Sunday, April 15, 2018

Sepertinya Setan Menang Tapi Setan Bukan Pemenang





Pdt. Hery Kwok

Kolose 2:6-15
6   Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.
7  Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
8  Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
9  Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,
10  dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.
11  Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,
12  karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.
13  Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,
14  dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib:
15 Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.

Pendahuluan

Kolose 2:15 ditulis dalam beberapa versi terjemahan.

a.     Terjemahan Baru (1974) : Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka (= si jahat) tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.
b.     Terjemahan Lama (1954) : Setelah ditolakkan-Nya segala penguasa dan kuasa, lalu Ia menunjukkan nyata-nyata, serta menewaskan sekaliannya dengan salib-Nya itu. Artinya dalam terjemahan lama, digunakan frase ‘penguasa itu telah ditewaskan dengan salibNya’.
c.     BIS (1985) : Pada salib itu Kristus membuat segala roh-roh yang memerintah dan berkuasa menjadi tidak berdaya lagi. Mereka dijadikan tontonan umum pada waktu Kristus menggiring mereka sebagai tawanan dalam pawai kemenangan-Nya. Kuasa itu sudah tidak berdaya yang dibuktikan penguasa diarak sebagai  tawanan perang yang tidak berdaya.
d.    Shellabear (2000) Pada salib itu, Al Masih (=Tuhan Yesus Kristus) membuat segala roh yang berkuasa dan memerintah menjadi tidak berdaya dan secara terang-terangan mempermalukan mereka dalam kemenangan-Nya.  Penguasa (si jahat) itu dipermalukan dalam sebuah tontonan yang dapat disaksikan oleh orang-orang percaya sehingga benarlah dengan apa yang dikatakan sebagai Ia melucuti penguasa-penguasa itu.

              Dari cuplikan film “The Passion of The Christ” (2014) kita melihat  adegan di mana Yesus disalibkan dan iblis melihat kemuliaan Allah. Mel Gibson (1956) selaku produser dan sutradara film ini mencoba mengangkat momen saat iblis dikalahkan (dilucuti) menjadi tontonan yang mempermalukannya. Waktu Kristus disalib, iblis digambarkan (divisualisasikan) sedang berteriak karena tidak mampu melawan kuasa Allah.

Sudut Pandang Manusia yang Berbeda dengan Kitab Suci

              Apakah benar faktanya seperti di atas? Seringkali kita berfikir dari sudut yang berbeda dari Kitab Suci. Kita menyaksikan (melihatnya) dan mencoba merasakan dan menterjemahkan keseharian kita dalam hidup rohani kita. Walau sudah lama menjadi Kristen, dan memiliki iman yang kuat namun sewaktu menghadapi tantangan, pergumulan dan merasa dikalahkan, maka pikiran kita menjadi berbeda dengan Kitab Suci dan kita mencoba menafsirkan Allah berbeda dengan kebenaran Kitab Suci.
Pada tanggal 29 Maret 2011, ada sebuah berita yang cukup menghebohkan di kalangan umat Kristen. Natalia Amanda Setiawan (16), siswi kelas 2 SMA IPEKA Kristen Internasional ditemukan tergeletak bersimbah darah di pinggir Jl Batu Mulia, Kembangan, Jakarta Barat . Natalia tewas dengan luka tusuk di bagian lambung. Rupanya ada seorang pelaku kriminal yang mencoba merampas telepon seluler, perhiasan dan tas miliknya dan siswi tersebut mencoba mempertahankannya. Penjahat tersebut menjadi marah sehingga ia menusuk Amanda hingga meninggal. Jasad Amanda ditemukan oleh salah seorang sopir jemputan sekolahnya. Sang sopir sengaja mencari Amanda karena pulang terlambat dan tidak naik mobil jemputan. Kedua orang tuanya mungkin bertanya-tanya, “Saya telah menjadi orang Kristen yang baik, tidak neko-neko, menjaga kesucian hidup dan jujur tetapi mengapa hal ini dialami?” Pada waktu kita mencoba lurus dalam hidup dan bisnis, tetapi mengapa dagangan dan usaha kita  menjadi porak-poranda dan bangkrut? Yang dipikirkan di benak kita apakah sama dengan Kitab Suci bahwa Ia telah melucuti dan mengalahkan penguasa (iblis) itu? Atau malah kita berpikir sebaliknya. Dalam perjalanan kekristenan dan hidup orang percaya, kita cenderung membangun pikiran kita melalui pengalaman-pengalaman yang dialami atau fenomena-fenomena (hal-hal yang ditangkap kelima indera) lalu membuat kesimpulan atau seringkali menemukan tanda tanya besar dalam hidup kita. Hal ini juga didukung oleh keberadaan film-film yang diputar di gedung-gedung bioskop.

              Saya termasuk orang yang sangat suka menonton film-film di bioskop. Hal ini tidak mengherankan karena sebelah rumah saya adalah bioskop. Saya sering menonton di sana. Setiap film baru saya mau nonton. Terkadang bila saya tidak memiliki tiket bioskop , saya coba menebeng dengan sebuah keluarga yang mau menonton dengan berpura-pura menjadi anaknya (masuk bersama keluarga itu). Hal ini saya lakukan hingga dikenali oleh pemeriksa tiketnya. Akhirnya saya tidak diperbolehkan masuk. Pernah juga saya meloncat dari tembok belakang gedung bioskop yang tinggi, namun ketahuan petugas bioskop sehingga saya dihukum. Seiring dengan pertambahan usia , teknologi berkembang. Saat itu beredar film-film video dalam format BETA dan kemudian saya menjadi tukang menyewakan video-video tersebut dari rumah ke rumah dengan bayaran Rp 1.000/keping. Dalam rangka mempromosikan video yang disewakan (yang penting disewa), saya menonton terlebih dahulu filmnya sehingga saya bisa bercerita tentangnya. Bila saya berhasil menyewakannya sebanyak 30 keping, maka papa selaku pemilik video tersebut memberikan saya komisi. Jadi sejak kecil saya berusaha tahu tentang film. Kemudian saya mengenal seorang anak Tuhan yang memiliki hubungan dengan jaringan bioskop XXI, setiap tahunnya saya diberikan setumpuk karcis bioskop sehingga saya bisa dengan puas menonton dan juga mengajak serta 12 anak Sekolah Minggu. Pada masa lalu, umumnya film-film yang diproduksi oleh Hollywood mengangkat cerita dengan pesan bahwa pada akhirnya yang menang adalah pihak yang baik dan yang jahat berhasil dikalahkan. Dalam film-film cowboy , jagoannya pasti menang, yang jahat akhirnya mati. Demikian pula dengan film-film yang dibintangi oleh Alexander Fu Sheng (aktor Hong Kong, 1954 –1983) yang menang adalah jagoannya dan yang kalah penjahatnya. Itu membawa pola pikir untuk menyimpulkan bahwa yang baik pasti menang. Namun dalam berjalan waktu, akhir cerita sebuah film memberi kesimpulan bahwa yang menang itu tidak selalu pihak yang baik. Saat menonton film sekarang terkadang kita bingung yang menang siapa karena akhir filmnya menggantung (penjahatnya masih ada dan berkeliaran walau pun jagoannya belum meninggal, jadi siapa yang menang)? Timbul tanda tanya besar untuk pernyataann bahwa jangan berpikir yang baik (jagoannya) itu selalu menang. Terkadang ada semacam win-win solution (jagoan dan penjahatnya dipelihara. Kita jadi diajak berpikir bahwa tidak selalu yang menang itu adalah pihak yang baik (golongan putih).

              Begitu masuk ke era sekarang, malah kita dipertontonkan bahwa pihak yang jahat bisa menang  dan lebih berkuasa dari pihak yang baik. Seperti itu yang dihadapi dalam kehidupan kita. Bahwa yang jahat bisa menang, berkuasa dan tidak dikalahkan oleh pihak yang baik. Saat pikiran kita dikendalikan (diarahkan) oleh film-film dan dihadapi dengan kenyataan hidup, kita dihadapi dengan kedaulatan Allah (Allah yang sungguh-sungguh punya kendali atas alam semesta). Kita bertanya-tanya, sewaktu pilkada kedua DKI tahun lalu (19 April 2017), banyak orang Kristen menangis saat mengetahui hasilnya. Terlebih lagi saat mantan gubernur DKI Jakarta (A Hok) tersebut kemudian dimasukkan ke dalam penjara di Cipinang dan kemudian dipindahkan ke penjara di Mako Brimob banyak yang menangis karena mengalami episode ‘kekalahan’. Waktu kita melihat bagaimana jalan ceritanya dan nasib yang dialami Sang Mantan Gubernur, banyak yang sedih dan menangis. Sampai hari ini kita dikatakan sebagai orang yang tidak move-on. Kita merasa tidak boleh seperti ini hasilnya. Ini yang membawa kita tabrakan dengan firman Allah. Kita dicekoki oleh si jahat dengan apa yang dilihat, ditonton dan didengar tentang hidup ini. Itu sebabnya apa yang dibaca di Kitab Suci dianggap sebagai cerita saja.

              Saat menonton salah satu program Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne yang dibawakan oleh  Karni Ilyas sebagai host-nya, ada yang mengatakan bahwa Kitab Suci adalah fiksi yakni  cerita karangan seseorang yang tidak ada dasarnya. Dia percaya dengan apa yang dikatakan Kitab Suci tidak nyata. Hal itulah yang sering kita jumpai. Sehingga seolah-olah kesimpulannya setan sepertinya menang. Inilah yang dibangun dalam iman kita oleh dunia ini. Dunia ingin mengacaukan kita dalam melihat dan mempercayai Allah. Waktu kita terhisap dengan pikiran tersebut, maka kita menjadi khawatir , curiga, bingung dan tidak punya kepastian. Ada dalam rumah tangga orang Kristen di mana istrinya baik tetapi suaminya tidak atau sebaliknya. Mengapa Tuhan tidak menolongnya? Ada juga orang-tuanya saleh dan melayani, namun anaknya terkena narkoba. Hal ini pernah dialami oleh salah sebuah keluarga di GKK yang orang tuanya saleh, namun anaknya terkena narkoba dan waktu dibawa ke panti rehabilitasi, karena tidak bisa menahan ketagihannya anaknya meminta sabu-sabu dan heroine. Orang tuanya tidak tahan melihatnya dan kemudian menangis. Mereka akhirnya berpikir dan meragukan apakah Tuhan bisa menolong.

              Rasul Paulus menulis sebuah nas Alkitab yang baik sekali pada Kolose 2:15 Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. Istilah yang dipakai untuk menyatakan kemenangan Allah terhadap setan adalah ‘melucuti’. Istilah ini baik sekali, karena saat itu Rasul Paulus hidup dalam nuansa penjajahan Romawi. Rasul Paulus sangat menguasai Perjanjian Lama sehingga ia paham dengan penggunaan kata itu. Pola yang dipakai dalam Perjanjian Lama adalah pola perang dimana Raja Saul, Raja Daud, dan anak-anak Raja Daud turun ke medan perang. Bahkan jauh sebelumnya, Nabi Musa membawa orang-orang Israel ke luar Mesir untuk menuju Tanah Perjanjian lalu setelah Nabi Musa meninggal dilanjutkan oleh Yosua yang memimpin peperangan bangsa Israel. Perang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa Yahudi pada zaman itu. Waktu perang terjadi , orang-orang Israel di Perjanjian Lama selalu memberi pemahanam yang baik tentang ‘menang perang’. Bila tentara yang maju berperang menang, maka musuh yang kalah dibawa masuk lalu diarak-arak, supaya rakyat tahu bahwa musuh telah kalah dan kita menang. Hal itu pola untuk menggambarkan bahwa negara kita adalah negara yang hebat – kuat dan Tuhan kita adalah Allah yang hidup (ini tujuan utamanya). Waktu rakyat melihat Allah sangat berkuasa atas pasukan Israel, maka seluruh rakyat Israel mengatakan bahwa Allah sungguh luar biasa. Setelah diarak-arak, pada akhirnya kepala musuh dipenggal untuk menggambarkan musuh itu tidak lagi berkuasa dan menang terhadap Israel. Jadi orang Israel tidak perlu kuatir terhadap musuh dan penjajah karena sudah menang. Waktu musuh diarak, seluruh rakyat Israel ada di sebelah kiri kanan jalan. Bila rumahnya ada balkon, mereka menyaksikan dan mungkin menimpuki para musuh yang ditawan dengan gembira bahwa musuh ini telah masuk dalam benteng dan sudah dikalahkan oleh Raja Daud dan pasukannya. Para musuh tersebut terntunduk malu dan tidak berani mengangkat kepala karena di ujung arakan kepala mereka akan dipenggal dan mereka tidak berdaya (tidak punya kekuatan lagi). Ini peristiwa yang menggambarkan bahwa mereka dilucuti. Rasul Paulus memahami pola dalam Perjanjian Lama ini  dan ia menyaksikan kerajaan Romawi. Waktu Yesus jalan salib (via dolorosa) orang banyak berusaha mengejek, menyambit dan melakukan segala macam. Seperti itulah orang-orang yang dikalahkan dalam perang  yang  kesannya menunjukkan tidak ada lagi kemampuan dari lawan. Rasul Paulus ingin mengatakan bahwa secara rohani, iblis yang memisahkan kita dengan Allah sudah dikalahkan Tuhan. Di Taman Eden, saat Allah bersama Adam-Hawa, relasinya sangat indah. Kedua manusia pertama ini menikmati persekutuan yang indah dengan Allah sebelum mereka jatuh dalam dosa. Ini diceritakan di Kitab Kejadian. Persekutan yang indah ini akan kita nikmati pada waktu nanti kita bersama Tuhan. Namun waktu menikmati persekutuan itulah, masuk dosa dan memisahkan manusia dari Allah.

Allah Pedulli Dengan Manusia Berdosa

Apa itu dosa? Dosa bukanlah sekedar peristiwa seperti mencuri atau berbuat zina atau menipu. Perbuatan itu memang salah dan merupakan dosa. Namun arti sesungguhnya dosa adalah satu keadaan di mana ada keterpisahan antara manusia dengan Allah dimana manusia tidak lagi taat kepada Allah. Allah menyuruh manusia melakukan sesuatu tetapi manusia tidak mau. Dosa membuat Adam dan Hawa terpisah dari Allah. Mereka tidak mau lagi menuruti Allah dan menjadikan Allah sebagai pemimpin mereka dan itulah perkara yang paling mengerikan dalam hidup mereka. Kalau kita tidak ditolong oleh Tuhan, maka hidup kita menjadi jahat, meskipun secara undang-undang kita tidak melanggar. Tetapi apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita tidak selalu mau diarahkan kepada Tuhan. Itulah kondisi orang berdosa. Kondisi seperti inilah yang  dikatakan Rasul Paulus dalam Kolose 2:13-14  Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Dia memberikan pengampunan dengan menghapuskan surat hutang. Ini istilah hukum dan perdagangan.
Saya sebelum menempuh pendidikan teologia, pernah mengambil kuliah bidang hukum dan menekuni dunia hukum. Kalau seseorang punya utang maka utang itu akan terus muncul (tidak selesai) sebelum dibayar lunas. Bila kita punya utang sebesar Rp 1 miliar dan baru dibayar Rp 500 juta hal itu berarti utang kita belum lunas. Kalau kita tidak punya kemampuan untuk membayarnya lagi  berarti kita dinyatakan pailit, lalu untuk menghindari debt collector ada yang lari dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Itulah orang-orang  yang dicari-cari. Hal ini terjadi pada orang memakai Kartu Kredit seenaknya tapi tidak mau membayar. Maka ia pun dicari-cari penagih utang sehingga karena merasa tidak mampu membayar lalu pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan ketakutan. Kondisi inilah yang ada di dalam diri manusia berdosa. Allah sangat peduli dengan hal ini. Ini yang Allah kerjakan dalam hidup manusia. Ini yang terutama yang tidak bisa dilakukan manusia. Maka Rasul Paulus mengatakan di dalam Kitab Kolose bahwa “dahulu kamu sudah mati tapi Allah memberi pengampunan dengan menghapuskan surat utang.” Itu sebabnya sekarang si jahat sudah dikalahkan oleh Tuhan. Allah sangat peduli dengan dosa manusia. Allah punya kemampuan untuk alam sejati dan sejarah. Dalam sejarah yang ditetapkan, Ia masuk ke orang-orang percaya, pribadi demi pribadi agar kita mengalami kebebasan secara rohani. Kita tidak akan merasa takut atau curiga dengan Allah seperti Adam dan Hawa yang was-was dengan Allah. Waktu Allah berjalan di Taman Eden , mereka takut karena mereka sudah melanggar perintah Allah. Maka mereka takut, kuatir dan timbul kecurigaan dalam diri manusia. Itu suatu permasalahan serius.

              Dalam dunia psikologi orang bisa gila bukan karena sekedar alasan yang terlihat secara fisik (seperti bangkrut), tetapi karena ada rasa tertekan di dalam jiwa dan tidak tertolong sehingga merasa kuatir. Saya pernah melihat di RSCM dosen saya meng-konseling seorang pasien yang bergelar S2 yang mendapat bea siswa dari pemerintah Czecho-Slovakia. Ia mengambil jurusan kimia yang meracik berbagai bahan kimia dan mengaduknya sehingga menjadi obat. Di negara Ceko ia merasa tertekan sehingga membayangkan adiknya ingin membunuhnya , padahal adiknya berada di Jakarta. Hal ini disebabkan jiwanya secara psikis tidak lepas. Ia takut , merasa terus takut dan akhirnya jadi gila. Cara berjalannya seperti robot. Kalau Allah tidak membereskan dosa yang menjadi biang utama dan akar permasalahan manusia, maka hidup kita akan menjadi sulit. Maka Ia ingin menyelesaikannya bagi kita.

              Sebagai penjudi , suka main perempuan atau penipu harus diangkat permasalahan dosanya oleh Tuhan. Itu sebabnya Allah sangat peduli. Sehingga apa yang dikatakan Rasul Paulus bahwa “Ia sudah melucuti pemerintah-pemerintah” itu adalah sebuah fakta yang sangat jelas. Secara spiritual (rohani)  Allah sudah memerdekakan kita. Maka Rasul Paulus menuliskan tentang kebangkitan pada 1 Korintus 15:55, “Hai maut di mana sengatmu?” Binatang kalajengking punya kekuatan di ekor. Jadi jangan sampai disengat. Istilah yang digunakan Rasul Paulus , ibarat kalajengking menyengat tapi tidak ada lagi racunnya. Di film Salt (2010) yang dibintangi oleh Angelina Jolie ada adegan di mana Jolie mencoba menyedot racun laba-laba dan ditembakkan ke orang Rusia yang kemudian mati suri. Yang diambil sengatnya karena itulah kekuatan. Kalau kekuatan tidak ada lagi, maka tidak berbahaya lagi. Itu sebabnya yang menjadi inti masalah di Kitab Kolose 2 adalah bahwa kamu sekarang sudah menerima Yesus Kristus sehingga hendaknya kamu berakar-bertumbuh dan teguh dalam iman. Jangan mau diombang-ambingkan dengan pikiran, perasaan dan perkataan orang lain.
             
 Penutup

Dunia ini berusaha membawa kita berprasangka buruk dan mencurigai Tuhan. Maka bisa jadi perasaan menipu kita. Orang lain tidak mengenal kita, hanya kita sendiri yang paling tahu dan mengenal diri kita sendiri. Kalau kita ditipu, maka kita akan susah sekali. Karena ia main dalam area perasaan. Perasaan itu ada dalam diri kita. Kalau perasaan itu terus ditekan, maka kita bisa menjadi orang yang akhirnya tidak mau mencari Allah.  Padahal setan bukanlah pemenang. Melalui tema hari ini, kita dibawa dalam pola pikir yang sama dengan Kitab Suci. Kita diberikan kuasa dan kemampuan sebagai anak Allah yang membawa kita bisa keluar sebagai pemenang, sebagai orang yang bisa menghadapi apapun yang sedang dihadapi hari ini, entah pergumulan sesulit apa pun. Karena Dialah Allah yang berdaulat. Kiranya Tuhan menolong kita sekali lagi untuk menjadi orang Kristen yang mempunyai kekuatan adi (super) sehingga kita tidak menjadi orang Kristen yang biasa, tetapi punya pengharapan ,keberanian dan kekuatan untuk melihat Allah dalam hidup kita.
             


No comments:

Post a Comment