Thursday, June 22, 2017

Paradoks Kesulitan


Oleh Pdt. Stephen Tong

Bagaimana cara yang baik untuk mengalahkan kesulitan sehingga kita tidak takut pada kesulitan? Bagaimana memperalat kesulitan untuk memajukan kehidupan kita?

Waktu saya kelas 2 SMP ada 1 makalah yang mengatakan hal yang paradoksal bunyinya : kekuatan yang bergesek yang tidak licin, yang membuat kita tidak maju , justru itu yang memajukan manusia. Apa ini? Kalau berjalan di tempat yang tidak licin, karena tidak licin kita merasa tidak gampang maju. Tetapi justru pijakan yang tidak gampang maju itu justru menjadi pangkalan kita untuk bisa maju ke depan. Kita pijak di tempat yang tidak licin lalu maju lagi. Kalau kita berjalan di tempat yang licin, maka kita akan terjatuh. Apa beda maju dan jatuh? Jatuh berada di dalam kelicinan yang tidak menolong kita. Maju karena berada di pangkalan menjadi sesuatu yang sulit tetapi menjadi pondasi untuk menjadi ke depan. Saya membaca makalah ini sehingga mendapat inspirasi luar biasa.
Banyak orang terlalu cepat maju sehingga akhirnya licin dan jatuh. Banyak orang yang mengalami banyak kesulitan sehngga menjadikan dia terus berjuang. Ini paradok yang dibutuhkan. Mengapa bangsa di daerah yang susah hidup adalah bangsa yang maju? Contoh : Kanada, Perancis, Jerman, Norwegia mengalami musim dingin yang sangat dingin , susah tanam, susah mendapat hasil bumi tetapi mereka justru maju? Mengapa negara di Khatulistiwa (tropikal) dan Afrika tidak maju? Karena hidup terlalu enak. Kesulitan jangan dianggap musuh. Harusnya kita bersyukur . Kita dipersulit dan dipekerjakan oleh kesulitan atau kita menggunakan menggunakan kesulitan untuk menjadi bahan memajukan diri kita.

Jikalau ada 2 orang yang sama-sama tuanya dikunjungi dan ditanya apa pengalaman hidup mereka dan kebijaksanaan apa yang dapat ditarik dari pengalaman hidup mereka? Orang tua pertama mengatakan ,”Seluruh hidup saya : makan ,tidur, tidur, makan. Terus begitu. Mendengar hal ini kita tidak mendapat apa-apa. Orang tua kedua berkata,”Saya mengalamai peperangan, kelaparan, penyakit, patah hati, bahaya kecelakaan, lalu bagaimana saya satu per satu mengatasi dan menggeser sehingga saya sekarang saya tidak takut , perang, dingin dan sakit? Kita akan mengalaminya dan akhir berkata,’Terima kasih Bapak.’” Pergumulan yang dialami menjadi bekal saya untuk menghadapi kesulitan di depan. Celakalah mereka yang dilahirkan dalam kelancaran, kekayaan dan tidak pernah mengalami kesulitan. Berbahagialah mereka yang diancam oleh kesulitan , bahaya dan akhirnya bisa tetap hidup.


Tuhan tidak menciptakan manusia untuk hanya menikmati, tetapi Tuhan menciptakan manusia untuk berjuang, melintasi kesulitan dan akhirnya menikmati kemenangan setelah bergumul. Kita besyukur kepada Tuhan di mana kalau ada kesempatan kita bergumul , kalau ada kesulitan kita tempuh. Ini kesempatan untuk membuktikan anugerah itu cukup buat kita. Paulus memiliki satu duri sehingga berdoa, “Tuhan kalau bisa mencabut duri itu.” Tetapi Tuhan tidak mencabutnya. Malah Tuhan berkata, “AnugerahKu cukup.” Kalau duri dicabut tidak ada musiknya. Seperti piringan hitam bila tidak ada jarum yang tusuk dia maka tidak ada musik yang keluar. Saya dulu menikmati musik dengan jarum. Pertama-tama jarum ini kalau sudah rusak dibuang. Akhirnya saya membeli jarum dari berlian walau harganya mahal. Kalau perempuan pakai berlian, makin besar berliannya makin mahal tetapi untuk jarum makin kecil makin mahal. Makin kecil makin bisa masuk ke saluran piringan hitam. Tuhan terkadang memberikan jarum dan duri menusuk kita , membiarkan jarum itu mengukir dan menghasilkan suara yang indah. Orang yang mengalami kesulitan selalu memuji Tuhan dengan suara yang paling dalam. Orang yang hidupnya dangkal, selalu kalau bicara tentang anugerah Tuhan, kalimatnya tidak menyentuh sama sekali. Sama-sama memuji Tuhan, ada yang memuji dari bibir dan ada yang dari dalam batin. Ada yang memuji dengan teknik dan yang menyanyi dari pergumulan jiwa. Lain sekali . Padahal satu lagu yang sama dinyanyikan oleh dua orang yang rohani yang berbeda menghasilkan kekuatan yang sama sekali tidak sama.  

No comments:

Post a Comment