Sunday, June 11, 2017

Kedewasaan Rohani dan Dampaknya (Memberi Pengaruh Positif)


Pdt. Albert Sutanto

Efesus 2:1-5
1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan –

1 Tim 4:12 Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

Pendahuluan

                Sebagai orang percaya, kita seharusnya bergembira pada hari Minggu. Karena hari ini dikuduskan Tuhan untuk kita beribadah. Maka saya selalu katakan,” Saat tiba hari Minggu, orang percaya selayaknya senang.” Apalagi pada hari Sabtu yang menyongsong hari Minggu ,seharusnya kita senang. Namun saya takut orang percaya sekarang malah merasa susah pada hari Sabtu karena keesokan harinya harus ke gereja. Kalau ada orang Kristen seperti itu, dia harus bertobat. Solusinya mudah saja yakni dia harus bertobat. Karena setelah diselamatkan oleh Tuhan, harusnya kita selalu memiliki hati yang rindu untuk bertemu Tuhan dan mendengarkan suaraNya.

                Hari ini kita akan merenungkan firman Tuhan dengan tema ‘Kedewasaan Rohani dan Dampaknya (Memberi Pengaruh Positip)’. Mengapa kita harus dewasa secara rohani? Mengapa orang dunia tidak memikirkan kedewasaan rohani? Orang dunia hanya memikirkan kedewasaan duniawi. Sebagai orang percaya selain memikirkan kedewasaan manusiawi tetapi kita juga memperhatikan kedewasaan rohani. Apa yang dimaksud kedewasaan rohani? Konteks kedewasaan rohani terjadi setelah hidup kita diampuni dan diselamatkan (hidup kita diperbarui). Orang dunia tidak memiliki dan mementingkan kehidupan rohani karena mereka memang belum diselamatkan Tuhan dan belum punya hidup baru dalam Kristus. Sebagai anak Tuhan dan telah diselamatkan Tuhan, kita dikatakan sebagai dilahirkan kembali. Dilahirkan kembali berarti masuk dalam suasana rohani seperti bayi yang baru dilahirkan, setelah itu secara fisik kita harus bertumbuh maka demikian juga hidup rohani kita harus bertumbuh.

Tidak pernah kita melihat ada seorang bayi yang begitu lahir langsung menjadi dewasa, tetapi harus melalui suatu proses. Demikian juga dengan orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Saat dikatakan lahir baru, tidak langsung ia menjadi dewasa secara rohani. Bagaimana kita tahu bahwa kerohanian kita sudah dewasa atau berkembang? Memang di situlah letak masalahnya. Kadang kita suka  menuding kerohanian seseorang yang belum dewasa, tidak berkembang dan lain-lainnya. Tidak terlalu sulit sebenarnya untuk kita tahu setinggi apa kedewasaan rohani kita. Atau kerohanian kita sudah dewasa atau belum? Kita kembali ke tema, kalau kita dewasa rohani maka kita akan berdampak. Rohani yang dewasa memiliki banyak dampak. Hidup kita makin berkenan bagi Tuhan dan menjadi berkat buat orang lain. Berdampak bagi kemuliaan Tuhan. Nama Dia dipermuliakan. Kerohanian yang tidak dewasa juga ada dampaknya. Kalau rohani tidak dewasa, maka kita menjadi batu sandungan buat orang lain. Kerohanian yang tidak maju dan tidak berkembang pasti menjadi bulan-bulanan . Orang akan berkata kepada kita, “Masa orang Kristen seperti itu? Kalau seperti itu, saya tidak mau jadi Kristen dan percaya kepada Tuhan.”

Bagaimana kita tahu dan bagaimana kita bisa mempunyai kerohanian yang maju?

Untuk memiliki rohani yang dewasa dapat dilihat pada ayat 1 Tim 4:12. Pada ayat tersebut, Rasul Pausul memberitahu dan menganjurkan Timotius, bagaimana Timotius bisa menjadi dewasa dalam kerohanian dan sekaligus dia bisa mengukur apakah ia sudah dewasa atau belum dalam hal kerohanian. 1 Tim 4:12 Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Rasul Paulus menganjurkan sekaligus bisa kita jadikan hal-hal yang ditekankannya sebagai ukuran. Kalau kita mau menjadi dewasa dalam kerohanian, atau bila mau mengetahui apakah kita sudah dewasa atau belum maka kita harus memperhatikan perkataan Rasul Paulus , “Hendaklah kamu menjadi teladan bagi orang-orang percaya” yang mencakup : 

1.    Jadilah teladan dalam hal perkataanmu

Apa yang diutarakan dalam perkataan sesuai dengan apa yang ada di dalam hati dan pikiran. Kalau kondisi di dalam kacau maka apa yang keluar juga kacau dan sebaliknya. Ada orang yang berkata,”Walaupun  perkataan saya ‘jelek’ namun maksud saya baik.” Di dunia mana pun juga tidak pernah terjadi hal seperti itu. Alkitab berkata, Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." (Lukas 6:45). Bagaimana mungkin keluarnya jelek tapi dalamnya baik? Rasul Paulus berkata kepada Timotius, “Perhatikan kata-katamu.” Kalau dewasa rohani berarti, “kata-katamu membangun, menghibur, menguatkan. Kata-katamu membuat orang jadi kuat, membuat orang tertawa dan senang.” Sebaliknya kalau kita tidak dewasa dalam rohani, maka kata-kata kita tidak menjadi berkat bagi orang lain. Kata-kata kita seringkali membuat orang lain menangis. Saya pernah membaca sebuah kalimat sederhana namun memiliki makna yang luar biasa, “Kalau engkau tidak bisa membuat orang tertawa jangan membuat dia menangis.”
Dalam kehidupan, kita perlu mengevaluasi perkataan kita. Apakah kata-kata yang kita keluarkan menguatkan orang atau tidak? Saya teringat ajaran dari ayah sewaktu saya masih kecil. Seringkai ia berkata,”Kalau engkau mau membicarakan orang, maka bicarakanlah yang baik-baik saja, jangan membicarakan kejelekannya. Kalau engkau mau membicarakan yang jelek, maka lebih baik engkau jangan membicarakannya.” Jadi setiap kali membicarakan orang, saya dinasehati seperti itu. Setiap orang memiliki kebaikan dan kelemahan. Kalau mau membicarakan orang lain, maka bicarakanlah yang baik-baik saja. Kalau kita membicarakan kebaikan orang akan menjadi berkat bagi banyak orang. Orang yang dibicarakan pun akan bersyukur. Maka kalau mau dewasa rohani, perhatikanlah kata-kata kita, apakah perkataan kita memuliakan Tuhan atau memuliakan diri sendiri? Apakah kata-kata kita menghibur atau menyusahkan orang? Kata-kata kita membangun atau menjatuhkan orang?

2.    Jadilah teladan dalam tingkah lakumu.

Hal ini sangat penting sekali. Dunia sudah bosan mendengar orang yang suka menebar janji-janji. Maka dunia membutuhkan tingkah laku atau contoh nyata. Kalau kita berkata, “Oh saya percaya kepada Tuhan. Oh Dia Allah yang luar bisa. Bersama Dia kita bisa melakukan perkara-perkara besar.” Maka bagimana sikap hidup kita dalam menghadapi masalah, pergumulan , dan sakit-penyakit? Bagaimana tingkah laku kita? Di situ kedewasaan rohani akan menentukan. Sekarang di Indonesia, khususnya di Jakarta kita berada dalam situasi yang tidak mengenakkan dan bahkan kadang menakutkan, kadang membuat kita frustasi dan kecewa. Di situ kedewasaan rohani akan menentukan. Maka bila orang Kristen tidak bertumbuh dewasa kerohaniannya maka ia akan tenggelam dalam situasi dunia yang tidak menentu. Selama 40 tahun dalam pelayanan di dalam dan di luar negeri, bahkan di kampus luar negeri di mana perkataan saya disanggah oleh mahasiswa di sana, saya berkata, “Jangan bermimpi  dunia akan lebih baik. Kalau saudara bermimpi demikian, maka saudara akan kecewa.” Dunia tidak akan lebih baik. Lihatlah tahun 2017 apakah lebih baik dari tahun 2016? Tidak! Apakah 2016 lebih baik dari 2015? Tidak! Semakin lama semakin bertambah jelek. Kalau tidak memiliki kedewasaan rohani , maka kita akan susah. Kondisi yang dihadapi sekarang : tidak bisa tidak susah. Dalam menghadapi kesusahan, kita hanya bisa bernyanyi saja. Maka sekarang banyak orang yang tidak bisa apa-apa mulai menyanyi, “Buat apa susah? Buat apa susah? Susah itu tak ada gunanya.” (Lagu ‘Sayonara’). Namun kenyataannya hidup kita tetap saja susah. Karena kesusahan yang kita hadapi tidak bisa dihadapi dengan menyanyi.
Kesusahan hidup hanya bisa dihadapi dengan kedewasaan rohani. Orang yang rohani-nya dewasa pada waktu menghadapi pergumulan memiliki keyakinan,” Saya percaya mata Tuhan melihat saya dan saya yakin Ia akan memelihara saya. Sekarang saya tidak tahu tapi waktunya Ia akan datang menolong saya.” Orang yang tidak dewasa secara rohani saat dalam pergumulan akan berkata, “Aduh celaka, mati gua ini.” Kalau orang seperti ini mau bernyanyi maka lagunya menyedihkan sekali. Sudah kondisinya sedang susah tetapi dipaksakan menyanyi, maka lirik lagu yang dinyanyikan  “Hidupku yang sengsara. Penuh dengan penderitaan.” (Lagu “Doa” oleh  Eddy Silitonga). Sakitnya  bukan secara fisik tetapi dalam kerohanian dan tidak akan sembuh. Maka kedewasaan rohani penting sekali. Menghadapi ancaman yang menakutkan, sikap kita “Tuhan sudah siapkan tempat buat saya”.  Jadi menghadapi masalah, hal ini tergantung kedewasaan. Bila sudah dewasa, maka kita akan mengikuti tingkah laku dan sikap hidup yang bagus.

3.     Jadilah teladan di dalam kasih. 

Kasih itu bisa menjadi ukuran kedewasaan rohani kita. Kasih Tuhan (Yesus) adalah kasih yang tidak egois tetapi kasih yang memberi, kasih yang ingin membahagiakan orang, kasih yang ingin menolong orang, kasih yang rela berkorban untuk orang lain. Tetapi kalau tidak ada kasih, yang ada hanyalah kepentingan diri sendiri. Kalau tidak ada kasih kasih Yesus (ilahi) maka yang penting adalah “Saya untung dan bahagia. Kamu susah atau tidak terserah saja.” Itu bisa menjadi ukuran apakah seseorang sudah dewasa atau tidak kerohaniannya. Yang tahu kita sudah dewasa rohaninya atau tidak adalah diri kita sendiri. Kalau orang lain tahu kedewasaan rohani kita maka nama Tuhan akan dipermuliakan karena orang lain akan berkata,”Orang itu luar biasa. Dia rela berkorban untuk orang lain”.
Setiap Jumat malam kalau ada waktu , silahkan menonton “Kick Andy” karena isi acaranya bagus. Kita bisa melihat orang-orang yang bagi saya luar biasa. Kadang – kadang ada pemulung, tetapi ia bisa membiayai anak-anak asuh sebanyak puluhan orang! Kadang-kadang ada seorang guru, tetapi dia bisa mengumpulkan puluhan atau ratusan anak-anak untuk diajar tanpa dibayar bahkan dia harus mengeluarkan uang untuk membeli buku untuk anak-anak tersebut. Kasih Kristus adalah kasih yang ingin memberi, bukan minta diberi. Kasih yang bahkan rela berkorban asal orang lain bahagia. Saya percaya walaupun pemulung atau guru tersebut berkorban tetapi mereka juga bahagia. Orang yang memiliki kasih walau berkorban, ia merasakan kebahagiaan. Apakah kia sudah dewasa secara rohani? Lihat saja apakah kita sudah memiliki kasih atau belum.

4.     Jadilah teladan dalam kesetiaan.

Zaman sekarang susah mencari orang yang setia, lebih mudah mencari orang pintar. Kita bisa melihat-lihat contohnya pada acara-acara di  TV.  Di sana kita menemukan kenyataan bahwa sekarang banyak ketidaksetiaan. Misal : orang yang tidak setia dalam pekerjaan,  suami / istri tidak setia terhadap pasangannya. Bahkan dalam tahap pacaran  pun banyak yang sudah tidak setia. Sepertinya setiap hari kita melihat paparan manusia yang tidak setia dalam banyak hal. Saya belum lama ini membuka  suatu video yang dikirim seseorang. Ada seorang anak umur 3 tahun yang mengasuh ayahnya yang sudah tidak bisa berjalan dan hanya terbaring di tempat tidur. Ini adalah fakta. Kejadian ini ada di Tiongkok. Sang anak membawa air panas untuk memberi minum ayahnya. Saat melihat  ia menuangkan air panas dari termos untuk ayahnya, saya merasa takut. Termosnya begitu besar kalau tumpah atau jatuh bagaimana? Latar belakangnya, pada waktu ia masih bayi, ayahnya terjatuh dari sepeda motor sehingga tidak bisa berjalan lagi (cacad seumur hidup). Saat itu ia masih bayi. Mamanya pun merawat ayahnya. Karena putus asa merawat suaminya yang tidak sembuh-sembuh, akhirnya mamanya membawa anaknya itu pergi. Di mana kesetiaan sang istri saat menghadapi suami yang tidak bisa berjalan lagi? Sang istri pergi dengan membawa bayinya. Namun 3 tahun kemudian, sang istri tidak tahan lagi menghidupi anaknya sendirian. Ia pun membawa kembali anaknya yang 3 tahun dan ditaruh dengan suaminya tersebut. Anak ini hidup dengan ayahnya yang tidak bisa berjalan di tempat tidur dan terpaksa anak ini yang merawat ayahnya sedangkan mamanya pergi. Orang percaya yang rohaninya dewasa  akan setia dalam hal apa saja. Kalau ia berstatus sebagai istri atau suami maka dia akan setia kepada pasangannya dalam keadaan apapun. Sebagai seorang anak, ia akan setia kepada orang tuanya. Sebagai orang percaya, ia akan setia pada Tuhan Yesus. Mari kita mengoreksi dan mengevaluasi diri kita masing-masing, apakah kita telah menjadi orang yang setia?

5.    Jadilah teladan dalam kesucianmu.

Zaman sekarang susah bagi orang untuk hidup suci atau kudus. Karena seolah-olah di mana saja berada, kita harus berbuat yang tidak benar. Contoh : berbisnis yang tidak benar dan melakukan apa yang tidak benar. Tetapi sebagai anak Tuhan, kita harus yakin bahwa Firman Tuhan mengajar kita untuk hidup kudus dan hal ini pasti mungkin untuk dijalankan. Kalau firman Tuhan katakan tidak mungkin, maka tidak mungkin Dia meminta kita melakukannya. Kita harus yakin walaupun susah dan berat tetapi tidak mustahil kalau Tuhan menyuruh kita untuk hidup kudus baik kita mau atau tidak, bertekad atau tidak. Kalau hidup kita dewasa secara rohani, maka indah sekali. Maka marilah kita hidup dewasa dalam rohani.

Bagaimana kita bisa menjadi dewasa secara rohani?

Bacalah firman Tuhan! Renungkanlah firmanNya! Camkanlah firman Tuhan! Kalau kita merenungkan dan melaksanakan firman Tuhan, maka kita bisa dewasa di dalam rohani. Selalu berhubungan dengan Tuhan. Berdoa kepada Tuhan dan kita selalu berusaha bersekutu dalam ibadah seperti ini. Jangan lupa bersaksi. Jadilah orang Kristen yang rindu akan firman Tuhan, orang Kristen yang punya api untuk selalu berdoa. Orang Kristen yang selalu beribadah bersama-sama bahkan tidak pernah berhenti melayani Tuhan maka Tuhan akan memberkati. Kalau kita dewasa secara rohani maka kita akan menjadi berkat bagi dunia dan nama Tuhan dimuliakan. Kita juga akan berbahagia di tengah dunia. Amin.


No comments:

Post a Comment