! Di situ dikatakan misalkan ayat 7 Ia menutup segala jalan ke luar bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai yang berat. Ayat 9   Ia merintangi jalan-jalanku dengan batu pahat, dan menjadikannya tidak terlalui. Ayat 11  Ia membelokkan jalan-jalanku, merobek-robek aku dan membuat aku tertegun. Ayat 12  Ia membidikkan panah-Nya, menjadikan aku sasaran anak panah. Tuhan juga Tuhan yang seperti ini. Masih mau menjadi Kristen? Masih mau menjadi pendeta-pendeta Kristen? Tuhan kita bukan hanya sebelah. Tuhan kita di dalam doktrin Allah, incomprehensible. Pdt Tong seringkali mengatakan,”Tuhan di dalam Alkitab, bukanlah Tuhan yang kontra rasio, tetapi supra rasio”. Kita bisa mengerti dan menggumuli siapa Tuhan, selama Tuhan buka diri dan kasih tahu kita. Tetapi Tuhan tidak pernah mau bekerja dengan sesuatu yang kita tidak mengerti. Ini satu hal yang perlu kita camkan baik-baik. Jadi yang Namanya ibadah Kristen, bukan sekedar pengalaman spiritual, merasa dekat dengan Tuhan, merasa begitu asyik dengan Tuhan. Bukan sekedar perasaan-perasaan seperti itu. Bukan sekedar perasaan Tuhan berada di sini. Kita merasa atau tidak, Tuhan tetap hadir di tengah-tengah kita, karena Tuhan sudah janji. Hal ini perlu kita imani. Seorang pemimpin Kristen bernama AW Tozer pernah berkata  There are certain kind of worship that God will not accept! Beliau hidup di abad 20 dan banyak pengajaran yang mengajar profetik (pengajaran yang memberitahu kita tentang zaman kita sekarang). Banyak ibadah yang sebenarnya belum tentu diterima Tuhan. Ini pun terjadi dalam konteks umat Allah baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru. Ini paling kental di dalam kitab Yesaya dan Amos. Silahkan kita buka Yesaya 1:10-17 dan Amos 5:21-27.

Yesaya 1:10-17 dan Amos 5:21-27.

7 kata kerja murka Allah (Yesaya)                                               7 kata kerja murka Allah (Amos)
1.     Aku sudah jemu (ayat 11)                                                      1. Aku membenci
2.     Tidak Kusukai (ayat 11)                                                          2. Aku menghina
3.     Aku tidak tahan melihatnya (ayat 13)                                   3. Aku tidak senang
4.     Aku benci melihatnya (ayat 14)                                             4. Aku tidak suka
5.     Aku telah payah menanggungnya (ayat 14)                          5. Aku tidak mau pandang
6.     Aku akan memalingkan mukaKu  (ayat 15)                           6. Jauhkan daripadaKu
7.     Aku tidak akan mendengarkan (ayat 15)                               7. Aku tidak mau dengar
Persembahan Korban, Aktifitas Doa                                                        Perayaan agama (pertemuan umat),
Perayaan agamawi                                                                      Persembahan korban
Aktifitas Doa                                                                                permainan music & nyanyian

Apa yang sama dari kedua suara kenabian tsb? Dan apa yang berbeda? Tuhan sedang kenapa sih? Amos 5, uhan sedang marah! Itu yang sama. Yang beda antara Amos dan Yesaya : Tuhan marah karena apa? Di Amos : Tuhan tidak suka apa? Persembahan korban Tuhan tidak suka. Nyanyian dianggap noise. Perayaan keagamaan (bulan baru, sabat). Yang sama adalah perayaan ditolak. Yang beda di Amos keramaian nyanyian ditolak. Tetapi di Yesaya, doa umat, Tuhan tidak mau dengar. Ini satu hal yang mengerikan sekali. Yesaya 7 kali menggunakan kata kerja ‘penolakan’ : persembahan korban, perayaan agamai dan aktifitas doa.  Kalau kita tidak sungguh-sungguh memperhatikan prinsip yang keempat ini, kita mau mengadakan kebaktian doa seperti apa pun, Tuhan tidak akan suka. Tuhan Tuhan punya hak prerogative untuk tidak mendengar doa kita.
Tujuh kata kerja murka Allah di Amos, ditolak perayaan, persembahan korban , permainan music & nyanyian. Ini 2 bagian dari beberapa bagian di dalam Perjanjian Lama yang berkaitan dengan kata-kata nabi di mana Tuhan sangat marah karena sampai pakai 7 kata kerja dan 7 kata kerja adalah  simbol sempurna. Berarti Tuhan sangat sempurna marahnya. Pertanyaannya : mengapa Tuhan bersikap begitu? Padahal perayaan ini siapa yang suruh? Tuhan yang suruh! (di Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan). Persembahan korban sama. Permainan music juga ada ditawarkan. Itu juga semua Tuhan yang suruh. Sebenarnya mereka melakukan semua ibadah-ibadah, ritual seperti ini. Tetapi masalahnya : di dalam Yesaya 1 dikatakan,”ibadah ritual-nya jalan terus, tetapi sikap para pemimpin bangsa Israel, raja, imam, nabi, mereka bersikap demikian”. Yesaya 1:21-23 Bagaimana ini, kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal! Tadinya penuh keadilan dan di situ selalu diam kebenaran, tetapi sekarang penuh pembunuh. bercampur air. Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka. Amos juga sama. Jadi ini ditujukan ke orang-orang / pemimpin umat yang ibadah ritual jalan terus di Bait Suci, tetapi urusan anak yatim dan janda tidak diperhatikan. Bahkan di dalam kitab Amos ada ungkapan bahwa pemimpin ini tidur di ranjang dari gading (ivory bed). Ranjang yang dibuat dari gading ini sangat mahal harganya (harganya bermiliar-miliar). Ada pemimpin-pemimpin Israel yang terus melakukan ibadah ritual dan sebagainya tapi mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar ibadah ritual. Ini yang membuat Tuhan marah luar biasa.

Karya komunitas penyembah.

Yesaya 1:17  Tuhan kasih tahu apa yang Dia inginkan. Belajar buat baik, usahkan keadilan, kendalikan orang kejam, bela anak-anak yatim, perjuangkan perkara janda-janda! Kalau memang benar-benar beribadah kepada Allah yang benar, maka kelima hal tersebut harus menjadi karya komunitas penyembah. Ini yang perlu diperhatikan. Karena ibadah kalau hanya jadi pertunjukan agama Kristen dan tidak ada penunjukkan karya kebenaran dan keadilan maka ibadah itu tidak diterima oleh Tuhan sama sekali. Jadi yang namanya ibadah ritual dan aktual sinkron. Oleh karena itu esensi penyembahan Kristen yang berdasarkan pengajaran Alkitab adalah ibadah harus memmiliki dampak social bagi sesama dan alam. 

Esensi #4 Penyembahan Kristen : Dampak sosial bagi sesama & alam

              Karya komunitas penyembah Allah adalah validasi ibadah itu sinkron atau tidak dengan isi hati Tuhan. Kelima aspek tadi, bidang yang menangani adalah diakonia, misi / penginjilan. Umumnya aspek ini dikerjakan oleh bidang misi. Ibadah / penyembahan tidak bisa dipisahkan oleh penginjilan. Pusat yang utama penyembahan bukan penginjilan tetapi kalau jemaat benar-benar menyembah Allah , yang hatinya berbelas kasihan kepada dunia tidak mungkin dia menolak (tidak mau penginjilan dan bersaksi), itu aneh. Mari kita jangan berasumsi bahwa gaya kebaktian gereja yang pakai panggung besar, penuh gemerlap lampu, ada proyektor mahal dan canggih, pakai giant LED screen, alat musik hebat, pemainnya cakep-cakep, pakai orchestra, dengan mengundang artis, pakai drone kamera karena video life, ada aplikasinya (bisa live streaming), jangan berasumsi gereja seperi itu yang diterima oleh Tuhan. Belum tentu! Bukan itu yang menjadi ibadah itu diterima atau tidak. Yang diterima adalah waktu kita lakukan ibadah ritual, sewaktu pulang kita menjadi suami yang lebih mengasihi istri atau tidak, kita menjadi istri yang tunduk pada suami, kita menjadi orang tua yang tidak abuse anak-anak secara emosi atau tidak atau kita jadi anak yang makin pikir dan menghargai orang tua kita atau tidak. Kalau tidak ada sinkronisasi ibadah actual dan ritual, maka semua yang dilakukan di gereja itu hanya buang uang saja. Apakah kalau kita sekarang bicara tentang ibadah generasi muda. Ini hal yang perlu dicamkan baik-baik. Karena di dalam upaya kita menjangkau generasi muda, kita berikan hal-hal yang mereka sukai dan ini yang harus kita hati-hati sekali. Karena kalau mereka menyukai, tetapi kemudian mereka tidak mengalami perubahan hidup setelah melakukan ibadah tersebut, berarti akhirnya percuma. Ada gereja yang anak muda-nya pernah diskusi dengan kami. Diskusi  dengan hati yang kesal kepada majelis gereja karena majelis gereja yang pintar diplomasi. Sewaktu generasi muda mengutarakan keprihatinan mereka karena teman mereka banyak  yang pindah gereja. Tetapi beberapa pemuda yang tidak mau pindah gereja karena mereka sayang dengan gereja ini. Mereka sharing. Waktu ada sesi khusus bersama 3-4 orang mereka sharing, mereka rindu perubahan di dalam gereja. Yang mereka complain adalah  majelis gereja dan gembala selalu mendengar tapi mereka berkata,”Kami tamping” tetapi tidak jadi apa-apa. Kita diplomasi. Kemudian setelah 1,5-2 tahun kami kembali ke gereja itu, ternyata gereja itu sudah ada kebaktian pemuda / i dengan branding khusus. Ini trend yang terjadi di semua gereja. Buat kebaktian generasi muda diberi brand sendiri artinya kebaktian itu jadi jualan / komoditi / produk yang dijual. Kemudian mereka ikut lagi pembinaan yang kami bawakan, lalu ada 1-2 pemuda yang berkata, “Tiap minggu kami kecapean karena  tiap minggu harus berpikir apalagi yang beda. Kecapaian dan mereka bingung. Setelah buka kebaktian, baru bertanya seperti itu. Menurut saya, pendekatan gereja dengan buka kebaktian khusus bisa dimengerti. Saya bisa mengerti secara realita pastoral, tetapi secara realita teologis prinsip teologis, itu jangan dijadikan harga mati, “seolah-olah seperti ini saja, seolah-olah tidak ada lagi yang ingin dicapai” karena Yesus mati untuk menyatukan atau memisahkan? Yesus mati untuk menyatukan gentile dan non gentile (Yahudi dan non Yahudi temboknya dirubuhkan ,, yang bersunat dan tidak bersunat semuanya jadi satu).
Pendekatan banyak gereja membuat kebaktian untuk generasi muda, saya bisa mengerti dari realita pastoral. Banyak generasi muda yanga sudah tidak tahan dengan gerejanya hanya karena cinta Tuhan dan gerejanya, mereka tidak pindah gereja. Mereka terus menggedor akhirnya yang senior tidak tahan lagi dan berkata,”Ya sudahlah terserah kamu. Buatlah sendiri!” Waktu generasi muda buat kebaktian sendiri, mereka akan bertumbuh dan berusia, kemudian anak-anak mereka di sana, zaman berubah dan anak – anak mereka berkata, “Papa-mama kebaktian kok hanya begini saja. Nanti 25 tahun ke depan, kita tidak pakai ini. Kita sudah pakai hologram semua. Tinggal taruh alat lalu muncul orang. Teknologi canggih sekali dan cepat berubah” Akhirnya segementasi demi segmentasi terus terjadi di dalam gereja. Padahal Tuhan Yesus berkata, “Aku mati untuk menyatikan Yahudi dan non Yahudi” Jadi pendekatan buat kebaktian khusus generasi muda tidak akan memecahkan gap generasi di dalam gereja. Malahan anak-anak muda kita tidak mengerti apa arti menjadi orang dewasa, karena di dalam gereja pun tidak ada silang generasi. Anak muda tidak diajak berdiskusi membuat kebaktian bersama-sama itu bagaimana. Mereka tidak bisa mengontrol emosi mereka ketika tahu ada orang tua tidak bisa mendengar opini mereka. Nanti mereka masuk ke lapangan pekerjaan dan bertemu orang yang beda usia, maka banyak generasi sekarang (anak muda) yang menjadi kutu loncat di tempat pekerjaan. Karena EQ nya tidak di sana. Kalau bicara generasi yang mungkin 25 tahun sebelumnya : loyalitas yang dibicarakan. Di Singapore 2 tahun pindah dengan gaji lebih besar 200 dolar pindah. Apa yang kita lakukan di dalam gereja, saya bisa mengerti pastoral, tapi saya sedih kalau gereja berkata,”Anak muda sekarang sudah tenang. Mereka punya kebaktian sendiri. Kita kasih mereka kebebasan, tanpa kita tahu, kita sedang pisahkan gereja semakin besar.” Solusi yang saya rindu dan sodorkan adalah kebaktian inter generasi di mana-mana anak-anak ada di dalam kebaktian bersama orang tua mereka. Anak remaja bersama orang tuanya. Anak remaja memang susah duduk bersama dengan orang tua. Tetapi di dalam Alkitab (dalam sejarah gereja), ini sesuatu yang lazim sekali terjadi. Kebaktian intergenerasi bila disiapkan baik-baik , ini salah satu jalan keluar untuk memperkecil gap generasi. Tapi kebaktian inter generasi harus berani mempercayakan generasi muda untuk memimpin bersama-sama dengan yang lebih senior. Harus partisipasi. Kalau kebaktian intergenerasi tapi ujung-ujungnya generasi muda (anak-anak muda dan remaja) hanya menonton, percuma! Karena mereka akan bosan. Mereka akan merasa ini bukan gereja saya. Ini gereja papa-mama. Kalau gereja sudah melakukan kebaktian generasi muda, jangan jadikan hal itu fixed (yah sudah begini saja) dan kita sibuk tiba-tiba sudah 25 tahun , 75 tahun dan sebagainya. Akhirnya generasi itu jadi gap. Coba dijadikan sebuah tujuan di dalam setahun mari kita sama-sama ada kebaktian gabungan. Gereja adalah keluarga Allah. Jelek atau tidak jelek mereka tetap keluarga Allah yang sudah ditebus. Kalau kita tidak mencoba melakukan kebaktian intergenerasi, maka kita khotbah “Kasihilah sesama mu manusia, pentingkanlah orang lain daripadamu dirimu”, aplikasinya bagaimana? Kebaktian inter generasi adalah salah satu di mana kita mengajak jemaat Tuhan,”Yuk, kita jemaat Allah. Mari kita saling belajar mengasihi satu sama lain, tanpa syarat”. Sejelek-jeleknya papa-mama kita , mereka adalah papa-mama kita. Walaupun mereka abuse kita, hubungan itu tidak bisa diputus begitu saja. Sama hal nya dengan kita. Kita bukan keluarga dengan hubungan darah, tetapi kita keluarga dengan hubungan darah Kristus.

Tuhan murka sampai 7 kata kerja tadi karena :

1.     ibadah yang dilakukan umatNya hanyalah sebuah pertunjukan agama (religious performance), tetapi keadilan sosial di masyarakat terus diabaikan
Christopher Wright (murid alm. Pdt. John Stott. Ahli misiologi dan Perjanjian Lama) pernah bertanya,”What do you think is the greates obstacle to God’s desire for the evangelisation of the world?” Menurut kamu, apa yang menjadi halangan terbesar supaya keinginan Tuhan terjadinya penginjilan di seluruh dunia itu bisa digenapi? The greatest hindrance to world mission is God’s own people. Malu tidak? Halangan terbesar pekerjaan misi Allah bagi dunia adalah komunitas Kristen itu sendiri. Contoh angka perceraian. Angka perceraian di  kalangan Kristen sama tingginya dengan orang-orang yang bukan Kristen. Urusan seksual seperti  homoseksual , orang Kristen juga begitu. PGI bingun. Ada yang setuju dan  tidak setuju tetapi yang muslim berkata idak. Di Singapore ,gereja di mana saya bergabung (Presbyterian) mengirim surat kepada gereja asal yang melakukan church planting di Singapore yaitu Church of Scotland , mereka kirim surat dari sinode kepada Church of Scotland menyatakan bahwa kami tidak setuju bahwa Church of Scotland menerima LGBT view. Kemudian dalam surat itu juga dikatakan, tetapi kami menghargai relasi yang sudah terjadi ratusan tahun antara Presbyterian Church of Singapore dengan Church of Scotland. Tetapi kami tidak setuju dengan standpoint Chuch of Scotland bahwa kalian menerima LGBT , bahkan mereka mentahbiskan hamba Tuhan yang melakukan LGBT. Ini satu hal yang menjadi pergumulan kita. Halangan terbesar adalah orang Kristen sendiri : mengapa ? Karena gereja kehilangan identitas dan jati dirinya sehingga yang disembah bukan Allah tetapi 3 kelompok berhala : power & pride, popularity & success, wealth & greed. Gereja tidak menyembah Allah tetapi menyembah ketiga berhala.

2.     Karena ibadah bagi Allah sudah dicampur aduk dengan berhala. Terjadi ibadah sinkretis!

         Cara pikir orang Israel pada zaman Nabi Amos sama dengan orang-orang di sekitar Timur Tengah kuno. Cara berpikirnya sbb : ibadah kepada Allah Yahweh itu berjalan, tetapi mereka juga percaya dan menyanjung Allah lain. Akhirnya sikap dan perilaku mereka terhadap isu dan kebenaran itu menjadi membingungkan. Pikiran mereka sebenarnya sudah rusak dan yang lebih luar biasa lagi di dalam Alkitab Maz 115, 135 dikatakan, you are what you worship (you become what you worship) . Kamu  akan menjadi seperti orang yang kamu sembah atau apa pun yang kamu sembah. Contoh praktisnya sbb : saya datang dari keluarga bukan Kristen sehingga keluarga saya itu cukup banyak punya perkebunan. Saya sempat benci dengan papa saya karena adakalahnya ia pukuli mama sehingga mama mau minum baygon 2 kali dan kami anak-anaknya mengumpat di kolong meja. Sebelum saya belajar untuk memaafkan papa , saya sangat menyadari agak belakangan bahwa  saya tidak suka pakai baju dikeluarkan karena papa saya pakai baju selalu dikeluarkan. Sesuatu yang saya tidar sadar sampai saya bertumbuh. Ternyata ada kaitannya. Setiap kali ingat mama diapakan, saya meras kesal sekali dengan papa saya. Semakin saya kesal dengan papa saya, di dalam batin saya adalah papa saya. Sehingga bayangan papa dengan baju dikeluarkan membuat saya kesal. Jadi saya selalu tidak mau pakai baju dikeluarkan (saya selalu masukan ke dalam bahkan pakai batik juga dimasukkan  padahal tidak cocok). Semakin memikirkan orang itu, akhirnya kita jadi seperti dia. Ketika sudah bisa mengampuni papa, anehnya saya bisa pakai baju dikeluarkan. Ini contoh dari kehidupan sehari  yang bisa jadi mengungkapkan bahwa memang kita menyembah apa yang disukai dan kita menjadi apa yang kita sembah. Marilah kita benar-benar perhatikan ada penyembahan yang Tuhan tidak akan terima. Jadi ibadah itu harus punya dampak sosial bagi sesama dan alam.

         Video Sacrifice tentang  visualisasi dosa yang dituliskan oleh seorang pelaku (actor). Dosa (sin) itu wild, hardened vile, accuser, unjust, adultery, bigotry, deceit, hate, envy, murder (malice), rape / prostitution (impurity). Lalu Allah mengutus Putra TunggalNya untuk menebus dosa manusia yang sudah berdosa. Dalam visualisasi itu kemudian digambarkan siluet Kristus dengan kedua tangannya terangkat dipaku, lalu cat merah dituangkan untuk menggambarkan curahan darah Kristus untuk menebus dosa manusia. Tuhan Yesus ditempatkan di tengah-tengah dosa. Jemaat diajak berpartisipasi (maju ke depan). Visualisasi ini dilakukan oleh gereja kontemporer. Ini merupakan simbolisasi.  Aspek ini yang di gereja Indonesia belum terlalu dipikirkan. Kebanyakan yang dibicarakan adalah hanya music, pemain music, alat music  dan cara pakai baju. Secara visual belum terlalu disentuh oleh gereja protestan. Kalau diperhatikan di sebelah kanan layar ada  tulisan-tulisan tentang dosa demikian juga di sebelah kiri, di mana saat mengungkapkan semua daftar dosa manusia (seperti benci, zina) tidak ada musik. Tetapi kemudian di tengah-tengah setelah selesai menuliskan dosa, baru musik main. Itu semua direncanakan. Sehingga tidak sekedar pakai feeling. Mengapa musiknya tidak dimainkan saat dituliskan semua daftar dosa? Itu momen yang menolong jemaat untuk mengenali dosa. Mungkin saya irihati dengan teman yang dipromosikan sedangkan dia tidak. Mungkin juga perzinahan, penyembahan berhala dan lain-lain. Setelah itu music baru main. Kalau tidak berasa apa-apa mungkin kita tidak biasa dalam hal seperti ini dalam kebaktian. Karena kita hanya bicarakan music, nyanyi, music, nyanyi dan seterusnya. Ini suatu hal yang membuat saya sedih dan prihatian. Protestan nampaknya anti seni visual. Padahal gereja mula-mula menggunakan tanda visual seperti  ikan, nelayan, Daud, bintang Daud dan menorah (simbol cahaya di Bait Suci) di mana Yesus adalah light of the world (bait suci Allah). Orang Kristen abad mula-mula menggabungkannya menjadi simbolisasi yang baru. Ini unik, hanya Kristen yang punya seperti ini. Artinya kekristenan tidak pernah terlepas dari Yahudi. Sama halnya seperti ibadah dan penyembahan Kristen. Banyak aspek Yahudi yang mempengaruhi kita. Tetapi esensi ibadah Kristen tidak bisa anti seni.

Esensi #5 Penyembahan Kristen : Artistik dan Kreatif.            

Mengapa dari segi pastoral,kita bisa tangkap hal ini cukup mudah karena manusia punya keunikan dalam menerima kebenaran, menghayati perjumpaan dengan Tuhan. Ada yang menghayati dengan video, visual, visitasi, gabungan audio dan visual. Kalau kita perhatikan zaman kita era digititalisasi, era social media zaman sekarang, generasi muda sudah multi tasking-nya tinggi sekali. Begitu membuka facebook waktu sedang kebaktian, kita tidak bisa judge bahwa dia tidak mendengar khotbah. Anak zaman sekarang jauh lebih pintar dari kita. Saat buka facebook dan mendengar khotbah lalu muncul Instagram dan bisa buka lagi. Anak-anak zaman sekarang  adalah generai hybrid. Semuanya jadi satu : text , visual semua jadi satu di gawai. Ini satu hal yang tidak kita bisa abaikan begitu saja. Sehingga kebakitan kalau terus menerus audio, kita akan ditinggalkan oleh generasi muda. Karena generasi muda sekarang Tuhan sudah dikasih tsunami visual setiap hari  lewat gawai dan media TV dan sebagainya. Sayangnya gereja masih terlalu mementingkan seni  music di dalam ibadah. Sehingga yang ada dalam sekolah Alkitab adalah jurusan music gerejawi, tidak ada jurusan music seni kristiani. Tidak ada! Mengapa buka-nya music gerejawi? Karena mengikuti Amerika, lalu dari Amerika bawa ke Singapura (Singapore Bible College) dan akhirnya bawa ke Indonesia. Gereja kurang mementingkan kesenian yang lain, akhirnya seniman di gereja merasa tidak punya tempat kecuali pemusik. Pelukis siapa yang perhatikan. Pematung begitu buat menyembah berhala. Gereja protestan menggunakan visual hanya sebatas untuk membuat spanduk, poster. Baru informasi ini-itu, bukan karya seni tapi intonasi, belum terlalu serius membuat gabungan beberapa seni. Tentu ini bisa terjadi untuk gereja yang mencoba menjaring anak-anak muda , dengan melakukan drama musical. Karena di dalam drama musical semua aspek seni muncul jadi satu. Tetapi menyiapkan drama musikal cape sekali. Di gereja kami hampir setiap tahun saat Paskah ada drama musical dari nol. Ada yang bisa buat lirik, ada yang bisa buat music, ada yang bisa gabungkan semuanya menjadi story line menjadi drama musical. Seluruh unsur gereja dilibatkan dari anak kecil sampai orang dewasa. Hanya berantemnya banyak, tergantung gembala sidang bisa mengaturnya tidak. Kalau tidak bisa manage maka kita akan stress dan tidak bisa tidur. Tiap hari dikota besar dunia, sangat dipengaruhi visual dari berbagai macam media tetapi gereja Protestan tidak mampu memberi alternataif seni visual. Kita bingung mau cari dari mana. Karena selama ratusan tahun yang namanya visual dibuang habis oleh gereja. Kalau hal ini terus terjadi pada kebaktian gereja zaman sekarang maka kita akan makin ditinggalkan oleh generasi berikutnya. Karena generasi sekarang butuh variasi .
              Aspek ini dasarnya juga ada yaitu Keluaran 25-40. Tuhan tidak anti seni bahkan Tuhan kita memilih seniman seperti Bezaleel dan Aholiab. Keduanya mandor untuk semua tukang untuk membuat tabut perjanjian , kemah suci dll. Semua macam perkakasnya dipahat dari emas. Tentu kita bisa mengembangkan lagi, emasnya dari mana? Kok bisa mereka membakar emas? Bagaimana caranya? Orang Yahudi adalah orang paling pintar di dunia. Saya baca scientific Discovery, ada seorang dokter di Yahudi sedang meneliti untuk menemukan obat kanker. Dia memanipulasi isi sel. Isi sel dikeluarkan lalu dimasukkan obat ke dalam sel tersebut lalu sel tersebut disuntikkan ke dalam . Sel itu yang membawa semua obat sel kanker seperti kemo dan lain sebagainya. Penemuan seperti ini belum waktu untuk percobaan. Jadi orang Yahudi pintar-pintar.

Apa arti artistic dan kreatif?

Kreatifitas menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Sebagai orang Kristen (umat kristiani) mencoba melakukan kreativias dan artistic dalam kebaktian, inovasi kita adalah gema dari kreativitas Allah. Jadi yang namanya kreativitas bukan sekedar corat-coret tembok. Di gereja , anak muda diminta kreatif, lalu di depan gereja temboknya dicat dengan gambar Yesus sedang disalib ,bukan itu maksudnya. Karena kita bersumber pada Allah, maka Allah memberikan berikan dalam firmannya. Kita kembali kepada kitab Kejadian :

Sumber kreativitas adalah FIRMAN.

Elemen kreativitas

a.     Fungsional (1:14-18,26,28).
Setiap apa Tuhan ciptakan ada fungsinya. Setiap yang diciptakan ada maknanya.
b.    Pemisahan (1:4-10,14,2:3)
Tuhan melakukan pemisahan , air di atas dan air di bawah. Pemisahan gelap dan terang dan sebagainya. Itu artinya pemisahan tersebut, Allah memberikan tujuan dari setiap aspek yang dibuat. Ketika kita memikirkan, bagaimana dibuat kreatif panggilan ibadah tadi. Maka kita harus tahu apa tujuannya. Ayat panggilan ibadahnya apa? Berarti hermeunitaka (ilmu tafsir) kita tidak hanya terpakai waktu kita menyiapkan khotbah, tetapi dipakai saat menggumuli  panggilan ibadah harus disajikan bagaimana secara kreatif?
c.     Ritme
-          “berfirmanlah Allah” muncul berulang-ulang dan bunyinya sama dalam bahasa Ibrani (Kej 1:3,6,9,11,14,20,24,26,28-29)
-          “Jadilah demikian” Jadilah petang jadilah pagi (Kej 1:3, 7,9,11,15,24,30).
-          “Allah melihat (itu) baik” (Kej 1:4, 10,12,18,21,25)
-          “Jadilah petang, jadilah pagi. Itulah hari” (Kej 1:5, 8, 13, 19,23,31)
Ritme mengikuti sesuatu yang ada di dalam diri kita juga. Contoh : jantung kita ada ritmenya. Ada satu kesulitan bagi saya adalah waktu saya masuk dalam kebaktian gereja dengan music yang keras luar biasa dan itu membuat ritme jantung kita ikutan berbeda sekali. Ini satu hal kita sebagai orang Kristen yang belum terlalu perhatikan. Padahal telinga kita ada batasan desibel. Orang-orang yang bekerja di lapangan udara, semua pakai headphone karena kencang sekali suaranya. Begitu juga kalau kita masuk ruang kebaktian yang musiknya kencang sekali apalagi kita berada dekat dengan speaker, ini belum terlalu diperhatikan, ritme jantung kita juga berubah. Karena musik mempengaruhi ibadah. Kita tidak bisa memungkirinya.
d.    Urutan (order)
Ada order yang teratur, ada progress dan arah. Itulah mengapa di Korintus Rasul Paulus berkata, “Kalau kita sedang berkumpul dan bila ada satu yang bernubuat maka gentian, ada urutan, jangan semuanya ingin bernubuat”.
e.     Keunikan dan variasi
1:11 “segala jenis pohon buah-buahan”
1:21 “segala jenis makhluk hidup yang bergerak… dan segala jenis burung yang bersayap.”
1:25 “segala jenis binatang liar & segala jenis ternak & segala jenis binatang melata…”
Dalam kitab Kejadian, istilah ini muncul berulang kali. Tuhan tidak ciptakan satu atau dua pohon tetapi segala jenis. Dari segala jenis pohon buah-buah yang Tuhan katakan boleh dimakan, tetapi ada satu yang jangan dimakan tetapi tetap saja yang satu itu dimakan. Aneh sekali manusia, padahal dikasih kebebasan begitu besar dengan boleh memakan semuanya kecuali satu. Ini bisa menjadi bahan perenungan teologis. Segala jenis ada variasi keunikan. Ini menunjukkan apa? Menunjukkan memang kita berbeda dan gereja berbeda orang-orangnya. Kalau tidak mengakui hal itu maka repot.
f.      Klimaks (puncak karya seni).
Misalnya dalam kebaktian  umumnya kita menganggap klimaksnya adalah Firman. Tetapi ini tidak semua orang setuju. Ada orang yang berkata klimaksnya adalah perjamuan kudus.Karena dalam perjamuan kudus, Tuhan sudah menerima kita makan bersama-sama dengan Dia.
g.     Istirahat (rest) – berkat.
Video visualisasi tentang dosa tadi menggabungkan 7 elemen ini. Walaupun dia sudah tulis dosa di kanan dan di kiri, lalu dia diam. Setelah itu baru dia buat gambar Tuhan Yesus. Kreatifitas itu tidak bisa dipaksakan. Banyak yang waktu tengah buat lagu, puisi atau menulis doa tetapi triterian kepada Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus butuh istirahat di hadan Tuhan, baru bisa keluar semua aspek seni. Kita bersyukur karena pada saat kita beristirahat kita sebenarnya menyerupai Allah yang beristirahat. Kalau kita tidak beristirahat, maka sederhananya kita tidak menyerupai Allah. Untuk kaum Injili akan mengatakan : Tuhan tidak pernah stirahat demi jiwa-jiwa.  Alkitab berkata Tuhan beristirahat dan kemudian mengulangi semua urusan sabat. Hamba Tuhan yang tidak bisa berisitirahat jangan-jangan pelayanan itu  sudah jadi berhalanya, karena pelayanan itu dari Tuhan. Ini tentu bisa diperdebatkan lagi. Ada gereja yang tidak memberi istirahat untuk hamba Tuhan. Majelis pikirnya mudah saja : kita juga tidak ada istirahat. Kita sabtu – minggu di gereja full. Dalam hati saya berkata,”Siapa yang suruh?” Mungkin ada kesalahan system 4L (Lu Lagi Lu Lagi). Atau dianya yang tidak mau turun-turun karena pelayanan adalah identitas diri. Kalau pelayanannya dicabut maka dia kelimpung. Karena selama ini identitasnya ditempel pada kelayanannya, ,sehingga keluarga berantakan kurang disadarinya. Pelayanan demi Tuhan, itu belum (jangan-jangan dari diri sendiri). Hamba Tuhan yang tidak bisa (mau) istirahat, karena merasa saya harus melakukan pekerjaan Tuhan, pertanyaannya sederhana : apakah Tuhan suruh? Kalau Tuhan benarkan suruh, silahkan saja.Kalau tidak suruh, jangan sok-sokan. Dengan pelayanan kita, kita tidak berjasa kepada Tuhan.

Ibrani 12:28-29 Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.   Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan. Ini prinsip sederhana sekali tapi sering kita tidak perhatikan. Mengucap syukur adalah ajakan. Mari kita mengucap syukur, dan ajakan ini setara dengan beribadah. Artinya apa? Ketika kita jadi orang Kristen, kita hanya lip-service bersyukur lewat nyanyian, doa tetapi begitu kita menjalani keseharian kita , isinya lebih banyak complain (keluhan) aneh-aneh dari kehidupan penyembahan kita.

Esensi #6 Penyembahan Kristen. Hidup penuh syukur

Ibadah yang sejati, diindikasikan lewat hidup yang penuh syukur. Hidup penuh syukur ini sebenarnya bukan bicara mengenai kemasan ibadah. Dan ini paling kental ada di Mazmur 50. Tetapi Mazmur 50 dimulai dengan gambar , siapa jati diri Tuhan lagi.
Maz 50:1-6 . Jati diri Allah : Maha Kuasa, Allah yang ber-Firman, Hakim yang Adil dalam segala keputusan, Ia adalah Terang sehingga kita tidak bisa sembunyikan apapun. Maka ironis sekali, kalau kita diajak bersyukur dengan takut dan gentar. Jadi bukan sekedar happy-happy bahwa Tuhan baik dan sebagainya. Jadi bersyukur yang God-centered  dengan bersyukur yang me-centered ada bedanya.
Maz 50:7-15 …. Semuanya adalah milik Allah. Maka kalau kita persembahan di Mazmur 50, persembahan itu pun milik Tuhan. Mengapa kita tidak bersyukur, jadi perlu diungkapkan.
Mazmur 50 ada beberapa kali, seperti Ibrani mengungkapkan “bersyukur”
Maz 50:14 bersyukur = beribadah  (Ibrani 12:28b Bersyukur setara dengan)
Maz 50:23 bersyukur – beribadah memuliakan Allah
Maz 50:16-22 belajar firman, tetapi benci teguran Tuhan. Lihat dosa, malah berkawan… Mulut jahat, penuh tipu… Pemfitnah…
Jadi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru konsisten dalam hal ini.

Ada seorang jemaat kami di Singapore yang sakit kanker. Dan di dalam tahap perjuangan yang kedua kali. Kanker payudara. Pertama kali mau kemo, cobain sekali tidak tahan, lalu pakai obat tradisional sembuh. Kedua kali tidak sembuh. Tetapi di penghujung hidupnya , setiap kali kami tanya mau didoakan apa? Mau menyanyi apa ? Dia selalu katakan,’Kumau cinta Yesus” sambil kesakitan menyanyi,”Kumau cinta Yesus selamanya, Kutetap cinta Yesus selamanya”. Dalam sakitnya,hatinya bergumul dan tetap ada syukur di situ. Itu baru penyembah yang sejati! Itu satu hal yang patut menjadi pertimbangan yang lebih serius karena di dalam gereja, kata bersyukur menjadi kata-kata yang latah dan diulang-ulang tapi kita tidak pernah mengajak jemaat apa yang disyukuri secara spesifik. Kita mungkin tidak pernah mengajak jemaat untuk mengucap syukur atas papa yang menyebalkan, mama yang sudah sakit 2 tahun, kok tidak jalan-jalan, untuk adik kita yang tidak pernah menipu kita. Bisakah kita bersyukur? Ini tantangan yang besar sekali, seperti kelihatannya sederhana. Ini hal yang menguji iman kita. Dari aspek Mazmur 50:12 ini menegaskan kembali prinsip yang berdampak social dan alam. Ibadah itu tidak ada artinya kalau tidak terjadi secara actual dalam kehidupan sehari-hari. Saya bersyukur Ibrani tidak ditutup dengan Ibrani 12:29 tetapi ada Ibrani pasal 13. Bacalah di rumah. Poinnya adalah : Ibrani 12 menegaskan marilah kita mengucapkan syukur dan beribadah pada Allah dengan cara yang berkenan dengan takut dan gentar karena Dia adalah api yang menghanguskan. Itu di ayat 29. Kemudian masuk Ibrani 13 pasal terakhir , nomor satu yang diucapkan adalah peliharalah kasih persaudaraan. Artinya Ibrani pasal 28-29 konsep penyembahannya sedangkan pasal 30 praktika penyembahan, seorang yang hidupnya penuh syukur. Jadi kita tidak bisa melihat penyembahan dari sisi ritual di gereja tetapi ibadah yang berkenan dan takut dan gentar seperti pada Ibrani 13 .

Ibadah Ritual , Aktual Ibadah. Liturgi kebaktian menjadi liturgi kehidupan

Ibadah cara yang berkenan pada Allah (takut & gentar)

-          Hormati pemimpin rohani
-          Berpusat pada Yesus
-          Perspektif kekekalan
-          Perkataan  muliakan Allah
-          Hidup yang berdoa & syafaat
-          Pelihara kasih (hospitable)
-          Hormati nikah
-          Tidak gila harta

Seluruh hidup. Worship itu 360 derejat seluruh hidup kita. Kalau kita hanya plilih salah satu maka ibadah kita tidak menyenangkan hati TUhan.

I nisiatif & identitas TUHAN
B erpusat pada karya keselamatan Kristus
A manat hidup baru dengan kuasa Roh Kudus
D ampak social bagi sesama dan alam
A rtistik & kreatif
H idup penuh syukur

No comments:

Post a Comment