Sunday, April 1, 2018

Iblis Dikalahkan

Pdt. Jimmy Lucas

1 Korintus 15:50-58
50  Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.
51 Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah,
52  dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.
53  Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.
54  Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
55  Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
56  Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
57  Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Yohanes 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Diselamatkan untuk Diubahkan.

              Istri saya kemarin ditanya oleh Joan, anak saya.” Ma, Paskah itu apa sih?” tanya Joan. “Paskah itu sebenarnya merupakan salah satu perayaan Kristen yang nilainya sama besar dengan Natal”, jawab istri saya. Tetapi dalam teologi perubahan (transformasi) di mana tujuan ilahi ialah untuk mengubah kita untuk menjadi orang yang disempurnakan  di dalam Yesus. Di dalam kekristenan semua perayaan sama besar, terarah pada suatu tujuan pokok. Natal bicara tentang perayaan besar di mana Allah menjelma menjadi manusia. Pada momen itu sorga terguncang karena Allah Pencipta langit dan bumi berkenan merendahkan diriNya menjadi sama dengan manusia. Malaikat kebingungan, surga geger, karena Pencipta itu mengambil jubah manusia.
              Semua mahluk sorgawi mengarahkan matanya kepada Yesus karena ingin tahu apa yang Sang Pencipta lakukan ketika Ia menjelma menjadi manusia. Tentunya semua mahluk sorgawi berpikir Ia melakukan perkara besar menggucang dunia. Tetapi kenyataannya pada suatu hari , di hari Jumat, Sang Pencipta memutuskan untuk memberikan nyawaNya untuk mati di  kayu salib. Kemudian bumi menjadi gelap gulita, surga tidak lagi menjadi temaram dan semburat suram menutupi seluruh mahluk sorgawi. Mereka tidak mengerti mengapa Sang Pencipta memberi diri? Kemudian pada hari ketiga, alam maut kembali berguncang, karena ternyata alam maut tidak dapat menampung Sang Pencipta, kubur terbuka dan Yesus bangkit! Tujuan Sang Pencipta turun ke dalam dunia, tujuan keselamatan belum tercapai. Karena kebangkitanNya bukan akhir dari rencana Allah karena Allah tidak akan berhenti sebelum umatNya yang diselamatkan kembali diubahkan sama seperti kondisi Adam saat pertama kali diciptakan. Itu sebabnya kemudian Roh Kudus dijanjikan. Pada momen itulah orang percaya melihat apa artinya keselamatan. Kita diselamatkan agar diubahkan, kembali ke fitrah kita menjadi seperti Kristus. Unio Mystica persatuan mistis antara manusia dengan Allah, itulah tujuan karya keselamatan.Teosis perubahan manusia mengalami pengilahian , di mana Allah tinggal di dalam kita dan kita di dalam Allah sehingga kita diubahkan menjadi seperti Allah. Itu tujuan keselamatan. Tujuan Allah menjelma menjadi manusia, mati di atas kayu salib, naik ke sorga, mengutus Roh Kudus, agar kita diubahkan menjadi seperti Kristus. Tetapi itu semua tidak akan terjadi kalau tidak ada Jumat Agung, tidak ada Anak Allah yang disalibkan di atas kayu salib.

Manusia tidak bisa mengalahkan (menang) dari dosa dan lepas dari kuasa kematian sendiri

Ini pertanyaan yang ditanyakan manusia selama berabad-abad. Ketika menulis surat ini kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus sedang berhadapan dengan para ahli filsafat yang mempercayai kebangkitan jiwa tetapi tidak mempercayai kebangkitan tubuh. Karena bagi mereka tubuh adalah sarang dosa, tubuh dikuasai oleh dosa. Tubuh ini harus binasa. Kalau tubuh bangkit, berarati dosa kembali berkuasa, seterusnya menekan jiwa dan jiwa akan binasa. Maka mereka tidak percaya pada kebangkitan tubuh. Bagi mereka kebangkitan jiwa iya, tetapi kebangkitan tubuh no! Rasul Paulus mengerti pergumulan hal ini dan ia mengatakan,”Jangan kuatir, kebangkitan tubuh dapat terjadi tanpa harus membangkitan kuasa dosa.” Para Filsuf Yunani berusaha untuk mengalahkan kuasa dosa dalam diri mereka.
Ada 2 golongan besar filsuf Yunani. Yang pertama golongan pengikut Epikuros (341-270 SM). Menurut golongan ini tubuh adalah sarang dosa, tubuh sebentar lagi binasa. Jiwa yang akan diselamatkan sehingga tidak peduli lagi pada tubuh. Makanlah,  minumlah, dan bersenang-senanglah karena besok akan mati.  Apapun yang terjadi selama jiwamu bahagia, you are fine. Yang kedua adalah kelompok Stoa, orang-orang ini menerapkan cara menyiksa diri bagi mereka sendiri. Karena mereka percaya bahwa tubuh sarang dosa maka tubuh ini harus dikalahkan . Mereka menyiksa diri begitu rupa agar tidak mengikuti keinginan dosa dalam tubuh mereka. Golongan ini berusaha untuk mengalahkan kuasa dosa dalam diri mereka. Tetapi mereka mendapatkan bahwa dosa tidak dapat dikalahkan , bagaimana pun cara mereka mengusahakannya. Rasul Paulus berkata, “Dosa berjalan beriringan dengan kematian.” Dimana ada dosa, di situ ada kematian. Karena upah dosa adalah maut. Di mana ada dosa , di situ ada kematian. Di mana ada kematian, di situ ada dosa. Kematian muncul sebagai konsekuensi logis dari dosa. Selama dosa belum dikalahkan, kematian akan tetap ada. Kematian hanyalah menunjukkan bahwa dosa berkuasa. Dasar dari dosa adalah hukum Taurat. Melalui hukum Taurat, dosa menjadi jelas posisinya. Semua manusia diukur dari skala ini. Kalau seseorang tidak dapat menggenapi hukum Taurat dengan sempurna, maka orang itu tidak bisa mengalahkan dosa. Masalahnya bagaimana orang berusaha mengalahkan dosa seperti kaum Epikuros dan Stoa dosa tetap tidak bisa dikalahkan. Bagaimana pun orang berusaha, mereka akan tetap mati. Bagaimanapun kita berusaha mengalahkan dosa dan hidup saleh untuk mengalahkan dosa, kita tetap mati. Kalau kita tetap mati, berarti dosa tetap berkuasa, dan kalau dosa berkuasa maka apapun yang kita lakukan akan sia-sia , kita tidak akan selamat dari kuasa dosa.

Jalan Keluar untuk Mengalahkan Dosa

Titik awalnya dimulai dari hukum Taurat. Semua manusia pasti mati. Mengapa manusia semuanya akan mati? Karena semua manusia adalah orang berdosa. Karena berdosa sedangkan upah dosa adalah maut, maka semua manusia mati. Mati adalah konsekuenesi logis dari dosa. Tetapi dari mana dosa mendapatkan legitimasi, kuasa, hak untuk menuntut kita? Karena ada hukum Taurat. Ia yang menunjukkan siapa kita, kita orang berdosa. Ia seperti cermin yang menunjukkan siapa kita apa adanya . Karena hukum Taurat menunjukkan bahwa kita orang berdosa maka kita harus mati. Kaum Epikuros posisinya kalau mereka tidak bisa memenuhi hukum Taurat, mereka tidak bisa mengalahkan dosa dan mereka tetap mati. Karena walau berusaha keras, mereka tetap orang berdosa.
Bagaimana caranya supaya kita tidak mengalaminya? Dosa harus dikalahkan tetapi bagaimana mengalahkannya? Kita mengalahkannya tepat di tempat ia memiliki kuasa dosa dan otoritas.  Dosa dikalahkan saat hukum Taurat digenapi.  Yohanes 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Kata ‘sudah selesai’ berasal dari kata Yunani teleo, tetapi ketika Yesus mengucapkannya ia tidak memakai teleo tetapi tetelestai. Kata tetelestai biasanya digunakan di dunia perdagangan untuk mengatakan bahwa hutangmu sudah lunas. Tetapi kata tetelestai bukan saja berarti hutang sudah lunas. Misalnya ada sebuah gelas plastic yang airnya sampai ke atas. Kondisi air sampai di atas, dikatakan sebagai tetelestai, penuh. Kalau ada lubang tidak tetelestai. Jadi berarti penuh, komplit dan lengkap. Seluruh konteks penyaliban Yesus dibandingkan dengan nubuat kematian Mesias, maka sebetulnya saat Yesus melakukan tugas penyelamatan di kayu salib dilakukan dengan lengkap, sangat detil. Tidak ada kekeliruan barang sedikitpun. Bahkan saat Yesus di atas kayu salib, Ia masih sempat berkata, “Ibu ini anakMu, anak ini ibumu”. Hal yang kelihatan sepele. Maria bukannya tidak tahu apa yang Yesus lakukan karena Simeon sudah menubuatkan tentang kematian Yesus. Maria menyimpan hal ini dalam hatinya. Sebagai ibunya, Maria tahu. Intuisinya mengatakan anaknya yang dikandungnya harus melakukan tugas ini untuk menyelamatkan umat manusia. Dan Yesus mengerti bahwa Maria mengerti. Yesus masih bisa berkata, “Ibu ini anakmu dan anak ini ibumu.”.  Setelah itu selesai? Tidak! Masih ada nubuat yang “tidak ada signifikansinya’. Nubuat tentang ketika aku menderita, lidahku seperti disayat-sayat. Ia tidak minta minum. Ia hanya mengatakan apa yang dirasakan,”Aku haus” baru Dia berkata,”Sudah selesai”. Yesus melakukan tugas penyelamatan sampai detail yang paling kecil. Tidak ada titik salah (kosong) di dalam karya keselamatan Yesus. Betul-betul tetelestai, selesai.

Roma 8:3-4 3  Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,  supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Ketika Yesus berada di atas kayu salib ia menggenapi apa yang hukum Taurat minta, dia menggenapi dengan tetelestai,selesai Penggenapannya sempurna tanpa cacat. Setelah digenapi, Yesus mengalahkan dosa. Bukti Ia mengalahkan dosa, adalah pada hari yang ketiga, Ia bangkit dari orang mati. Tidak ada yang bisa mencegah kebangkitanNya. Dia sudah mengalahkan dosa sebab ia menggenapi seluruh hukum Taurat di dalam diriNya. Buktinya Yesus mengalahkan dosa? Ia bangkit!

Kebangkitan dan Tubuh Kemuliaan

Di sebuah persekutuan karyawan dengan tema, “Apakah kebangkitan Yesus fakta atau mitos?” Sebelum khotbah saya bertanya ke karyawan, “Apakah kebangkitan Yesus itu fakta atau mitos?”  Sun Go Kong mitos. Kwan Kong mitos. Bila fakta maka harus ada barang sejarahnya dan ada saksi matanya. Barang sejarah dan saksi matanya Kwang Kong siapa? Kita tahu Kwan Kong dari novel 3 negara (Sam Kok). Yesus fakta atau mitos? Fakta! Kita tadi menyaksikan siluet dan ayat dibacakan kebanyakan yang dibaca dari kitab Lukas. Menarik sekali mengapa kita mengambil dari catatan Lukas. Tidak ditahui apakah Lukas menjadi saksi mata  dari apa yang dialami Yesus. Ia adalah seorang dokter yang terbiasa mencatat segala sesuatu secara rinci. Ia menulis Injil Lukas dan kemudian Kisah Para Rasul untuk salah seorang pejabat Roma yang mempertanyakan eksistensi Yesus. Ia bertindak bukan sebagai dokter tetapi juga sejarahwan yang memberikan catatan faktual yang rinci tentang siapa itu Yesus. Maka kalau Yesus adalah fakta sejarah dan segala yang dialami adalah fakta sejarah, maka kita harus percaya bahwa kebangkitanNya adalah fakta sejarah. Maka adalah fakta bahwa kematian tidak bisa mengalahkan Dia, dosa dikalahkan oleh kebakgkitanNya, seluruh tuntutan Taurat digenapi di dalam Dia. Jadi iman kita didasarkan atas fakta dan fakta semata bahwa sungguh-sungguh kematian itu dikalahkan. Kepada orang Korintus dan para filsuf, Yesus mengatakan, “Kalau kematian dikalahkan, maka kebangkitan itu ada.” Pertanyaannya, “kebangkitan itu seperti apa?”  Jadi pertanyaan yang diajukan bukanlah,”Apakah kebangkitan itu ada atau tidak?” Itu pertanyaan yang salah. Kalau kebangkitan itu ada, seperti apa? Rasul Paulus mengatakan, “Tubuhmu yang fana ditelan oleh tubuh yang mulia.” You are in process. Digunakan kata “Your body shall (bukan will).” Karena digunakan kata shall berarti ya pasti. Kalau Joan berkata,”Bapak ajak Joan ke Ancol” dan saya menjawab will berarti saya mau (maybe want). Tetapi kalau dijawab I shall (definitely will) berarti pasti. Kita akan dibangkitkan. Caranya : tubuh tetap ada tetapi ditelan. Tubuh Yesus menjadi prototipe dari kebangkitan itu. Ketika Ia bangkit, tubuhnya tetap sama (ada lobang bekas paku dan ditusuk). Tetapi yang menarik Ia tetap makan (minta ikan dan makan). Sekali pun Ia bisa dijamah dan disentuh, makan yang menunjukkan Ia bukan setan tetapi tidak bisa dicegah ruang tertutup tidak bisa mencegah Dia menemui  murid-muridNya. Ada bentuk tubuh yang tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu, itulah tubuh kemuliaan.
Dalam Pengakuan Iman Rasuli dikatakan, Aku percaya kepada kebangkitan daging (dari bahasa Latin, (sarca resurectionem di mana sarca = daging, resuretionem = kebangkitan). Kita bicara tentang sesuatu yang berbeda (certain kind of flesh). Sesuatu yang tidak bisa digambarkan oleh tubuh ini, tidak ada bandingannya dalam dunia karena Yesus satu-satunya prototipe yang bisa dilihat. Kalau orang Yunani berkata tidak ada kebangkitan karena tubuh begitu kotor, tetapi ada kebangkitan bukan dengan tubuh kotor dan hina tetapi tubuh kita diubahkan menjadi tubuh yang mulia. Bagi saya, ini adalah kabar baik. Jika Ia bangkit, maka kebangkitan itu pasti terjadi, kita akan dibangkitkan dalam tubuh kemuliaan.
              Beberapa tahun ini, saya tidak terlalu suka dengan hidup ini. Bukan saya tidak bahagia dengan hidup saya karena saya merasa bahagia. Tetapi saya menemui fakta yang tidak menyenangkan . Yang pertama yang mengguncangkan adalah saat saya melihat papa saya yang dulunya kekar, tegap dan selalu bicara “Papa kuat”. Kalau mau dibantu selalu ditolak karena ia merasa kuat. Papa saya kuat karena dari kecil ia latihan Jujutsu. Sering saya melihat ia berkelahi dan tidak pernah kalah. Padahal tubuhnya pendek dan lawannya yang jauh lebih tinggi pingsan dengan sekali gebrakan. Ia latihan jujutsu zaman dulu. Ia figure yang luar bisa bagi saya. Ia penuh kasih sayang dan memberi yang terbaik bagi keluarganya. Orang yang hangat , menerima apa adanya, lepas dari semua hal yang buruk dan kegagalan dari anak-anaknya. Kalau ada reinkarnasi dan ditanya, “Kamu mau Bapak yang mana?”  maka saya mau Bapak yang itu lagi. Walaupun ia miskin dan tidak punya apa-apa” Hubungan papa dengan anak-anaknya sangat erat. Suatu kali ia makan soto tangkar, walau tahu tapi ia lupa minum obat kolesterol. Setelah makan, tiba-tiba ia muntah dan  tiduran. Ketika bangun ia muntah lagi dan tiba-tiba ia minta dibawa ke rumah sakit. Dalam perjalanan ia tidak sadarkan diri,  pembuluh darah di otak belakang pecah. Itu kejadian 4 tahun lalu dan sampai hari ini papa saya terbaring lumpuh total. Tidak bisa makan dengan normal dan bicara. Matanya tidak bisa melihat tetapi ingatannya tajam. Kalau ditanya, “Kung, siapa yang datang?” Ia akan menunjukkan 1 jari yang berarti anak yang pertama (=saya) yang datang. Kalau datang, saya melatih anak saya berteriak memanggilnya. Tiap kali ia mendengar teriakan “Kungkung” maka ia akan mengacungkan jempol. Saat imlek mama memakaikan baju imlek dan ia berusaha mengangkat tangan dan membalas salam kiong hie. Setiap kali datang dan melihat papa, saya tidak bisa menahan untuk tidak menangis. Saya ingat ia yang begitu gagah, kuat dan dibanggakan, tiba-tiba terbaring lumpuh. Saya merasa marah karena tidak bisa apa-apa. Kami sudah habis-habisan mengeluarkan uang. Lebih dari Rp 1 miliar sudah dihabiskan selama 4 tahun tetapi tidak ada perubahan signifikan. Saya merasa marah sekali dan tidak berguna. Tiap kali mau pulang, saya memegang tangannya, berdoa untuknya , mencium keningnya dan pulang meneteskan air mata. Sampai anak saya bertanya, “Mengapa papa menangis setiap kali datang ke rumah Kung-Kung”? Itu sebabnya saya tidak suka dengan hidup saya. Saya orang yang ramah dan terbuka untuk bersahabat dengan siapa saja. Ketika mendekati orang , saya mendekati dengan tulus. Saya sangat menghargai ketulusan. Jiwa pendekar terkadang lebih dari pendeta, karena mau bicara apa adanya. Saya berjiwa seperti itu tetapi saya dihianati oleh orang-orang terdekat. Ditusuk dari belakang dan dampaknya dirasakan sampai sekarang. Orang y ang dihianti adalah orang yang bingung, “Gua apakan kamu sampai kamu hianati dan jahatin saya?” Orang yang dikhianiti merasa bingung : siapa yang bisa dipercaya? Bagaimana saya bisa percaya orang lain? Sejak dikhianati saya sulit percaya orang. Saya orang yang begitu polos, semua yang bergaul dengan saya bisa tahu siapa saya. Tetapi sejak dikhianti saya merasa sulit percaya, bahkan untuk mengenakan jubah pendeta sulit. Orang yang menghujam saya adalah orang yang saya anggap kakak tingkat (orang yang saya datangi untuk curhat). Ia menusuk saya sehingga saya tidak bisa mengenakan baju pendeta saya. Saya lebih suka hidup santai. Saya tidak punya gereja, dan tidak pernah bernaung di bawah gereja mana pun. Tetapi saya berkata kepada diri sendiri,”Panggilan tidak bisa dibohongi dan diingkari”. Walau tidak di bawah naungan gereja mana pun, saya tetap seorang rohaniawan. Apapun yang orang lakukan pada saya, saya akan tetap melayani. Itu karena Tuhan! Saya bukan orang dengan pendidikan dan nama baik, saya penuh kegagalan. Maka saya lebih suka melayani di sport ministry sehingga saya buka dojo (tempat latihan) sendiri karena saya tidak bisa main baket dan sepakbola. Pada satu-satunya kesempatan main bola, saya menggiring bola dan tidak ada yang menghalangi sehingga saya langsung tembak ke gawang sendiri. Dan saya dan lawan saya berteriak gol!! Hal itu terjadi karena begitu berada di lapangan saya mengalami disorientasi (kehilangan arah). Saya bingung mana Utara , Selatan, Barat dan Timur. Tanah lapangan di mata saya seakan sejajar sehingga saya tidak bisa main sepabola , volley dan hanya bisa berolah-raga bela diri sejak kecil. Kebetulan banyak orang Kristen yang senang berolah raga bela diri.
Jadi saya kontrak sebuah ruko dan mendirikan perguruan beli diri (ada 7 jenis bela diri) dan 4 orang guru yang mengajar. Semuanya bekerjasama dengan baik dan semuanya tidak butuh uang. Guru yang satu pengacara dan yang lain punya bengkel custom motor dan penterjemah bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia. Semuanya sudah memiliki pekerjaan. Namun saya tahu aturan, orang datang mengajar perlu diberikan sesuatu, sehingga saya kutip bayaran dari para murid. Bayaran tersebut bukan untuk guru tapi untuk operasional dojo (listrik, air, telpon, uang bensin guru, keamanan, kebersihan, perpanjang kontrak ruko dll). Satu orang hanya membayar Rp 300.000.  Saya kerja keras , bagaimana agar setiap hari ada orang latihan. Bagaimana caranya kirim brosur? Maka saya copi dan bawa flyer keliling kompleks dengan berjalan kaki. Masukan flyer ke rumah. Satu kali saya masukan ke rumah yang dijaga oleh seekor anjing Pitbull  sehingga flyer dimasukan secara perpelan, jangan sampai anjing itu bangun dan menggigit tangan. Guru yang datang tinggal mengajar. Kalau ada murid baru datang, saya menemani murid tersebut dan orang tuanya (bila ikut) dan bertanya kabarnya. Selesai ngajar, saya yang membersihkan dan melap dojo. Semalam, dari pk 13.30 sampai pk 22.30 saya tidak makan setelah itu baru makan. Mengapa begitu susah? Kapan saya bisa santai? Buat saya, menyampaikan khotbah seperti ini adalah santai. Jadi saya tidak begitu suka dengan hidup saya.
Tetapi melihat salib Yesus, saya tahu satu hal. Tubuh papaku akan diubah menjadi tubuh kemuliaan dan  kembali ke sorga. Di sana tidak ada ratap tangis, kertak gigi, duka cita, kesusahan, pengkhianatan, tusukan dari belakang, hinaan, kematian, cacian dan makian. Semua orang hidup dalam kasih, damai-sejahtera, sukacita dan pintu sorga terbuka lebar karena Yesus bangkit dari antara orang mati. Saat percaya Yesus, maka pintu sorga terbuka bagimu. Tubuhmu diubahkan. Akan tiba saatnya tubuh kemuliaan menjadi bagianmu., kewarganegaraan di sorga dikukuhkan. Itulah apa yang kita miliki.

Penutup

   Saya punya teman-teman yang berbadan kekar berbeda dengan kebanyakan orang di gereja tubuhnya hanya 1 pack (alias gemuk).  Saya pergi melihat pertandingan Karate. Yang satu berusia 50 tahun dan lawannya berusia 40 tahun , mereka bertarung habis-habisan dan pukulan lawan diterima dengan sukacita. Suatu kali dogi (seragam untuk latihan Karate) mereka terlepas saat dipukul-pukul sehingga terlihat badan mereka yang kekar. Untuk mendapatkan tubuh yang kekar perlu latihan bertahun-tahun. Namun sayangnya itu hanya bentuk luar tubuh tapi tidak bisa mengendalikan bagian dalam tubuh. Kita bisa membentuk tubuh tapi tidak bisa mengendalikan munculnya kanker yang menggerogoti tubuh. Kita akan mengalami sakit dan penderitaan yang luar bisa, dan tiba-tiba saat menghadapi kematian maka kekayaan, kepandaian, kekuatan semuanya pucat pasi. Itulah berita buruknya. Tapi masih ada berita baiknya yaitu Yesus bangkit dari antara orang mati. Ketika terhisap dalam kematian dan kebangkitanNya, tubuh kita akan binasa tetapi digantikan dengan tubuh kemuliaan. Tidak ada sakit penyakit, tidak ada kanker, serangan jantung , kolesterol, keriput yang memalukan semua diganti dengan tubuh kemuliaan.
Apa yang kau punya kalau  tidak memiliki Yesus? Kalau tidak punya Yesus, apakah engkau akan melihat tubuh kemuliaan, pintu surga terbuka? Tanpa Yesus, engkau tidak memiliki apa-apa! Bila memiliki Yesus berarti kita  memiliki apa yang dijanjikanNya yaitu hidup yang cheer up. Kalau hidup sulit maka sifatnya sementara dan hidup menyusahkan bukan selamanya, karena akan tiba saatnya kita mengenakan tubuh kemuliaan, iblis dikalahkan,  maut dan dosa dikalahkan. Satu-satunya kemenangan adalah mereka yang tinggal bersama Yesus.


No comments:

Post a Comment