Wednesday, April 4, 2018

WORSHIP TEAM Tiranus XIII 25-02-18

Ev. Tyas Afandy

Sesi I Worship Team

Ibadah
Dasar-dasar bagaimana kita menjadi pelayan ibadah.
Berbicara tentang seorang pelayan ibadah, berarti kita berbicara tentang jati diri. Seorang pelayan ibadah harus tahu jati dirinya (identitas, siapa kita, apa yang kita lakukan).
Seperti juga seorang dokter harus menentukan siapa dia dan apa yang akan dia kerjakan. Seorang pelukis tidak mungkin menyuntik pasien dan kita pun tidak mau disuntik oleh pelukis karena itu tugas dari seorang dokter. Indentas kita akan menentukan apa yang kita lakukan.

Jati Diri Seorang Pelayan Ibadah

1.     Jati diri sebagai penyembah

Ini jati diri terpenting. Sebagai guru Sekolah Minggu, liturgos, pemusik, petugas multimedia dan sound system, anggota paduan suara, singer, jati diri kita adalah kita menyembah Tuhan. Namun sayangnya ini sering dilupakan. Ada penulis buku rohani yang menulis bahwa pemimpin pujian (worship leader) biasanya orang yang paling pintar di gereja.  Karena seorang worship leader bekerja dan melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Ia menyanyi dan sekaligus berpikir apa yang akan dikatakan, memimpin jemaat-singer dan saat bersamaan harus berhubungan (konek) dengan Tuhan. Dari tugas ini, biasanya yang dilupakan adalah berhubungan dengan Tuhan. Padahal saat berdiri di depan tugas seorang worship leader adalah memimpin jemaat untuk berjumpa Tuhan, sayangnya tugas ini sering dilupakan. Ini tugas terpenting namun sering dilalaikan. Ini yang membedakan kita dengan penyanyi sekuler seperti penyanyi di kafe misalnya. Kita menyanyi untuk menyembah Tuhan. Ini jati diri terpenting yang sering dilupakan.

Yohanes 4:19-24
19  Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
20  Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
21  Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
22  Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
24  Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Yohanes 1 merupakan perjumpaan Yesus dengan seorang perempuan Samaria dan pada akhir perjumpaan mereka, Yesus berbicara tentang penyembahan. Ayat 19 , Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Di akhirnya Yesus memintanya untuk membawa suami dan dijawab dia tidak punya suami, dan Yesus mengatakan bahwa ia sudah punya 5 suami. Saat perjumpaan pertama kali, Yesus sudah tahu ia punya lima suami. Perempuan itu mengatakan Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah. Ia ingin mengetahui kalau mau menyembah di mana yang lebih tepat di Gunung Gerezim atau di Yerusalem. Ada penafsir yang mengatakan bahwa perempuan ini sedang mengalihkan topik. Tapi sebenarnya wanita ini mau bertobat dan beribadah sehingga menanyakan hal itu. Yesus meladeni pertanyaan itu. Tuhan tidak bisa ‘ngeles’ (menghindari pertanyaan itu). Yesus menjawab, "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Wanita ini bertanya tentang tempat tetapi Yesus menjawab penyembahan bukan lagi tentang tempat menyembah. Jadi bukan jawaban a atau b tetapi c.

Di Perjanjian Lama, tempat itu merupakan sesuatu yang penting, orang berbondong-bondong ke Yerusalem. Tetapi Yesus menjawab dengan pernyataan yang merupakan revolusi saat itu. Penyembahan bukanlah tentang apa yang tampak di luar tetapi Ia berbicara tentang sesuatu yang ada di dalam kita. Ayat 23 menjadi jawaban. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Kata ‘menghendaki’ lebih tepat diterjemahkan dengan kata ‘mencari’. Jadi Bapa mencari penyembah-penyembah benar. Dalam Perjanjian Baru, bukan kita mencari Tuhan, tetapi Tuhan yang terlebih dahulu mencari kita.

Kalau Tuhan hadir dalam ibadah kita setiap minggu, apa yang Tuhan cari? Jawabannya : penyembah-penyembah (bukan penyembahan-penyembahan kita). Kalau yang dicari penyembahan kita, maka Tuhan akan kecewa dengan penyembahan kita. Dengan cara , gaya dan apa yang diberikan oleh kita tidak cukup untuk Tuhan. Hal ini dapat dibandingkan dengan para malaikat yang menyanyi tanpa salah lirik dan tidak fals, tidak ada nada yang ketinggian. Paduan suara surga bernyanyi dengan pembagian mungkin sampai 6-12 suara. Tidak ada salah tekan tuts piano. Jadi kalau Tuhan mencari penyembahan di gereja, maka ia akan kecewa. Belum lagi yang menyembah antara pikiran dan keberadaan berbeda. Bapa menghendaki penyembah-penyembah atau pribadi-pribadi yang menyembah Tuhan. Tuhan hadir dalam ibadah, Ia mencari kita tanpa terkecuali. Tuhan ingin berjumpa dengan kita semua. Yang dicari Tuhan penyembah bukan penyanyi. Menyanyi dan menyembah berbeda. Orang yang menyanyi belum tentu menyembah. Orang yang menyembah pasti juga akan menyanyi. Berapa banyak yang menyanyi nyanyian dengan kosong, tanpa hati? Orang yang menyembah pasti mau menyanyi untuk Tuhan. Orang yang datang secara sadar untuk Tuhan itulah penyembah. Hanya satu yang bisa menjadikan kita penyembah yaitu pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Saatnya akan datang dan sudah tiba.

Kita mendapat status sebagai anak Allah, terang dunia dan penyembah. Orang yang berstatus perokok, bukanlah orang yang bila sekali merokok lalu rokoknya dibuang. Pemabuk bukanlah orang yang baru minum sekali minuman keras. Penjudi juga bukan orang yang baru sekali main judi. Penyembah adalah orang yang menjadikan penyembahan sebagai lifestyle (gaya hidup) bukan penyembahan yang hanya dilakukan seminggu sekali dalam 2-3 jam dan itu pun bolong-bolong. Yang dicari Tuhan adalah penyembah-penyembah, bukan penyembahan sekali seminggu tapi penyembahan sebagai gaya hidup.

Bagaimana caranya agar saat memimpin ibadah sekaligus menyembah Tuhan?

Worship Leader dikatakan orang yang paling pintar karena mampun melakukan berbagai tugas sekaligus dalam waktu bersamaan (multi-tasking). Banyak orang yang sibuk dengan lagu yang dipilih, kata-kata yang diucapkan, lalu bagaimana kita menyembah kepada Tuhan? Jalan keluarnya, hidup dalam penyembahan! Bagaimana main musik, memimpin ibadah sekaligus menyembah Tuhan? Caranya hanya satu, penyembahan dijadikan sebagai gaya hidup sehingga mengalir dengan sendirinya.

Bagi Ibu yang biasa membuat sayur asam atau capcay, maka pada saat pergi ke pasar, ia tidak perlu pikir. Dia tahu harus belok ke mana, tempat di mana paling murah harganya dan dapatnya banyak. Dia tidak perlu tulis dulu apa yang mau dibeli di rumah. Berbeda dengan gadis umur 22 yang baru mau membuat capcay. Dia akan membuka youtube dahulu, tapi setelah belaja di pasar, sesampainya di rumah ada yang lupa dibelinya. Kalau Ibu bisa mengerjakan dengan cepat, tanpa perlu membuka youtube dan hasilnya jadi karena memasak sudah menjadi gaya hidupnya. Tiap hari ia masak, maka tidak perlu pikir lagi. Mau hari ini sedang banyak kerjaan, ia akan tetap memasak. Ada yang masak sambil melakukan video call dengan teman arisannya. Memasak sudah menjadi gaya hidupnya, sedangkan untuk perempuan muda memasak selama 2 jam belum tentu jadi dan hasilnya belum tentu enak. Ketika penyembahan menjadi gaya hidup maka akan mengalir dengan sendirinya. Kalau dia masih banyak memikirkan  bagaimana menyembah berarti penyembahan belum jadi gaya hidup. Bisa saja sudah menjadi pelayan ibadah dan setiap minggu melayani tetapi saat ditanya bagaimana pelayanan penyembahannya seperti apa, dia tidak tahu. Saat membicarakan tentang penyembahan , ini adalah bagian terpenting. Tidak mungkin mengajak orang untuk menyembah kalau diri sendiri tidak pernah menyembah Tuhan. Bapak menghendaki penyembah-penyembah.

Penyembah Benar

Penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa. Ia tidak ditentukan oleh kita.

-          Untuk menjadi penyembah yang benar ditentukan oleh Tuhan, bukan manusia. Jadi ia harus tahu apa yang menyenangkan hati Tuhan. Kalau saya, bila ada yang berkunjung ke rumah jangan membawa duren karena saya tidak suka tetapi kalau bawa makanan dari babi saya suka. Jadi kita harus tahu apa yang Tuhan suka. Jadi tidak semau-maunya kita. Yesus berkata, “Penyembah yang benar akan menyembah Bapa.” Rasul Paulus pada surat yang dikirim ke jemaat Filipi mengatakan,dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Karena objek penyembahan adalah Bapa. Penyembahan kita ditujukan kepada Bapa melalui anak dengan pertolongan Roh Kudus. Ini penyembahan berdasarkan Allah Tritunggal, dipersembahkan ke Bapa , melalui Anak dan dilakukan dengan pertolongan Roh Kudus. Musuh penyembahan yang benar adalah penyembahan yang berpusat pada diri sendiri. Orang datang tidak kepada Bapa tapi untuk menyenangkan diri sendiri. Ada yang datang berkata,”Hari ini penyembahannya kurang asyik.” Penyembahan bukan untuk diri sendiri tapi untuk Tuhan. Kita datang untuk menyembah Tuhan bukan yang lain. Allah Bapa satu-satunya yang disembah. Orang Kristen sekarang maunya hanya my needs, my wants dan seleraku.

-          Di gereja mereka berteriak-teriak karena lebih mengutamakan selera. Apalagi di zaman televisi. Kita punya remote control di tangan. Bila ada program yang tidak menarik maka kita tinggalkan. Ini dibawa ke gereja. Khotbah yang tidak enak ditinggalkan, yang enak didengarkan. Penyembahan ditujukan untuk Tuhan bukan untuk kita. Kita datang di ibadah Minggu untuk berbakti pada Tuhan. Kita berbakti untuk menyembah Tuhan. Bukan untuk memuaskan selera kita. Gaya musik yang tepat bisa lebih membantu. Kalau sekarang musiknya dangdut kita sulit menyembah. Musik yang enak pasti lebih menolong kita. Musik enak, bagus, dipersiapkan dengan baik, lebih membantu kita. Tetapi musik bukanlah yang utama dalam ibadah kita. Itu hal yang menolong suasana yang lebih cocok, membangun. Tetapi tujuan ibadah adalah Tuhan. Kita datang untuk menyenangkan Tuhan.

-          Penyembah yang benar menyembah Bapa di dalam roh dan kebenaran. Dulu belum ada pasal ke dua. Roh bukan roh Tuhan tetapi kita. Dalam Alkitab bahasa Mandarin dikatakan “dengan roh”, dalam Alkitab Indonesia “di dalam roh”(maksudnya di dalam hati). Roh berbicara tentang sesuatu yang tidak kelihatan. Menyembah Bapa dalam Roh berarti menyanyi dari hati. Allah kita adalah Allah y ang melihat hati. Ketika kita datang beribadah, yang Tuhan lihat adalah apa yang di dalam. Setelah melihat kedalaman hati kita, saat menyembah pastikan dari dalam hati. Penyembahan bukan dari luar ke dalam tetapi dalam ke luar. Penyembahan adalah ekspresi dari cinta.

Expression = ex di luar , press = tekanan, sesuatu yang dikesankan. Saat berjumpa dengan seseorang pada pertama kali kita akan mendapat kesan. Belum pernah ketemu , ada yang baru pertama kali mendengar. Banyak orang yang sepertinya menyembah dalam ibadah. Expressi wajah kita belum tentu bertemu Tuhan (termasuk sedang menangis). Saat menghadapi masalah berat (ditinggal suami, uang habis dll), maka ia menangis saat teringat masalah (bebannya berat). Saat ada yang menangis, belum tentu bertemu Tuhan. Apa yang diluar tidak menentukan apa yang di dalam. Tetapi apa yang di dalam menentukan apa yang di luar. Kalau memiliki hati yang menyembah, penyembahan menjadi ekpresi dari dalam ke luar kepada Tuhan.

Seberapa besar cinta orang-orang Kristen  kepada Tuhan? Masihkah kita membaca Firman Tuhan setiap hari? Terlalu banyak urusan di gereja dan urusan pribadi. Jangan-jangan tiap Minggu hanya lip service saja yang disampaikan kepada Tuhan. Kita bisa menyembah Bapa di dalam Roh saat sungguh-sungguh mengenal dan mengalami Nya. Dan mengalamiNya dengan baik.

Tak kenal tak sayang. Tapi makin kenal manusia, makin sebal. Tetapi kalau kepada Tuhan, makin kita kenal maka kita akan semakin sayang. Saya mengenal Tuhan saat SMA. Dari umur 3 tahun, saya sudah dibawa ke Sekolah Minggu. Kalau ditanya siapa Allah Bapa? Kata guru Sekolah Minggu, Allah itu Bapa. Waktu sekolah kelas  3SMP, papa meninggal dunia. Kehidupan keluarga kami berubah. Waktu ia meninggal, ia tidak meninggalkan apa-apa. Hanya ada uang Rp 200.000 dan kontrak rumah. Waktu papa ada hidup kita enak, tetapi waktu meninggal tidak ada uang. Akhirnya harta yang ada dijual utnuk memenuhi kehidupan beberapa lama. Suatu kali kami tidak ada uang sama sekali. Saya tidak bisa berangkat ke sekolah, karena sekolah jauh dan tidak bisa membayar ongkosnya. Sewaktu kecil, saya dan adik saya rajin sekolah dan bisa menangis kalau tidak sekolah. Saya dan adik saya hobinya belajar. Kami menangis karena sedih, uang Rp 3.000 saja tidak ada. Saya tidak masalah dengan uang. Kita percaya walau tidak punya apa-apa, tetapi kami punya Bapa yang punya apa-apa. Saya bersyukur tidak pernah kekurangan. Saya bangga dengan Allah Bapa. Karena saya sungguh mengalamiNya dalam hidup saya. Saya menyanyi “Allah kau Sungguh Baik” dengan hati saya karena ssaya yakin akan hal itu. Saat memutuskan menjadi hamba Tuhan, keluarga sangat menolak (tidak setuju). Keluarga papa saya yang membiayai saya dan mereka beragama Budha. Keluarga papa berkata, “Kalau kamu jadi hamba Tuhan, mau makan apa?” Pada tahun 2007, berat badan saya 137 kg. Jadi waktu ditanya makan apa, sampai sekarang saya berkecukupan makanan. Tetapi walau tidak didukung saya bisa hidup dengan uang Rp 400.000. Setelah menjadi orang Kristen apakah kita semakin mengenal Tuhan tidak? Pengalaman akan menumbuhkan pengenalan kepada Tuhan dan semakin kita semakin cinta dengan Dia.

Fanny J Crosby (1820-1915), penulis lebih dari 8.000 lagu rohani, menyanyi seakan-akan bukan dia yang menulis lagu dengan lirik : Dengan langit sebagai kertas, batang potong sebagai pena, air laut sebagai dawat (tinta), tiap orang penulisnya. Tak mungkin menuliskan, kasih Allah  yang besar. Langit dari Timur ke Barat tak akan mungkin memuatnya. Kasih Allah tak terduga , tinggi dalam dan luas. Tetap teguh tak berubah sampai selama-lamanya. Orang buta karena mengalami kasih Tuhan bisa menggambarkan kasih Allah dengan luar biasa. Kalau mengenal kasihNya yang begitu dalam, maka waktu menyembah pasti beda.

Pengikut agama banyak yang menyembah Tuhan paling kurang ajar, sembarangan. Banyak yang bisa main handphone dan mengangkat telpon di tengah kebaktian. Hanya orang-orang Kristen yang menyembah Tuhan sambil membuka laman facebook. Bayangkan kalau orang muslim menyembah sambil main handphone akan dibakar, juga pengikut Budha dan Hindu. Ada seorang penganut Hindu yang berlutut di depan pura di Tirta Ampul. Waktu itu hujan turun, tapi dia tidak ambil paying dan dia tidak buru-buru menyelesaikan doanya. Betapa hormat orang Hindu dengan Tuhannya. Berbeda dengan pengikut Kristus, kalau sedang musim hujan maka jumlah yang datang ke gereja berkurang.  Statistik kehadiran jemaat turun dan otomatis persembahan juga turun. Yang punya mobil juga tidak datang karena takut mobilnya kotor. Jadi ia menyembah di rumah saja  karena sekarang banyak ibadah online. Seharusnya dari hati kita menunjukkan penyembahan dengan hormat (menyembah dari hati).

Karena hati pasti terbukti. Kalau pelayan Tuhan punya hati maka bila rapat mulai pk 19, ia akan datang pk 16. Orang yang punya hati pasti terbukti. Ia akan datang kecuali bannya bocor. Kalau punya hati pasti terbukti. Apa bukti cinta Tuhan? Orang cinta Tuhan, waktu memimpin ibadah dan menyanyi seperti apa? Ia akan menyentuh jemaat. Kalau nyanyinya tidak dari hati, maka yang mendengarnya akan malas. Menyembah Bapa di dalam roh dan kebenaran. Penyembah yang benar, ia akan menyembah dalam roh dan kebenaran. Isi hati Tuhan tertuang dalam firman Tuhan. Menyembah Allah dalam roh dan kebenaran , berarti menyembah dengan benar. Banyak gereja yang mengajarkan dengan tidak tepat tentang Yesus. Menyembah Allah dengan benar, melibatkan pikiran kita saat menyembah Dia. Jangan sampai waktu pulang gereja, menyembah dengan enak tapi saat ditanya menyanyi lagu apa tidak tahu. Kata yagn diucapkan sungguh dinikmati dengan pengenalan kepada Tuhan. Makin kenal, maka akan semakin hormat. JE Packard, mengatakan,”Lebih menekankan Allah itu dekat dengan kita daripada transedensi. Jangan bawa lagu, Allah itu baik saja, tanpa menyadari bahwa Allah kita adalah Allah yang kudus, luar biasa, maha kuasa, begitu layak untuk dihormati,diagungkan. Jangan hanya mengenal Allah sebagian. Allah begitu baik dan mau mengerti kita. Jangan orang sembarang dengan Tuhan. Kalau terlambat jangan katakan ,”Tuhan tahu anak saya banyak.” Kalau mengenal Tuhan, tidak mungkin tidak beribadah. Ada yang mengira Tuhan hanya hadir saat khutbah disampaikan. Padahal sebelum kita datang, Tuhan hadir. Tuhan yang inisiatif. Tuhan ingin mengenal kita. Jangan alasan telat karena khotbah belum dimulai. Ditanya mengapa telat, dijawab “Tidak apa mu-shi, yang penting tahu khotbahnya. Kalau diundang Jokowi kita tidak berani telat. Padahal saat Allah mengundang, kita datang tetapi kita berani-beranian telat datangnya. Bagaimana sikap kita terhadap Allah? Kalau sungguh kita mengenal Tuahn, kita tidak akan sembarang beribadah. Jadi menyembahlah Bapa di dalam roh dan kebenaran . Ini menjadi jati diri kita.

2.       Jati diri sebagai pemimpin

Anda tidak mungkin memimpin seseroang ke tempat yang belum pernah anda kunjungi. Untuk membawa orang ke tempat dalam, kita tidak mungkin melakukan kalau belum pernah mengunjunginya. Kalau saya pergi ke daerah Cengkareng saya tahu tempat-tempat makanan yang enak tapi di Kawasan Mangga Besar saya tidak tahu. Di Cengkareng saya bisa menggambarkan indahnya dan macetnya. Liturgis akan memimpin untuk membawa jemaat ke tempat yang dalam. Setiap kali jadi liturgos itu hal yang saya mimpikan. Tidak mungkin memimpin orang ke tempat yang akan dikunjungi kalau dia sendiri tidak pernah datang ke sana.

3 aspek penting dalam memimpin penyembahan

-          Teologis (theological). Tidak mungkin memperkenalkan kalau tidak kenal Tuhan

-          Music (musical). Kenal teologi bagus tapi tidak kenal musik, maka tidak mungkin. Tidak mungkin puji-pujian dipimpin oleh orang yang suaranya fals. Sebagai pemimpin ibadah harus kembangkan aspek ini. TIdak ada orang yang begitu lahir langsung suaranya merdu. Celine Dion tidak mungkin bisa menyanyi 7 oktaf tanpa berlatih. Untuk punya aspek teologis, maka baca firman Tuhan dan buku-buku rohani. Untuk musical, kita harus berlatih.

-          Pastoral (aspek penggembalaan(. Yang dilayani adalah jemaat. Saat memimpin di depan, kita menjadi gembala, menuntun jemaat. Saat berdiri di depan harus punya hubungan baik dengan jemaat. Jangan sampai punya utang tapi belum dibayar. Apa Tuhan itu baik? Bagaimana jemaat bisa menyembah Tuhan, kalau kita omong bicara dengnan pedas, maka bagaimana bisa memimpin pujian? Karena dikatakan hanya di depan saja, di belakang tidak.
Saya pernah belajar membuat khotbah yang baik. Kita harus tahu hubungan dengan jemaat. Suatu kali ada 3 jemaat yang mengalami kedukaan dan mereka punya keluarga yang cukup banyak di gereja. Jadi cukup banyak jemaat yang mengalami kedukaan. Jadi saya berpikir , untuk menyanyi lagu-lagu penghiburan. Tuhan yang peduli kita. Kita harus mengerti apa y ang digumuli jemaat. Kita gunakan kata-kata yang baik, membangun. Jangan katakan,”Bapa-ibu kok lemas belum makan ya?” padahal mereka baru makan. Seharusnya,”Bapak-ibu mari kita menyanyi dengan lebih semangat!”

Renungan :
Seberapa cinta kita dengan Tuhan? Karena semuanya tergantung pertanyaan ini.
Apakah dengan semakin mencintai Tuhan, kita semakin menjadi orang Kristen?
Semakin sibuk di gereja dengan segudang jabatan, apakah kita semakin mencintai Tuhan?
Mungkin ada yang sudah lama meninggalkan Tuhan, saat ini ada yang ingin menjumpai Tuhan?
Siapa yang berkata, “Tuhan ini aku, aku ingin lebih mencintai engkau Tuhan!”?

Sesi 2

Mazmur 33:1-3
1   Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur.
2  Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali!
3  Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!

Menyanyi adalah Perintah

“Bersorak-sorailah” adalah perintah dan bukan undangan. Jadi menyanyi itu bukan pilihan. Sayang banyak orang Kristen menjadikannya pilihan. Jadi kalau sedang tidak mood, tidak menyanyi. Saat “tanggal tua” bernyanyi dengan keras karena merasa ssangat membutuhkan Tuhan. Bernyanyi, bersorak, bermazmur, bermusik adalah perintah. Sebab Tuhan pantas dan layak menerima puji-pujian dari kita dari apa yang telah dilakukanNya.

Ada 1 bagian yang sulit dimengeri.  Pada ayat 3 dikatakan “Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru”, apakah setiap minggu kita harus menyanyikan lagu baru?

Paul Westermeyer berpendapat bahwa ada 4 alternatif yang dimaksud dengan “nyanyian baru”:
1.     Menyanyikan lagu baru.  Kalau begitu lagu hymne tidak lagi dinyanyikan (KPPK tidak laku).
2.     Menyanyikan lagu lama dengan makna yang baru, dimaknai dengan lebih dalam atau dengan makna berbeda. Dimaknai ulang, sehingga dinyanyikan dengan fresh
3.     Menyanyikan lagu lama dengan gaya atau cara yang baru. Misal : lagu di KPPK ketukan 4/4 harus begitu, padahal bisa diubah. Bila sedang kita nyanyikan dengan cara baru mungkin penciptanya malah senang. Banyak anak muda tidak menyenangi lagu hymne karena dinyanyikan dengan cara lama. Jadi kami mengaransemen dengan fresh (full band). Jadi banyak anak muda di gereja kami yang senang lagu-lagu hymne. Ada anak muda yang tidak tahu lagu Amazing Grace karena ditinggalkan. Lagu Hymne ditinggalkan karena dinyanyikan dengan cara lama. Padahal lagu “Kasih Allah” maknanya dalam jika digubah menjadi bagus sekali. Tetapi banyak lagu yang dinyanyikan dengan cara yang tidak pernah berubah.
4.     Lagu lama yang baru dinyanyikan. Ada lagu kuno yang tidak pernah dinyanyikan.

Kemampuan memilih lagu lebih penting dari kemampuan menyanyikan atau memainkannya. Kalau sudah salah memilih lagu, betapa bagus pun lagunya maka menjadi kurang optimum. Kalau lagu tidak sesuai kebenaran, maka tetap saja salah. Ini adalah lagu gereja (bukan café), jadi harus sesuai Firman.

Bagaimana memilih lagu?

1.     Apakah sesuai dengan kebenaran?

Ketika melihat lirik lagu, perhatikan apakah lagu itu rohani atau tidak. Musik tidak menentukan. Kita tidak bisa membedakan ini lagu rohani atau tidak dari music melainkan dari liriknya.  Ketika mendengar lagu, jangan hanya karena enak saja, tetapi perhatikan liriknya. Perhatikan liriknya apakah sesuai dengan firman Tuhan atau tidak. Kita bersyukur untuk lagu rohani sekarang banyak yang tidak ngaco. Ada yang ngaco tapi tidak mayoritas. Ada lagu rohani kontemporer yang tidak dalam. Dalam lagu himne ada 4 bait dan 1 refrain. Bait pertama keselamatan, kedua Roh Kudus dst-nya, itu merupakan doktrin teologi. Selama lirik lagu tidak menyesatkan kita, masih tidak apa untuk dinyanyikan. Lagu Abba Bapa. Di sini tidak jelas mana Yesus dan mana Bapa. Walau tidak dipisahkan tapi masing-masing punya peranan.

2.     Apakah lirik berbicara dengan jelas.

Lagu hymne memakai kata (istilah) lama sehingga terkadang membingungkan. Seperti kata ‘dawat’ banyak tidak dimengerti. Ada lagu-lagu yang membingungkan. Contoh lagu Karya Terbesar. Pujian dari hatiku, selalu di setiap waktuku, tiada pernah berubah kasihKu. Sari Simorangkir menyanyikan ”kasihku”. Ini adalah komitmen, saya tidak ingin berubah. Setelah diubah menjadi “kasihKu”, liriknya jadi membingungkan. Jadi maknanya harus jelas dan menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti, kecuali untuk konsumsi pribadi. Lagu seperti ini bila dinyanyikan dalam ibadah, tidak semua jemaat bisa mengerti sehingga menjadi multi tafsir. Ada juga lirik lagu  Peganglah tanganku, jangan lepaskan. Ini memberi kesan Tuhan bisa melepaskan tangan kita. Jadi kita minta agar jangan dilepaskan, padahal tidak. John Piper pernah mengkritisi lagu Above All “ We change … and torn me above all”. John Piper berkata,”Tuhan memikirkan kita lebih dari segalanya. Tuhan memikirkan diriNya juga bukan sekedar kita.” Tapi diberi sanggahan, lagu ini dimulai dari above all. Itu bukan semuanya tapi dari lirik di atas. Jadi yang dikomentari itu tidak valid. Jadi bukan Tuhan menilai diriNya. Jadi jangan menilai lagu dengan kejam dan katakan musik setan. Ada pendeta yang berkata, jangan menyanyikan lagu “Jangan Lelah” karena menurutnya,”memang kita kontraktor?” Kita kan bekerja di ladangnya Tuhan. Jadi tidak etis menilainya begitu. Maksudnya kita bekerja di ladangnya Tuhan. Kita harus ingat keterbatasan bahasa puitis.

3.     Apakah lagu ini God-Centered?

Untuk tahu hal itu, perhatikan “Tuhan seperti apa yang sedang digambarkan oleh lagu ini?” Gambaran Tuhan seperti apa yang didapatkan dari lirik lagu tersebut. Banyak lagu kontemporer yang tidak menggambarkan Tuhan. Seperti lagu “Kumau Cinta Tuhan Yesus Selamanya”. Ini ungkapan saja, tidak jelas menggambarkan Tuhan. Beda dengan “Suci Suci Suci” : Allah yang suci, Allah maha kasih, Allah Tritunggal patut dipuji. Bait kedua Suci Suci Suci, Allah yang dipuji, di depan tahtaMu menerima mahkotaNya. Memberi mahkotaNya , adegan di Wahyu keempat mahluk melemparkan mahkota. Baru 2 lirik menggambarkan karakter di Alkitab. Memang lagu himne lebih baik. Walau sekarang lagu kontemporer juga membaik. Seperti lagunya JPCC, “Yesus Yesus Tuhan”.  Yesus Kristus Tuhan. Liriknya sudah dalam.

4.     Apakah lagu ini Gospel-Centered?

Gospel-Centered: Dalam berbicara tentang pengabdian dan respon kita atas karya Allah Merupakan respon terhadap anugerah bukan karena untuk mengumpulkan perkenanan Tuhan. Apakah lirik hanya berbicara tentang komitmen kita sendiri dan pengabdian kita Sendiri dari pada kesadaran akan semuanya adalah manfaat dari karya Tuhan.  Inti Injil adalah Allah mengasihi kita bukan semata dari apa yang kita lakukan. Bukan dengan makin banyak menyanyi , Tuhan makin menyayangi kita. Lagu KPPK, Trust and Obey diterjemahkan “percayalah dan patuh padanya pasti dikasihNya, percayalah.” Padahal Tuhan kasih kita ketika kita masih berdosa. Padahal lagu aslinya “To be happy in Jesus” Untuk bahagia dalam Yesus (bukan untuk dikasihi Yesus). Ini perbedaan besar. Jadi di gereja , kita bandingkan mana terjemahan yang jelas. Karena KPPK tidak jelas, kami pakai Kidung Agung, PPK, atau bila tidak ada yang bagus saya terjemahkan sendiri. Yang penting tidak keluar dari maknanya. Terjemahan tidak mutlak, yang penting melodi dan lirik aslinya.

5.     Apakah lagu ini selaras dengan doktrin gereja, visi dan budaya kita?

6.     Perhatikan jenis lagu.

Ada lagu yang ke atas berbicara tentang Tuhan seperti “Kumau Cinta Yesus” (panah ke atas), ke bawah (carilah dahulu kebenarannya). Worship Leader berperan sebagai imam (Tuhan sedang bicara kepada jemaat). Atau ke samping (datanglah ke baitnya) dan itu ajakan. Jangan semua lagu arahnya ke samping. Untuk ibadah harus kaya. Ada yang panah ke atas, ke bawah dan ke samping.
-          Lihat tema, apakah lagu cocok dengan tema. Untuk lagu persembahan atau pembukaan harus dipilih yang sesuai.
-          Berdasarkan tempo, apakah lagu cepat dan lambat. Jangan semua lagu cepat sehingga jemaat ngos-ngosan nyanyinya terutama jemaat usia indah.

7.     Perhatikan melodi / musiknya

Berdasarkan style musik dari lagu tersebut. Contoh : lagu “Allah Ditinggikan”. Allah ditinggikan dengan sorak sorai dengan sangkakala. Waktu dibuat menjadi irama dance dan rock hasilnya berbeda. Ada yang jenisnya dance tapi cara menyanyinya tidak, sehingga tidak enak. Maka harus tahu style nya agar bisa disesuaikan dengan gerakannya.

-          Apakah melodi mudah diikuti ? Melodi juga jangan sulit diikuti oleh jemaat.
-          Apakah melodi mudah diingat? Contoh yang mudah : Haleluyah 12 x. Yang susah contohnya : “Di dalam dunia yang penuh liku.” Sulit dan pasti tidak mudah diingat.
-          Apakah sesuai dengan range vocal standar? My Tribute atau lagu “Selidiki Aku” (dari C dinaikkan ke D), Saat menyanyi “Yesusku Nyanyi dan Bersoraklah baginya Pujian Hormat Kuasa bagi Raja” dari tangga nada B diubah menjadi C serba susah karena jadi ketinggian. Jadi diakalin menyanyi di A baru masuk suara pria).
-          Apakah melodi (music) dan lirik saling menguatkan

Bagaimana menyusun lagu?

-        Utamakan kesesuaian dengan segmen liturgi ibadah. Paduan suara seperti tambahan atau selingan. Seharusnya disesuaikan dengan liturgi. Jadi tergantung tema, lagu padus bisa ditempatkan. Lagu “Kumau sepertimu Yesus” ditaruh sebelum firman. Lagu padus jangan jadi tempelen,seperti tontonan. Padahal itu bagian dari liturgi.
-        Perhatikan keseimbangan. Jadi bicara 1 karakter Tuhan. Apalagi ibadahnya ada orang muda dan orang tua.
-        Perhatikan pesan yang disampaikan.
-        Perhatikan visi gereja lokal.

Bagaimana menyanyikannya?

-        Pelajari yang akan kita nyanyikan ; jangan nyanyikan lagu dengan keras sampai selesai. Perhatikan dinamikanya. Musik kontemporer lebih dinamis pada refrain. Musik himne satu. Ada interlude, overtune. Ada dinamika yang harus dibangun.
= Perhatikan lirik lagu tersebut
= Perhatikan melodi lagu tersebut
= Perhatikan pesan yang disampaikan
= Perhatikan aransemen dan dinamika lagu tersebut.
= Perhatikan cara bernyanyi

-          Jangan menyanyi tanpa ada gerakan tangan. Apalagi menyatakan cinta dengan melibatkan perasaan
= bernyanyilah dari hati
= libatkan juga perasaan, pikiran dan fisik

-          Kuasai aransemen lagu
Ada ibu yang tidak tahu intro. Untuk 4/4, 1 bar ada 4 ketukan. Jadi bila 4 bar ada 16 ketukan. Hitung 16 ketukan sesuai tempo. Tapi jangan bicara. Sudah 15 ketukan baru tengok ke saya. Kadang tidak peka dengan ketukan.
-          Perhatikan dinamika bernyanyi. Kapan keras dan lembut sehingga menjadi lebih enak
-          Perhatikan frasering, penggalan kalimat. Saat menyanyikan lagu : “jadikan aku Tuhan” lalu mati lampu, di sambung lirik “rumah doaMu”. Tidak bisa satu nafas sehingga maknanya jadi salah. Di Padus harus tahu kapan mengambil nafas.

Bagaimana mengaransemen?

Perhatikan beberapa hal ini :

=    perhatikan tema dan pesan lagu.
Lagu “Hai Bangkit Bagi Kristus” suasana perang harus dinyanyikan dengan mars.
=    nada dasar.
Kalau tidak , tidak ngangkat. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Dia baik. Pilih : berbahagialah orang yang kesukaannya (orang bergerak dan bersukacita) jangan nyanyi di persekutuan anak muda.
=    Tentukan tempo.
Jangan main dengan kelambatan atau kecepatan. Misal : nyamanlah….jiwaku…. lama dan nafasnya susah. Seharusnya lebih cepat. Di keyboard 75-80. Pakai 60. Ada lagu yang dinyanyikan dengan lama jadi tidak enak. “Segala puji hormat syukur kunaikan kepadaMu..” seharusnya lebih cepat.
=    Buat intro (yang jelas), interlude (jangan terlalu panjang seperti kaset memenuhi pita), ending yang baik. Beli lagu online supaya panjang dibuat interlude yang panjang supaya 5 menit jadi suasana tidak baik. Ending yang baik jangan sampai asal-asalan. Tentukan ending, kalau tidak ditentukan berbahaya. “Kuberjuang sampai akhirnya, kaudapati aku sampai akhirnya. Kaudapati Aku tetap setia…” Kalau tidak, maka pemusik dan singer ikut-ikutan menebak.
=    Tentukan dinamika lagu
=    Buatlah song map. Sebelum pelayanan, dibayangkan dulu lagunya. Jangan sampai lagunya Panjang dan mulai berulang kali. Contoh : Lagu “Kau yang terindah”. Dari Refrein mulai dari awal. Karena mulai lagi dari awal 5 menit, jangan nyanyi 10 menit karena lama membuat jemaat bosan. My Tribute sudah panjang ada interlude.
·       Song map merupakan pemetaan lagu.
·       Rencanakan pengulangan bagian-bagian lagu
·       Hindari terlalu banyak mengulang lagu.

QA

Allah yang mana yang digambarkan?
Ada lagu rohani bisa dinyanyikan agama lain. Lagu “Roh Allah” jangan dibuat lambat.
Kalau lagu kontemporer, ada yang diciptakan untuk penjangkauan (lagu GMB tidak ada kata Tuhan sama sekali, kita harus tahu penciptaannya. Lagunya diarahkan kepada Tuhan). Kau adalah darahku, jantungku, lengkapi dirku… oh Yesusku, kau begitu sempurna. Padahal awal lagu diciptakan bukan untuk Tuhan). Untuk saya bila ditujukan untuk Tuhan, tidak apa-apa. Kalau untuk cinta pria dan wanita, jangan!

Remaja berangkat dari sekolah Minggu. Kelemahan ibadah Sekolah Minggu di gereja Injili, kita tidak mengajar untuk menyembah tapi mengajar untuk menyanyi. Ketika di remaja diajar menyembah mereka kebingungan. Seperti Abba Love anak diajar menyembah Tuhan bukan hanya menyannyi. Happy ya..ya.. Tetapi di remaja , merem. Ditambah mulai banyak malu, tidak mau ekspresi. Berikan teladan (contoh). Pengurus remaja duduk di depan untuk kasih contoh. Itu menolong Worship Leader kasih enersi. Anak-anak dapat contoh. Untuk remaja tetaplah bersemangat tapi jemaat tidak bernyanyi, tetap harus bersemangat. Karena jemaat tidak mungkin lebih dari Worship Leader.

Penentuan nada dasar bagaimana? Alto pilih nada rendah jadi tidak ‘ngangkat’.
Lihat case by case, tergantung lagunya juga.
Kalau nadanya terlalu rendah Worship Leader susah.
Kalau kita lihat Hillsong, Worship Leader-nya ada yang  cewe dan cowo. Ada Worship Leader-nya cewe , cowo susah nyanyinya. Jadi di Hillsong dikombinasikan. Selain Worship Leader ada juga co-Worship Leader, dikombinasi cowo dan cewe atau dibagi suara. Lagu rendah tidak kerendahan dan sebaliknya. Tapi jemaat tidak bisa ikut suara tiga. Worship Leader yang tidak bisa nyanyi sulit, maka harus ia merasanyaman. Bila jemaat di nada A, sedangkan Worship Leader di nada F, maka ambil tengah-tengah (G). Jadi jemaat lebih rendah, Worshilp Leader lebih tinggi sedikit.

Satu tim terdiri dari 3 orang. Hanya ada 4 tim di gereja. Jadi pasti pelayanan 1 bulan sekali.
Makin naik standar makin sedikit yang melayani. Hanya ada 4 orang yang bisa melayani. 1 orang untuk 3 kebaktian.
Contoh lagu yang lirik dan melodi yang menguatkan.
Misal tangga nada mayor dan minor. Tapi ada lagu riang dengan tanda minor.

Widodo suara bagus.
Himne dengan band, suaranya harus disesuaikan. Khusus lagu kontemporer harus tahu register chest head atau mix. Diawal perama dengan chest voice dengan santai.
What can wash away my sin? Oh Preious is the flow. That makes me white as snow. Dari pertama sampai habis dengan cara sama, jadi perlu belajar dinamika. Membangun emosi penting, walaupun bukan nangis-nangis. Kita giring emosi juga penting. Karena itu aka nada klimaks. Klimaks lagi pada refrain ke berapa. Kalau pakai head, ada energi yang berbeda.
Kalau grogi, maka yang direncanakan lupa. Cara mengatasi grogi, persiapan dengan baik. Pastikan
Cari Worship Leader jangan terlalu banyak. Kalau 3 bulan sekali terlalu jauh. 3 bulan lagi memimpin akan gementaran. Rasanya mulai lagi. Makin sering, makin baik.
Peran singers sebagai backing vocal. Suara singer jangan sampai lebih kencang dari suara Worship Leader. Tidak perlu nyanyi dengan suara penuh. Jangan jadi singer suara habis. Sehingga tidak enak dengarnya.Jadi jangan full
Lead vocal dominan, singer yang backing. Singer yang bagi suara sehingga lagu jadi lebih berwarna.
Singer lebih halus dan lebih enak kedengaran. Kalau semua teriak jadi gaduh.
Menyanyi dengan tim, tempo dan ketukan harus tepat. Singer harus tahu bagiannya.

Irene
Lagu “Betapa tingginya, betapa lebarnya”, saya tidak tahu lagunya
Worship Leader bisa senyum, energi positif baik. Ada Worship Leader yang baru semangat di tengah. Jangan bilang, “Bapak-ibu ini lagu terakhir, jadi semangat!” Pilih kata yang baik. Jangan ajak bergerak untuk badan sehat. Jadi bukan sebagai olah raga. Juga penting gesture. Gerakan kaki dan tangan akan menolong. Kalau lagu ada beat tertentu, bozanova. Dapat ketukannya dengan bergerak. Ada menjentikan jari untuk lagu “Jalan Hidup Orang Benar”. Nyanyi dengan beat dan membuat orang mau bergerak. Kalau perlu belajar gerakan salsa.
Tepuk tangan yang benar di ketukan dua dan empat. Jangan di ketukan 1 dan 3.  Tapi kalau salah , tidak berdosa. Lebih enak beat nya. Lagu seperti ini, gesture penting.

No comments:

Post a Comment