Friday, August 2, 2019

Dipanggil Menjadi Satu Tubuh





(Pembukaan Bersama Sidang Tahunan Sinode dan Rapat Tahunan II YKKI)

Pdt. Buby Ticoalu

Kolose 3:15  Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

Damai Sejahtera Kristus Memerintah

Kita dipanggil menjadi satu tubuh agar damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita. Dalam panggilan damai sejahtera yang memerintah itu, bersyukurlah! Kiranya ayat ini bisa menjadi ayat pembimbing pada Sidang Tahunan kali ini.
Waktu masih muda saya berpikir,”Nanti kalau sudah lebih tua, saya akan lebih mudah berkhotbah karena lebih banyak hafalnya”. Ternyata kenyataannya sangat berbeda. Semakin berumur, semakin saya merasakan sulitnya untuk berkhotbah (bukan karena kurang pemahaman). Saya pernah mengenal seorang pendeta yang saya kagumi pelayanannya di Australia. Rohaninya terlihat bukan main baik sekali. Namun selang beberapa tahun, ia sudah mengundurkan diri dari jabatan kependetaannya dan hidup seperti orang yang depresif (diam dan bicara tanpa ekspresi) padahal ia dulunya luar biasa. Waktu itu saya masih muda dan bertanya-tanya, “Kok bisa begini?”
Pada tahun 2016, saya juga mengalami kejadian serupa saat akan berkhotbah di konferensi PGTI di Jakarta. Saat itu ternyata saya tidak bisa berkhotbah. Saya merasa begitu lemah (bukan dalam fisik karena saya masih bisa berlari) tetapi saya merasa begitu lemah dalam pikiran dan perasaan. Bagaimana mungkin saya yang memahami bahwa  Dia yang memberi kekuatan baru bagi orang yang lelah, memberikan kelegaan pada orang yang berbeban berat.. tetapi kok bisa? Memang kadangkala kita merasa capai, kenapa bisa begitu? Kenyataannya, saat berhadapan dengan dunia yang terluka, gereja juga tertimbun dengan hal itu. Berapa banyak orang Kalam Kudus seperti pendeta, majelis dan jemaat yang merasa terluka dan melukai / dilukasi, kecewa. Pernah bukan? Dalam rumah tangga saja ada (bisa dengan pasangan, anak atau mertua) demikian pula dengan rekan kerja. Sebagai orang beriman, kita tidak imun dengan yang terjadi dalam pergumulan dunia ini.
              Alangkah memprihatinkannya kalau saya berkhotbah tentang kasih tetapi Tuhan tahu ada kebencian dalam hati saya. Alangkah memprihatinkannya (munafiknya), kalau kita bicara tentang pengampunan sebagai ide yang luar biasa, sementara ada dendam yang kita simpan dalam-dalam di hati kita dibungkus wajah rohani. Celakanya, kita yang berkata ‘syalom’ (damai sejahtera) saat kebaktian, tetapi dalam tingkah laku, kita adalah orang yang membawa kekacauan. Di mana saat kita hadir bukannya membawa damai, malah sebaliknya terjadi kemelut. Kita bicara tentang ketenangan, sementara dalam saat yang sama ada kegelisahan. Kita terluka!

Waktu memikirkan hal ini ada beberapa kemungkinan :

1.     Sangat mungkin orang yang saya sebutkan tadi dan diri saya sendiri, tidak menyadari atau berusaha tidak menyadarinya.
Contoh : Daud yang berzina . Saat Nabi Natan mengisahkan tentang orang kaya yang mengambil domba satu-satunya milik orang miskin untuk dihidangkan bagi tamunya (2 Samuel 12:1-14),  respon Raja Daud luar biasa. Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan." (2 Samuel 12:5-6). Mungkin dia lupa, pura-pura lupa atau berusaha lupa.

2.     Sudah tahu jelas sekali tetapi saya tetap mau melakukannya.
Kejadian 4:6-7 Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Tuhan berkata, “Kain, dosa  sudah mengintip (melihat jelas sekali), iblis mau memperangkap engkau” artinya Kain berhentilah, jangan mendendam, itu tidak Aku kehendaki. Tetapi Kain membunuh Habel. Kain tahu tetapi sengaja melakukannya.  Raja Salomo bukan kurang (tidak) bijaksana, tetapi di akhir hidupnya ternyata walaupun ia tahu tetapi keinginan hatinya tetap mengambil istri-istri yang tidak berkenan kepada Tuhan. Dalam Perjanjian Baru bagaimana? Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah orang-orang yang merasa diri benar tanpa menyadari diri sendiri atau mereka tidak mau tahu dan terus mensugesti diri “I am right” (aku benar yang lain salah). Akhirnya seperti yang dikatakan Tuhan Yesus pada Matius 23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan o  yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Dari keadaan yang seperti itu betapa manis firman Tuhan menyapa,”Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu”.

Untuk Menjadi Satu Tubuh

Dalam segala pergumulan, bukan hanya ego yang memerintah kita, namun hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu. Memerintah artinya menuntun (govern), mengatur dalam kehidupan ini. Itu yang dimaksud dengan sejahtera. Sekaligus dikatakan “hendaklah damai sejahtera Kristus”, ada penafsir Alkitab yang mengatakan bahwa  Kristus menjadi wasit! Artinya waktu kita berjalan ke kiri atau menyimpang ke kanan di-semprit (selalu mengingatkan) : Hai, bukan begitu dong! Inilah damai sejahtera Kristus memerintah. Untuk apa damai sejatera memerintah? Bukan supaya kita happy-happy. Karena untuk itulah kita dipanggil menjadi 1 tubuh. Ini bukan masalah pribadi, tetapi sebagai satu tubuh. Kita sinode GKKK dan YKKI , kita sebagai umat Tuhan, kita satu tubuh dan kita seharusnya diperintah oleh damai sejahtera Kristus. Yang menjadi wasit “bukan maunya saya”. Karena untuk itulah kita dipanggil. Kalau saya boleh mengatakan lebih rinci sedikit, ini dilatarbelakangi suatu status bagaimana dipanggil menjadi 1 tubuh. Maksudnya tubuh yang diperintah oleh damai sejahtera Kristus sangat bertalian sebagai konsekuensi logis. Waktu kita membaca ayat ini, bentuk tata bahasa yang digunakan adalah imperatif, tidak ada tawar menawar. Kita sudah mengalami karya Kristus yang jelas. Waktu menerima keselamatan ada perintah agar dalam tiap langkah hidup kita, pelayanan kita , rumah tangga kita semuanya diperintah oleh damai sejahtera Kristus itu. Karena kita sudah dipanggil. Kata dipanggil merupakan pernyataan status yang menyatakan sesuatu yang bersifat fakta. Waktu bicara indikatif, suatu pernyataan yang bersifat fakta bukan fiktif atau impian tetapi faktanya kamu telah dipanggil. Indikatif. Bentuknya lampau. Kamu telah dipanggil menjadi 1 tubuh. Dan perintahnya jelas maka sebagai orang yang telah dipanggil,  kamu harus diperintah oleh damai sejahtera Kristus. Bersyukurlah adalah imperatif. Jangan ngomel kalau diperintah Kristus untuk menjadi 1 tubuh. Jangan ngomel, dia begini begitu. Mari kita berada dalam damai sejahtera Kristus.

Carilah Perkara yang di Atas

Ini hal yang sangat indah yang tak mungkin dibahas semuanya. Tetapi saya mau berbicara secara garis besar. Dari Kolose 3:1 sudah disebutkan , Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Ini jelas sekali pasangan indikatif. Kamu dipanggil, mengalami karya Kristus, menikmati anugerahNya, ditebus oleh darah yang mahal itu diikuti dengan “kalau begitu, carilah perkara yang di atas”. Pelayanan kita mencari perkara yang di atas atau tidak? Kita berkata, “Puji Tuhan , Tuhan menyelamatkan kita”, tetapi apakah kita yang berada pada perahu yang sama , kita mencari perkara yang di atas? Carilah perkara di atas bentuknya imperatif. Kamu diselamatkan, sebagai manusia baru carilah perkara yang di atas. Kita hidup, kita mencari kenyamanan tidak ada salahnya, makan enak tidak ada salahnya, kalau kita bisa, puji Tuhan! Tetapi perintah itu jelas, carilah perkara di atas, ,menjadi prioritas dalam hidup kita. Dengan kata lain, kalau kita telah dibangkitkan, mati dan bangkit bersama Kristus, jangan gunakana status itu untuk diri sendiri untuk kehormatan, kuasa, dengan menggunakan nama Tuhan. Jangan cari perkara di bawah.
Ayat kedua diikuti hal yang sama, Pikirkanlah (=set your mind) perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Kita Sesudah dibangkitkan, carilah (seek) perkara di atas. Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenaran. Pusatkan itu yang menjadi fokus. Sekarang banyak jalan tol. Saat berkendaraan dari Surabaya-Malang bisa menggunakan mode auto cruise. Berapa kecepatannya? Auto cruise hanya boleh 100 atau 80 km. Dari Pandan ke Malang , setelah mencapai kecepatan yang dimau, mobil bisa jalan sendiri, kita tinggal pegang setir saja. Setelah kecepatan di-set dengan auto cruise, seperti berkendaraan di luar negeri. Carilah perkara yang di atas, setelah menemukannya inilah nilai itu. Set your mind to that point. Pikirkan perkara-perkara yang di atas itu. Itulah cara damai sejahtera Kristus memerintah. Bukan set our mind pada  hal-hal yang menguntungkan diri, bukan mendatangkan damai sejahtera. Set your mind! Contoh yang sederhana sekali, Abraham dalam ketaatan mengikuti perintah untuk pergi ke Kanaan. Ibrani 11:8-10 mengatakan,   Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Tuhan berkata, Tuhan mau beri, tetapi ia tidak mendapat apa-apa, tidak memiliki tanah atau sertifikat. Namun demikian Abraham tidak mengklaim, “Ini aku. Aku pemilik pendiri, pemula, kalau tidak ada aku tidak ada tanah Kanaan”. Mengapa? Sebab ia menanti-nantikan kota  yang  mempunyai dasar yang dibangun Allah. Mind-set nya di atas. Sudah taat , mengapa begini di tanah Kanaan? Tetapi ia tidak klaim. Mengapa? Ia naik ke atas perkaranya.
Alangkah indahnya kalau mind-set ktia seperti itu. Rasa memiliki penting tapi jangan kebablasan untuk kepentingan sendiri. Perkara di atas! Artinya menjadi satu tubuh kehidupan yang diperintah damai sejahtera Kristus.

Keserakahan sama dengan Penyembahan Berhala!

Kita banyak  mendengar dalam kehidupan, orang mencari sesuatu utnuk kepentingan sendiri. Karena itu matikanlah! Sesudah  cari, lalu set your mind, ayat ke-5 matikanlah . Ayat ke-3 dikatakan kamu sudah mati (indikatif). Ayat 5 imperatif.  Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,Yang serius sekali keserahakan yang sam adengan penyembahan berhala. Dalam riset saya mendapat kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan keserakahan adalah suatu nafsu keinginan untuk mendapatkan lebih banyak untuk diri sendiri (materi) yang melampaui apa yang Allah tentukan yang terkait dengan nilai kehidupan kita. Kita bernafsu mendapat lebih banyak lagi sammpai melampaui dengan apa yang Tuhan ingin kita dapatkan dalam konteks kehidupan kita menuju hidup kekal. Maka dikatakan sama dengan penyembahan berhala. Contoh : Pernah saya bertanya ke istri,”Heran ya, dalam pelayanan kami bagaimana mengatur keuangan?” Pernah tidak berpikir, “Mengapa Yesus memilih Yudas untuk menjadi bendahara?” Rasul Yohanes mengatakan dia adalah maling lalu mengapa ditaruh menjadi bendahara? Yohanes 12:6  Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Ia adalah pencuri yang mengambil uang dari kantong untuk diri sendiri dengan topeng bahwa , lebih baik itu diberikan untuk orang miskin (itu untuk pelayanan, jangan boros, tidak tahunya diambil untuk diri sendiri). Kalau kita menjadi penasehat Yesus, yang kita pilih mungkin Matius seorang pemungut cukai yang pembukuannya excellent atau Natanael karena orang ini dipuji (Yohanes 1:47b "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"). Paling bagus bendahara seperti ini. Atau calon bendahara yang ketiga adalahh murid yang paling dikasihi yaitu Yohanes (Yohanes 13:23). Apakah Yesus tidak mengetahui bahwa  Yudas adalah pencuri? Saya membaca dari beberapa tulisan (artikel) yang mengatakan  “Di situlah Tuhan Yesus ingin membuktikan tidak ada yang bisa melayani 2 tuan : Tuhan atau uang” (Matius 6:24). Tidak ada yang bisa berkata, “keduanya bisa berjalan bersama”. Maka dikatakan jelas sekali mencintai mamon sama dengan penyembahan berhala. Karena ujung-ujungnya apa yang diperbuat Yudas? Yesus dijual! Itu adalah apa yang disebut keserakahan. Berhati-hatilah kalau perintah damai sejahtera Kristus tidak ada dalam hati kita!”
Yang sedang viral : almarhum Pdt. Bigman Sirait mengatakan,”Pendeta-pendeta bajingan mencari untung sendiri tanpa mempmerhatikan jemaat yang digembalakan”. Itu yang dikatakan Yehezkiel dan Tuhan Yesus. Itu banyak terjadi hari ini. Maka kalau disemprit, sadarlah!

Jangan lagi kamu saling mendustai

Ayat 9 bersifat imperatif, Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya. Kata “dusta” tidak enak didengar sehingga diganti dengan istilah “hoax”. Istilah ini hanya untuk keren-kerenan saja. Orang kalau dikatakan hoax tidak marah, tapi kalau dikatakan dusta marah. Baik di gereja maupun sekolah, pelayanan kita tidak imun terhadap hoax. Kiranya Tuhan pelihara mulut kita semua. Karena terbukti justru banyak masalah terjadi dalam gereja karena hoax (yang sebenarnya dusta). Saling mendustai yang ujung-ujungnya untuk kepentingan sendiri. Kalau sudah menerima anugerah, stop jangan kamu berdusta menyebarkan dusta (hoax) kalau tidak tahu pasti. Tegurlah satu dengan lain, jangan sebarkan hoax dan sebarkan di belakang.
Perhatikanlah bagaimana nats yang kita baca diwarnai perintah yang begitu panjang. Terlalu panjang kalau disampaikan semua. Yang terakhir yang ingin saya sampaikan. Ayat 12. Orang-orang pilihan Allah. Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Orang pilihan Allah , dikuduskan dan dikasihi. Luar biasa. Tuhan itu luar biasa. Dia menyelamatkan kita. Tetapi di ayat 12 muncul imperatifnya “kenakanlah” (put on) belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Itu jelas diperintahkan kamu dipanggil sekarang. Kenakanlah dalam kehidupan belas kasihan. Jangan sombong karena semuanya adalah anugerah Tuhan.


Ampunilah seorang akan yang lain.

Ayat 13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Pada Matius 18 ada 2 orang hamba yang berhutang. Yang satu utangnya 10.000 talenta yang akhirnya dibebaskan utangnya oleh raja dan yang seorang lagi berhutang seratus dinar kepada hamba yang berhutang 10.000 talenta tersebut. Tetapi hamba yang utangnya banyak tersebut memenjarakan orang yang berhutang kepadanya, sehingga raja pun marah. Mengapa raja marah ?

1.     Orang seperti itu tidak menghargai Tuhan .
Status yang diberikan dikasihi, dikuduskan dan diampuni Tuhan. Ia tidak bertingkah baik kepada rekannya. Raja marah bukan soal hubungan mereka berdua, tetapi sikap mereka berdua tidak menghargai apa yang Tuhan berikan. Ini tidak bersyukur malah mencari masalah. Orang yang mencari masalah tidak menghargai anugerah Tuhan.
2.     Orang itu tidak mau mengampuni dan sabar terhadap rekannya.
Padahal jelas, kesalahan dia begitu besar. Kesalahan rekannya begitu kecil. Berapa banyak kali kita berbuat jauh lebih berdosa, tetapi kita tidak mengampuni orang yang melakukan kesalahan kecil, karena posisi kita? Karena itulah Tuhan murka, orang seperti itu tidak bersyukur dan menghargai (kebencian dalam dirinya jauh lebih besar) sehingga walaupun utangnya diampuni ia tidak mengampuni kesalahan yang lebih kecil. Karena itu firman Tuhan ini bisa membimbing kita. Kita dipanggil menjadi satu tubuh dan bersyukur.

Penutup

Karya Kristus yang menebus kita sangat-sangat mahal! Kita semua tahu dan mengaminkannya, namun kita seringkali tidak menghargai karya Kristus dan tidak mengimplikasikannya dalam hidup kita. Hal itu membuat kita akan membayar lebih mahal lagi. Mengapa kita tidak berhadapan dengan siapa-siapa, tetapi Raja yang sudah mengampuni kita. Camkan itu dalam hidup kita! Kita telah ditebus dengan harga mahal dan tak ternilai, kalau kita tidak menghargainya dan tidak mengaplikasikan dengan berysukur dalam hidup kita, maka yang lebih buruk akan terjadi karena Tuhan mengampuni dan menyelamatkan kita bukan untuk sia-sia tetapi untuk memuliakan Dia dan menjadi berkat. Kalau tidak , kita berhadapan dengan Dia yang telah menebus dengan harga mahal.



No comments:

Post a Comment