Sunday, June 4, 2017

Menjadi Anggota Gereja = Kebetulan?


(Pentingnya, Manfaatnya dan Tanggung Jawabnya)

Ev. Susan Kwok

Kis 2:6,41
6  Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
ini."
41  Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
Ibrani 10:19-24
19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
20  karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
21  dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
22  Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
23  Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
24  Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
25  Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Tujuan Utama (Pentingnya) Menjadi Anggota Gereja

                Menjadi anggota suatu gereja apakah terjadi secara kebetulan? Apakah kelahiran kita di Indonesia dan mengalami berbagai kejadian di Indonesia juga suatu kebetulan? Apakah Tuhan tidak ‘berbelaskasihan’ kepada kita sehingga kita ditempatkan di Indonesia? Apakah kita menjadi anggota GKKK Mangga Besar secara kebetulan? Kalau kebetulan berarti Tuhan tidak mempunyai tujuan. Kalau demikian berarti keberadaan kita di gereja juga tidak punya tujuan. Kita hanya datang dan pergi begitu saja. Tetapi Tuhan tidak pernah secara kebetulan menempatkan seseorang di suatu gereja dan negara. Karena Ia punya satu tujuan. Tujuan yang utama dari segala macam tujuan adalah memuliakan Allah. Itu tujuan yang tidak boleh bergeser. Kita boleh punya tujuan-tujuan kecil lainnya tetapi tujuan yang terutama adalah untuk memuliakan Allah. Dengan keberadaan di Indonesia dan di GKKK Mabes, kita dipanggil untuk memuliakan Allah. Karena ketika diciptakan, kita diciptakan untuk memuliakan Allah.

Manfaat Menjadi Anggota Suatu Gereja

Minggu lalu yang membawakan khotbah adalah Pdt. Benny Tjen dari GKI Pinangsia. Saat berkhotbah, dia membawa buku Tata Gereja yang tebal. Jemaat GKI sangat banyak dari Sabang ke Merauke. Jumlahnya berpuluh kali lipat dari GKKK. Bahkan GKI di Kayu Putih saja sekali kebaktian ada 4 kali kebaktian dengan jumlah yang hadir sekitar 2.500 orang sekali kebaktian walaupun mungkin satu dengan lain tidak saling kenal. Selama bertahun-tahun mengenal GKI , saya melihat ada kesamaan di antara para jemaatnya yaitu mereka bangga menjadi anggota GKI. Hal ini bisa disimpulkan karena :

1.     Di mana ada GKI, pasti jemaatnya akan mencarinya.
Saat sedang berada di suatu daerah lain, jemaatnya selalu mencari terlebih dahulu keberadaan GKI di daerah tersebut. Kalau tidak ada GKI, barulah mereka mencari gereja yang lain. Hal ini disebabkan mereka sudah sangat paham dengan ajaran dan aturan di GKI. Bagi mereka GKI seperti rumah sendiri.
2.     Jemaatnya jarang pindah-pindah gereja.
Walaupun jemaatnya berpindah  tempat tinggal, mereka akan mencari GKI di tempat barunya. Mereka jarang pindah ke gereja lain.
3.     Jemaatnya sangat bangga sekali bila terpilih sebagai penata layan (aktifis) atau majelis,.
Saya sering bertanya ke majelis GKI tentang hal ini. Bagi mereka menjadi seorang majelis adalah tugas yang berat, tetapi mereka bangga. Berbeda dengan di GKKK Mabes. Ada yang bertanya mengapa kita yang dipilih dari sekian puluh orang jemaat. Di GKI dari ribuan orang jemaat, yang dipilih sebagai majelis hanya berjumlah 10 orang. Ini bukan berbicara tentang motivasi. Bila ditunjuk menjadi majelis atau penata layan di GKI, mereka merasa bangga sekali. Padahal GKI menerapkan berbagai macam peraturan yang sangat ketat. Mungkin kalau menjadi anggota di sana, kita bisa merasa sesak napas. Jumlah aturannya jauh lebih banyak dari GKKK bahkan bisa berpuluh kali lipat. Sedangkan GKKK lebih sedikit sehingga lebih dinamis. Di GKI ditetapkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan sehingga menjadi sangat formal. Beberepa minggu lalu saat membawakan khotbah di sana, saya didampingi oleh seorang panatua (istilah di GKI yang setara dengan sebutan ‘majelis’ di GKKK. Pada setiap kebaktian di komisi-komisi GKI, pembicara harus didampingi oleh minimal seorang panatua yang bertanggung jawab di komisi tersebut).  Sehingga panatua terkait tahu apa yang disampaikan dalam khotbah. Lalu panatua tersebut akan meminta masukan dari jemaatnya tentang khotbah yang baru saja disampaikan dan suasana kebaktiannya. Ternyata saat diminta masukan menurut jemaat ada masalah yakni kantong persembahan diedarkan dengan mekanisme yang tidak seperti biasa. Kalau biasanya kantong kolekte diedarkan dari depan ke belakang, pada hari itu diubah dari belakang ke depan. Jadi pada hari itu jemaatnya ribut. Padahal seharusnya hal itu tidak menjadi masalah. Bila ada perubahan maka tinggal ditanyakan alasan dilakukannya perubahan tersebut. Karena pasti ada penyebab dan penjelasannya.  Hal ini disebabkan mereka begitu teraturnya, sehingga begitu ada yang ‘tidak teratur’ mereka merasa asing dan pusing. Kebalikannya dengan kita yang tidak biasa diatur sehingga begitu diatur jemaatnya merasa tidak biasa dan pusing. Di GKI ada kebijakan yang dibuat oleh sinodenya di mana bila dalam waktu  satu tahun bila seseorang tidak datang bergereja di GKI di mana ia menjadi anggota, otomatis keanggotaannya hilang. Dan untuk mendapatkannya kembali , ia harus mengulang lagi dari awal. Syaratnya : dalam satu tahun ia harus mengikuti kebaktian secara penuh (tidak boleh bolong kecuali sakit). Para jemaatnya sudah dapat beradaptasi dengan peraturan ini dan dapat menerimanya. Walaupun mereka ‘ribut’ tetapi mereka bangga menjadi anggota GKI. Hari ini saya tidak ingin menyampaikan agar GKKK meniru mereka. Tetapi saya ingin mengatakan hal-hal yang prinsip

Manfaat Menjadi Anggota Gereja

Kisah Para Rasul pasal 2 menceritakan tentang turunnya Roh Kudus. Ketika Yesus akan meninggal, Ia sudah memberi tahu ke murid-muridNya bahwa Ia akan meninggal tetapi kemudian Ia akan bangkit, naik ke surga lalu mencurahkan Roh Kudus. Kitab Yoel sebelumnya pernah menyampaikan nubuatan itu. Pada hari raya Pentakosta Yahudi, nubuatan nabi Yoel tergenapi : Roh Kudus tercurah dan terjadi mujizat. Para rasul bisa berkhotbah (berbicara) dan orang banyak bisa mengerti walaupun mereka bukan dari daerah yang sama. Hal ini terjadi karena para rasul berkata-kata  dalam bahasa yang belum pernah mereka pelajari. Akibatnya orang-orang yang hadir mengerti bahwa mereka sudah berdosa. Sehingga di Kisah Para Rasul 2: 41 dikatakan bahwa mereka bertobat dan minta dibaptis. Hari itu ada 3.000 orang bertobat. Inilah yang menjadi cikal-bakal gereja. Jemaat ini kemudian bersekutu di rumah-rumah dan  menjadi jemaat rumah (jemaat kecil). Ketika kembali ke negaranya masing-masing, mereka juga mendirikan persekutuan dan itulah yang menjadi cikal bakal gereja rumah yang terus berkembang sampai hari ini.
                Gereja (GKKK, GKI dan lain-lain) didirikan atas kehendak Tuhan. Tuhan punya tujuan. Kalau Tuhan tidak berkenan, tidak mungkin suatu gereja bisa didirikan. Bahkan di tempat paling sulit pun kalau Tuhan berkenan gereja bisa didirikan. Kalau Tuhan tidak berkenan, walaun pun tempatnya aman dan penerimaan masyarakat tidak masalah  namun gereja tidak akan bisa didirikan. Ketika Tuhan berkenan akan apa yang terjadi pada hari raya Pentakosta orang Yahudi di Kis pasal 2 mempunyai dampak dan akibat yang luar biasa. Gereja itu Tuhan yang punya. Tidak masalah kita dijadikan alat untuk membangun dan menerobos tempat yang asing, untuk penginjilan orang-orang yang sulit menerima dll karena Tuhan ingin memakai kita menjadi alat. Tidak masalah kalau di gereja kita ingin memberi sumbangan yang banyak. Tuhan yang mengijinkan kita berpartisipasi dalam gereja. Kalau Tuhan tidak ijinkan tidak mungkin akan terjadi.  Jadi semua bukan kebetulan.
                Kita ada di GKKK Mabes juga bukan kebetulan. Tuhan ingin kita bertumbuh memuliakanNya. Gereja itu Tuhan yang punya. Jangan pernah ada satu orang yang mengklaim gereja punya dia sendiri, siapa pun dia. Jangan ada yang berkata, “Kalau tidak ada dia maka gereja tidak ada” karena itu  kebohongan besar. Di atas itu semuanya adalah Tuhan. Itu tidak boleh kita lupa. Sekali gereja lupa, maka penyimpangan-penyimpangan  yang lebih besar tidak akan terelakkan. Karena tidak lagi melihat Tuhan yang menjadi pondasi yang utama. Sehingga menjadi anggota gereja pun , kita harus melihat dari sudut pandang ini. Siapa kita? Kita tidak ada apa-apanya. Hal ini ditulis dalam Ibrani 10: 19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus  Karena Yesus sudah membuka jalan yang baru yang hidup bagi kita , melalui tabir yaitu diriNya sendiri dan sekarang kita punya imam besar. Ketiga ayat ini latar belakangnya  dari kitab Perjanjian Lama. Waktu Tuhan memanggil Israel sebagai umat pilihan, Tuhan mengijinkan mereka untuk berjalan di padang gurun selama 40 tahun, tetapi penyertaan Tuhan jelas. Kehadiran Allah jelas dalam satu bentuk wadah yaitu Kemah Pertemuan. Setiap kali mereka berangkat, Kemah dibongkar. Saat menetap di suatu tempat untuk beberapa bulan, Kemah didirikan lagi. Kemah ini berfungsi sebagai tempat mereka beribadah, tempat mereka berseru kepada Tuhan, berdoa meminta petunjuk pada Tuhan, tempat Tuhan menyatakan diriNya kepada umatNya. Di mata Allah, Kemah Pertemuan itu kudus karena itu menyatakan kehadiran Allah. Kalau kita rajin membaca Alkitab, kita akan menemukan di dalam Kitab Imamat ada begitu banyak peraturan seperti siapa yang boleh dan tidak boleh masuk ke Kemah Pertemuan. Kalau peraturan ini diterapkan sekarang , mungkin tidak ada yang bisa masuk ke dalam gereja. Jadi anugerah Allah sungguh luar biasa.
                Kita ini siapa? Kalau di Perjanjian Lama Tuhan memberikan aturan yang jelas yakni  orang yang berzina, orang yang tidak mengasihi sesama, pemburit tidak boleh masuk Kemah Pertemuan. Baik dirinya sendiri maupun keturunannya. Supaya kekudusan Allah betul-betul dijaga dan dipelihara. Itu sebabnya selalu ada upacara-upacara seperti upacara penghapusan dosa dan upacara ini-itu supaya orang Israel setiap hari ada di dalam anugerah Allah dan tidak dikenai murka Allah. Tetapi di dalam Yesus Kristus, segala hukum dan upacara itu, domba-domba yang harus dikorbankan itu, imam besar yang harus menyucikan diri sebelum memasuki upacara itu digenapkan di dalam diri Yesus Kristus. Sehingga kita tidak perlu melakukannya lagi. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus, kita bisa dengan bebas dan penuh keberanian datang ke gereja. Allah tidak akan memurkai kita dan Allah rindu agar kita masuk ke dalam gereja dan beribadah. Karena Kristus, kita bisa dengan bebas masuk beribadah. Kalau bukan karena Tuhan yang melakukannya di atas kayu salib, tidak mungkin kita bisa masuk dengan bebas beribadah. Akan ada banyak hal yang masih harus dilakukan supaya kita layak datang ke gereja. Karena sedikit saja tidak layak, maka kita akan mati.
Apakah kita layak? Apakah betul pikiran dan motivasi kita tidak ada yang salah? Pasti ada yang salah. Tetapi kita bisa beribadah karena Yesus Kristus, karena darahNya. Jadi jemaat GKKK Mabes harus menghargai Yesus Kristus dan pengorbananNya. Dan melihat segala sesuatunya adalah anugerah. Bukan karena kita bisa atau mampu. Pada Kisah 10: 22 – 24 penulis kitab Ibani mengingatkan supaya saat menghadap Allah kita harus datang dengan hati yang tulus. Ada banyak nasehat yang positif. Kehidupan di gereja adalah kehidupan paling bahaya karena 1.001 macam perasaan, kehendak, kelakuan ada di situ. Kalau bukan karena kita berusaha tulus,  lebih sabar dan mengasihi dan melihat darah Kristus yang telah berkorban untuk manusia, kita tidak mungkin bisa bersama-sama. Tidak mungkin kita bisa duduk rukun sebagai satu jemaat. Kalau masing-masing tidak tulus dan tidak jujur di hadapan Tuhan, untuk mereka bisa beribadah akan sulit. Karena setiap kita mempunyai segala macam agenda dalam kepala kita. Itu sebabnya gereja pecah dan kemudian buat gereja lagi. Lalu pecah dan buat lagi dan terus begitu.  Pada ayat 25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Di sini ada peringatan untuk tidak melakukan hal seperti ini. Kisah 10:22-25 merupakan dorongan untuk melakukan yang baik. Pernyataan “Jangan menjauhkan diri dari pertemuan ibadah seperti yang dibiasakan” menunjukkan bahwa ada satu kebiasaan untuk tidak beribadah kepadaTuhan. Beribadah kepada Tuhan menjadi prioritas yang terakhir. Sedangkan hal-hal  lainlah  yang dilakukan dan menjadi nomor satu.

Tanggung Jawab Menjadi Anggota Gereja

1.     Jadilah anggota gereja, dengan tak melihat gereja itu seperti warung kopi, mal atau bioskop. Ketiganya adalah tempat yang menyenangkan, tetapi kita hanya datang dan pergi ke sana untuk memuaskan apa yang kita mau. Tidak ada tuntutan dan hal untuk kita berkenalan satu dengan lain. Ngapain di mal , warung kopi, bioskop kita berkenalan dengan lain? Selesai pergi ke sana kita langsung pulang. Gereja bukan mal, warung kopi atau bioskop tempat lalu lalang. Anggota gereja tidak boleh melihat gereja sebagai mal, warung kopi atau bioskop. Tetapi lihat gereja sebagai rumah. Kemanapun kita pergi, kita pasti rindu pulang ke rumah. Walaupun ada orang yang tidak sesuai pendapatnya dengan kita , kita tetap ada di rumah dan merindukan orang-orang yang di rumah. Pergesekan terjadi, tetapi terus pulang ke rumah. Sehingga kita sebagai jemaat, mari lihat gereja kita dalam porsi yang benar.

2.     Bergereja tidak pernah diberikan oleh Allah untuk menjadi obat penawar atau pun narkoba, sehingga orang yang sedang susah hati bisa hilang sejenak kesusahannya karena ‘fly’. Gereja bila diibaratkan obat , maka ia adalah obat yang pahit tapi menyembuhkan.
Ada kutipan dari Ps. Joshua Harris,”Jangan meninggalkan gereja yang berani memberikan anda sanksi ketika anda berbuat salah.” Karena gereja demikian lah membuat kita menjadi orang yang bertumbuh, orang yang tahu mana yang benar dan salah. Kalau gereja hanya berdasarkan rasa tidak enak, maka segala sesuatu menjamur dengan tidak bisa terkontrol. Jangan tinggalkan gereja yang demikian, justru kita harus bersyukur. Karena di situ Tuhan menempatkan orang-orang untuk ‘menggosok’ kita seperti obat pahit yang harus kita telan tapi obat itu menyembuhkan.

3.     DL Moody berkata gereja yang berkualitas adalah gereja yang pemimpin dan umatnya bisa hidup bersama. Maksudnya pemimpin dan umat harus bergandengan tangan. Mempunyai konsep dan kebiasaan yang baik. Tidak individualistis (tidak memaksakan kehendak). Gereja yang berkualitas hanya mungkin terjadi kalau pemimpin dan umat bekerja bersama-sama. Saya sering berkata,”Ayo jemaat kita harus bersama-sama membangun gereja ini. Karena tidak bisa bila hanya melibatkan hamba Tuhan atau majelis, tetapi harus bersama-sama. Sebagai anggota gereja kita harus lebih paham dan lebih menghargai. Bukan karena tidak enak hati, tetapi karena Kristus telah melakukan banyak hal untuk kita. Tanpa Dia ijinkan, kita tidak mungkin terjadi. Mari kita berkehidupan gereja yang semakin hari semakin kuat.          

No comments:

Post a Comment