Friday, June 2, 2017

Jadikan Indah (Tiranus X) Sesi 2


Sesi II (Masukan kepada Song Leader dan Pemusik)

Song Leader Kebaktian Pemuda
Dengarlah sabdaNya, Kau yang tak berdaya, Datanglah kepadaNya. Kau ‘kan dapatkan sentosa (hamba Tuhan).
Tiadalah padaku, suatu kebaikan, tapi darah Tuhanku, memberikan kelepasan (jemaat yang menjawab).
Di depan tahtaNya, skarang ku berlutut, ku jadi anak Allah, hatiku bersyukurlah.
Yesus bayar smua, hutang dosaku, dosa bagai kirmizi , jadi putih bersih.

Sudah cukup baik karena song leader cukup tahu apa yang ingin yang dicapai. Ia menguasai. Ini bagian yang penting. Ada beberapa hal yang bisa dilihat. Musik pengiring dan Widodo harus satu kesatuan. Konsepnya, kalau berbicara secara struktural, maka song leader adalah pemimpin dari keseluruhannya termasuk pemusik walau kenyataannya pemusik punya skill lebih tinggi. Karena pemusik harus kursus, sedangkan penyanyi tidak. Namun dalam prakteknya, yang harus diikuti adalah song leader. Pemusik harus mengikuti song leader.
Pemusik sudah cukup baik. Tetapi harus memperjelas beat-nya. Beat berupa nada hitungan harus jelas. Musik pengiring harus bisa memberi kejelasan. Kalau tidak, song leader bisa telat masuk karena ragu-ragu.  Waktu musik berjalan, tiba-tiba song leader masuk  sehingga membuat jemaat tersadar,”Oh.. sudah mulai?”
Waktu song leader masuk harus dengan nada yang tegas. Bisa diawali dengan cerita tentang lagu yang akan dibawakan. Itu adalah PR seorang song leader. Banyak yang tidak mempersiapkannya. Sebagai song leader, kita harus membuat persiapan yang matang. Song leader saat masuk harus dengan lebih yakin dan tahu kapan harus masuk.  Sebagai song leader kata-katanya harus tegas. ‘Kasta’-nya berbeda antara song leader dengan jemaatnya. Jemaat harus mengikuti song leader. Song leader bertugas memimpin jemaat sehingga kata-katanya harus jelas. Jemaat harus masuk bersama-sama dengan song leader. Song leader berbeda dengan konduktor yang memimpin dengan memainkan tangannya. Kalau dengan tegas disampaikan maka jemaat akan mendengar.
Waktu menyanyi, song leader akan mengajak jemaat menyanyi dan matanya harus menatap jemaat  sehingga suasana terbangun bersama-sama. Kadang saat merangkai kata indah song leader lupa menatap jemaatnya. Jadi saat mau menyanyi, jemaat akhirnya tidak ikut bernyanyi.
Lagu yang dibawakan terdiri dari 3 bait dengan kata-kata yang  berbeda namun musik dan melodinya sama. Ada baiknya ,hindari mengulang berkali-kali hal yang sama. Saat pengulangan kedua harusnya dilakukan perubahan. Modulasi baru dilakukan saat refrain. Prinsipnya : bukan mencari ‘asik’ kalau naikan modulasi. Lirik lagu yang sederhana namun ada teguran sehingga bertobat. Berarti ada penambahan. Dari hal yang sederhana, bisa dilakukan penambahan. Jadi lagu ini harusnya dimulai dengan lebih lembut (sederhana) pada bait pertama, lalu ditambah (dinaikan di tengah) pada bait kedua dan puncaknya di ‘depan tahtanya’ (dibesarkan) pada bait ketiga. Kata ‘jadi’ tidak perlu menunggu satu beat karena luar biasa. Improvisasi harus ada efeknya kenapa mengubahnya dan harus dilakukan dengan konsisten.
Tanda seorang song leader mulai masuk bisa dengan melihat tarikan nafas dari song leader. Jemaat hanya mengikuti song leader. Dibuat kondisinya saat latihan. Jadi jangan buru-buru. Song leader hukumnya selalu benar. Lewat waktu ,kita belajar mengisi. Misalnya: bait kedua mulai naik. Juga refrain yang  kedua nadanya lebih naik. Jangan lakukan pengulangan yang sama. Karena akan membosankan.  Saat pengulangan, misal pengiring memutuskan pengulangan ketiga , bisa hanya keyboard saja. Karena kalau tidak , maka tidak ada sesuatu yang ingin dicapai. Jangan pikir, akan selalu terjadi seperti itu. Kadang dalam kebaktian tertentu, kalau mau menyanyi lebih, ada momen waktu mau melihat jemaat terberkati dengan lagu ini, sepertinya jemaat tersentuh, song leader bisa melakukan perubahan dengan aba-aba sebelumnya.
Kalau pemusik tidak disiplin saat latihan, sampaikan ke pemusik (bisa melalui koordinator pemusik), “Saat latihan harus di sini kecuali kalau masuk rumah sakit atau mati.”.  
Kadang terjadi rutinitas. Song leader tidak melakukan sesuatu perubahan maka terjadi rutinitas dan pelayanan dianggap begitu saja. Song leader hanya sekedar mencari 5 buah lagu untuk kebaktian. Jadi song leader tidak membuat planning bahkan tidak tahu apa tema kebaktiannya. Kalau ada acara yang dipercayakan oleh gereja dan hanya dipesiapkan seadanya, maka hal ini tidak membangun. Pemusik seperti hamba Tuhan maka ia harus persiapkan dengan baik. Seperti hamba Tuhan bertanya mau khotbah apa. Kalau musik tidak bagus makan akan menjadi sampah (jemaat dikasih sampah). Itu salah pemusik. Kita harus punya tanggung jawab terhadap hal itu. Seharusnya saya harus datang 1 jam sebelumnya. Itu perlu pengorbanan, namun itulah bentuk tanggung jawab. Jangan sampai telat datangnya.
Kalau bisa persiapkan musik, song leader, pemusik, paduan suara agar punya waktu untuk konsentrasi maka hasilnya bisa lebih baik dan itu sudah pasti. Kalau persiapannya begitu saja, musik bisa jalan, kebaktian dan pengiring,  song leader bisa berjalan, tetapi tidak bisa memberi efek yang seharusnya. Kalau masuk saja tidak disiapkan, maka jemaat tidak tahu kapan masuk.
Di gereja ada yang punya music director yang bertanggung jawab terhadap musik di gereja. Ia harus tahu apa kejadian yang berhubungan dengan musik di gereja setiap saat. Jadi kalau song leader menghadapi masalah , ia bisa datang ke music director untuk minta tolong.
Jadi song leader tidak boleh menutup mata. Kita melakukan tanggung jawab kita dan melakukan apa yang Roh Kudus inginkan. Saya akan nyanyi kalau Roh Kudus menggerakkannya seperti Daud menari. Tapi secara kontekstual bukannya tidak boleh kalau suasananya tepat. Kalau Tuhan minta kita lakukan, maka ada efek terjadi. Saat mau berdoa, kita menutup mata.
Kalau mau nada bisa dibawa ke lebih rendah. Keras tidak berarti harus naik. Kontras itu penting. Peran singer untuk mendukung dalam bernyanyi. Singer tidak harus sebanyak jumlah mike di panggung. Ia punya peranan penting. Ia harus menjadi satu team. Singer juga bisa pecah suara, untuk membuat suasana. Artinya tidak harus selalu menyanyi. Singer untuk membuat lebih kaya dan lebih besar. Jadi harus ada yang dikembangkan.
Sudah ada grand piano, kenapa masih memakai keyboard? Apakah piano tidak cukup? Kalau jawabannya karena agar seperti di gereja lain yang memakainya berarti salah. Bach hanya memakai 1 alat musik saat menggambarkan kematian Tuhan Yesus. Kalau punya band, bisa dikaryakan. Kalu tidak untuk apa? Tidak perlu semua alat musik digunakan. Kalau kebaktian pagi bisa diiringi piano saja. Kadang kalau kita datang ke hotel, yang dipakai kopi dan roti tanpa tidak menyentuh yang lain (walau terdapat banyak menu makanan yang lain). Jadi harus dilihat secara kontekstual. Jadi harus didalami penggunaan setiap alat musik. Lagu yang diiringi piano saja tidak mengurangi keagungannya. Jangan melakukan sesuatu karena ‘toko sebelah melakukan’. Kita perlu belajar dulu mengapa (untuk apa) melakukannya.

Song Leader Persekutuan Remaja 

Kuyakin saat Kau berfirman, Ku menang saat Kau bertindak, Hidupku hanya ditentukan oleh perkataanMu.
Kuaman karna Kau menjaga, Kukuat karna Kau menopang, Hidupku hanya ditentukan oleh kuasaMu.
Bagi Tuhan tak ada yang mustahli. Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin.
MujizatNya disediakan bagiku. Kudiangkat dan dipulihkanNya.

Untuk pemusik
Anak remaja selalu kreatif dan mencari sesuatu. Formatnya menarik. Ada gitar, violon, kajon, keyboard dan piano. Ide di remaja merupakan sesuatu yang sangat baik. Di sini mereka bisa melihat di youtube. Saat praise dan worship ada violin dan gitar dan mereka berkreasi. Waktu mereka datang dan kita tidak mengerti cara menanganinya maka mimpi mereka hilang.  Dulu di gereja tidak boleh ada drum, sekarang mulai ada. Remaja mulai menuntut itu. Mengapa dulu tidak ada drum? Karena dulu orang gereja tidak ada yang mengerti cara menggunakan drum. Sekarang mulai ada yang mengerti dan memakainya dalam bagian tim pujiannya.
Membuat ensemble bukan hal yang mudah. Idenya sudah ada. Maka harus berlatih. Kalau mau sampai tingkat advance, bahkan untuk menjadi seorang mixer ada sekolahnya. Menambahkan sesuatu untuk variasi itu baik. Untuk keseluruhan, mereka memberikan warna yang lebih banyak dibanding kelompok pemuda. Sekarang bagaimana keluar manfaatnya?
Yang memulai gitar lalu dijawab oleh piano. Ini sesuatu yang baik. Violin memberi latar belakang. Mereka membangunnya.  Dibuat suasana dan membangun. Lalu masuk kajon. Perlu dilakukan balance antara semua alat itu, siapa yang harus dominan dan kapan. Seperti menyanyi di padus, tidak perlu semua suara sama kuatnya. Yang menyanyi melodi perlu kuat, bukan karena yang menyanyi anak majelis atau gembala. Balance agar segala sesuatu baik. Bila mau menggunakan semua alat musik tapi ruangan tidak mengakomodir, jangan lakukan karena tidak ada gunanya. Bila memadai, maka bisa dilakukan. Maka perlu ada yang mengguide supaya semua bisa keluar. Kiranya ensemble ini bisa dikembangkan.

Song leader
Waktu berdiri di depan jemaat harus percaya diri terlebih dahulu. Berdiri di depan bukan hal yang mudah. Lihat ke arah audience. Ini dibantu dengan apa yang bisa kita lakukan. Buatlah sesuatu yang dimaui yang berasal dari hati. Sapa jemaat sambil melihat ke arah mereka. Saat menyanyi , nyanyilah dengan latar kamu , karena punya kesaksian dari lagu ini. Bila song leader sudah merasa nyaman, maka suara akan keluar secara natural. Pujian di gereja, diciptakan untuk membantu kita berbicara dengan Tuhan. Pakailah kata-kata itu. Jangan dibuat-buat. Lakukan saja apa yang memang tertulis, tetapi ucapkan. Jangan bingung, masuk saja. Jangan merasa canggung atau grogi. Perlu merasa ‘lepas’ saat bernyanyi karena lagunya minta seperti itu.

Pemusik remaja cukup baik. Selanjutnya latihannya lebih bekerjsama dan balancenya. Percakapan antara gitar dan piano. Gitar dan piano harus ngobrol. Waktu gitar main, piano menjawab, pemusiknya harus mendengar. Ini harus dilatih. Ini menjadi sesuatu yang bicara ke jemaat di awal lagu. Kalau dilakukan secara tertulis hasilnya lebih optimal.

Bagaimana mengontrol emosi agar tidak berlebihan?
Kembali ke acuan yaitu planning. Jadi kenapa sudah sampai di sana. Kalau sudah tahu, maka kita tahu kapan muncul emosinya. Kapan turun naiknya. Sepertinya sulap bila melihat penyanyi yang melakukannya. Musik tidak ada yang kejutan. Musik semuanya dihitung, diselesaikan saat latihan. Tidak ada yang sifatnya kejutan. Artis besar seperti Michael Jackon melakukannya dan itu bukan kejutan tapi berkat latihan berpuluh jam. Itu yang membuat di atas panggung aksinya seperti kejutan. Maka saat program TV ‘This is it’  diberikan contoh Michael Jackson harus membayar berapa banyak untuk tampil prima di atas panggung. Dalam musik semuanya sudah jadi , dibentuk dan dilatih. Kalau nanti sifatnya aksidental dan jemaat lebih terespon (muncul respons seperti itu), itu tidak akan jauh dari yang sudah dibuat. Kalau kita berpikir nanti akan ada kejutan, berarti ‘PR’-nya belum selesai. Kita harus tahu urutannya dari depan sampai belakang. Jangan kita yang kontrol tapi seharusnya kita yang melakukan. Ini seperti nya mudah, tapi harus melalui proses yang panjang. Untuk yang terbeban, bisa mengambil les musik. Belajarlah agar mengerti. Kita harus jadi ahli seni. Sekarang kalau melakukan kesalahan  dikatakan “yang penting hatinya”. Apakah benar? Kalau hati mau melayani Tuhan, tapi kita kasih yang pelayanannya tidak siap itu seperti kita menjadi anak 5 tahun. Waktu saya sakit, anak saya Rafael mendoakannya , “Tuhan Yesus sembuhkan papi saya yang sakit perut” padahal saya sakit tenggorokan. Jangan sembunyi di belakang alasan “yang penting hatinya”. Kalau kita tidak beri yang terbaik , itu namanya menipu. Berikan yang terbaik dari yang kita punya. Tidak apa suara serak atau bindeng, tapi tidak akan mungkin menjadi jelek. Pasti terjadi yang baik.

Song Leader Group Dewasa 

Kuada sebagaimana kuada. Berdiri menghadap tahtaMu Bapa.
Semua karna anugrahMu yang tlah slamatkanKu
Ku hidup dalam sgala kelimpahan, kulayak untuk melayani Tuhan.
Semua karna anugrahMu tercurah bagiku.
Besar anugrahMu berlimpah kasihMu
Semakin hari smakin bertambah, besar anugrahMu.

Komentar
Keyboard : string. Bisa dicoba string-nya volumenya harus lebih kuat. String bisa membedakan antara refrain dan lagu? Ada kesamaan antara bait dan refrain. Padahal musik minta ada yang naik. String harus berperan memberi warna sehingga harus lebih terdengar. Harus naik oktaf untuk membuat efek yang lebih megah. Saat memulai terlihat belum siap, belum konek antara song leader dengan pemusik dan singer. Semuanya harus dalam keadaan siap baru mulai (jangan tiba-tiba). Sebelum memulai, harus ada kontak mata antara ketiganya. Jangan sampai pemain gitar masih membetulkan kabel , song leader sudah mulai. Atau pianis masih buka partitur, sudah mulai sehingga tidak siap. Hal ini tidak baik.
Di Padus, nada pertama yang keluar akan menentukan hasil akhirnya. Lebih baik menunggu sampai semuanya siap daripada memulai dalam keadaan tidak siap. Karena kalau tidak siap , maka akan berjalan sendiri-sendri. Juni sudah bicara cukup semangat. Tapi pengiring memulai dengan tempo yang lebih rendah, karena mereka terburu-buru. Sebaiknya dimulai dalam keadaan siap.
Dalam ansembel , harus ada yang memimpin (mengkoordinir). Kalau gitar mulai dulu, maka semua harus ikut aba-aba gitar. Konteks  yang dipilih : penyembahan atau pujian. Kalau penyembahan, drum tidak boleh masuk di depan karena suasana jadi lebih ceria. Seharusnya penyembahan yang lebih khusuk di depan. Boleh masuk tapi jangan cepat beat-nya. Kalau mau penyembahan, suasana teduh, tenang fokus pada Tuhan.  Idenya tidak ke sana. Karena kata-kata nya lebih pendek (terpotong) sehingga lebih nge-beat. Supaya efek lebih teduh, trik nya dengan memperpanjang. Pengiring harus menjembatani saat masuk ke refrain-nya. Karena kata kunci ‘besar’ maka dinyanyikan dengan ‘besar’. Jadi musik juga harus ramai (lakukan sesuatu untuk masuk ke refrain).  Jangan lakukan sesuatu yang sama . Jangan di awal sudah besar sehingga akan sulit di belakangnya. Dinamika dari kecil ke besar. Jangan pernah takut untuk memulai sesuatu dengan lembut. Saya pernah mengajar di gereja adat. Mereka tidak bisa menyanyi lembut, yang ada hanya suara yang keras dan keras sekali. Kita harus belajar keheningan. Tidak selamanya keheningan lemah.  Jangan takut dalam memegang mike dalam jarak dekat. Gunakan dinamika besar dan kecil.  Untuk memberi efek besar, dengan membuat dorongan dan memperpanjang. Bernyanyi adalah berimaginasi.
Bila berimaginasi, maka kita akan mendorong (dengan seluruh ‘badan’ saya).

Yang paling penting, kenapa kita lakukan itu? Apakah pemusiknya melakukan itu? Bicarakan dengan pemain musik, kita mau kasih apa? Kita mau taruh puncaknya di mana? Diskusikan dengan pemain musik. Keluarlah dengan planning, kita akan melakukan apa, ada tolok ukurnya. Setia dengan apa yang dilatih. Jangan berubah saat hari H-nya. Dengan melakukannya musik jadi lebih berefek. Musik bukan sesuatu yang sulit, tetapi harus direncanakan. Musik menuntut komitmen. Kalau kita mau berencana maka hasilnya pasti akan jadi baik. Yang harus dilakukan adalah membentuk komitmen. Lagu semudah apapun akan jadi lagu yang sulit kalau kita tidak menyiapkan diri diri.  Sejauh ada pengertian yang sama, antara pemusik dan song leader bisa memakai tanda. Asal pemusik memahami apa yang akan dilakukan. Tapi kalau masih baru, sebaiknya semuanya tertulis detail. Jangan sampai salah belok. Lalukan latihan lebih dari satu kali. Kalau tidak ada waktu, maka waktu latihan harus efisien.

Tanya Jawab

Bagaimana jemaat harus mengikuti song leader?
Song leader kalau tidak PD, maka jemaat ikuti arus. Song leader yang datang ke depan dan jelas, maka jemaat mendapat aba-aba yang jelas. Kapan masuk harus jelas. Seorang konduktor harus jelas kapan masuknya, penyanyi harus masuk bersama-sama. Kalau tidak , salah konduktor atau penyanyi yang tidak memperhatikannya.

Aransemen tanggung jawab bersama atau song leader yang mengaturnya?
Kalau ada yang bisa aransemen dan punya waktu maka bisa lakukan aransemen. Bisa juga dengan membeli aransemen yang sudah jadi atau kerja kelompok. Yang penting, bisa dijelaskan ke semua pihak. Waktu mengaransemen, untuk lagu natal , jangan jadi jazz sehingga terdengar aneh. Untuk perform oke bisa dilakukan, tapi untuk kebaktian tidak cocok. Contoh: lagu Joy to The World. Sedangkan lagu mars jangan dihilangkan jati dirinya. Irama lagu yang menari, jangan sampai narinya dihilangkan.

Apakah semua orang bisa menyanyi dengan baik?
Semua orang bisa menyanyi tapi ada yang membuat sulit. Ada orang yang bermasalah dengan pendengarannya. Begitu keluar dari gereja, kita akan mendengar noise (kebisingan) dunia sehingga kita tidak bisa mendengar dengan tenang. Kalau berada di Eeropa kita bisa tenang dan  tidak terdengar suara apa-apa. Kalau di sini bahkan saat kita diam, masih ada suara seperti suara AC. Sehingga ada noise dan itu mengganggu. Orang yang tinggal di pinggir rel KA, kupingnya terganggu. Jadi ada kendala yang perlu dibetulkan dan diterapi, tapi bisa dilakukan. Karena musik dan seni ada di dalam diri kita secara mendasar. Ini harus dilatih. Ada orang yang butuh waktu yang lebih lama untuk belajar dan ada yang lebih sedikit waktunya.

Musik dan song leader sudah bagus, tapi jemaat remaja tidak menyanyi sehingga song leader jadi tidak percaya diri. Bagaimana menghadapinya?
Usia remaja memang sedang mencari-cari ‘masalah’. Bentuk dari lagu yang dinyanyikan tidak selalu seperti itu. Mengapa jemaat remaja tidak menyanyi, apa karena tidak nyaman? Tidak tahu lagunya? Hal ini perlu dicari tahu. Karena ini masa-masa labil.  Karena remaja bisa memberontak. Kalau tim musik bisa percaya diri untuk memimpin, maka ada otoritas, sehingga jemaat bisa mengikuti. Jangan sekedar berkata ‘eh dengar dong’. Saat suasana tidak kondusif, katakan ,”Maaf ini sedang kebaktian.” Saya melatih paduan suara anak-anak. Saya akan menegur saat mereka berisik dan latihan tidak berjalan dengan baik. Suatu kali kita mau tampil pelayanan di pagi hari. Satu hari sebelumnya saat latihan, yang mengobrol dan tidak mau konsentrasi saya keluarkan. Akhirnya saya dipecat. Saya melarang mereka tampil di padus. Setelah itu mereka jadi mengerti , lebih sopan dan beradab. Terserah cara melakukannya. Bila melebar, song leader berdiri di depan sehingga mereka tidak bicara. Musik yang tidak balance tidak menarik. Tidak keluar magic nya karena tidak rapi, sehingga hasilnya tidak jadi bagus. Bila sedikit tidak rapi maka hasilnya tidak bagus. Bila musik tidak rapi maka orang yang mendengar bisa menolak. Maka pemusik harus latihan untuk terus belajar. Orang yang belajar piano sehari bisa pakai waktu 5-6 jam.

Komposisi pemusik dan jemaat bagaimana?
Dilihat dari ruangannya dan kegunaannya. Kadang ruangan harus pakai sound system. Berarti ada pengukuran sound agar jangan terlalu kencang. Musisi bisa 1-2 orang saja, tapi ada manfaatnya. Kalau ruang kebaktian besar, ada banyak di depan akan lebih baik. Karena bila 1 orang lawan 1.000 orang akan setengah mati tapi 10 orang lawan 1.000 orang akan membantu. Tapi kalau hanya 100 orang maka song leader saja sudah cukup. Di bawah 100 cukup 1 orang untuk memimpin. Alat musik  yang ruangan terlalu kecil tidak disarankan pakai drum karena terlalu berisik.

Bila range vocal song leader dan singer berbeda bagaimana?
Sebaiknya suaranya lebih match. Kalau gap terlalu lebar maka lebih sulit mengerjakannya walau bisa. Prinsipnya : tetap song leader yang harus diikuti (jangan ikuti yang lain). Cara mengatasinya mungkin ganti oktaf atau cari kunci di tengah-tengahnya.

Lagu worship lebih mudah dikutak-katik. Bagaimana dengan praise yang lagunya pendek. Misal : kukasihi kau dengan kasih Tuhan?
Ada lagu yang teksnya kuat. Ada lagu yang musiknya kuat seperti membangun suasana. “”Nyanyi bagi Dia lagu baru”   itu mengisi suasana. Kalau himne teksnya lebih kuat. Kalau teks harus ikuti teks. Kalau musik, maka musiknya yang lebih kuat.

Kalau audience diam, tidak ekspresif bagaimana?
Kalau song leader yang ekspresif bisa sampai tepuk tangan. Bagaimana menilai nya? Apakah harus mendorong, “Hayo nyanyi.” Song leader tugasnya mengajak. Kalau tidak mau diajak, apakah kita salah mengajak? Apakah kurang menarik? Ada audience yang lebih sulit atau mudah. Ada yang diam dan tidak menyanyi sepanjang tidak destruktif, tidak apa-apa. Tugas kita hanya mengajak. Ada yang berkata, “Hayo kita bernyanyi. Nyanyi ya. Atau mari kita bernyanyi.” Untuk jemaat usia emas , jangan pakai lagu berjingkrak. Selama kita tulus , baik dan menarik mengajaknya orang pasti mau. Selama mengajar padus, selama kita tulus dan omong apa adanya bila kita mengajak orang menyanyi, mereka pasti mau.

Apa masukan Bapak bila melihat ruang gereja di sini terkait dengan sound system?
Untuk ruangan terkait dengan sound system saya tidak mendalami. Luas ruangan bisa dihitung  untuk menentukan speaker akan ditaruh. Di Belanda , ada poin di mana penyanyi harus berdiri sehingga suara jadi maksimal. Itu sudah engineer. Ada sound engineer.

Pemusik kebanyakan otodidak dan banyak yang beraliran Pop dan Jazz. Kadang bertemu situasi, song leader mau menyanyi lagu tertentu karena dorongan Roh Kudus, atau hamba Tuhan undangan yang di akhir khotbah mau menyanyi lagu tertentu. Bagaimana menghadapinya?
Kalau benar dari Roh Kudus pasti ada damai sejahtera dan bila tidak rapi berarti mengada-ada. Kalau hamba Tuhan mau menyanyikan lagu , maka dia harus memberi tahu di mana kita bisa mendapat lagu tersebut. Bila tiba-tiba ada lagu baru, maka itu tidak fair. Kecuali pemusiknya bisa dan pernah atau cepat belajar. Tapi tetap harus diskusi dengan dia karena pemusik bukan mesin. Musisi gereja umumnya otodidak. Sekarang setiap orang bisa belajar dengan mudah melalui youtube, seminar musik dan sekolah musik. Kemarin ada seminar musik yang tiketnya seharga Rp 200.000 dari vokalis The Kings. Yang penting mau belajar dan itu proses. Kalau tidak maka kita tidak tahu dunia akan seperti apa. Sekarang paduan suara gereja sudah ketinggalan beberapa tahun cahaya dari padus dunia. Padus dunia sudah mencapai ‘bintang’ sedangkan padus gereja lagunya itu-itu saja. Masa tidak ada lagu baru? Artinya harus mau belajar. Banyak sumbernya. Kalau mau belajar, harus ada guru dan mentor yang membimbing. Karena bila tidak akan lebih sulit.

Untuk hamba Tuhan luar yang minta diiringi lagu?
Lagu didasari atas chord. Waktu dia menyanyi kita cari cord-nya, jadi tidak usah mengiringi lagunya secara tepat. Kita iringi chordnya saja. Harus tahu chord dan beatnya. Itu saja sudah cukup. Kesannya musik asal jadi. Tapi tidak apa karena accidental. Namun kita harus melatih skill dengan mendengar sehingga kita bisa memainkannya. Semakin banyak berlatih, kita bisa mengiringi saat ada lagu baru. Ada murid les saya, dia selalu memberikan saya lagu baru dan saya cari kuncinya , beat serta ketukannya. Jadi saya mainkan kord nya saja. Sudah waktunya gereja berkembang dan menggeliat setelah sekian lama. Musik salah satu hal yang penting.



No comments:

Post a Comment