Tuesday, April 3, 2018

Kemuliaan Hanya Bagi Dia

Pdt. Jimmy Lucas

1 Tawarikh 16:23-27
23  Bernyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari.
24  Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa.
25  Sebab besar TUHAN dan terpuji sangat, dan lebih dahsyat Ia dari pada segala allah.
26  Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit.
27  Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan sukacita ada di tempat-Nya.

Gereja Tempat Menumbuh-kembangkan Spiritualitas (Bukan Sekedar Religiusitas)

              Ada seorang anak yang berlatih secara tidak rutin di dojo (tempat latihan bela diri) yang saya dirikan. Terkadang dia datang dan terkadang tidak sehingga ia tidak tahu bahwa selama Jumat Agung sampai Paskah ini dojo ditutup. Mama anak tersebut menelpon dan meminta saya untuk mengajaknya kembali ke gereja. Sehingga waktu bertemu anak tersebut saya bertanya kepadanya, “Menurut kamu, saya siapa? Dia menjawab,”Sensei (sebutan untuk guru)”. Setelah berbincang-bincang sejenak, saya pun mengundangnya untuk datang ke gereja. Dia setuju namun dia mau ke gereja dengan syarat bahwa setelah itu dia tidak mau pergi ke gereja dengan mamanya. Saya bertanya alasannya. “Gereja membosankan. Saya bukan bagian dari sana”jawabnya. Seringkali gereja menjalankan ibadah begitu-begitu saja karena sudah ada ritualnya (harus begini-begitu). Kita lupa bahwa gereja bukanlah sekedar tempat ibadah tetapi tempat di mana spiritualitas ditumbuhkembangkan (bukan tempat di mana religiusitas dan tata cara ibadah dikembangkan!) . Ada perbedaan antara spiritualitas dan religiusitas.
              Dalam religiusitas, kita cenderung beragama. Kita datang memastikan bahawa liturgi dan semuanya berjalan dengan baik. Bahkan kita cenderung untuk sekedar melakukan 5-D (datang, duduk, diam, dengar, doang) setelah itu pulang, tidak ada hidup dalam religiusitas. Hal ini berbeda dengan spiritualitas, di mana orang mengalami Allah dan saudara seimannya. Kalau gereja menjadi tempat untuk bertumbuhkembangkan spiritualitas maka ia menjadi tempat yang menarik bahkan bagi anak kecil sekalipun. Memang saat merayakan Paskah , di gereja dibuat acara khusus seperti drama. Saya tadi bertanya kepada Joan (anak saya) saat pujian dinaikkan , “Joan, seru tidak?” Dia menjawab,”Seru”. Dia senang beribadah. Bersungguh-sungguhlah melayani dan beribadah, walaupun dengan tatanan ibadah biasa, spiritualitas sedang dibangun. Bahkan seorang anak kecil pun bisa merasakan itu. Mari kita bersama-sama menumbuhkan spiritualitas, bukan hanya 5-D saja dalam beribadah. Ketika kita mendengarkan firman Allah hari ini, mari kita tetapkan hati  kita ingin mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, mengalami Tuhan dan bertumbuh dalam Tuhan.

Bila Yesus Lahir di Zaman Sekarang

              Saya bersyukur Yesus tidak lahir di zaman sekarang karena di zaman sekarang, segala sesuatu banyak tergantung pada gadget. Begitu gadget bermasalah, maka berita kelahiran Yesus akan berhenti juga. Tetapi faktanya berita tentang Yesus berkumandang sampai sekarang. Orang berbicara dari mulut ke mulut dan kisahNya diberitakan. KisahNya berkembang di hati tiap orang. Allah lahir di dalam diri manusia. Kalau Yesus lahir di zaman sekarang, belum tentu perilaku kita lebih baik dari orang Farisi. Sekarang banyak gereja yang hanya tumpang tangan-kaki (tumpang tindih) sehingga sulit dipercaya. Kita bisa percaya kepada Tuhan Yesus karena anugerah semata. Dalam drama tadi, Yesus dihakimi di pengadilan dan divonis bersalah. Beruntung, itu hanya sekedar mimpi. Karena di Alkitab dicatat bahwa Pilatus bahkan tidak menyatakan Yesus bersalah. “Aku tidak menemukan kesalahan apapun pada orang ini”, katanya. Tetapi akhirnya Yesus divonis mati dan Pilatus cuci tangan. Yesus diperlakukan dengan tidak adil ,jauh lebih tidak adil dibanding putusan yang dijatuhkan pada A Hok. Ini penting untuk ditegakkan. Yesus layak menjadi “domba” untuk menebus dan menggantikan kita hanya karena Dia tidak bercacat. Vonisnya mengkonfirmasi ketidakberdosaannya sehingga Ia layak menjadi Juruselamat.

Paskah : Sejarah dan Inti Kekristenan

              Jürgen Moltmann (1926, teolog Jerman) mengatakan sebuah kalimat penting tentang Paskah,”Dari Jumat Agung sampai Paskah terbentang sejarah dan inti kekristenan. Sesungguhnya melalui Jumat Agung sampai Paskah terbentang sejarah manusia masa lalu, masa kini dan masa depan karena di dalam Jumat Agung Allah menangis bersama manusia sehingga suatu saat Allah bisa tertawa dengan manusia.” Saya sangat setuju dengan pernyataan Juergen ini. Karena kita bisa melihat, sesungguhnya ada tangisan, masa kelam, awan gelap ketika Jumat Agung diperingati. Di situ Juruselamat disalibkan. Di situ kita merasakan hawa kekalahan tetapi 3 hari kemudian Juruselamat dibangkitkan dari orang mati. Di sana pada Jumat Agung ada tangisan dan kekalahan, namun 3 hari kemudian Ia bangkit dari orang mati. Di sana tempik sorak dan gegap gempita kemenangan dikumandangkan karena kematian tidak mengalahkan Juruselamat. Pada waktu itulah orang percaya tertawa besama dengan Allah. Namun itu bukan akhir dari cerita karena dalam teologi kekristenan diajarkan bahwa ada masa di mana penderitaan dinyatakan dan akan tiba masa di mana kemuliaan dinyatakan. Kemenangan Paskah adalah pintu gerbang kemenangan yang ingin kita tuju, kemuliaan bersama Allah  di surga yang kekal. Jumat Agung sampai Paskah adalah sebuah kisah di mana Allah bekerja dalam sejarah untuk terus berkarya di dalam hidup umatNya.

Allah Pencipta Langit dan Bumi Sekaligus Penyelamat UmatNya

              Saya bingung juga ketika diminta untuk menyampaikan khotbah Paskah dengan ayat 1 Tawarikh 16:23-27. Apa hubungannya ayat ini dengan Paskah? Saya berpikir terus. Saya berdoa dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Tuhan  apa maksudnya? Dikisahkan Daud yang bukan siapa-siapa melainkan seorang gembala domba, diurapi untuk menjadi gembala Israel. Setelah diurapi, ia mengalahkan Goliat dan kemudian menjadi orang kepercayaan Raja Saul. Saul menikahkan Daud dengan anaknya. Singkat cerita, Daud digadang menjadi panglima seluruh tentara Israel dan digadang mungkin bisa menggantikan Jonatan menjadi raja. Saul merasa kerajaan dan posisinya terancam dan menganggap Daud sebagai musuh dan terus mengejar dan ingin membunuhnya. Sampai akhirnya Allah benar-benar menaklukkan seluruh Israel ke bawah kaki Daud. Di dalam proses itu, bangsa Israel sempat mengalami masa kelam (kejatuhan). Kemudian tabut perjanjian dirampas oleh orang Filistin. Pada momen itulah bangsa Israel sebagai bangsa merasa hancur, tidak berdaya dan dipermalukan. Saat Tabut ditahan, Daud terus melakukan peperangan. Tabut ini adalah Tabut Allah, tidak ada orang normal yang ingin dan berani melakukan macam-macam dengan Tabut Allah. Saat ia berada di tengah-tengah bangsa Filistin, bangsa Filistin diserang penyakit sampar dan koreng. Orang Filistin mengatakan, “Ini semua gara-gara Allah orang Israel ada di tengah-tengah kita. Kita ditulahi. Buang dan keluarkan!” Akhirnya Tabut Allah dikeluarkan dengan memberi banyak persembahan. Begitu banyak emas. Jadi Allah berperang dengan tanganNya sendiri, bangsaNya tidak bisa membelaNya. Tabut itu keluar dari tanah Filistin dan masuk ke  rumah salah seorang Israel (rumah Obed-Edom). Singkat cerita, Daud mengalami kemenangan dan menjadi raja atas seluruh Israel dan ia berkata, “Saya mau menjemput Tabut Perjanjian dari Kiryat Yearim aku mau membawanya keluar.” Daud memberi kereta baru dan tabut perjanjian ditaruh di sana. Uza dan Ahyo ada di sana membawa kereta itu. Sepanjang jalan Daud melompat dan menari-nari. Di tengah jalan kereta itu jatuh. Begitu kereta terpeleset, Uza bukan memegang keretanya tapi memegang Tabut Perjanjian, padahal itu dilarang. Karena yang berhak memegang dan melihatnya  adalah para imam. Saat Uza mengulurkan tangannya, Allah menghantamnya (mungkin dengan halilintar) sampai mati. Tempat di mana Uza mati disebut Peres-Uza (Uza yang tertembus mati). Gara-gara itu Daud marah tapi juga ketakutan. Tabut itu ditaruh di rumah Obed Edom lalu Daud pergi berperang. Setelah kalahkan Filistin dan mengokohkan kerajaannya, baru kemudian ia berkata,”Ayo kita jemput tabut perjanjian.” Tabut perjanjian dibawa keluar. Kali ini yang membawa keluar tabut adalah para imam. Orang Lewi berada di depan, memainkan musik dan menyanyikan pujian bagi Allah. Ratusan bahkan ribuan orang mengiringinya. Daud berada di paling depan, melompat dan menari-nari. Sebelum berjalan, dipersembahkan 7 hewan korban bakaran dan begitu sampai juga dipersembahkan hewan korban bakaran.
              Setelah tabut masuk ke dalam Kemah Suci, lalu Daud meminta Asaf dan puaknya untuk menyanyikan nyanyian pujian. Inti pujiannya : Allah berjanji bahwa bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar dan menduduki tanahnya sendiri. Di dalam perjalanan itu, bangsa Israel mengalami begitu banyak tantangan dan masalah, tetapi Allah menjaga dan melindungi umatNya. Sehingga kemudian bangsa Israel memiliki tanah perjanjian. Daud pada ayat 23-36 akhir perikop itu, isinya fondasi teologi mengapa Daud memuji Allah. Inti teologinya hanya dua. Yang pertama, Allah adalah Percipta langit dan bumi, Ia yang memimpin bangsa Israel keluar tanah perbudakan dan memasuki tanah perjanjian. Ia yang memimpin bangsa Israel memenangkan peperangan demi peperangan adalah Pencipta Langit dan Bumi. Ia bukan saja Pencipta langit dan bumi, tetapi ia adalah Penyelamat umatNya. Daud memuji Allah karena ia melihat apa yang Allah kerjakan dalam kehidupan umatNya, menggenapi janjiNya. Ia memuji Allah sebagai Pencipta dan kemudian memutuskan menyelamatkan umatNya. Di situ inti pujian Daud. Buat saya wajar sekali Daud melompat dan menari. Daud melihat dirinya sebagai prototipe bangsanya. Bangsa Israel adalah bangsa yang kecil di tengah bangsa asing.Merekaa tinggal di tengah bangsa Mesir. Daud adalah kecil dan anak muda yang tidak dihitung oleh keluarganya. Ia ada di padang belantara, padang penggembalaan.  Tetapi lalu Allah memanggil Daud dan bangsa Israel keluar. Lalu bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun. Daud mengembara di padang gurun, menghindari serangan dari Saul. Bangsa Israel memasuki dan memenangkan peperangan demi peperangan, mengalami jatuh bangun. Ini juga yang dialami oleh Daud. Daud melihat bahwa Allah setia pada Daud dan menggenapi janjiNya padanya. Daud melihat bahwa Allah setia pada bangsa Israel dan menggenapi janjiNya pada bangsa Israel. Mengapa Allah begitu powerful walaupun situasinya tampak tidak memungkinkan dan begitu mengenaskan? Karena Allah itu Pencipta. Ia Pemilik langit dan bumi. Ia begitu berkuasa, tidak ada satu pun yang bisa menghalangi kuasaNya. Allah yang berkuasa dan Pencipta ini mengikatkan diriNya pada satu ikatan dan hubungan perjanjian yang begitu dalam dan kuat. Bahwa Aku bukan saja Pencipta tapi juga Penyelamat bagimu di mana pun kau berada dan apa pun yang terjadi dengan hidupmu, di situ Aku ada dan menggenapkan janjiKu dalam hidupmu. Itu sebabnya Daud melompat dan menari karena Pencipta langit dan bumi adalah juga Penyelamat bagi dirinya.  Allah adalah Allah yang luar biasa. Di dalam kemahakuasaanNya tidak ada yang bisa menghalangi apa yang dijanjikan pada kita. Allah adalah Allah yang setia pada janjinya sehingga Yosua dalam kitab Yosua 23: 14  mengatakan,”Maka sekarang, sebentar lagi aku akan menempuh jalan segala yang fana. Sebab itu insaflah dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu, bahwa satupun dari segala yang baik yang telah dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, tidak ada yang tidak dipenuhi. Semuanya telah digenapi bagimu. Tidak ada satupun yang tidak dipenuhi.” Itu Allah, Pencipta Langit dan Bumi. Ketika Ia mengeluarkan kalimat janji, Ia menggenapiNya. Satu pun tidak ada yang tidak dipenuhi. Semua dipenuhi Allah. Dia Maha Kuasa. Dia menetapkan hati menggenapi apa pun yang Dia janjikan.

Keselamatan Melalui Darah Anak Domba

Juruselamat dijanjikan Allah ketika Adam dan Hawa tergoda makan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Adam jatuh ke dalam dosa. Allah bertanya kepada Adam,”Adam , apa yang kamu lakukan? Mengapa engkau makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat” Namun Adam berkelit,”Jangan marah dulu, kalau bukan gara-gara perempuan yang Kau berikan, saya tidak jatuh dalam dosa.” Dengan kata lain, Tuhan yang disalahkan oleh Adam (Adam tidak merasa bersalah). Kalau bukan Allah, perempuan ini yang bersalah. Lalu Allah bertanya kepada perempuan,”Apa yang kau lakukan ini?” Hawa menjawab, “Tuhan, aku dibujuk oleh ular.” Jadi yang disalahkan ular.  Tuhan tidak bertanya ke ular, karena ular akan bingung mau salahkan siapa lagi. Allah adil dan tidak pernah bias dalam penghakiman. Itu sebabnya Adam, Hawa dan ular dihukum. Tetapi tepat pada momen itu, Allah mengambil cawat yang dibuat dari pohon air dan menggantikan dengan kulit binatang. Ketika diberikan pakaian kepada Adam dan Hawa, maka pada saat itu ada darah yang dicurahkan. Allah bukan saja memberikan jalan keselamatan tetapi juga menunjukjan bagaimana keselamatan itu terjadi. Akan tiba saatnya darah dicurahkan  untuk menyelesaikan masalah dosa ini, itu sebabnya persembahan Kain ditolak oleh Allah. Persembahan kain ditolak bukan karena Kain memberikan buah yang busuk. Waktu itu manusia hanya ada paling banyak 4 orang. Adam, Hawa, Kain dan Habil. Walau Adam dan Hawa diusir tetapi interaksi antara manusia berdosa dengan Allah masih terjadi secara langsung. Interaksi (keberadaan) Allah bisa dirasakan begitu kuat bagi manusia. Maka manusia yang paling berengsek sekali pun tidak berani memberikan persembahan buah busuk. Pasti memberikan buah yang terbaik. Tetapi mengapa persembahan terbaik sekalipun ditolak oleh Allah? Karena tidak dilandasi oleh iman.
Saya percaya orang tuanya bertanya, “Mengapa hidup begitu susah?” Dulu mau Mangga, Buah Naga, Durian langsung ada (datang). Mau apa tinggal datang. Bapaknya berkata,”Itu karena mamamu lah, jadi gue makan buah”. Mamanya membalas,”Yang salah juga kamu, harusnya kamu menjaga saya. Sudah tahu saya salah tapi kenapa diikuti?” Saling menyalahkan dan ribut. Sebetulnya Tuhan berbelaskasihan. Ia menggantikan cawat daun dengan pakaian bulu domba. Tetapi ini pertanda Allah berkenan persembahan seperti ini yang Tuhan mau. Bahwa sebetulnya dosa hanya bisa diselesaikan dengan darah. Tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan dosa. Jadi ini persembahan yang Allah berkenan. Kain dan Habel sudah mengerti. Tetapi Kain tetap tidak memberikan persembahan darah, ia  tetap memberikan buah yang terbaik. Dengan kata lain Kain tidak punya iman yang dituntut untuk memberikan persembahan yang seharusnya kepada Allah sehingga persembahannya ditolak. Sejak dari awal manusia jatuh dalam dosa sampai Yesus datang, simbol dan tanda Allah ingin menyelamatkan dengan mencurahkan darah anak domba Allah. Itu tanda yang terus dikumdangkan mulai dari tabut perjanjian sampai bait Allah didirikan , ini semua simbol mengacu pada karya  Allah di dalam diri Yesus Kristus. Ketika Allah berjanji sampai masa janji itu digenapi ada masa yang begitu panjang. Ribuan tahun lamanya bangsa bangkit melawan bangsa, peperangan terjadi, gempa bumi yang dahsyat, banjir besar, masalah pembuangan , pemimpin iman yang gagal, jatuh-bangunnya manusia. Semua terjadi di sepanjang sejarah manusia. Namun apa pun yang terjadi, Allah tetap mengenapi janjiNya. Karena Ia Pencipta yang mengeluarkan janji dan berkomitmen untuk menggenapi janji itu. Allah Perjanjian Lama adalah Allah Pencipta yang berdaulat dan  memutuskan untuk menyelamatkan umatNya apa pun yang terjadi dalam hidup umatNya. Itulah yang Allah lakukan untuk menyelamatkan umatNya. Allah Perjanjian Baru adalah Allah yang sama. Kita tidak menyembah 2 Allah yang berbeda.
Di dalam Kolose 1:15-22 dikatakan tentang Yesus, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,  karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.  Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.  Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Yesus Pencipta Langit dan Bumi, memutuskan untuk turun ke dalam dunia mengambil rupa seorang hamba. Sehingga dalam Filipli 2:5-11  dikatakan,”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,  dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!”

Di Dalam Paskah Kita Diingatkan akan Janji Allah untuk Menyelamatkan UmatNya

 Dia Pencipta Langit dan Bumi memutuskan untuk menanggalkan jubah kemulianNya dan mengenakan jubah hina manusia menjadi sama dengan kita, mati di kayu salib untuk menggenapi apa yang telah Allah janjikan kepada umat manusia. Alasan Sang Pencipta itu tidak lalai menggenapi janjiNya itu walaupun tampak lama, sulit, namun ketika Ia berkomitmen untuk menyelamatkan , Ia pasti menyelamatkan. Itu sebabnya ketika Daud melihat karya keselamatan dalam kehidupannya dan bangsanya, ia menari, melompat dan bersorak-sorai. Ia mendorong umat Israel untuk memuji , meninggikan dan menceritakan perbuatan Allah yang dahsyat. Kalau kita berpikir bahwa Paskah adalah perayaan biasa dari orang Kristen. Paskah tidak pernah menjadi perayaan biasa. Sebab di dalam Paskah kita diingatkan bahwa Allah pernah berjanji dan Allah menggenapi janjiNya di dalam kemahakuasaanNya. Allah Sang Pencipta itu memutuskan turun ke dunia turun ke dalam dunia untuk menyelamatkan umatNya. Allah  yang besar ini memberikan diriNya untuk kita. Bila anakNya saja Ia berikan, tidak ada apa pun di dunia ini yang baik yang ditahan dari kita. Itu sebabnya kita berlompat dan bersukacita. Pada kebaktian Jumat Agung nuansanya kuburan, gelap dan kaku, sedangkan sekarang suasananya merah cerah, penuh sukacita karena ada sesuatu yang berbeda. Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang menghalangi Allah menggenapi janjiNya dalam kehidupan umatNya.
Suatu kali William G House mengatakan ,”Dalam tradisi ortodoks Yunani, Paskah dirayakan dengan menceritakan leluceon. Leluconnya kurang lebih , “Iblis berpikir mereka bisa mengalahkan Allah. Melalui Penyaliban ia sudah menang. Namun ia begitu terkejut ketika Kristus bangkit dari orang mati.” Saya tidak mengerti apa lucunya kisah tersebut. Yesus telah disalibkan tetapi kemudian Dia bangkit. Iblis berpikir sejak manusia diciptakan, digunakan segala cara untuk menjatuhkan manusia seperti melalui sakit penyakit, bencana alam dan segala sesuatu, tetapi ternyata Dia tetap datang dan disalibkan, mati dan kita menang. Ketika Yesus bangkit hari ini, iblis gagal dan kalah.
   Ketika Pencipta merencanakan atau berkehendak, tidak ada apa pun di dunia ini yang bisa membatalkan rencana dan kehendakNya. Ketika Allah bekerja tidak ada yang bisa menghalanginya. Semua agama percaya hal itu. Apakah tidak ada perbedaan kita dengan mereka?  Perbedaannya terletak pada diri Yesus Kristus! Ketika kita percaya kepada Yesus, kita terhisap di dalam Yesus, kematian dan kebangkitanNya, menjadi milik Allah, anak-anak Yesus, kita berada di dalam Allah, Allah untuk kita dan kita untuk Allah . Ketika kita percaya Yesus, Allah Immanuel (Allah beserta dengan kita). Sang Pencipta itu,Yang Maha Kuasa itu, Yang Maha Ddahsyat , Yang Kekuasaan Tidak Tertandingi itu, Yang RencanaNya Tidak Akan Dibatalkan itu, Dia ada, hadir, berjalan bersamamu, memegang tanganmu, Dia menyelamatkanmu sampai pada akhirnya. Yesus dalam menggenapi rencana Allah tidak meleset barang sedikit pun. Bahkan sampai kalimat “Aku haus” yang bukan kalimat signifikan, tetapi Yesus genapi secara tepat. Dengan perkataan lain, untuk menyelamatkan manusia, Yesus tidak berhutang sedikit pun, tidak ada di Perjanjian Lama yang tidak dipenuhi oleh Yesus. Yesus mengerjakan keselamatan itu tanpa memikirkan apakah kita mampu untuk menyelamatkan diri kita. Keselamatan tidak pernah tergantung pada diri kita melainkan tergantung sepenuhnya pada diri Yesus. Ketika Yesus menyelamatkan, Dia untuk rencana yang bernilai kekal. Dia menyelamatkan untuk kekekalan. Sekali kita mempercayai Yesus, sampai kembali kepada Allah, selama itu juga Dia mememang tangan kita dan menyelamatkan hidup kita.

Allah Konsisten Memegang JanjiNya untuk Menyelamatkan UmatNya

Apa yang menjadi kekuatiran kita? Saya melayani di sebuah gereja di Ambon. Saya diminta memberitakan Injil lagi di persekutuan lansia. Saya kebetulan tahu jemaat itu dan berkata,”Bro, jemaat lansia  di sini rata-rata adalah pendiri gereja , mengapa diberitakan Injil lagi?” Teman saya menjawab,”Iya Pak Jim. Masih pada takut mati.” Saya merasa heran, mengapa orang Kristen takut mati, apalagi ini pendiri gereja. Teman saya menambahkan, “Ada banyak tantangan dalam hidup. Ada banyak hal yang mengecewakan, pengkhianatan terjadi, banyak peristiwa yang tidak terduga sehingga  banyak orang menjadi ragu.”
Di dalam hidup kita di dunia satu-satunya yang konsisten adalah ketidakkonsistenan. Makmur tidak bersifat konsisten. Kalau tidak konsisten, hal itu wajar. Karena satu-satunya yang konsisten adalah ketidakkonsistenan. Sehat tidak konsisten. Apa pun di dunia ini tidak ada yang konsisten. Satu-satunya yang konsisten di dunia ini ketidakkonsistenan. Dengan kata lain, tidak ada yang pasti dengan hidup kita dalam dunia ini. Bila kita memandang hidup kita sedemikian, maka kita akan tawar hati, kecut dan meragukan segala hal. Satu-satunya yang konsisten di dunia dan tetap konsisten di dalam ketidakkonsistenan dunia, Dia tetap berdiri konsisten Dia adalah Allah. Sekalaipun situasi di sekelilingmu berubah Allah tidak berubah. Sekalipun orang-orang disekelilingmu meninggalkan engkau, Dia tidak meninggalkanmu. Sekalipun penyakit mu  membuat tubuhmu mengkhianati keinginan hatimu, Allah tidak meninggalkanmu. Apa pun yang terjadi dalam hidupmu, Allah memegang tanganmu dan menyelamatkanmu sampai akhir. Amin. Jangan lagi takut, percaya! Jalani hidup dengan iman dan keyakinan kemenangan karena Dia menyertaimu.
Kemana-mana saya tidak pernah naik motor dengan Joan (untuk jarak sejauh dari Ciledug ke Mangga Besar). Mamanya tidak pernah kasih karena ia pernah mengalami pengalaman luar biasa dengan saya. 2 kali naik motor dan keduanya tabrakan. Mamanya melarang, tetapi Joan tetap mau ikut. Kata mamanya,”Kamu belum makan dan ini naik motor.” Itu 2 hal yang membuatnya khawatir (naik motor dan belum makan). Tetapi saya berkata,”Lao po, tenang ya. Saya yang urus makannya.” Waktu bicara begitu, saya belum tahu bagaimana mengurus makannya. Selama lebih dari 5 tahun , saya tidak pernah membonceng orang. Saya kemudian mengenakan ikat pinggang khusus seperti memakai safety belt. Saya pun mengendarai motor. Lewati daerah macet, Puri Kembangan terus ke arah Kedoya. Baru sampai di sana, saya merasa menggonceng Joan tidak enak. Joan peluk saya erat-erat. Saya merasa agak tegang. Ingin istirahat dulu karena merasa pinggang pegal. Kalau sendirian dan merasa pegal, bisa berhenti dan minum dulu,  tapi kalau sendiri bisa melanggar lalu lintas sedikit, sekarang ada anak jadi tidak bisa (saat kepanasan berhenti dulu di tempat yang panas tidak apa-apa). Sepanjang jalan, saya merasa khawatir. Saya bisa merasakan kekhawatiran istri saya. Orang yang naik mobil, besinya di depan dagingnya di dalam tetapi kalau naik motor dagingnya di luar, besinya di dalam. Kalau terjadi sesuatu, maka orang yang naik motor kemungkinan lebih besar resikonya dibanding dengan orang yang naik mobil. Jadi saya agak tegang. Dalam hati saya berdoa, “Ya Tuhan tolong saya! Jangan sampai kenapa-napa. Ini anak cewe satu-satunya” Sepanjang jalan, saya pikir apa mau beli helm khusus dan mau beli padding tangan dan kaki. Tetapi sepanjang jalan saya berpikir begitu. “Apa pun yang terjadi, anak saya harus tiba di GKKK Mabes, harus jadi sarjana dan bahagia. Itu hati seorang papa. Pernahkah berpikir bahwa Bapamu di Sorga juga punya hati yang sama? Dia berkata, “Apa pun yang terjadi, kau harus kembali ke rumahmu. Kau harus kembali. Hidupmu mungkin sulit namun Aku akan membimbingmu. Yesus anakKu menjadi meterai janji”. Hati ayah berkata,”My son and my daughter, I’ll take you there.” Nah Joan, kita harus sampai di GKKK Mabes, kuliah di universitas, hati yang berbahagia” kata saya.  Sedangkan Allah berkata,”Apa yang terjadi, kamu harus pulang. Kalau hidupmu sulit, Aku akan membimbingmu. Yesus, AnakKu menjadi meterai janji.” Apa pun yang terjadi di dalam hidupmu, jangan takut, Dia memegangmu . Kita hanya perlu memuliakan namaNya seumur hidup.

No comments:

Post a Comment