Monday, May 1, 2017

Perkataan yang Mengobarkan Hati


Pdt. Nindyo Sasongko

Lukas 24:13-35
13  Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem,
14  dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi.
15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.
16  Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.
17  Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram.
18  Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"
19  Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami.
20  Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.
21  Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.
22  Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,
23  dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup.
24  Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat."
25  Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
26  Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"
27  Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
28  Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.
29  Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.
30  Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.
31  Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.
32  Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"
33  Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.
34  Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon."
35  Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.

Pendahuluan

                Situasi saat Yesus bangkit dari kematianNya, tidaklah mudah bagi para murid dan pengikutNya. Dengan bangkitnya Yesus Kristus, keadaannya tidak serta merta menjadi penuh sukacita. Lukas 24:13-35 merupakan perikop yang dilatarbelakangi Yesus telah bangkit dan kemudian menampakkan diriNya kepada dua orang murid yang sedang menuju ke kota Emaus. Belakangan ini muncul hashtag (kata atau frase tanpa spasi yang diawali dengan simbol hash "#") di medsos (seperti FB dan Twitter) yang bunyinya,  “belum bisa move on (bangkit, pindah ke lain hati, membuka diri)”. Kata-kata ini biasanya dipakai oleh anak-anak muda yang sedang patah hati. Muda-mudi ini mengungkapkan perasaan yang tidak enak sekali akibat diputus oleh pacar dan hati rasanya kalut, kelam, dukacita, gelap dan belum bisa move on. Berhari-hari status FB-nya dan gambar di instagram-nya kelam semua dipenuhi dengan  kalimat-kalimat yang pilu, sepilu lagunya alm. Eddy Silitonga “Biarlah Sendiri” (ciptaan Rinto Harahap). Pada tahun 1976 Eddy Silitonga (1950-2016) menyanyikan lirik lagunya, Biar, biarlah sedih, asalkan kau bahagia yang melejitkan namanya di dunia tarik suara. Ada juga lagu lain dengan genre  dangdut “Termiskin di Dunia” yang diciptakan dan dipopulerkan oleh ATT Hamdan yang liriknya berbunyi,” .... Aku merasa orang termiskin di dunia. Yang penuh derita bermandikan airmata ...”.  Intinya belum bisa move on.  Istilah ini kembali marak pasca 19 April 2017 setelah diketahuinya hasil hitung cepat pilkada DKI yang memenangkan pasangan calon gubernur Anies-Sandy. Kekecewaan terjadi di kalangan pendukung A Hok – Djarot dan hal ini wajar. Rasa khawatir dan takut adalah hal yang wajar.

Rasa Takut Setelah Mendengar Berita Kristus Sudah Bangkit

Ketakutan ini juga pernah dirasakan oleh para murid dan pengikut Yesus Kristus seperti yang dicatat oleh Alkitab. Kebangkitan Kristus tidak serta merta disambut oleh orang-orang yang mengenalNya. Pada Markus 16:8 dikatakan “Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu.” Para ahli Kitab Suci mengatakan bahwa sebenarnya inilah ayat terakhir dari kitab Markus sedangkan ayat-ayat selanjutnya ditambahkan agar Markus tidak terlalu negatif dalam menutup injilnya. Ayat ini memuat kata “takut”, padahal pasal 16 sedang berbicara tentang kebangkitan Kristus. Kristus sudah bangkit dan kuburNya sudah kosong. Hal ini sudah disaksikan sendiri oleh orang-orang yang dekat dengan Kristus namun mereka masih memiliki perasaan takut.
                Kitab Lukas juga tidak jauh berbeda. Pada Lukas 24:11 para murid mendapat kabar dari perempuan yang melihat kubur Yesus kosong namun mereka mengatakan hal itu omong kosong dan mereka tidak percaya. Demikian pula dengan Matius 28, setelah kebangkitan Kristus, para murid merasa ketakutan dengan orang-orang sekitar mereka. Yoh 20:19a Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Ini kebangkitan Kristus, kubur kosong dan mereka sudah melihat tetapi mereka merasa takut.
                Lukas 24:13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem. Ayat ini dibuka dengan kata “pada hari itu juga”. Perikop ini didahului oleh cerita para perempuan yang melihat kubur kosong dan memberitahu para murid yang berkata bahwa hal itu omong kosong dan mereka tidak percaya. Pada hari yang sama ada kisah tentang 2 orang murid , yang satu namanya Kleopas dan yang lain namanya tidak diketahui. Lukas mungkin tidak ingat siapa nama sahabat dari Kleopas sehingga dibiarkan misterius (no name = NN). Mereka berdua meninggalkan Yerusalem karena ingin kembali ke kampungnya. Mereka memang berasal dari kampung dan mereka ikut urbanisasi (pindah ke kota) lalu sekarang balik kembali ke kampung halaman mereka. Mereka saat itu sedang berjalan menuju Emaus yang terletak 7 mil dari Yerusalem. Mereka sedang melakukan diskusi dan bertukar pandangan dengan intens. Saya coba membayangkan apa yang mereka pikirkan, ketakutan dan kecemasan mereka. Padahal sebelumnya mereka sudah tahu dan mendengar bahwa Kristus sudah bangkit, namun mereka tidak percaya. Maka lebih baik bagi mereka untuk pulang kampung, entah untuk mencangkul, memelihara ternak dan lain-lain. Mereka ingin hidup aman dan untuk itu tidak perlu di Yerusalem. Mereka tidak move on. Mereka kembali ke tempat mereka berasal dan pindah ke kampung halaman mereka kembali. Di tengah perjalanan itu ada seorang laki-laki muncul dan sosoknya misterius. Mereka tidak mengenalNya. Orang itu  bertanya apa yang sedang dipercakapkan. Kleopas dan temannya saling berpandangan karena merasa heran (masa orang ini tidak pernah mendengar apa yang telah terjadi?). Maka Kleopas bertanya, "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?". Mereka pun menceritakan peristiwa besar yang terjadi yaitu penyaliban Yesus Kristus. Mereka mengira Yesus adalah nabi yang berkuasa  yang akan menjadi raja dan menunggangbalikkan pemerintahan Roma namun ternyata Ia mati dan 3 hari kemudian ada berita tentang kebangkitanNya, namun para murid yang lain ada yang tidak percaya. Mendengarnya Orang Misterius itu berkata, “"Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!” (Luk 24:25b). Arti kata “bodoh” di sini adalah “kamu terlalu fokus pada masa lalu” atau “terlalu berpikir pada masalah yang sedang dihadapi” sehingga tidak melihat kembali apa yang dirancangkan (ada hal yang lebih besar). “Kamu terlalu bodoh dan memikikrkan masalah kamu. Betapa lambannya hatimu.” Sang Misterius itu kemudian menerangkan Kitab Suci dan berkata, “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" (ayat 26).
                Kemudian hari mulai larut malam. Kegelapan menyapa dan Sang Misterius bermaksud meneruskan perjalananNya. Tetapi Kleopas dan temannya mencoba menahanNya agar Ia tinggal dengan mereka. Susana saat itu tidak ada penerangan dan jalan sangat gelap. Pada tahun 2009-2010 saya pernah tinggal di Etiopia. Kondisinya saat itu seperti Indonesia (Jakarta) 20 tahun sebelumnya. Tidak semua jalan diaspal dan punya penerangan. Kalau orang mau berjalan malam-malam berbahaya karena jalannya tidak rata, gelap dan dinginnya luar biasa. Hal ini tidak mengherankan karena kota Addis Ababa tingginya 2.400 m di atas permukaan laut. Sehingga pada pk 18 saja, orang-orang  tidak berani keluar di udara terbuka tanpa jaket dan orang harus memakai penutup telinga karena dinginnya luar biasa. Bayangkan di Israel pada zaman itu ada banyak begal dan perampok. Jadi Kleopas mencoba menahan Sang Misterius. Yang menarik Sang Misterius ini kemudian memecahkan roti. Begitu ia memecahkan roti, Kleopas dan temannya tiba-tiba terbuka matanya. Mereka berkata, "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" (Luk 24:32). Lalu mereka kembali ke Yerusalem. Mereka menceritakan bahwa sewaktu Orang Misterius itu memecahkan roti barulah mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan Yesus. Apa pentingnya ayat-ayat ini untuk kita? Apa pentingnya saat apa yang kita dambakan tidak mendapat jawaban? Apa pentingnya bila apa yang kita doakan terjadi tidak seperti yang kita harapkan? Di manakah Yesus Kristus? Saya merasa ayat ini sangat relevan dengan kehidupan kita saat ini. Dalam perikop Lukas 24:13-35 ini, Yesus dikenal sebagai orang asing oleh murid-muridNya sendiri. Kata yang dipakai di sini adalah xenos (ayat 18 Adakah Engkau satu-satunya orang asing?). Bagi para murid yang sedang kalut ini Yesus adalah orang asing. Biasanya kebanyakan manusia (termasuk kita) takut dengan orang asing. Jangan-jangan orang asing ini akan mengancam, membahayakan atau mencelakai kita. Kita hidup dalam suasana xenophobia (fobia atau ketakutan terhadap orang asing). Kita senang kalau berkumpul dengan orang-orang yang sudah kita kenal (misal : sesama Kristen, suku, latar belakang, hobi dll). Melihat orang-orang  di luar lingkungan, kita merasa takut (jangan-jangan ia akan begini-begitu dan mencelakai kita). Apalagi murid-murid sedang mengalami duka-cita dan sekarang ada orang asing. Bayangkan kalau kita hidup dalam trauma seperti yang dialami oleh murid -murid Tuhan Yesus karena kehilangan orang yang mereka kasih dan selama ini melindungi mereka.
                Pada tanggal 8 April 2017 saat kita mengenang Yesus masuk ke Yerusalem dengan sambutan meriah penduduk di sana”Hosana..hosana..!!” untuk memuji Tuhan. Di Mesir ada 2 gereja koptik (Gereja Koptik St. Markus di Iskandariyah dan Gereja Mar Gigris atau St. George di kota Tanta) dibom pada tanggal ini dan menyebabkan 24 orang meninggal dunia. Beberapa jam kemudian teman saya yang tinggal di Siprus mem-posting di status-nya foto  seorang pria paruh baya di mobil. Di sebelahnya duduk seorang pria yang di tangan kanannya bergelayutan seorang anak kecil yang masih balita, yaitu anaknya sendiri. Siapakah si Bapak itu? Ia adalah salah satu korban pemboman bunuh diri di gereja Santo Markus. Tempatkan diri kita seperti si anak kecil tersebut. Seorang anak balita yang kehilangan ayahnya yang tubuhnya hancur berkeping-keping karena bom. Bagaimana nantinya anak itu akan bertumbuh kalau melihat orang yang asing?

PerkataanNya Mengobarkan Hati

                Di antara kita pun banyak mengalami hal seperti itu dan membuat kita trauma dengan orang asing. Tetapi kisah ini memiliki akhir yang berbeda. Kleopas ternyata malah mengundang Orang Asing itu agar jangan pergi dan memintaNya untuk tinggal bersama mereka. Kleopas dan temannya adalah orang-orang Yahudi dan taat kepada firman Tuhan. Pada kitab Imamat  19 dikatakan bahwa bila ada orang asing maka ia harus ditampung dan diterima di rumah mereka. Apalagi hari mulai gelap dan senja , bahaya bisa mengancam sang tamu kapan saja. Tetapi yang menarik, selesai Orang Asing itu membagikan firman Tuhan, Ia kemudian memecahkan roti dan membagi-bagikannya. Ini yang tidak pernah atau jarang sekali terjadi. Biasanya yang memecah dan membagikan roti adalah tuan rumah atau orang yang mengajak. Jadi seharusnya Kleopas dan temannya, tetapi ternyata orang asing ini ‘ketertaluan’, Ia memecah roti dan membagikan ke Kleopas dan temannya. Bayangkan, bila kita kedatangan tamu lalu ia masuk ke dapur, mengeluarkan bahan makanan dari lemari dapur lalu memasak untuk kita. Setelah itu ia menyajikannya kepada kita untuk dimakan. Apa perasaan kita? Tentu kita berpikir, “Ini tamu kurang ajar!” Tamu ini seolah-olah menjadi tuan rumah-nya. Tetapi di sinilah rahasia kebangkitan Tuhan Kristus. Orang asing ini bukan saja menjadi sahabat, tetapi orang asing ini justru menjadi orang yang menjamu mereka. Orang asing yang biasanya ditakuti dan dicemaskan menjadi orang yang memecah roti. Orang asing yang menjadi sahabat mereka. Terjadi perubahan peran, Tamu justru menjadi tuan rumah dan menjamu. Apa artinya ini untuk kita? Perhatikan!  Mereka berkata,”PerkataanNya mengobarkan hati.” Ini tidak cukup. Bagaimana mereka bisa mengenal Yesus? Bagaimana murid yang takut bisa menyadari orang di depan mereka adalah Guru mereka, ketika Yesus memecah roti dan menyambut mereka? Orang ini dari seorang asing menjadi sahabat mereka!
                Ada 2 istilah sahabat dalam bahasa Inggris yaitu friend (teman, sahabat) dan companion (berasal dari kata Latin : com yang artinya bersama dan panis yang artinya roti, jadi companion artinya orang yang berbagi roti atau orang yang mau memecahan roti bersama-sama kita). Dalam perjalanan hidup kita melewati padang gurun yang gersang yang tidak ketahui ujungnya. Tetapi kita punya teman (sahabat) yang punya bekal. Ketika dia tahu kita sedang membutuhkan ia berkata, “Ini rotiku. Makanlah.” Melihat tindakan Sang Tamu, murid-muridNya tahu, “Ia adalah Yesus.” Dengan kata lain, apa pentingnya dan faedahnya bagi kita yang mungkin sedang ketakutan dan belum move on atas apa yang sedang terjadi? Apakah kita mempunyai companion yang mau memecah roti untuk dibagikan? Ia bersama murid-murid yang sedang kalut dan memilih kembali ke kampung mereka. Apakah kita sudah punya companion? Joseph M. Scriven pada tahun 1855 mengarang lagu “What A Friend We Have in Jesus”. Betapa luar biasa persahabatan yang kita miliki di dalam Kristus, sehingga semua dosa dan kekalutan kita bawa kepadaNya. What a friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear! What a privilege to carry. Everything to God in prayer! Ktai punya privilege yaitu hak istimewa untuk membawa seruan minta tolong kita dalam doa. Yesus disebut sahabat kita (our companion) yang memecahkan roti bersama kita. Kebangkitan Kristus mengubahkan manakala kita tahu  Dia tidak meninggalkan ktia, perkataanNya membangkitkan kita dan murid-muridNya di mana sebelumnya Yohanes, Yakobus , Andreas dan Petrus pulang kampung menjadi nelayan lagi karena merasa tidak ada lagi harapan. Namun Yesus datang kepada mereka, Ia makan ikan bersama mereka. Yesus menjadi companion bagi murid-muridNya.

Yesus Menjadi Companion

Kita bisa teguh dan berjuang bila kita dapat menjawab ‘iya’ atas pertanyaan sbb :
1.     Apakah Yesus menjadi companion kita? Apakah saat berada dalam kehidupan yang sulit dan belum move on, Yesus menjadi companion kita?
2.     Apakah kita mau menjadi companion buat orang lain? Apakah kita melihat wajah Kristus ada dalam wajah sahabat dan saudara kita bahkan pada orang yang berada di luar sana?
Dunia bukanlah rumah kita yang permanen karena kita menantikan surga. Semua orang di sini ‘brengsek’ dan membahayakan kita, benarkah demikian? Bukankah kita memiliki keluarga dan gereja? Kristus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal (Mark 10:29-30).
Mama saya meninggal tahun 2015. Sebelumnya pada tahun 2013 saya meninggalkannya karena melanjutkan kuliah di sekolah teologia. Sebenarnya saya tidak ingin pergi karena mama sedang menderita gagal ginjal sehingga 2 minggu sekali harus menjalani cuci darah. Namun mama saya berkata menenangkan saya,”Kamu jangan mengkhawatirkan kondisi mama. Mama punya sahabat di rumah sakit. Mama punya keluarga di sekitar mama. Mama punya sahabat di gereja. Kamu pergilah.” Akhirnya saya pun berangkat melanjutkan kuliah. Ketika saya sedang kuliah ternyata frekuensi mama cuci darah harus ditambah. Dari 2 minggu sekali menjadi 1 minggu sekali kemudian naik lagi menjadi 1 minggu dua kali. Saya pun menelpon mama,”Besok saya akan pulang. Saya sudah minta izin ke dosen untuk pulang.” Mama menjawab, “Terima kasih Nak. Mama tahu kamu mencintai mama. Tetapi kalau pulang kamu bisa apa? Kamu bukan seorang dokter atau perawat. Kalau pulang, kamu malah akan sibuk dengan tugas-tugas kamu di gereja. Lebih baik kalau kamu bisa selesai lebih cepat.” Mendengar perkataannya, saya sadar bahwa saya memang tidak bisa berbuat banyak dalam proses penyembuhan mama.  Mama menyambung perkataannya lagi untuk mengingatkan,”Mama punya gereja, komunitas dan keluarga.” Dan saya yang mendengarnya menjadi termotivasi. Saya membalas,”Saya tidak hanya menyelesaikan dengan lebih cepat, namun juga  menjadi lulusan terbaik!” Namun pada 2015 mama dipanggil Tuhan. Saya menjadi sebatang kara karena saya anak tunggal dan papa sudah meninggal. Perkataan mama yang terus teringat dalam benak di mana pun saya berada. “Saya punya Yesus. Di mana pun saya berada, saya memiliki Kristus yang perkataanNya mengobarkan saya. Di mana pun saya punya sahabat yang di wajahnya ada Yesus!”

Pada peristiwa pemboman gereja di Mesir tadi , ada gambar seorang perwira polisi yang usianya 33 tahun dan di tangan kanannya ada seorang anak. Namanya Emad El-Rakiby.  Orang ini berusaha menghalangi pembom bunuh diri itu masuk ke ruang ibadah di mana orang-orang Kristen sedang beribadah. Tetapi usahanya gagal. Bom itu sudah keburu meledak. Ia seorang muslim yang mengorbankan dirinya untuk orang-orang Kristen. Kita mungkin sekarang berada di tengah suasana yang tidak menyenangkan, namun kita diajar untuk melihat bahwa tidak semua orang yang kita pandang buruk ingin mencelakai kita. Ada orang seperti Emad yang mau menjadi sahabat kita. Namun bagaimana anaknya bisa bertumbuh tanpa mengenal ayahnya? Kisah Emad mengingatkan kisah 17 tahun lalu pada tanggal 24 Desember 2000 saat diselenggarakannya ibadah malam Natal di Gereja Eben Haezer Mojokerto. Pada malam Natal itu, Riyanto menjadi salah satu dari empat orang Banser NU yang dikirim oleh GP Ansor Mojokerto untuk menjaga perayaan Natal di Gereja Eben Haezer. Semula ibadah malam Natal itu berlangsung dengan suasana hening. Namun saat ibadah baru berlangsung separuh jalan, sekitar pukul 20.30 WIB, seorang jemaat menaruh curiga pada sebuah bungkusan yang tergeletak tak bertuan di depan pintu masuk gereja. Riyanto pun memberanikan diri membuka bungkusan itu. Ia membongkar kantong plastik hitam itu di hadapan petugas keamanan Gereja Eben Haezer lainnya, termasuk seorang polisi dari polsek setempat. Di dalamnya tampak menjulur sepasang kabel. Tiba-tiba muncul percikan api sehingga Riyanto pun langsung berteriak sigap, “Tiaraaaapp!” dan kemudian terjadi kepanikan dalam Gereja. Riyanto segera keluar ruangan dan melemparkan bungkusan bom itu ke tong sampah, namun terpental. Ia kemudian berinisiatif mengamankan bom dengan memungut kembali untuk dilemparkan ke tempat yang lebih jauh lagi dari jemaat. Namun bom meledak dalam pelukan Riyanto sebelum sempat dilempar. Tubuh pria itu terpental, berhamburan. Sekitar 3 jam kemudian, sisa-sisa tubuh Riyanto baru ditemukan di sebelah utara kompleks gereja, sekitar 100 meter dari pusat ledakan. Jari dan wajahnya hancur, Riyanto pun meninggal seketika. Bom ini tampaknya tidak main-main. Ledakannya membuat roboh pagar tembok di seberang gereja. Bahkan kaca-kaca lemari dan etalase Studio Kartini yang berada tepat di depan gereja Eben Haezer hancur semua. Pria yang lahir dari pasangan Sukarnim dan Katinem ini banyak dipuji orang.

Penutup


Hidup memang tidak mudah. Tidak semua orang mau mencelakai kita. Bukankah pada mereka ada sosok Kristus? Emad dan Riyanto tidak jelas apakah mereka akan diijinkan Tuhan untuk masuk surga sesuai dengan kedaulatan Allah. Apakah kematian dan kebangkitan Kristus akan dirayakan dengan ketakutan terhadap orang-orang di luar sana? Karena kedatanganNya kita melihat wajah Kristus. Kita memegang sabda Kristus,”Aku bersama-sama engkau sampai kesudahan zaman. Aku tidak akan meninggalkan engkau. Aku tetap bersamamu.” Jadi move on lah! Bangkitlah! Semangatlah! Kobarkanlah semangat kita bersama Kristus yang sudah bangkit itu! Amin. 

No comments:

Post a Comment